Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

(KEBUTUHAN KONSEP DIRI)

ANGGOTA KELOMPOK 1 :
1. HILAL.
2. RIZKY NURBAITY.
3. YENI YULIANTI.

AKADEMI KEPERAWATAN KARYA BHAKTI HUSADA


YOGYAKARTA
T.P 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalh ini tepat pada waktunya yang
berjudul “Makalah Kebutuhan Konsep Diri”

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yag bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
segala urusan kita. Aamiin.

Bantul, 04 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................1

KATA PEGANTAR............................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG.........................................................................................................4

RUMUSAN MASALAH....................................................................................................5

TUJUAN PENELITIAN.....................................................................................................5

KEGUNAAN PENELITIAN..............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

KERANGKA PEMIKIRAN................................................................................................5

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................................9


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan
yang unik karena masalah keperawatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung, seperti pada
masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan berbagai macam gejala dan disebabkan oleh
berbagai hal (Erlinafsiah, 2010).

Penelitian World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia 2014 itu
menunjukkan hampir 3/4 beban global penyakit neuropsikiatrik didapati berpenghasilan rendah
dan menengah ke bawah. WHO memperkirakan tidak kurang dari 450 juta penderita mengalami
gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini, 25%
diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa tpada usia tertentu. Gangguan jiwa yang mencapai
13%, kemungkinan akan berkembang 25% pada tahun 2030, menurut survey saat ini gangguan
jiwa ditemukan sebanyak 450 juta orang di dunia terdiri dari 150 juta depresi, 90 juta gangguan
penggunaan zat dan alkohol, 38 juta epilepsi, 25 juta skizofrenia, serta hampir 1 juta melakukan
bunuh diri setiap tahun.

Penyebab lain dari masalah harga diri rendah diperkirakan juga sebagai akibat dari masa
lalu yang kurang menyenangkan, misalnya terlibat napza. Berdasarkan hasil dari overview
dinyatakan bahwa pecandu napza biasanya memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri
yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidakmampuan
mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan cenderung depresi.
Remaja yang menyalahgunakan napza umumnya tidak mandiri dan menganggap segala
sesuatunya harus diperoleh dari lingkungan

Terapi keperawatan yang dapat diberikan pada klien sendiri bisa dalam bentuk terapi
kognitif. Terapi ini bertujuan untuk merubah pikiran negatif yang dialami oleh klien dengan
harga diri rendah kronis ke arah berpikir yang positif. Pada keluarga terapi yang diperlukan
dapat berupa triangle terapy yang bertujuan untuk membantu keluarga dalam mengungkapkan
perasaan mengenai permasalahan yang dialami oleh anggota keluarga sehingga diharapkan
keluarga dapat mempertahankan situasi yang mendukung pada pengembalian fungsi hidup klien.
Pada masyarakat juga perlu dilakukan terapi psikoedukasi yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang masalah harga diri rendah kronis yang merupakan salah satu
bagian dari masalah gangguan jiwa di masyarakat.

B. Identifikasi Masalah
Dengan pernyataan diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus tersebut dengan
judul asuhan keperawatan pada Tn.S dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah di ruang
Ayodya Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

C. Tujuan

1. Mampu memahai konsep dasar harga diri rendah.


2. Mampu melaksanakan pengkajian pada klien dengan harga diri rendah.
3. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan harga
4. diri rendah.
5. Mampu menyusun tujuan dan intervensi keperawatan pada klien
6. dengan halus.
7. Mampu melaksanakan intervensi keperawatan yang telah disusun pada
8. klien dengan harga diri rendah.
9. Mampu mengevaluasi hasil pelaksanaan tindakan keperawatan pada
10. klien dengan harga diri rendah.

D. MANFAAT

1. Bagi Perawat

a) Mampu memahami tentang asuhan keperawatan dengan harga diri


b) rendah.
c) Menambah pengetahuan tentang penanganan pasien yang mengalami
d) gangguan harga diri rendah.
e) Dapat merumuskan diagnosa, melaksanakan intervensi dan
f) mengevaluasi hasil tindakan keperawatan terhadap klien yang
g) mengalami harga diri rendah.

2. Bagi klien

a) Klien merasa senang masalahnya ada yang membantu menyelesaikan.


b) Klien merasa tenang karena ada yang melindungi dan menyayangi.
c) Klien akan cepat sembuh karena ada yang fokus merawatnya.
PEMBAHASAN

A. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

1. Pengertian

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya
hilang percaya diri,merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri
(Yosef 2009 hal 39). Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah.
Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mau
beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung nerasa aman. Individu yang memiliki
harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negative dan menganggap sebagai ancaman
(Yosep 2009). Dari pengertian diatas,dapat penulis simpulkan bahwa haraga diri rendah adalah
perasaan negatif terhadap diri sendiri sejauh mana individu menilai dirinya sebagai orang yang
tidak memiliki kemampuan.

2. Etiologi

Berbagai faktor penunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang.dalam


tinjauan life stan history klien, penyebab harga diri rendah adalah pada masa kecil sering di
salahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. (Yosep,2009)

Factor-faktor yang mengakibatkan harga diri rendah kronik meliputi predisposisi dan
faktor presifitasi Stuart (2006) sebagai berikut:

a. Factor predisposisi

1. Factor yang meliputi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang
tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempuynyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
2. Factor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran gender, tuntutan
peran kerja, dan harapan peran budaya.
3. Factor ysng mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidak percayaan orang tua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.

b. Factor presifitasi

Terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh perubahan
penampilan atau bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun. Yosep, (2009,)

c. Perilaku

Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku yang objektif dan dapat
diamati serta perasaan subjektif dan dunia dalam diri klien sendiri.
3. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah

Adapun tanda dan gejala harga diri rendah adalah sebagai berikut :

1. Mengkritik diri sendiri.


2. Perasaan tidak mampu.
3. Pandangan hidup yang pesimis.
4. Penurunan produktivitas
5. Penolakan terhadap kemampuan diri.

Selain data di atas, dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga diri
rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan
kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan nada
suara pelan.

4. Batasan Karakteristik Harga Diri Rendah

Batasan karakteristik menurut Nanda – 1 (2012), yaitu :

1. Bergantung pada pendapat orang lain.


2. Individu tidak mampu menghadapi peristiwa,
3. Melebih – lebihkan umpan balik negative tentag diri sendiri.
4. Secara berlebihan mencari penguatan.
5. Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup.
6. Enggan mencoba situasi baru, enggan mencoba hal baru.
7. Perilaku bimbang, kontak mata kurang.
8. Perilaku tidak asertif.
9. Sering kali mencari penegasan, pasif.
10. Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri.
11. Ekspresi rasa bersalah.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosio-


spiritual dengan pendekatan proses keperawatan pada klien dengan Isolasi Sosial: Menarik
Diriberdasarkan ilmu dan kiat keperawatan dengan menggunakan pola pikir ilmiah, sehingga
klien dapat hidup mandiri.

2. Tujuan Khusus

1. Dapat melakukan pengkajian fisik, psikologis, social dan spiritual sehingga dihasilkan
masalah keperawatan.
2. Dapat menentukan diagnose keperawatan sesuai dengan prioritas masalah klien dengan
Isolasi Sosial: Menarik Diri.
3. Dapat menyusun rencana tindakan keperawatan kepada klien dengan Isolasi Sosial:
Menarik Diri.
4. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan rencana tindakan
keperawatan.
5. Dapat melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial: Menarik
Diri.
PENGKAJIAN

I. Biodata

Identitas Nama : Tn. H

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 31 tahun

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaaan : -

Alamat : Sari Rejo Medan Polonia

Tanggal Pengkajian : 13 Juni 2017

Diagnosa medis : Skizofenia Paranoid

II. Keluhan Utama

Klien datang dengan keluhan sudah seminggu yang lalu klien mudah tersinggung, emosi
labil, marah-marah dan suka merasa curiga terhadap orang lain, klien sulit diarahkan juga sering
keluyuran tidak pulang kerumah.

III. Riwayat Kesehatan Sekarang

A. Propocative / Palliative

1. Apa penyebabnya : Klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu lebih
kurang setahun yang lalu muncul dengan gejala tersebut (mudah tersinggung,
emosi labil, marah-marah dan suka merasa curiga terhadap orang lain).
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan : Perawatan selama dirumah sakit dan obat-
obatan

B. Quantity / Quality

1. Bagaimana dirasakan : Klien merasa keluarga tidak memperdulikan dirinya lagi.


Klien juga merasa hidupnya tidak berguna lagi.
2. Bagaimana dilihat : Klien merasa lemah, menolak terhadap kemampuan sendiri
dan ingin mencederai diri sendiri.
3.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A.Penyakit yang pernah dialami

Klien mengatakan sebelumnya sudah pernah masuk rumah sakit jiwa karena suka
marah-marah, merusak alat rumah tangga serta bicara dan tertawa sendiri.

B.Pengobatan / tindakan yang dilakukan

Klien mendapat perawatan dari rumah sakit serta obat-obatan

C.Pernah dirawat / dioperasi

Klien mengatakan tidak pernah dioperasi.

D.Lama dirawat Sebelumnya

klien di rawat tahun 2007 selama 6 bulan.

E.Alergi

Klien tidak mengalami riwayat alergi.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A.Orang Tua

Klien mengatakan orang tuanya tidak mengalami penyakit seperti dirinya.

B.Saudara kandung

Klien mengatakan saudaranya tidak mengalami penyakit seperti dirinya.

C.Penyakit keturunan yang ada

Klien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan.

D.Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Klien mengatakan sebelumnya tidak ada anggota keluarga yang mengalami


gangguan jiwa seperti dirinya.

E.Anggota keluarga yang meninggal

Klien mengatakan tidak ada keluarganya yang meninggal.


F.Genogram

Klien anak 5 dari 5 bersaudara

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A.Persepsi klien tentang penyakitnya :

Klien mengetahui bawa dirinya menggalami gangguan jiwa .

B.Konsep Diri

1. Gambaran diri : Klien menyukai bagian muka dengan alasan klien kalau tanpa
ada muka seseorang itu tidak akan pantas dan pasti menakutkan.
2. Ideal diri : Klien ingin cepat sembuh dan melakukan aktivitas seperti biasa
(membantu orang tuanya ) dan dapat berkerja
3. Harga diri : Klien mengatakan dirinya merasa tidak berguna lagi dengan keadaan
sekarang dan tidak mampu membantu ibunya yang sudah tua
4. Peran diri : Klien sebagai anak dalam keluarganya
5. Identitas : Klien seorang dan belum menikah

C.Keadaan Emosi

Pasien dapat menggontrol emosi nya

D.Hubungan Sosial

1. Orang yang berarti : Bagi klien orang yang berarti adalah orang tua nya (ibu)
2. Hubungan dengan keluarga : Klien mengatakan hubungan dengan kelurga nya
baik
3. Hubungan dengan orang lain : Klien mengatakan hubungan dengan tetangga nya
baik dan hubungan dengan masyarakat nya baik.
4. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain : Tidak ada hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain.

VII. STATUS MENTAL

1. Penampilan :
Klien berpakaian rapi yang sesuai, kuku tangan pendek karena orang tua klien selalu
memotang nya kuku klien saat panjang.
2. Pembicaraan :
Klien berbicara kooperatif, klien dapat menjawab pertanyaan perawat dengan baik dan
jawabannya sesuai dengan pertanyaan.
3. Interaksi selama wawancara :
Selama wawancara dengan perawat, klien tampak kooperatif dan kontak mata mudah
beralih kearah yang tak menentu dan sulit konsentrasi.
4. Alam perasaan :
Klien tampak sedih dan tidak bergairah serta iri dengan teman-temannya karena klien
belum bisa membahagiakan ibunya seperti teman-teman lainnya

VIII. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan klien sadar, dengan tanda-tanda vital.Tekanan darah : 120 / 80 mmHg, Nadi :
80x/i, Pernapasan : 18x/i dan suhu tubuh 37oC. Bentuk kepala bulat,simetris,kulit kepala bersih
dan penyebaran rambut merata, wajah klien oval. Klien memiliki dua mata dengan simetris, dua
telingga dengan simetris dan tidak ada kelainan pendengaran, posisi hidung simetris dan terdapat
dua lubang hidung, keadaan bibir simetris dan lembab klien juga dapat membedakan rasa asam,
manis, pahit,dan asin, keadaan leher simetris tidak kelainan pada leher klien, kulit klien bersih
tidak kelainan kulit.

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI – HARI


1. Pola makan dan minum

Frekuensi makan /hari : 3 kali sehari.Nafsu / selera makan : klien tidak nafsu makan.
Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri ulu hati. Alergi : klien tidak memilki alergi. Mual dan muntah
:tidak ada mual dan muntah. Tampak makan memisahkan diri : klien tidak ada memisahkan diri
saat makan , klien makan dengan keluarga nya. Waktu pemberian makan : pagi, siang dan
malam. Jumlah dan jenis makan : 1 porsi , jeni nasi + lauk pauk dan sayur dan klien apa yang
dimasak keluarga nya dimakan. Waktu pemberian cairan : tidak ditentukan. Masalah makan dan
minum : klien dapat menyebutkan makan 3x sehari, jumlahnya 1 piring dan tanpa ada bantuan.

2. Perawatan diri / personal hygiene

Klien mengatakan mandi 2x sehari, menggunakan sabun dan dilakukan secara mandiri.

3. Pola kegiatan / aktivitas

Kegiatan aktivitas klien : mandi, makan, eliminasi,ganti pakaian dilakukan mandiri.


Kegiatan ibadah klien : klien terkadang sholat,dan sering orang tua klien membaca kan Alquran
pada klien

X. POLA ELIMINASI

1.BAB

a. Pola BAB : 2x/ sehari.


b. Karakter feses : lembek.
c. Riwayat pendarahan : klien tidak memiliki riwayat pendrahan.
d. BABTerakhir : malam hari.
e. Diare : klien tidak mengalami diare.
f. Penggunaan laksatif : klien tidak menggunakan laksatif

2.BAK

a. Pola BAK : 5-6 x/sehari.


b. Kateter urine : klien tidak menggunakan kateter urine.
c. Nyeri / kesulitan BAK : tidak ada rasa nyeri atau kesulitan BAK.

XI. MEKANISME KOPING

Adaptif : Ketika klien mengalami masalah klien lebih memilih pergi keluyuran dari rumah.

Maladaptif : Jika klien mengalami masa yang sangat sulit seperti masih menganggap belum
sembuh oleh keluarganya

ANALISA DATA

NO DATA MASALAH
KEPERAWATAN

1. DS:

Klien mengatakan merasa malu


pada dirinya sendiri dan orang lain
karena penyakitnya.

Klien merasa sedih karena orang


tuanya menggangap bahwa klien Harga diri kronis
belum sembuh.

DO :

Ketika klien menceritakan


masalah klien tampak lesu dan
tidak bersemangat selalu menunduk
dan menghindari kontak mata
dengan perawat.

2. DS :

Klien mengatakan ia jarang bergaul


maupun bersosialisasi dengan
orang lain karena malu akan Isolasi sosial
penyakitnya.

DO :

Klien sering pergi keluyuran dari


rumah ketika klien mengalami
masalah.

Kurang dalam kontak mata.

Afek sedih.

INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA PERENCANAAN

Harga Diri Tujuan : klien akan menunjukkan harga diri, Indikator NOC
Rendah Kronis Harga diri

1.Verbalisasi penerimaan diri dengan skala3.

2.Penerimaan keterbatasan diri dengan skala3.

3.Mempertahankan kontak mata dengan skala3.

4.Penerimaan terhadap kritik yang membangun dengan skala 3.

5.Mempertahankan penampilan dan kebersihan diri dengan skala 3.

Rencana Tindakan NIC RASIONAL


Peningkatan harga diri

Monitor pernyataan klien Pernyataan klien tentang


mengenai harga diri. pandangan harga diri klien.

Bantu klien untuk Kemampuan positif yang


mengidentifikasi kemampuan dan dimiliki klien dapat
aspek positif yang dimiliki. meningkatkan percaya diri.

Bantu klien untuk menemukan Klien dapat menerima


penerimaan diri. keadaan sekarang.

Fasilitasi lingkungan dan kegiatan Penghargaan atau pujian akan


yang akan meningkatkan harga memotivasi klien dalam
diri. kemajuan yang telah
dilakukan.Kritik diri akan
Berikan penghargaan atau pujian
membuat klien mampu
terhadap klien atas kemajuan klien. mengenali dirinya.

DIAGNOSA PERENCANAAN

Isolasi sosial Tujuan : klien dapat menerima peran. Indikator NOC


Penampilan peran

1.Penampilan perilaku peran orang tua.

2.Melakukan peran sesuai harapan.

3.Pengetahuan tentang masa perubahan peran.

Rencana TindakanNIC Rasional


Peningkatan peran

Fasilitasi diskusi mengenai Penghargaan atau pujian akan


bagaimana adaptasi peran keluarga memotivasi klien dalam
untuk dapat mengkompensasi kemajuan menghargai peran.
peran anggota keluarga yang sakit.
Klien dapat menerima peran
Bantu pasien untuk dan periode transisi dalam
mengidentifikasi periode transisi kehidupan
peran pada keseluruhan rentang
kehidupan. Berikan penghargaan atau
pujian dalam memotivasiklien
Fasilitasi diskusi mengenai mengenai peran antar saling
harapan diantara pasien dan orang bergantung dengan yang
yang penting bagi pasien dalam lainnya.
hal peran yang saling bergantung
satu sama lain. Memberikan kenyamanan
dalam mengidentifikasi adanya
Dukung pasien untuk perubahan peran serta
mengidentifikasi gambaran gambaran yang realistic.
realistik dari adanya perubahan
peran.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari / tgl DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI

Selasa 13 Harga Diri Rendah 1.Mengkaji pemahaman S:


Juni 2017 Kronis klien tentang harga diri
dengan menanyakan Klien mengatakan bahwa
kepada klien bagaimana keluarga menggangap
pendapat orang lain mengalami gangguan jiwa.
tentang klien menurut Klien dapat melakukan
klien. pekerjaan positifnya dengan
2.Mengkaji kemampuan baik.
positif yang dimiliki
Klien mengatakan ingin
klien.
segera sembuh dan kembali
3.Memotivasi dalam berkumpul dengan keluarga.
menetapkan tujuan yang
O:
realistis.
Klien terlihat baik melakukan
4.Fasilitasi lingkungan
pekerjaanya.
dan kegiatan yang akan
meningkatkan harga diri. Klien menunjukkan ekspresi
senang ketika diberi pujian.
5.Memberikan
penghargaan atau pujian A:
kepada klien atas
kemajuan klien. Mengungkapkan
penerimaandiri secara verbal
dengan skala 3.

Penerimaan keterbatasan diri


dengan skala 3.

Mempertahankan kritik dari


orang lain skala 3.

P:

Intervensi dilanjutkan.

Melatih perilaku yang dapat


meningkatkan harga diri.

Pantau Aktivitas.

Rabu 14 Harga DiriRendah 1.Mengkaji klien untuk S:


Juni 2017 Kronis mengenali dan
mendiskusikan pemikiran Klien mengatakan
dan perasaan. perasaannya masih sedih.

2.Membantu klien untuk Klien mengatakan dampak


menyadari bahwa semua penyakit yang dialaminya
orang adalah unik. adalah dia tidak dapat
melakukan pekerjaan dengan
3.Membantu klien untuk percaya diri.
mengidentifikasi dampak
penyakit atas harga diri. Klien mengatakan sumber
motivasinya adalah keluarga.
4.Membantu klien untuk
sadar akan hal negatif O:
tentang diri.
Klien tampak senang dengan
5.Membantu klien untuk perbincangan yang dilakukan.
mengidentifikasi sumber
A:
motivasi
Membedakan diri dari
lainnya dan lingkungan dengan
skala 4.

P:

Intervensi dilanjutkan

Menyatakan perasaan ke
orang lain dengn skala 4

Pantau Aktivitas.

Kamis15 Isolasi Sosial 1.Memotivasi klien untuk S:


Juni 2017 meningkatkan hubungan
interaksi. Klien mengatakan sudah
mampu berkenalan dan
2.Membantu klien untuk bersosialisasi dengan teman-
meningkatkan harga diri. temannya.

3.Ajarkan bersosialisasi Klien mampu mengerjakan


agar meningkatkan harga aktivitas sesuai dengan jadwal
diri. yang telah disusun.

4.Mendorong klien untuk Klien mengatakan


terlibat dalam aktivitas berkomitmen akan mengikuti
kelompok atau individu segala aktivitas yang telah
seperti TAK atau disusun dengan baik.
beribadah.
O:
5.Mengajarkan klien
untuk melakukan aktivitas Klien mulai berinteraksi
menyapu dan mengepel. dengan teman-temannya.

Wajah klien mengalami


perubahan suasana ceria.

A:

Berpartisipasi sebagai
sukarelawan, pada aktivitas
organisasi, atau pada kegiatan
keagamaan.

P:

Intervensi dilanjutkan.

Berpartisipasi dalam aktivitas


pengalihan dengan orang lain.

Pantau Aktivitas

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengakajian yang dilakukan kepada Tn. H seseorang dengan harga diri
rendah terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri,berpakaian tidak rapi dan selera makan
berkurang. Tn. H juga tidak berani menatap lawan bicara. Tn. H nampak tidak bersemangat dan
kurang kosentrasi, tampak lesu. Klien juga mengatakan dia malu terhadap dirinya sendiri akibat
penyakitnya. Klien juga merasa merendahkan martabat seperti : “saya tidak bisa”, “saya orang
bodoh dan tidak tahu apa-apa”. Dari data diatas Tn. H mengalami isolasi sosial dan gangguan
konsep diri : harga diri rendah.

Anda mungkin juga menyukai