Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SEJARAH ISLAM INDONESIA

" MODERASI BERAGAMA "


Dosen Pengampu: Erwin Padli,M.Hum

Disusun Oleh Kelompok : 11


Zainul Irfan (190101239)
Hamdani (190101236)
Fitria Aini (200101121)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN(FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2020/2021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah dipanjatkan kehadirat Allah yang maha Esa


,karena telah melimpahkan rahmatnya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kepada teman-teman yang telah Berkonstribusi dengan
memberikan Ide- idenya sehingga makalah ini bisa di susun denagn baik dan rapi.
Tidak lupa pula dihanturkan sholawat beserta salam atas junjungan alam
Nabi Besar Muhammad SAW. Yang merupakan inspirator terbesar dalam
keteladanannya.Dan tidak lupa penulis sampaikan terima kasih pada dosen
pembimbing mata kuliah Sejarah Islam Indonesia yang selalu memberikan
arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca.Namun terlepas dari itu,kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna ,sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 1
BAB II : PEMBAHASAN................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Moderasi Beragama .......................................................................... 2
2.2 Prinsip Moderasi Beragama ................................................................................
2.3 Moderasi Beragama Dalam Pandangan Islam Di Indonesia...............................
BAB III : PENUTUP ...........................................................................................................
3.1 Kesimpulan .........................................................................................................
3.2 Saran ....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Moderasi adalah ajaran inti agama Islam. Islam moderat adalah paham
keagamaan yang sangat relevan dalam konteks keberagaman dalam segala aspek,
baik agama, adat istiadat, suku dan bangsa itu sendiri.Oleh karena itu, pemahaman
tentang moderasi beragama harus dipahami secara kontekstual bukansecara
tekstual, artinya bahwa moderasi dalam beragama di Indonesia buka Indonesia
yang dimoderatkan, tetapi cara pemahaman dalam beragama yang harus moderat
karena Indonesia memiliki banyaknya kultur, budaya dan adat-istiadat. Moderasi
Islam ini dapat menjawab berbagai problematika dalam keagamaan dan peradaban
global. Yang tidak kalah penting bahwa muslim moderat mampu menjawab
dengan lantang disertai dengan tindakan damai dengan kelompok berbasis radikal,
ekstrimis dan puritan yang melakukan segala halnya dengan tindakan kekerasan .
Islam dan umat Islam saat ini paling tidak menghadapi dua tantangan;
Pertama, kecenderungan sebagian kalangan umat Islam untuk bersikap ekstrem
dan ketat dalam memahami teks-teks keagamaan dan mencoba memaksakan cara
tersebut di tengah masyarakat muslim, bahkan dalam beberapa hal menggunakan
kekerasan; Kedua, kecenderungan lain yang juga ekstrem dengan bersikap
longgar dalam beragama dan tunduk pada perilaku serta pemikiran negatif yang
berasal dari budaya dan peradaban lain.Dalam upayanya itu mereka mengutip
teks-teks keagamaan (Al-Qur’an dan Hadis) dan karya-karya ulama klasik
(turats)sebagai landasan dan kerangka pemikiran, tetapi dengan memahaminya
secara tekstual dan terlepas dari konteks kesejarahan.Sehingga tak ayal mereka
seperti generasi yang terlambat lahir, sebab hidup di tegah masyarakat modern
dengan cara berfikir generasi terdahulu.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apakah Pengertian Moderasi Beragama ?
b) Bagaimanakah Prinsip Moderasi Beragama ?

1
c) Bagaimanakah Moderasi Beragama Dalam Pandangan Islam Di
Indonesia ?

1.3 Tujuan Masalah


a) Untuk Mengetahui Pengertian Moderasi Beragama
b) Untuk Mengetahui Prinsip Moderasi Beragama
c) Untuk Mengetahui Moderasi Beragama Dalam Pandangan Islam Di
Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Moderasi Beragama


A. Pengertian Agama
Secara etimologi pengertian agama sebagai berikut :
1. Sansekerta
“A artinya tidak dan GAMA artinya tidak kacau,tidak kocar-kacir,tidak
berantakan,atau adanya keteraturan dan peraturan untuk mencapai arah atau
tujuan tertentu.”
2. Latin
Berasal dari kataReligio,Religere yang artinya “mengembalikan
ikatan,memperhatikan dengan seksma”.Maksudnya adalah, agama adalah
tindakan manusia untuk mengembalikan ikatan atau memulihkan
hubungannya dengan ILLAHI.
3. Arab
Din berasal dari kata dana yadinu dinan,yang berarti tatanan,sistem atau
tatacara hidup.Jadi Din berarti tatacara hidup.

Secara terminologi
1. Agama adalah aturan atau tata cara hidup manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan dan sesamanya.

2
2. Menurut KBBI,Agama adalah ajaran atau sistem yang mengatur tata
keimanan(kepercayaan)dan peribadatan kepada Tuhann Yang Maha Kuasa
serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan dan manusia serta
lingkungannya.

Menurut Para Ahli


1. Pitirim A.Sorokin
Mendefinisikan agama sebagai seperangkat nilai yang dinyatakan dalam
wujud kepercayaan(cult).Hal ini disosialisasikan oleh perilaku yang sesuai
dengan norma-norma yang menyatukan anggota dalam kelompok agama.
2. Clifford Geertz
Mendefinisikan agama sebagai sistem simbol yang berfungsi untuk
meneteramkan
suasana hati dan memberikan motivasi yang kuat dan tahan lama dalam
kehidupan

' Shabaran Alsonof,Konsep Agama Menurut Para Pakar,(Malang :


Kompasiana.com,2000)hal,1.

manusia.Hal ini dicapai dengan menerapkan konsep-konsep atau


merumuskan
kepercayaan-kepercayaan atau merumuskan kepercayaan-kepercayaan
tentang tatanan umum eksitensi manusia dan masyarakat serta
membungkus konsep-konsep atau
kepercayaan-kepercayaan itu seolah-olah sebagai sesuatu yang rill atau
merupakan fakta sehingga suasana batin dan motivasi tercipta menjadi rill.
3. Oxford Student Dictionary
Mendefinisikan bahwa agama adalah suatu kepercayaan akan keberadaan
suatu kekuatan pengatur supranatural yang menciptakan dan
mengendalikan alam semesta.
4. Emil Durkheim

3
Definisi agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas
kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci dan
menyatukan semua penganutnya dalam satu komunitas moral yang
dinamakan umat.
5. H.Moenawar Chalil
Definisi agama adalah perlibatan yang merupakan tingkah laku manusia
dalam berhubungan dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai
konsekuensi atas pengakuannya.

B. Pengertian Moderasi
Secara bahasa,moderasi berasal dari bahasa Inggris moderation,yang memiliki arti
sikap sedang,sikap tidak berlebih-lebihan.Sementara dalam bahasa Arab,kata
moderasi diartikan “al-wasathiyyah”,secara bahasa al-washthiah berasal dari kata
wasath(Faiqah dan Pransiska,2018:Rozi,2019).
Al-Asfahaniy mendefenisikan wasathan dengan sawa’un yaitu tengah-tengah
diantara dua batas,atau dengan keadilan,yang tengah-tengah atau yang standar
atau yang biasa saja.Wasathan juga bermakna menjaga dari bersikap tanpa
kompromi bahkan meninggalkan garis kebenaran agama (Al-
Asfahani,2009,p.869)
Al-Wasathiyyah berakar pada kata “Al – Wasath”yang merupakan masdar dari
kata kerja “wasatha”.Al-Wasathiyyah sering digunakan untuk menunjukkan
sebuah paradigma berpikir paripurna,khususnya yang berkaitan dengan sikap
beragama dalam Islam.
Sementara dalam bahasa Arab,kata moderesi biasa diistiahkan dengan wasath
atau

² Far ndon,John.Sejarah Dunia(Yogyakarta : Platinumm,2005)


³ Zuhairi Misrawi.Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari Mderasi,Keutamaan,dan
Kebangsaan,(Jakarta : PT Kompas Media Nusantara,2010)hal,13

4
wasathiyyah,dan orangnya disebut wasith,yang kemudian diserap ke bahasa
Indonesia yang
memiliki arti sebagai berikut :penengah,pengantara,pelerai,dan pemimpin di
pertandingan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa moderasi beragama adalah proses memahami


sekaligus mengamalkan ajaran agama secara adil,berimbang,agar terhindar dari
perilaku yang menyimpang,yang tidak ada diajaran agama.Rasullullah saw pun
melarang untuk tidak berlebihan meski dalam menjalankan agama
sekalipun.Rasulullah lebih senang jika hal itu dilakukan secara wajar tanpa
berlebihan.

2.2 Prinsip Moderasi Beragama (Hamdani-190101236)


Menurut pandangan ulama Mesir, Yusuf al-Qardawi, Umat Islam
seharusnya mengambil jalan tengah (Moderasi). Pandangan yang seperti itu
membuat umat Islam menjadi mudah dan menjalankan agamanya. Karena pada
hakikatnya, Islam memang agama yang memudahkan umat dalam menjalankan
perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya.1
1. Keadilan (‘Adalah)
Kamus bahasa Arab menginformasikan bahwa kata ini pada mulanya
berarti “sama”. Persamaaan tersebut sering dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat
imaterial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “adil” diartikan:
(1) tidak berat sebelah/tidak memihak
(2) berpihak kepada kebenaran
(3) sepatutnya/tidak sewenang-wenang.
“Persamaan” yang merupakan makna asal kata “adil” itulah yang
menjadikan pelakunya “tidak berpihak”, dan pada dasarnya pula seorang yang adil
“berpihak kepada yang benar” karena baik yang benar ataupun yang salah sama-
sama harus memperoleh haknya. Dengan demikian, ia melakukan sesuatu “yang

1
Departemen Agama RI, Moderasi Islam (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012),
hal. 20-22

5
patut” lagi “tidak sewenang-wenang.” Makna al-‘adl dalam beberapa tafsir, antan
lain: Menurut At-Tabari, al-‘adl adalah: Sesungguhnya Allah memerintahkan
tentang hal ini dan telah diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan adil, yaitu
al-insaf.2
Allah SWT menerangkan bahwa Dia menyuruh hamba-hamba Nya
berlaku adil, yaitu bersifat tengah-tengah dan seimbang dalam semua aspek
kehidupan serta melaksanakan perintah Alquran dan berbuat ihsan (keutamaan).
Adil berarti mewujudkan kesamaan dan keseimbangan di antara hak dan
kewajiban. Hak asasi tidak boleh dikurangi disebabkan adanya kewajiban.3
Islam mengedepankan keadilan bagi semua pihak. Banyak ayat Al-Qu’an
yang menunjukkan ajaran luhur ini. Tanpa mengusung keadilan, nilai-nilai agama
berasa kering tiada makna, karena keadilan inilah ajaran agama yang langsung
menyentuh hajat hidup orang banyak. Tanpanya, kemakmuran dan kesejahteraan
hanya akan menjadi angan.4
Hukum yang adil merupakan tuntutan dasar bagi setiap struktur
masyarakat. Hukum yang adil menjamin hak-hak semua lapisan dan individu
sesuai dengan kesejahteraan umum, diiringi penerapan perilaku dari berbagai
peraturannya.5
Setidaknya ada tiga ragam kata adil dalam Alquran. Ketiga kata qist,
‘adl, dan mizan pada berbagai bentuknya digunakan oleh Al-qur’an dalam konteks
perintah kepada manusia untuk berlaku adil. Ketika Al-qur’an menunjukkan Zat
Allah yang memiliki sifat adil, kata yang digunakannya hanya al-qist. Kata ‘adl
yang dalam berbagai bentuk terulang dua puluh delapan kali dalam Alquran.
Keragaman tersebut mengakibatkan keragaman makna keadilan.
Sekurang-kurangnya ada empat makna keadilan yang ditemukan oleh para pakar
agama. Pertama, adil dalam arti “sama”. Tetapi harus digarisbawahi bahwa

2
Ibid, hal. 23
3
Ibid, hal. 27
4
Nurul H. Maarif, Islam Mengasihi Bukan Membenci (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2017), hal.
143
5
Syafrudin, Paradigma Tafsir Tekstual Dan Kontekstual (Usaha Memaknai Kembali Pesan Al-
Qur’an) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 104-105

6
persamaan yang dimaksud adalah persamaan dalam hak. Sebagaiman dalam Surah
an-Nisa/4:58 sebagai berikut:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.6
Kata adil dalam ayat ini bila diartikan “sama”, hanya mencakup sikap dan
perlakuan hakim pada saat proses pengembalian keputusan. Ayat ini menuntun
sang hakim untuk menempatkan pihak-pihak yang bersengketa di dalam posisi
yang sama. Misalnya, keceriaan wajah atau penyebutan nama (dengan atau tanpa
tambahan penghormatan).
Kedua, adil dalam arti “seimbang”. Keseimbangan ditemukan pada suatu
kelompok yang di dalamnya terdapat beragam bagian yang menuju satu tujuan
yang tertentu. Seandainya ada salah satu anggota tubuh manusia berlebih atau
berkurang dari kadar atau syarat seharusnya, maka pasti tidak akan terjadi
keseimbangan (keadilan). Namun perlu dicatat bahwa kesimbangan tidak
mengharuskan persamaan. Bisa saja satu bagian berukuran kecil atau besar,
sedangkan kecil dan besarnya ditentukan oleh fungsi yang diharapkan darinya.
Ketiga, adil adalah “perhatian terhadap hak-hak individu dan
memberikan hak-hak itu kepada setiap pemiliknya.” Pengertian inilah yang
didefinisikan dengan “menempatkan sesuatu pada tempatnya.” Lawannya adalah
“kezaliman”, dalam arti pelanggaran terhadap hak-hak pihak lain. Dengan
demikian menyirami tumbuhan adalah keadilan dan menyirami duri adalah
lawannya, pengertian keadilan seperti ini, melahirkan keadilan social.
Keempat, adil yang dinisbatkan kepada Ilahi. Adil di sini berarti
“memelihara kewajaran atas berlanjutnya eksistensi, tidak mencegah kelanjutan
eksistensi dan perolehan rahmat sewaktu terdapat banyak kemungkinan untuk itu.
Keadilan Ilahi pada dasarnya merupakan rahmat dan kebaikan-Nya. Keadilan-Nya

6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an, 1990), hal. 128

7
mengandung konsekuensi bahwa rahmat Allah tidak tertahan untuk diperoleh
sejauh makhluk itu dapat meraihnya. Allah menciptakan dan mengelola alam raya
ini dengan keadilan, dan menuntut agar keadilan mencakup semua aspek
kehidupan, termasuk akidah, syariat atau hukum, akhlak, bahkan cinta dan benci.7
2. Keseimbangan (Tawazun)
Tawazun berasal dari kata tawaza yatazanu tawazunan berarti seimbang.
Juga mempunyai arti memberi sesuatu akan haknya, tanpa ada penambahan dan
pengurangan. Dan keseimbangan tidak tercapai tanpa kedisiplinan. Kesimbangan
atau tawazun menyiratkan sikap dan gerakan moderasi. Sikap tengah ini
mempunyai komitmen kepada masalah keadilan, kemanusiaan dan persamaan dan
bukan berarti tidak mempunyai pendapat. Kesimbangan merupakan suatu bentuk
pandangan ynag melakukan sesuatu secukupnya, tidak berlebihan dan juga tidak
kurang, tidak ekstrim dan tidak liberal. Keseimbangan juga merupakan sikap
seimbang dalam berkhidmat demi terciptanya keserasian hubungan antara sesama
ummat manusia dan antara manusia dengan Allah.
Prinsip moderasi di sini diwujudkan dalam bentuk kesimbangan positif
dalam semua segi baik segi keyakinan maupun praktik, baik materi ataupun
maknawi, keseimbangan duniwai ataupun ukhrawi, dan sebagainya. Islam
menyeimbangkan peranan wahyu Ilahi dengan akal manusia dan memberikan
ruang sendiri-sendiri bagi wahyu dan akal. Dalam kehidupan pribadi, Islam
mendorong terciptanya kesimbangan antara ruh dengan akal, antara akal dengan
hati, antara hak dengan kewajiban, dan lain sebagainya.8
Pada tataran yang lebih rinci bentuk-bentuk keseimbangan dalam Islam
dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai ragam pranata kehidupan beragama
sebagai berikut:
(1) Keseimbangan teologi
(2) Kesimbangan ritual keagamaan
(3) Keseimbangan moralitas dan budi pekerti

7
Departemen Agama RI, Moderasi Islam (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012),
hal. 30
8
Alif Cahya Setiyadi, Pendidikan Islam Dalam Lingkaran Globalisas., Jurnal Vol. 7, No. 2,
Desember 2012, hal. 252

8
(4) Keseimbangan proses tasyri’ (pembentukan hukum)9
Jadi, Keseimbangan hendaknya dapat ditegakkan dan dilaksanakan oleh
semua orang, karena apabila seseorang tidak bisa menegakkan sikap seimbang
akan melahirkan berbagai masalah. Agama senantiasa menuntut segala aspek
kehidupan kita untuk seimbang, tidak boleh belebihan dan tidak boleh
kekurangan. Salah satu yang menjadikan Islam agama yang sempurna adalah
karena keseimbangannya. Kesimbangan merupakan keharusan sosial, dengan
demikian seseorang yang tidak seimbang dalam kehidupan individu dan sosialnya,
bahkan interaksi sosialnya akan rusak.10
3. Toleransi (Tasamuh)
Toleransi secara bahasa adalah sikap menghargai pendirian orang lain.
Dan menghargai bukan berarti membenarkan apalagi mengikuti. Adapun toleransi
dalam terminologi syariat, setidaknya itu pernah disabdakan nabi sebagai berikut:
‫احب الدين الى هللا الحنفية السمحة‬
Artinya: “Agama yang paling dicintai Allah adalah agama yang suci lagi
mudah”
Mudah di sini bukan berarti bebas. Sebab kita sadar bahwa agama adalah sebuah
aturan. Itu, artinya, toleransi beragama menurut Islam adalah menghormati atau
menolelir dengan tanpa melewati batas aturan agama itu sendiri.
Toleransi harus dideskripsikan secara tepat, sebab toleransi beragama
yang diamal secara awur justru malah akan merusak agama itu sendiri. Islam
sebagai ajaran yang total, tentu telah mengatur dengan sempurna batas-batas
antara Muslim dan nonmuslim, sebagaimana Islam mengatur batas antara laki-laki
dan perempuan, dan lain sebagainya. Seorang yang mengerti bahwa agama
bukanlah semata ajaran tetapi juga aturan itu (jika ia pemeluk agama tersebut),
atau menghormati aturan itu (jika ia bukan pemeluk agama tersebut).
Dalam kebahasan, tentunya bahasa Arab bahwa tasamuh adalah yang
paling umum digunakan dewasa ini untuk arti toleran. Tasamuh berakar dari kata
samhan yang memiliki arti mudah. Kemudahan atau memudahkan, Mu’jam

9
Abu Yasid, Islam Moderat (Jakarta: Erlangga, 2014), hal. 52
10
Op., Cit, hal. 34

9
Maqayis Al-Lughat menyebut bahwa kata tasamuh secara harfiah berasal dari kata
samhan yang memiliki arti kemudahan dan memudahkan. Sementara itu, Kamus
Besar Bahasa Indonesia memaknai kata toleran sebagai berikut: bersifat atau
bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan), pendirian
(pendapat, pandangan, kepercayaan kebiasaan, kelakuan, dsb.) Yang berbeda atau
bertentangan dengan pendirian sendiri
Toleransi bukan hanya sikap tunduk secara daif tanpa prinsip yang
meniangi. Seorang Muslim haruslah kuat dalam imannya dan mulia dengan
syariatnya. Dalam Islam, toleransi tidak dibenarkan jika diterapkan pada ranah
teologis. Peribadatan harus dilakukan dengan tata ritual dan di tempat ibadah
masing-masing. Agama adalah keyakinan, sehingga beribadah dengan cara agama
lain akan merusak esensi keyakinan tersebut
Tolerasi hanya bisa diterapakan pada ranah sosialis, upaya-upaya
membangun toleransi melalui aspek teologis, seperti doa dan ibadah bersama,
adalah gagasan yang sudah muncul sejak era jahiliah dan sejak itu pula telah
ditolak oleh Alquran melalui surat Al-Kafirun yang menolak sinkretisme. Sebagai
agama yang suci akidah dan syariah. Islam tidak akan mengotorinya dengan
mencampur dengan akidah dan syariah lain. Dan ini bukan bentuk intoleransi,
sebab ranah toleransi adalah menghargai bukan membenarkan dan mengikuti.
Justru sinkretisme adalah bagian dari sikap intoleransi pemeluk agama pada
agamanya sendiri. Sebab pelaku sinkretisme, seolah tidak lagi meyakini
kebenaran agamanya sendiri. Sedangkan agama adalah keyakinan.11
Toleransi pun merupakan sebuah keniscayaan bagi masyarakat yang
majemuk, baik dari segi agama, suku, maupun bahasa. Toleransi baik paham
maupun sikap hidup, harus memberikan nilai positif untuk kehidupan masyarakat
yang saling menghormati dan menghargai perbedaan dan keragaman tersebut.
Allah tidak menyatukan seluruh umat ini dalam satu model atau
golongan karena masing golongan memiliki syir’atan wa minhaja (aturan dan
jalan yang terang) sendiri-sendiri. Mereka akan terus berlomba-lomba melakukan
kebajikan dengan cara dan aturannya, hingga mereka kembali kepada-Nya. Allah

11
Ahmad Syarif Yahya, Ngaji Toleransi (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2017), hal. 1-5

10
SWT, lalu akan memberitahukan hal-hal yang mereka persilihkan di dunia. Tidak
elok kiranya, jika perebedaan itu diributkan di dunia dengan saling mencaci,
mengintimidasi atau bahkan membunuh, karena kelak Allah SWT sendiri yang
akan menerangkannya. Allah ingin merawat keberagaman sebagai kekayaan
ciptaan-Nya.12
Perdebatan siapa yang masuk surga, agama apa aja yang dijamin masuk
surga, merupaka perdebatan yang senantiasa muncul ke permukaan. Bagi sebagian
kalangan, komunitas agamanya yang akan hanya masuk surga. Sedangkan bagi
kalangan lain, pihaknya yang hanya layak mendapatkan imbalan surga di hari
kemudian.
Perdebatan klaim tersebut di satu sisi dapat dimaklumi karena masing-
masing agama mengajarkan tentang surga. Setiap agama memberikan jaminan,
bila umatnya mengikuti perintah Tuhan dan menjahui larangannya, berbuat baik
dan menjauhi kemungkaran, maka surga adalah balasannya. Tapi di sisi lain,
klaim tunggal atas masuknya surga telah menimbulkan dampak tersendiri. Seolah-
olah muncul anggapan, bahwa soal masuk surga atau masuk neraka adalah
prerogatif Tuhan dan hanya Tuhan yang mengetahuinya.13

2.3 Moderasi Beragama Dalam Pandangan Islam Di Indonesia

12
Nurul H. Maarif, Islam Mengasihi Bukan Membenci (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2017), hal.
143
13
Zuhairi Misrawi, Al-Qur’an Kitab Toleransi (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2014), hal.
239

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Dalam makalah ini tentunya masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan
saran yang membangun sangat diperlukan untuk penyempurnaan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, 2012, Moderasi Islam, Jakarta: Lajnah Pentashihan


Mushaf Al-
Qur’an.
H. Maarif, Nurul,2017, Islam Mengasihi Bukan Membenci. Bandung: PT. Mizan
Pustaka.
Syafrudin, 2009, Paradigma Tafsir Tekstual Dan Kontekstual (Usaha Memaknai
Kembali
Pesan Al-Qur’an), Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Departemen Agama RI, 1990, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Lajnah
Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an.
Departemen Agama RI, 2012, Moderasi Islam (Jakarta: Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-
Qur’an.
Cahya Setiyadi, Alif, 2012, Pendidikan Islam Dalam Lingkaran Globalisas.,
Jurnal Vol. 7,

13
No. 2, Desember.
Yasid, Abu, 2014, Islam Moderat, Jakarta: Erlangga.
Syarif Yahya, Ahmad , 2017, Ngaji Toleransi, Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
H. Maarif, Nurul , 2017, Islam Mengasihi Bukan Membenci , Bandung: PT. Mizan
Pustaka.
Mis Zuhairi , rawi, 2014, Al-Qur’an Kitab Toleransi , Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara.
Shabran Alsonof,2000,Konsep Agama Menurut Pakar,Malang : PT Kompas
Media Nusantara.
Farndon,John.2005.Sejarah Dunia.Yogyakarta : Platinum.
Zuhairi Misrawi,2010.Hadratussaikh Hasyim Asy’ari Moderasi,Keutamaan dan
Kebangsaan.Jakarta :PT Kompas Media Nusantara.

14

Anda mungkin juga menyukai