Anda di halaman 1dari 3

Interaksi Lempeng Konvergen

Interaksi lempeng konvergen merupakan interaksi antarlempeng ketika lempeng


litosfer bergerak mendekati satu sama lain. Tabrakan lempeng yang terjadi pada daerah ini
dapat menyebabkan terjadinya gempa bumi, aktivitas vulkanik, dan deformasi pada kerak
bumi. Interaksi lempeng secara konvergen dapat melibatkan lempeng benua dengan lempeng
benua, lempeng benua dengan lempeng samudra, serta lempeng samudra dengan lempeng
samudra. Batas lempeng konvergen seringkali disebut dengan batas destruktif, karena
pertemuan keduanya bersifat tabrakan dan menghancurkan atau mengikis salah satu lempeng.
Pada interaksi lempeng konvergen, salah satu lempeng masuk ke bawah lempeng lainnya.
Peristiwa ini disebut dengan peristiwa subduksi. Kemampuan lempeng untuk masuk ke
bawah lempeng lainnya ditentukan oleh kerapatan dan umur dari lempeng tersebut. Pada
umumnya, lempeng samudra memiliki kerapatan yang lebih besar sehingga mampu
menembus lempeng benua yang cenderung lebih ringan atau buoyant.

Pada pertemuan antara lempeng samudra dengan lempeng samudra (ocean-ocean),


salah satu lempeng akan menembus di bawah lempeng lainnya. Lempeng yang dapat
melakukan peristiwa subduksi ini adalah lempeng yang memiliki umur lebih tua dan
temperatur lebih rendah. Sedangkan, lempeng yang memiliki umur lebih muda dan
temperatur lebih tinggi akan cenderung berada di atas lempeng yang dapat menembus dan
melakukan peristiwa subduksi. Peristiwa ini akan memunculkan palung laut atau ocean
trench. Lempeng yang mengalami subduksi akan mengalami peningkatan temperatur dan
gesekan sehingga akan meleleh pada kedalaman tertentu.
Peristiwa partial melting akan menghasilkan kantung magma atau dapur magma yang
terletak di atas lempeng yang mengalami subduksi. Magma yang terbentuk cenderung ringan
dan akan terangkat semakin mendekat menuju permukaan bumi. Dampak yang ditimbulkan
akibat adanya interaksi lempeng samudra-samudra adalah terbentuknya busur kepulauan atau
island arc atau island chain. Beberapa efek yang ditimbulkan akibat adanya batas lempeng
ini antara lain, yaitu adanya zona progresif gempa dalam, palung laut, busur kepulauan, dan
kehancuran litosfer samudra.

Kemudian, pertemuan antara lempeng benua dengan lempeng benua lainnya


(continent-continent) tergolong ke dalam interaksi lempeng yang sangat kuat. Kedua lempeng
benua yang cenderung lebih tebal dibandingkan lempeng samudra dan memiliki densitas
yang lebih rendah dibandingkan dengan mantel bumi. Oleh karena itu, peristiwa subduksi
tidak ditemukan dalam kasus ini atau ditemukan subduksi dalam jumlah kecil. Fragmen atau
bagian dari kerak benua akan ditemukan pada zona pertemuan dua lempeng ini. Fragmen
batuan yang dihasilkan oleh interaksi ini disebut dengan kompleks batuan bancuh atau
melange. Tekanan yang tinggi juga akan memicu terbentuknya lipatan dan patahan pada zona
ini. Salah satu contoh tipe interaksi lempeng secara konvergen dapat ditemukan pada
Pegunungan Himalaya. Beberapa efek yang ditimbulkan oleh interaksi lempeng ini antara
lain zona lipatan dan patahan yang intens, zona pegunungan lipatan yang luas, aktivitas
gempa dangkal, serta proses pemanjangan dan pemendekan lempeng pada zona tersebut.

Jenis pertemuan lempeng secara konvergen yang terakhir terjadi antara lempeng
benua dengan lempeng samudra (continent-oceanic). Pada pertemuan lempeng ini, terjadi
interaksi antara lempeng benua yang lebih tebal dan kurang rapat dengan lempeng samudra
yang memiliki kerapatan tinggi tetapi lebih tipis dibandingkan lempeng samudra. Akibatnya,
terjadi peristiwa subduksi, yaitu peristiwa dimana lempeng samudra menembus bagian bawah
lempeng benua, seperti pada gambar di bawah ini. Pada kedalaman 160 km, material hasil
subduksi akan mencapai temperatur lelehnya dan kemudian akan mengalami proses partial
melting atau pelelehan parsial. Kemudian, proses pelelehan parsial akan menghasilkan dapur
magma atau magma chamber. Dapur magma yang cenderung lebih ringan jika dibandingkan
dengan material sekitarnya pada mantel bumi akan naik mendekati permukaan bumi. Jika
dapur magma naik tanpa mengalami proses pemadatan, magma akan keluar dari perut bumi
melalui peristiwa erupsi gunung berapi.

Efek yang ditimbulkan oleh adanya interaksi lempeng ini adalah zona aktivitas
gunung berapi yang dalam pada batas kontinen dan cenderung lebih dalam di bawah
kontinen, erupsi gunung berapi atau vulkanisme, serta kehancuran litosfer samudra. Salah
satu contoh daerah yang merupakan hasil dari pertemuan lempeng jenis ini terdapat di daerah
pesisir Washington-Oregon, Amerika Serikat.

Anda mungkin juga menyukai