Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PENCEMARAN UDARA

PENCEMARAN UDARA AKIBAT EMISI GAS BUANG KENDARAAN


BERMOTOR
Dosen Pengampu : Pak Benny M.P Simanjuntak SKM, M.Kes

Disusun oleh :

Yulia Nengsih (201912018)

Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat Tingkat. 2

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIJAYA HUSADA BOGOR


Jl. Letjend Ibrahim Adjie No. 180 Sindang Barang, Bogor Barat 16610
Tahun Ajaran 2019/2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

Udara merupakan faktor yang penting dalam hidup dan kehidupan. Namun pada era
modern ini, sejalan dengan perkembangan pembangunan fisik kota dan pusat-pusat
industri, serta berkembangnya transportasi, maka, kualitas udara pun mengalami perubahan
yang disebabkan oleh terjadinya pencemaran udara, atau, sebagai berubahnya salah satu
komposisi udara dari keadaan yang normal; yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-
gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara dalam jumlah tertentu untuk jangka waktu
yang cukup lama, sehingga dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan, dan tanaman
(BPLH DKI Jakarta, 2013).

Penelitian ini khusus menyoroti penyumbang pencemaran terbesar di Indonesia; yaitu


oleh kendaraan bermotor. Mengingat, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, telah terjadi
lonjakan jumlah kendaraan bermotor yang sangat pesat, khususnya oleh pertambahan
sepeda motor, yang mencapai 30%. Sekitar lebih kurang 70% terdistribusi di daerah
perkotaan.
Pada rentang 2005, perbandingan antara jumlah sepeda motor dan penduduk di
Indonesia diperkirakan mencapai 1:8. Seterusnya, dari tahun ke tahun, kondisi tersebut
semakin meningkat. Akibatnya, ruas jalan di Indonesia semakin padat. Bukan hanya di
kota-kota besar, bahkan, sampai ke pelosok daerah (WHO, 1979).

Pada rentang 2005, perbandingan antara jumlah sepeda motor dan penduduk di
Indonesia diperkirakan mencapai 1:8. Seterusnya, dari tahun ke tahun, kondisi tersebut
semakin meningkat. Akibatnya, ruas jalan di Indonesia semakin padat. Bukan hanya di
kota-kota besar, bahkan, sampai ke pelosok daerah (WHO, 1979).

Menurut data terakhir Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia (Korlantas
Polri), jumlah kendaraan yang beropersi di seluruh Indonesia pada rentang 2013 mencapai
104,211 juta unit, naik sebesar 12 % dari 2012; yakni sebanyak 94,299 juta unit, dan juga
naik sebesar 12 % dari 2011; yakni sebanyak 84,193 juta unit. Dari jumlah tersebut, maka,
populasi terbanyak disumbang oleh sepeda motor, yaitu, rata-rata sebanyak 73 %.

Jumlah kendaraan di Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi dari tahun ke tahun,
semakin meningkat. Pada rentang 2014, jumlah kendaraan diprediksi bakal mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya. Berdasarkan data kendaraan yang tercatat di Subdit
Regident Ditlantas Polda Metro Jaya, jumlah kendaraan pada 2012 mencapai 14.618.313
unit, dengan pertumbuhan 9,8% dari tahun sebelumnya. Sementara pada 2013, jumlah
kendaraan di Jakarta dan sekitarnya mencapai 16.043.689 unit, dengan tren peningkatan
yang mencapai 9,8 %.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Polusi Udara di Indonesia

Salah satu masalah yang menjadi pemikiran para sarjana teknik, khususnya sarjana
teknik mesin adalah bagaimana cara mengurangi polusi udara di Indonesia yang semakin
lama semakin bertambah, tetapi hal ini sudah terjawab dengan adanya pemasangan
Catalytic Converter pada saluran gas buang kendaraan bermotor.

Polusi udara primer yaitu polutan yang mencakup 90% dari jumlah polutan udara
seluruhnya dapat dibedakan menjadi lima kelompok sebagai berikut :

1. Karbon monoksida ( CO )
2. Nitrogen oksida ( NOx )
3. Hidrokarbon ( HC )
4. Sulfur oksida ( Sox )
5. Partikulat Molekul

kondisi udara Indonesia kian memprihantinkan. Menurut data dari Badan Kesehatan
Dunia (WHO), pencemaran udara di Indonesia, khususnya di kota- kota besar di Indonesia
telah mengalami tingkat yang mengkhawatirkan dibandingkan dengan standar WHO.
Berdasarkan data yang ada, total estimasi pollutant CO yang diestimasikan dari seluruh
aktivitas adalah sekitar 686,864 ton per-tahun atau 48,6 persen dari jumlah emisi lima
pollutant. Penyebab dari pencemaran udara itu sekitar 80 persen berasal dari sektor
transportasi, dan 20 persen industri serta limbah domestik. Sedangkan emisi karbon akibat
deforestasi dan degradasi hutan sebesar 20 persen.

Gambar 2.1 Polusi Udara Perkotaan

3
Sektor transportasi telah dikenal sebagai salah satu sektor yang sangat berperan dalam
pembangunan ekonomi yang menyeluruh, namun demikian sektor ini dikenal pula sebagai
salah satu sektor yang memberikan dampak terhadap lingkungan udara, proses pembakaran
bahan bakar minyak seperti diketahui akan mengeluarkan unsur-unsur dan senyawa-
senyawa pencemar udara seperti debu, karbon monoksida, hidrokarbon, sulfur oksida,
timbal.

Perencanaan pola transportasi yang tidak memadai, baik dalam hal sarana maupun
sistem lalu lintasnya akan menentukan intensitas pencemaran udara yang terjadi.
Kepadatan lalulintas yang disertai dengan kemacetan, pola berjalan- berhenti yang sering,
kecepatan aliran lalulintas dan seterusnya akan secara langsung akan mempengaruhi
besarnya emisi unsur-unsur pencemar yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor, dilain
pihak jenis dan karakteristik perangkat mesin, sistem pembakaran, jenis bahan bakar
merupakan faktor yang akan menentukan tingkat emisi pencemar yang keluar dari setiap
jenis kendaraan, faktor penting yang menyebabkan dominannya pengaruh sektor
transportasi terhadap pencemaran udara perkotaan di Indonesia antara lain meliputi :

1. Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat, dan tidak diimbangi dengan


prasarana jalan yang memadai.
2. Faktor perawatan kendaraan.
3. Jenis, umur, karakteristik, dan jenis bahan bakar kendaraan bermotor.
4. Pola lalu lintas perkotaan yang memusat, akibat terpusatnya kegiatan-
5. kegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota.

Pada kendaraan bermotor bagian yang mengeluarkan gas polutan adalah crange sistem
(rumah mesin), sistem tangki bahan bakar dan sistem saluran gas buang ( knalpot ).
Perkembangan teknologi bahan bakar dan motor bakar saat ini telah memungkinkan
dicapainya proses pembakaran yang semakin baik dan sempurna, sehingga faktor emisi
pencemar dapat dikurangi sekecil mungkin, modifikasi motor bakar secara berarti terjadi
pada tahun 1970-an dengan dikeluarkannya National Quality Standard di Amerika Serikat,
perubahan- perubahan yang dilakukan dalam rencana mesin meliputi pemasangan (katup)
valve sistem karburasi, sirkulasi uap BBM untuk mengurangi emisi tangki BBM, EGR
(Exhaust Gas Re-Circulation) System adalah sebuah sistem efektif mengurangi NOx pada
gas buang dengan cara men-sirkulasi kembali gas buang dan mencampurnya dengan udara
di intake manifold, untuk menurunkan temperatur pembakaaran. Sebuah computer secara
otomatis mengontrol jumlah gas buang yang di sirkulasi ulang (EGR) sesuai dengan
kecepatan putar mesin dan beban mesin, sedangkan teknologi retrofit disyaratkan dengan
pemasangan alat Catalytic Converter untuk mereduksi gas CO , HC dan NOx.

Menurut PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04


TAHUN 2009 yang menjelaskan bahwa : Untuk motor 2 tak keluaran tahun 2010 kebawah
kandungan CO2 di emisi gas buangnya hanya sebanyak 4.5 persen dengan kandungan
hidro carbon (HC) hanya 12.000 ppm. Sementara untuk motor 4 tak keluaran tahun 2010
kebawah harus memenuhi syarat kandungan CO2 dibawah 5.5 persen dan emisi gas
buangnya dengan kandungan hidrocarbon hanya 2400 ppm.

4
2.2 Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida (CO) adalah suatu komponen tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu 192°C. Komponen ini
mempunyai berat sebesar 96,5% dari berat air dan tidak larut didalam air.

Karbon monoksida yang terdapat dialam terbentuk dari salah satu proses sebagai berikut :

1. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang


mengandung karbon.
2. Reaksi antara karbondioksida dan komponen yang mengandung karbon pada
suhu tinggi.
3. Pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi karbon monoksida.

2.2.1 Sumber Karbon Monoksida

1. Di kota-kota besar, sumber utama penghasil karbon monoksida (CO) adalah


kendaraan bermotor seperti mobil, truk, bus, dan sepeda motor karena
pembakaran BBM yang tidak sempurna.
2. karbon monoksida dapat terbentuk secara alamiah maupun hasil sampingan
kegiatan manusia. Karbon monoksida (CO) diudara mengganggu kesehatan
manusia. Masyarakat dengan aktivitas tinggi disekitar lalulintas padat (polisi,
penjaga pintu tol, dan lain-lain) dan pekerja pada tempat dengan hasil
sampingan CO (bengkel kendaraan bermotor, industri logam, industri bahan
bakar, industri kimia) merupakan kelompok yang paling dirugikan. Dampak
dari CO bervariasi tergantung dari status kesehatan seseorang, antara lain dapat
memperparah kelompok penderita gangguan jantung dan paru-paru, kelahiran
prematur dan berat bayi dibawah normal. CO menghalangi darah dalam
mengangkut oksigen sehingga darah kekurangan oksigen dan jantung bekerja
lebih berat. Bila seseorang menghirup CO pada kadar tinggi dan waktu tertentu
dapat menimbulkan pingsan bahkan kematian

2.2.2 Pencegahan

Melakukan pemeriksaan emisi dan perawatan mesin kendaraan bermotor secara


berkala. Meminta pada mekanik bengkel agar kadar CO dalam emisi gas buang kendaraan
selalu memenuhi persyaratan yang ditetapkan pemerintah. Memberikan sanksi yang kera
kepada pengguna kendaraan bermotor yang emisi gas buangnya melewati aturan yang
sudah ditetapkan. Menggunakan alat tambahan catalytic converter yang dapat menurunkan
kadar CO sampai sekitar 90%.

5
2.3 HydroCarbon (HC)

Dalam kimia organik , HidroCarbon adalah senyawa organik yang terdiri sepenuhnya
dari atom hidrogen dan atom karbon . Hidrokarbon yang salah satu atom hidrogen telah
terpisah atau dipisahkan dari fungsi kelompoknya, dinamakan hydrocarbyls disebut.
Aromatik hidrokarbon (arena), alkana , alkena , sikloalkana dan alkuna berbasis senyawa
berbagai jenis dari hidrokarbon. Hidrokarbon sendiri merupakan pencemar udara yang
dapat berupa gas, cairan maupun padatan. Dinamakan hidrokarbon karena penyusun
utamanya adalah atom karbon dan atom hidrogen yang dapat terikat (tersusun).

Hidrokarbon merupakan teknologi umum yang digunakan untuk beberapa senyawa


organik yang diemisikan bila bahan bakar minyak dibakar. Sumber langsung dapat berasal
dari berbagai aktivitas perminyakan yang ada, seperti ladang minyak, gas bumi.

2.3.1 Aktivitas yang mempengaruhi HydroKarbon

Hidrokarbon adalah salah satu sumber energi yang paling penting di Bumi.. Penggunaan
utama dari hidrokarbon adalah sebagai sumber pembakaran dari bahan bakar. Dalam
bentuk padat mereka, hidrokarbon dapt berupa aspal. Industri pengolahan minyak dan
petrokimia mengemisikan hidrokarbon dalam jumlah yang besar. Aktivitas alam sendiri
juga mengemisikan hidrokarbon, yang membentuk konsentrasi alami hidrokarbon di
atmosfer. Hidrokarbon juga merupakan pencemar utama yang diemisikan oleh kendaraan
bermotor dari lalu lintas diperkotaan. Dibeberapa kota besar sumber ini merupakan sumber
hidrokarbon yang paling dominan, sebagai pencemar primer dan yang memberikan
kontribusi terbesar dalam pencemaran udara.

2.3.2 Pencegahan

Terdapat strategi dalam mencegah dampak hidrokarbon yang ada sekarang ini:

1. Kontrol emisi sumber stasioner seperti kilang minyak, petrokimia (dengan


pemasangan filtering system untuk memisahkan HC pada cerobong gas
buang pada ladang minyak dan industri-industri )
2. Kontrol lingkungan
3. Kontrol emisi kendaraan bermotor.

2.4 Nitrogen Oksida (NOx)

Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx, karena oksida nitrogen mempunyai 2
macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO. Sifat gas NO2 adalah
berwarna dan berbau, sedangkan gas NO tidak berwarna dan tidak berbau. Warna gas NO2
adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung. Dari seluruh jumlah NOx
yang dibebaskan ke atmosfer, jumlah yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang
diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi poluasi NO dari sumber alami ini tidak

6
merupakan masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlahnya menjadi kecil. Yang
menjadi masalah adalah polusi NO yang diproduksi oleh kegiatan manusia karena
jumlahnya akan meningkat hanya pada tempat-tempat tertentu.

2.4.1 Aktivitas yang mempengaruhi gas Nox

Konsentrasi NOx di udara di daeraah perkotaan biasanya 10-100 kali lebih tinggi
daripada di udara daerah pedesaan. Konsentrasi NOx di udara daerah perkotaan dapat
mencapai 0,5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi nitrogen oksida dipengaruhi oleh
kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari
pembakaran, dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan, produksi energi dan
pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx yang dibuat manusia berasal dari
pembakaran arang, minyak, gas alam dan bensin.

Pencemaran gas Nox terutama berasal dari pembakaran bahan bakar pada mesin yang
kurang sempurna. Ada dua cara untuk menghindari pembakaran tidak sempurna, maka
dilakukan 2 proses pembakaran yaitu :

1. Bahan bakar dibakar pada temperatur tinggi dengan sejumlah udara sesuai
dengan persamaan stoikiometri, misalnya dengan 90 -95% udara.
Pembakaran NO dibatasi tidak dengan adanya kelebihan udara.
2. Bahan bakar dibakar sempurna pada suhu relatif rendah dengan udara
berlebih. Suhu rendah menghindarkan pembentukan NO. Kedua proses ini
menurunkan pembentukan NO sampai 90%.

2.4.2 Pencegahan

1. Membatasi jenis kendaraan ( Pembatasan terhadap Kendaraan jenis tertentu


yang kadar Nox pada gas buang nya terlalu ekstrim ).
2. Penanggulangan gas buang kendaraan bermotor
3. Mengurangi asap buangan industri dengan menerapkan pengontrolan limbah
buangan.

2.5 Uji Emisi

Manfaat uji emisi untuk mengetahui efektivitas proses pembakaran bahan bakar pada
mesin dengan cara menganalisis kandungan karbon monoksida (CO) ,hidrokarbon (HC)
dan Nitrogen Oxide ( Nox ) yang terkandung didalam gas buang. Selain itu uji emisi
berguna untuk mengetahui adanya kerusakan pada bagian-bagian mesin kendaraan. Uji
emisi juga berguna membantu saat melakukan setting campuran udara dan bahan bakar
yang tepat. Sedangkan keuntungan dari uji emisi bisa memperoleh kepastian mengenai
kinerja mesin kendaraaan yang digunakan apakah dalam kondisi prima dan dapat

7
diandalkan. Selain itu uji emisi bisa mengirit bahan bakar, namun tenaga tetap optimal serta
bisa menciptakan lingkungan sehat dengan udara bersih.

Kerusakan kendaraan bisa terdeteksi dari hasil uji emisi, yang antara lain bisa dilihat
dari tingginya kandungan HC. Hal ini terjadi bisa karena berbagai faktor, seperti kebocoran
pada sistem vakum, sistem pengapian yang tidak bekerja dengan baik, kerusakan pada
oksigen sensor dan gangguan pada sistem

pasokan udara. Kandungan HC tinggi juga bisa karena adanya kerusakan pada
catalytic converter dan kerusakan mekanis pada bagian dalam mesin seperti klep, mesin,
ring atau silinder. Kerusakan kendaraan juga bisa terdeteksi dari tingginya kandungan CO.
Hal ini juga terjadi karena beberapa faktor, bisa karena karburator tidak bekerja dengan
baik, filter udara kotor, kerusakan pada sistem choke karburator.

Pada prinsipnya setiap pembakaran akan menghasilkan CO2 (sebagai sampah) dan O2
terpakai (sebagai pembakar). Dalam pembakaran sempurna CO2 harus tinggi dan O2
rendah. CO2 merupakan indikasi dari tingkat efisiensi pembakaran mesin bensin. Pada
mesin mobil generasi lama, pencampuran bahan bakar dengan udara diproses oleh
karburator. Kelemahan mesin karburator akurasi campuran bahan bakar dan udara
umumnya rendah karena kondisi permukaan bahan bakar dalam float chamber carburator
mempengaruhi rasio campurannya. Sementara pada mesin kendaraan modern sudah
menggunakan sistem injeksi, yaitu menggunakan EFI (Electronic Fuel Injection) yang
mampu bekerja secara computrized dalam mengatur campuran bahan bakar dengan udara
atas informasi dari beberapa sensor, mengatur saat pembakaran dan tepat di setiap RPM.
Untuk mengurangi emisi gas buang disyaratkan dengan pemasangan alat Catalytic
Converter untuk mereduksi gas CO , HC dan NOx.

2.6 Pengertian Catalytic Converter

Catalytic Converter adalah alat yang digunakan untuk mengurangi toksisitas emisi dari
sebuah mesin pembakaran internal. Pertama kali diperkenalkan secara luas pada seri-
produksi mobil di pasaran AS untuk model tahun 1975 Catalytic untuk mematuhi
pengetatan peraturan knalpot mobil. Catalytic converter juga digunakan pada generator set,
forklift, peralatan pertambangan, truk, bus, kereta api, dan lainnya dilengkapi mesin-mesin.
Sebuah Catalytic Converter menyediakan suatu lingkungan untuk suatu reaksi kimia
beracun di mana pembakaran oleh produk-dikonversi menjadi-zat yang tidak berbahaya.

Catalytic converter yang diciptakan oleh Eugene Houdry, seorang insinyur mesin
Perancis yang tinggal di Amerika Serikat. Sekitar tahun 1950. Tapi sampai lead ( bahan
logam timah untuk meningkatkan nilai oktan pada bensin ) bisa dihilangkan dari bensin,
(lead diperkenalkan pada tahun 1920 untuk meningkatkan oktann level) itu meracuni
katalis apapun. The catalytic converter ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh John
J. Mooney dan Carl D. Keith di Engelhard Corporation, menciptakan produksi pertama
catalytic converter pada tahun 1973.. Sebetulnya Catalytic Converter bersifat seperti ruang
bakar kedua, karenanya aliran emisi buangan akan mengalami oksidasi, sehingga karbon

8
monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC) bisa diubah menjadi karbon dioksida (CO2) dan
uap air (H2O) yang relatif lebih aman.

Saat ini Catalytic Converter telah digunakan di banyak mesin-mesin mobil dan motor,
bahkan beberapa motor bebek yang nobatene motor murah sudah memasang teknologi ini.

Ada dua tipe dari Catalytic Converter, yaitu 3-way Catalist dan 2- way Catalyst. 3-way
Catalist digunakan pada mesin mobil dan motor yang menggunakan bahan bakar bensin
(Premium, dsb.). Ada tiga tahap dalam proses ini yaitu :

1. Reduksi Nitrogen Oksida menjadi nitrogen dan Oksigen :

2NOx xO2+N2

2. Oksidasi Carbon Monoksida menjadi Karbon Dioksida :

2CO + O2 2CO2

3. Oksidasi senyawa Hidrokarbon yang tak terbakar (HC) menjadi Karbon

Dioksida dan air : 2CxHy + (2x+y/2)O2 2xCO2 + yH2O

Reaksi-reaksi di atas akan berjalan efisien bila mesin bekerja dengan perbandingan
14,7 bagian udara dengan 1 bagian bahan bakar. Bentuk Catalytic Converter seperti tabung
bentuknya mirip sarang tawon, Catalytic Converter ditempatkan dibelakang exhaust
manifold pada pipa buang. Alasannya Catalytic Converter agar cepat panas karena alat ini
baru bekerja efektif ketika kondisinya panas.

Catalytic Converter sangat peka terhadap logam-logam lain yang biasanya terkandung
dalam bensin ataupun solar misalnya timbal pada premium, belerang pada solar, lalu seng,
mangan, fosfor, silikon, dsb. Logam-logam tersebut bisa merusak komponen dari Catalytic
Converter. Oleh karena itu teknologi ini tidak bisa digunakan di semua daerah terutama
daerah yang premiumnya belum diganti oleh Premium TT (Tanpa Timbal).

9
Gambar 2.2 Catalytic Converter General

Catalytic converter mengoksidasi PM dan HC yang dihasilkan oleh gas buang mesin dan
diubah secara kimia menjadi unsur yang aman seperti CO2 dan air. Gas buang dialirkan melewati
sebuah ”high-purification-ratio catalysator” yang berisi logam mulia seperti emas putih, dimana
logam tersebut dipasang di bagian tengah pada system gas buang, sehingga PM ( Particulat Molekul
), dan HC ( Hydro Carbon ) dapat dikurangi.

Sedangkan 2-way Catalist digunakan pada mesin diesel. Karena pada daur Mesin
Diesel tidak dihasilkan Nitrogen Oksida (NOx), maka daur yang terjadi hanyalah daur
nomor 2 dan 3 saja.

10
Gambar.2.3 Catalic Converter 2 way

11
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Proses Terjadinya Emisi Gas Buang oleh Kendaraan Transportasi

Tidak ada yang bisa menepis, betapa, emisi gas buang, berupa asap knalpot, adalah
akibat terjadinya proses pembakaran yang tidak sempurna, dan mengandung timbal/timah
hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx), oksida sulfur
(SO2), hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox)” (BPLH
DKI Jakarta, 2013).
Selanjutnya, emisi gas buang yang paling signifikan dari kendaraan bermotor ke
atmosfer berdasarkan massa, adalah gas karbondioksida (CO2), dan uap air (H2O) yang
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang berlangsung sempurna yang dapat dicapai
dengan tersedianya suplai udara yang berlebih. Namun demikian, kondisi pembakaran
yang sempurna dalam mesin kendaraan, jarang sekali terjadi.

3.2 Dampak Terjadinya Pencemaran Udara Terhadap Kehidupan dan Lingkungan

Sebagaimana kita ketahui bersama, pencemaran udara atau perubahan salah satu
komposisi udara dari keadaan normal, mengakibatkan terjadinya perubahan suhu dalam
kehidupan manusia. Pembangunan transportasi yang terus dikembangkan menyusul
dengan permintaan pasar, ternyata, telah mendorong terjadinya bencana pembangunan.
Saat ini, kita semua telah mengetahui bahwa pengaruh polusi udara juga dapat
menyebabkan pemanasan efek rumah kaca (ERK) bakal menimbulkan pemanasan global
atau (global warming) (Sudrajad, 2006).
Tentunya, hal ini harus merupakan sebuah peringatan kepada para pemilik kebijakan
industri dan kebijakan transportasi agar melihat kepada masalah udara di sekitarnya. Proses
pembangunan yang ada di Indonesia dalam konteks transportasi, ternyata, telah
menimbulkan bencana pembangunan yang pada akhirnya bermuara menjadi permasalahan
ekologis. Akibatnya, udara sebagai salah satunya commons yang open access menjadi
berbahaya bagi kesehatan manusia dan alam sekitarnya.

3.3 Kondisi Existing Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Transportasi

Dalam melihat kasus pencemaran udara akibat kendaraan bermotor sebagai suatu
dampak, adalah bukan satu-satunya penyebab yang disalahkan. Akan tetapi,
penggunaannya yang tidak teratur (disorder) adalah yang dapat menimbulkan ”abuse” bagi
lingkungan kita, terutama udara. Singgungan antara transportasi dan lingkungan juga dapat
diungkapkan lewat masalah perilaku manusia terhadap lingkungannya (Sudrajad, 2006).
Hal tersebut bertolakbelakang, mengingat, transportasi yang seharusnya merupakan salah
satu perangkat teknologi untuk memudahkan manusia, malahan menimbulkan dampak
yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungannya. Selanjutnya, secara langsung,

12
kandungan-kandungan timah hitam dan SPM dapat mengganggu kesehatan kita, dan/atau
menimbulkan penyakit-penyakit yang mematikan. Lalu apakah produksi dari transportasi
sebagai alasan pembangunan teknologi dapat dijadikan alasan bagi para pembuat
keputusan. Kenyataan inilah yang sampai sekarang selalu menjadi ajang perdebatan,
terutama, dalam memahami bagaimana mengartikan sebuah lingkungan dan teknologi agar
dapat berdampingan tanpa adanya bahaya serta transportasi yang tidak teratur (disorder).

Sebagai contoh, di Jakarta, sumber pencemaran udara yang utama adalah kendaraan
bermotor dan industri. Dalam hal ini, tehadap beban emisi total, kendaraan bermotor
menyumbang sekitar 71% pencemar oksida nitrogen (NOX), 15% pencemar oksida sulfur
(SOx), dan 70% pencemar partikulat (PM10). Tampaknya, emisi gas dan kandungannya
menjadi beban moral bagi pengguna transportasi dan industri transportasi (BPLH DKI
Jakarta, 2013).

Permasalahan seperti ini telah menjadi fenomena pembangunan. Walau pembangunan


transportasi yang ideal amat diharapkan oleh masyarakat, namun, dari sudut pandang
ekologi, dampak sosial transportasi dengan lingkungan telah menimbulkan depresi
terhadap masyarakat. Secara lebih tegas dapat dikatakan, udara yang tercemar akibat
transportasi telah menimbulkan tingkat stress pada manusia yang mengalami gangguan
tersebut.

Dari perspektif ekologi, perilaku manusia yang beradaptasi dengan proses akan
menjadi jenuh apabila adaptasi tersebut dilakukan dengan terus menerus atau sering,
sehingga, orang yang dalam kehidupan sehari-harinya mengalami gangguan udara dari
transportasi dan mengalami kejenuhan dapat menimbulkan stress dan depresi (kajian ini
terjadi pada behaviour-nya).

Karena apa yang adaptif dan bukan adaptif, bagi mereka, adalah cenderung pada
perubahan perilaku kolektif dari masyarakatnya. Hal ini dapat ditunjukkan, tingkat stress
dan depresi penduduk di kota- kota besar seperti Jakarta tergolong tinggi. Manusia sebagai
faktor yang menentukan keberlanjutannya lingkungan yang ada di sekitarnya, menjadi
tidak berdaya, karena, pengrusakan lingkungan terjadi dan dilakukan oleh segelintir orang
yang tidak bertanggung-jawab.

Oleh sebab itu, kejadian-kejadian seperti pencemaran udara pun tidak terhindarkan.
Bukan hanya itu, ternyata, permasalahan ekologi yang terjadi akibat transportasi ini juga
menjadi permasalahan psikologis yang ada pada masyarakat urban. Semakin tinggi tingkat
pencemaran udara, maka, kecenderungan tingkat stress pun akan semakin tinggi pula.
Kebijakan transportasi yang berhubungan dengan lingkungan atau Transportation
Environment, adalah merupakan suatu penyebab munculnya dampak sosial. Artinya,
dampak sosial yang dimaksud adalah transportasi yang tidak teratur (disorder), yang
kemudian
mengganggu kehidupan manusia.

Pada saat ini, transportasi selalu dijadikan alasan utama bagi pencemaran kota.
Kebanyakan orang beranggapan, pencemaran kota yang merusak udara di sekitar kita

13
adalah merupakan suatu akibat dari kelalaian pemerintah dan produsen yang mendesain
kendaraan bermotornya tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Akibatnya,
daerah perkotaan dianggap merupakan salah satu sumber utama pencemaran udara, dan
memegang peranan yang sangat besar dalam masalah pencemaran udara.

Pada umumnya, dari berbagai sektor yang potensial dalam mencemari udara, maka,
sektor transportasi memegang peran yang sangat besar dibanding dengan sektor yang
lainnya. Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber
polusi udara mencapai 60-70%, sementara, kontribusi gas buang dari cerobong asap
industri hanya berkisar 10-15%, dan sisanya berasal dari sumber pembakaran lain;
misalnya rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dan lain-lain (BPLH DKI
Jakarta, 2013).

Dari uraiaan di atas, maka, tampak dengan jelas beberapa faktor penting yang
menyebabkan dominannya pengaruh sektor transportasi terhadap pencemaran udara
perkotaan di Indonesia antara lain:

a. Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial).


b. Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada.
c. Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat, akibat terpusatnya
kegiatan-kegiatan perekonomian dan perkantoran.
d. Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang ada,
misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat kota.
e. Kesamaan waktu aliran lalu lintas.
f. Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor.
g. Faktor perawatan kendaraan.
h. Jenis bahan bakar yang digunakan.
i. Jenis permukaan jalan.
j. Siklus dan pola mengemudi (driving pattern).

Di samping faktor-faktor yang menentukan intensitas emisi gas buang sumber


pencemaran udara tersebut, faktor penting lainnya adalah; faktor potensi dispersi atmosfer
daerah perkotaan akan sangat tergantung kepada kondisi dan perilaku meteorologi.
Padahal, sektor transportasi mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap sumber
energi yang berdampak terhadap kehidupan dan lingkungan.

Hampir semua produk energi konvensional dan rancangan motor bakar yang
digunakan dalam sektor transportasi masih menyebabkan sumber emisi pencemaran udara.
Penggunaan BBM (Bahan Bakar Minyak) bensin dalam motor bakar akan selalu
mengeluarkan senyawa- senyawa seperti CO (karbon monoksida), THC (total hidro
karbon), TSP (debu), NOx (oksida-oksida nitrogen) dan SOx (oksida- oksida sulfur)
(BPLH DKI Jakarta, 2013).
Premium yang dibubuhi TEL, akan mengeluarkan timbal. Solar dalam motor disel
akan mengeluarkan beberapa senyawa tambahan di samping senyawa tersebut di atas, yang
terutama adalah fraksi-fraksi organik seperti aldehida, PAH (Poli Alifatik Hidrokarbon),

14
yang mempunyai dampak kesehatan yang lebih besar (karsinogenik), dibanding dengan
senyawa-senyawa lainnya.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, penggunaan bahan bakar untuk kendaraan
bermotor dapat mengemisikan zat-zat pencemar seperti CO, NOx, SOx, debu, hidrokarbon
juga timbal. Udara yang tercemar oleh zat-zat tersebut dapat menyebabkan gangguan
kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan
komposisi kimiawinya.

Gangguan tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru-paru
dan pembuluh darah, atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Biasanya, pencemaran
udara karena partikel debu dapat menyebabkan penyakit
pernapasankronissepertibronchitiskronis, emfiesma paru, asma bronchial dan bahkan
kanker paru-paru.

Kadar timbal yang tinggi di udara juga dapat mengganggu pembentukan sel darah
merah. Gejala keracunan dini mulai ditunjukkan dengan terganggunya fungsi enzim untuk
pembentukan sel darah merah, yang pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan
kesehatan lainnya; seperti anemia, kerusakan ginjal dan lain-lain, sedang keracunan Pb
bersifat akumulatif.

Keracunan gas CO timbul sebagai akibat terbentuknya karboksihemoglobin (COHb)


dalam darah. Afinitas CO yang lebih besar dibanding dengan oksigen untuk membawa
oksigen ke seluruh tubuh menjadi terganggu (BPLH DKI Jakarta, 2013). Selaras dengan
itu, berkurangnya penyediaan oksigen ke seluruh tubuh, apabila tidak segera mendapat
udara segar, akan membuat sesak napas dan dapat menyebabkan kematian. Sementara,
bahan pencemar udara seperti NOx, SOx, dan H2S dapat merangsang pernapasan yang
mengakibatkan iritasi dan peradangan.

3.4 Upaya untuk Mengurangi Dampak Polusi/Pencemaran Udara

Upaya pengendalian pencemaran udara akibat kendaraan bermotor yang mencakup


upaya-upaya pengendalian baik langsung maupun tidak langsung, Pencemaran Udara
Akibat Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor akan dapat menurunkan tingkat emisi dari
kendaraan bermotor secara efektif antara lain (Sudrajad, 2006):

1. Mengurangi jumlah mobil lalu lalang. Misalnya dengan jalan kaki, naik sepeda,
kendaraan umum, atau naik satu kendaraan pribadi bersama teman teman (car
pooling).
2. Selalu merawat mobil dengan saksama agar tidak boros bahan bakar dan
asapnya tidak mengotori udara.
3. Meminimalkan pemakaian AC. Pilihlah AC non-CFC dan hemat energi.
4. Memilih bensin yang bebas timbal (unleaded fuel).

15
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Solusi untuk mengatasi polusi udara kota, terutama ditujukan pada pembenahan sektor
transportasi dengan tanpa mengabaikan sektor-sektor lain, maka, tidak ada kata lain kecuali
harus mau belajar dari kota-kota besar lain di dunia yang telah berhasil menurunkan polusi
udara dan angka kesakitan serta kematian yang diakibatkan karenanya. Di antaranya,
dengan pembatasan izin bagi angkutan umum kecil, dengan memperbanyak kendaraan
angkutan massal; seperti bus dan kereta api, diperbanyak. Kemudian, kontrol terhadap
jumlah kendaraan pribadi juga dapat dilakukan seiring dengan perbaikan pada sejumlah
angkutan umum.

Selanjutnya, pembatasan usia kendaraan terutama bagi angkutan umum juga perlu
mendapatkan pertimbangan secara khusus, mengingat, semakin tua kendaraan, apalagi
yang kurang terawat, sangat berpotensi besar sebagai penyumbang polutan udara. Selaras
dengan itu, pembangunan MRT, dan Electronic Road Pricing (ERP), juga mendesak untuk
direalisasikan. Di samping itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan Tindakan tegas
terhadap pelanggaran berkendara benar-benar dapat diwujudkan, begitu juga uji emisi yang
dilakukan secara berkala, serta penanaman pohon berdaun lebar di pinggir jalan, terutama
yang lalu lintasnya padat, dapat juga mengurangi polusi udara.

16

Anda mungkin juga menyukai