Anda di halaman 1dari 70

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Pertambangan di Indonesia sudah mengalami revitalitasi beberapa tahun
belakang ini. Sebelumnya pada masa krisis ekonomi banyak perusahaan
pertambangan di Indonesia memilih untuk menghentikan eksplorasinya.
Setelah masa krisis ekonomi membaik maka timbullah kepercayaan dari
pihak luar negeri terhadap kestabilan ekonomi Indonesia. Investor tambang
mulai melirik Indonesia sebagai salah satu negara tujuan investasinya. Potensi
batu bara di Indonesia yang begitu besar menjanjikan untuk terus
dikembangkan. Tingginya cadangan batu bara memungkinkan
pemanfaatannya untuk dijadikan energi listrik menggantikan minyak bumi.
Disamping itu Pemerintah Indonesia menertibkan Undang-undang Indonesia
yang pelaksanaan pertambangan mineral dan batu bara Indonesia yaitu UU
Minerba no. 4/2009 untuk menunjang pertumbuhan yang lebih
baik. Pemerintah pun menerapkan UU Minerba untuk memberikan nilai
tambah terhadap hasil tambang. Dengan adanya kebijakan tersebut akan
menimbulkan beberapa keuntungan, salah satunya adalah meningkatnya
harga jual hasil tambang, karena bahan tambang olahan lebih tinggi nilainya
dibandingkan dengan bahan mentah yang diperjual belikan dengan pihak
luar.
Namun, ditahun 2020 ini semua sektor perekonomian sedang mengalami
penurunan dengan adanya pandemi covid-19 yang terjadi di berbagai negara.
Berbeda halnya dengan China yang sudah memasuki masa pemulihan,
sejumlah negara justru masih terus berjuang dalam menghadapi covid-19
termasuk Indonesia. Khususnya untuk batu bara, sejumlah APBI ICMA
memiliki dampak yang berbeda-beda dalam kondisi sekarang. Ada beberapa
perusahaan tambang batu bara yang memberhentikan sementara produksi
karena khawatir para pelaku bisnis covid-19 ini memperburuk kinerja industri
yang relatif masih tertekan. Sementara beberapa perusahaan masih
mempertahankan produksi batu bara sesuai dengan rencana RKAB. Tentunya
pemberhentian produksi berpengaruh akibat beberapa negara yang menjadi
importir terbesar batu bara Indonesia seperti India yang memutuskan untuk
menerapkan lockdown saat ini dan China yang dikabarkan sudah berangsur
baik kemungkinan akan memulai produksi batubara mereka kembali dan
mulai membatasi impor batu bara mereka. Sementara pasar ekspor terganggu
dengan adanya beberapa negara yang melakukan sistem lockdown, kondisi ini
justru menjadi kesempatan untuk perusahaan memenuhi pasokan domestic
mereka seperti untuk kelistrikan nasional yang memang dibutuhkan untuk
security supply disaat kondisi ini.
Tertekannya harga acuan batu bara (HBA) sejak awal tahun diperkirakan
berdampak pada kinerja keuangan perusahaan tambang di Indonesia, hal ini
disebabkan akibat pandemi covid-19. Pada laporan yang berjudul Can the
Indonesian Coal Industry Survive Covid-19, mengulas masalah profit kas per
ton, biaya batu bara, pengendalian biaya operasional di tengah kondisi
pandemi, serta risiko yang akan berdampak pada kemampuan perusahaan
membayar royalti batu bara kepada pemerintah di saat harga acuan batu bara
rata-rata berada pada US$58 per ton. Dua tahun terakhir merupakan tahun
yang baik bagi produsen batu bara Indonesia karena harga acuan batu bara
mengalami peningkatan yang tetap. Namun, penurunan sepanjang 2020 ini
terjadi dengan tiba-tiba dan tidak ada proyeksi akan harga terendah (floor
price) atau suatu kerangka waktu untuk pemulihan.
Dalam kondisi ini, beberapa anggota APBI yang terus melakukan produksi
batubara mereka ialah salah satu perusahaan batubara berplat merah yaitu PT
Bukit Asam, Tbk (PTBA) memastikan kegiatan operasional dan produksi
batubara tetap berjalan normal di tengah pandemi virus corona yang terjadi.
Bahkan PTBA membuka opsi untuk mengajukan revisi Rencana Kerja dan
Anggaran Biaya (RKAB) tahun ini. Hal itu ditujukan untuk memanfaatkan
regulasi baru yang diterbitkan pemerintah, sekaligus untuk merespon kondisi
pasar saat ini yang tak menentu lantaran terhantam pandemi virus corona.
Regulasi yang dimaksud adalah Peraturan Menteri (Permen) Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 7 Tahun 2020. Salah satu poin di
dalam beleid tersebut ialah mengenai pengajuan revisi RKAB yang lebih
fleksibel, yakni masa pengajuan yang dipercepat menjadi setelah
penyampaian laporan triwulan I.
Beberapa strategi yang dilakukan para pelaku industri pertambangan
khususnya PTBA pada kuartal pertama 2020 antara lain melakukan upaya
penurunan harga pokok penjualan (HPP) melalui penerapan optimasi biaya
jasa penambangan. Efisiensi ini menekan rasio pengupasan (stripping ratio)
dan jarak angkut yang paling optimal. Kondisi industri pertambangan
Indonesia setiap tahunnya mengalami fluktuasi dalam segi harga, perseroan
menyakini masa depan batu bara masih memiliki peluang meskipun dalam
kondisi saat ini, termasuk PT Bukit Asam, Tbk. Di tahun 2018, Perseroan
tidak hanya berhasil melakukan peningkatan penjualan, namun juga telah
mengembangkan diversifikasi usaha, hilirisasi batu bara hingga bersinergi
dengan anggota Holding BUMN Industri Pertambangan. Kinerja finansial dan
operasional yang signifikan antara lain mencakup penjualan batu bara yang
mencapai 24,70 juta ton dan laba bersih menembus angka Rp5 triliun yang
merupakan pencapaian tertinggi sejak Perseroan beroperasi. Sebuah
pencapaian yang menyuntikkan energi optimisme untuk terus memanfaatkan
momentum dan mengasah kapabilitas. Resistensi yang telah teruji menjadi
kekuatan Perseroan untuk meyakini bahwa setiap kesempatan yang ada akan
mampu dimanfaatkan dengan optimal dan membawa Perseroan ke masa
depan yang lebih baik.
Berkaitan dengan hal tersebut, pentingnya pengukuran kinerja keuangan
pada perusahaan PT Bukit Asam, Tbk. perlu diterapkan. Kinerja perusahaan
salah satu hal yang sangat penting, tidak hanya bagi perusahaan tapi juga
untuk para investor. Seringkali kinerja perusahaan terlihat baik dan
meningkat dari satu sisi, namun ternyata dilihat dari sisi lain sebenarnya
kinerja tidak mengalami peningkatan dan bahkan menurun. Kinerja yang baik
akan dapat membantu manajemen dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Semakin tinggi kinerja perusahaan, maka akan semakin baik pula nilai
perusahaan dimata investor. Salah satu cara untuk mengukur/menilai kinerja
keuangan saat ini maupun prospek yang akan jalan dengan menggunakan
analisis laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca dan laporan
laba rugi.
Hal ini biasanya lebih banyak diukur berdasarkan rasio-rasio keuangan.
Dilihat dari kinerja keuangan PT Bukit Asam, Tbk. menilai kinerja
keuangannya menggunakan metode rasio. Pengukuran berdasarkan rasio
keuangan ini sangatlah bergantung pada metode atau perlakuan akuntansi
yang digunakan dalam menyusunnya. Sebagai alat ukur yang digunakan
untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dalam kegiatan investasi
oleh investor biasanya menggunakan rasio profitabilitas. Daya tarik utama
bagi pemiliki perusahaan pemegang saham terletak pada rasio profitabilitas
yang menunjukkan hasil pengelolaan manajemen perusahaan atas dana yang
diinvestasikan. Rasio profitabilitas atau sering disebut dengan rasio
keuntungan sangat berkaitan erat dengan kemampuan perusahaan dan
efektifitas operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Harnanto,
2004:102).
Namun analisis rasio keuangan mempunyai kelemahan yaitu mengabaikan
unsur biaya modal. Para ahli mengembangkan metode lain sebagai alternatif
agar dapat menunjukkan seluruh komponen harapan keuntungan yang terukur
dalam biaya modal. Alat pengukur kinerja tersebut adalah EVA (economic
value added). EVA ini mampu menutupi kelemahan dari analisis rasio
keuangan sehingga kedua alat pengukur kinerja keuangan dapat saling
membantu dan melengkapi dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan.
Secara umum EVA digunakan untuk menilai kinerja operasional, karena
secara fair juga mempertimbangkan require rate of return yang dituntut oleh
para investor dan kreditor. EVA dalam perhitungannya meliputi semua
elemen atau unsur yang terdapat dalam neraca dan laporan laba rugi
perusahaan sehingga menjadi komprefehensif dan EVA memberikan
penilaian yang wajar atas kondisi perusahaan.
Maka dari itu penelitian ini mengambil perusahaan PT Bukit Asam, Tbk.
sebagai objek penelitian agar dapat mengetahui kinerja keuangannya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin melakukan
penelitian mengenai “Analisis Kinerja Keuangan dengan Metode
Economic Value Addes (EVA) pada Perusahaan PT Bukit Asam, Tbk.
Periode 2015-2019”

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakangan di atas, maka peneliti dapat
mengindentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Persaingan industri batubara indonesia saat ini mengalami persaingan
yang cukup ketat baik dari industri sejenis maupun industri lain yang
merupakan industri substitutor dapat menimbulkan risiko persaingan yang
berdampak pada kinerja keuangan perusahaan PT Bukit Asam, Tbk.
2. Perlunya penilaian terhadap kinerja k euangan perusahaan PT Bukit Asa,
Tbk. periode 2015 – 2019 dalam upaya meningkatkan kinerja perusahaan
kea rah yang lebih baik dan agar investor tertarik menanamkan modalnya
kepada perusahaan.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis dapat
merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah :”Bagaimana kinerja
keuangan PT Bukit Asam, Tbk. ditinjau dari Economic Value Added (EVA)
periode 2015-2019?

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan pembahasan pada
penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan dengan
menggunakan metode Econoic Value Added (EVA) pada perusahaan PT.
Bukit Asam, Tbk. periode 2015 – 2019.
1.5 Manfaat dan Kegunaan Penelitian
a. Bagi penulis
Bermanfaat sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan,
wawasan dan informasi peneliti mengenai penilaian kinerja keuangan
perusahaan.
b. Bagi perusahaan
Untuk memberikan gambaran kepada pengeloa tentang kinerja keuangan
yang telah dicapai oleh perusahaan, serta sebagai bahan pertimbangan
untuk menentukan langkah selanjutnya dimasa yang akan datang.
c. Bagi calon investor
Dapat digunakan sebagai informasi untuk pertimbangan investasi pada
saham perusahaan PT. Bukit Asam, Tbk.

1.6 Penelitian Terdahulu


1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiani (2012) bahwa Hasil
perhitungan menggunakan EVA (Economic Value Added) pada PT. HM.
Sampoerna, Tbk. dan Anak Perusahaan untuk mengukur kinerja keuangan
perusahaan periode tahun 2009-2011 menunjukkan bahwa kinerja
keuangan pada periode tersebut menunjukkan kondisi yang baik, karena
EVA (Economic Value Added) bernilai positif tiap tahunnya. Hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan mampu menciptakan nilai tambah
ekonomis bagi perusahaan serta mampu memenuhi harapan para
pemegang saham dan investor.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Anggara Fitria Kartikasari (2014) dalam
skripsi dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Berbasis Economic
Value Added pada Perusahaan Sektor Industri Otomotif di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009-2013”. Hasil penelitian menunjukkan dari tiga
perusahaan pada periode 2009-2013 selalu menghasilkan nilai EVA
positif. Perusahaan yang menghasilkan nilai EVA positif dikatakan
memiliki manajemen yang mampu memberikan nilai lebih kepada
perusahaan, sedangkan jika nilai EVA negatif, manajemen belum mampu
memberikan nilai tambah kepada perusahaan dan nantinya berdampak
bagi para calon investor, serta bagi manajemen perusahaan itu sendiri.
3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh NINA BUDI ASTUTI (2014) pada
skripsi yang berjudul “ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) SEBAGAI
ALAT PENILAIAN KINERJA PADA PT GUDANG GARAM TBK.
TAHUN 2011-2013”. Berdasarkan hasil perhitungan EVA, penelitian
kinerja keuangan PT Gudang Garam Tbk. yang menjadi objek penelitian
ini, nilai EVA yang dihasilkan bernilai positif atau lebih besar dari nol
pada tahun 2011 bernilai negatif atau EVA kurang dari nol, sehingga dapat
dikatakan bahwa pada tahun 2011 telah terjadi nilai tambah ekonomis atau
ada penciptaan nilai karena laba yang tersedia dapat memenuhi harapan
para penyandang dana terutama pemegang saham yaitu mendapatkan
pengembalian yang setimpal dengan investasi yang sudah ditanamkan dan
bisa dikatakan kinerja keuangan perusahaan baik. Namun pada tahun 2012
dan 2013 EVA yang dihasilkan bernilai negatif atau EVA kurang dari nol,
sehingga dapat dikatakan bahwa pada tahun tersebut tidak terjadi proses
nilai tambah ekonomis atau tidak adanya penciptaan nilai karena laba yang
tersedia tidak adanya penciptaan nilai karena laba yang tersedia tidak
memenuhi harapan para penyandang dana terutama pemegang saham yaitu
tidak mendapatkan pengembalian yang setimpal dengan investasi yang
sudah ditanamkan, sehingga bisa dikatakan kinerja keuangan perusahaan
tidak baik. Hal itu menunjukkan bahwa EVA berfungsi sebagai indikator
tentang adanya penciptaan nilai dari sebuah investasi dan indikator sebuah
perusahaan dalam setiap kegiatan operasional ekonomisnya. Selain itu,
EVA merupakan pendekatan baru dalam memperhatikan secara adil para
penyandang dana atau pemegang saham.
1.7 Kerangka Pemikiran
PT. Bukit Asam (Persero), Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang pertambangan, dimana dalam mengetahui perkembangan usaha, maka
perusahaan perlu melakukan pengukuran kinerja keuangan, adapun metode
pengukuran kinerja keuangan yang dilakukan oleh perusahaan adalah dengan
menggunakan metode Economic Value Added (EVA).
Dengan menggunakan EVA dapat diketahui bahwa perusahaan tersebut
dapat menciptakan nilai atau tidak dan juga mengetahui apakah laba yang
dihasilkan dapat memenuhi harapan para penyandang dana atau pemegang
saham. Dengan mengetahui kinerja perusahaan, para pemegang saham
tersebut akan mempertimbangkan keputusan investasinya. Untuk menghitung
EVA dibutuhkan data laporan keuangan perusahaan. Dengan demikian,
peneliti akan menghitung EVA pada PT Bukit Asam, Tbk. pada 2015 - 2019.
PT Bukit Asam, Tbk. Tahun 2015-2019

Laporan Keuangan

Kinerja Keuangan

Metode EVA

Nilai Tambah Impas Tidak Terjadi Nilai

Kesimpulan

1.8 Hipotesis
Tidak ada hipotesa
1.9 Metodologi Penelitian
1.9.1 Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini Penelitian Deskriptif.
Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah
suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk
membuat kesimpulan yang lebih luas.
Pada dasarnya dalam suatu penelitian diperlukan adanya suatu
desain penelitian atau strategi penelitian yang berisi tentang langkah-
langkah kegiatan mulai dari;
 Perencanaan yang memuat, bagaimana memilih masalah yang
hendak diteliti serta membaca buku-buku yang terkait dalam
masalah yang diangkat.
 Melakukan studi pendahuluan yang dilakukan dengan meninjau
lokasi penelitian atau biasa disebut pra penelitian.
 Menentukan rumusan masalah, kemudian mengumpulkan data
dan menganalisis, sehingga diharapkan akan dapat diambil suatu
kesimpulan daalam kaitannya dengan masalah yang diteliti.
Desain penelitian ini dimaksud untuk mempermudah dalam
melakukan proses penelitian dan juga dalam pelaksanaan kegiatan ini
dapat mencapai hasil atau sasaran yang di inginkan. Dalam penelitian
ini menganalisis kinerja keuangan perusahaan Bukit Asam, Tbk. yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019. Adapun sebagai
tolok ukur kinerja yang digunakan adalah berdasarkan perhitungan
dengan metode Economic Value Added (EVA).
1.9.2 Variable dan Pengukuran
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel mandiri. Menurut
Sugiyono, variabel mandiri adalah variabel yang tidak dibandingkan
atau dihubungkan dengan variabel lain. Variabel mandiri dalam
penelitian ini adalah tingkat kinerja keuangan PT Bukit Asapm, Tbk.
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Pengukuran variable dilakukan sesuai dengan perhitungan analisis
Economic Value Added (EVA) dengan metode time series, yaitu
dengan membandingkan nilai EVA dari tahun ke tahun dalam satuan
rupiah.
1.9.3 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel merupakan penjelasan secara
operasional dari variabel-variabel yang digunakan.Variabel dalam
penelitian ini adalah tingkat kinerja keuangan PT Bukit Asam, Tbk.
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini
menggunakan metode EVA (Economic Value Added) yaitu suatu
system manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi
perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat
tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi
(operating cost) dan biaya modal (cost of capital).
Berikut akan diuraikan mengenai definisi operasional variabel dan
pengukurannya yaitu:
1. Kinerja Keuangan adalah gambaran kondisi keuangan pada PT
Bukit Asam, Tbk yang diukur dengan indicator Economic value
Added (EVA) periode tahun 2015-2019.
2. EVA merupakan pengukuran sisa (residual income) yang
mengurangkan biaya modal terhadap laba bersih.
3. Biaya hutang (Kd) adalah biaya yang diperoleh dari penghasilan
perusahaan dari penggunaan dana pinjaman.
4. Biaya modal sendiri (Ke) adalah biaya yang menunjukkan tingkat
keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal sendiri atas
dana yang mereka serahkan ke perusahaan.
5. Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) adalah hasil
pengembalian atas aktiva yang harus diperoleh perubahan pada
tingkat leverage tertentu, yaitu dalam usahanya untuk
meningkatkan kekayaan para pemegang saham.
6. NOPAT adalah laba operasi bersih setelah dikurangi dengan
pajak.
1.9.4 Populasi dan Sampel
1.9.4.1 Pengambilan Populasi
Menurut Sugiyono (2011), populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik suatu
kesimpulan. Berdasarkan dari pengertian diatas, populasi
dalam penelitian ini adalah PT Bukin Asam, Tbk. yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019.
1.9.4.2 Prosedur Penarikan Sampel
Menurut Sugiyono, sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian ini
sampel ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu
sampel ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai
dengan tujuan penelitian.
Adapun sampel dalam penelitian ini, pertimbangan yang
digunakan adalah:
1. PT Bukit Asam, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek periode
2015 – 2019
2. Laporan keuangaan perusahaaan khususnya neraca dan
laporan laba rugi pada PT Bukit Asam, Tbk. periode 2015
– 2019

1.9.5 Jenis, Sumber dan Teknik atau Cara Pengumpulan Data


1.9.5.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif, yaitu laporan keuangan perusahaan PT. Bukit
Asam, Tbk. yang tercatat di Bursa Efek Indonesia berupa
neraca dan laba/rugi tahun 2015-2019. Data tersebut diperoleh
melalui website Bursa Efek Indonesia: www.idx.co.id. Dan
website resmi PT Bukit Asam, Tbk. yang bisa diakses
www.ptab.co.id.
1.9.5.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder, yaitu data yang sudah dibuat oleh perusahaan
dan telah diaudit. Data tersebut diperoleh melalui website
Bursa Efek Indonesia : www.idx.co.id.
1.9.5.3 Teknik atau Cara Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan berkaitan dengan
penelitian ini, maka metode pengumpulan data yang digunakan
adalah dokumentasi yakni suatu usaha untuk memperoleh data
sekunder melalui pencatatan bukti-bukti yang sudah
didokumentasikan, yang relevan dengan permasalahan
penelitian.
Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
laporan keuangan tahunan PT Bukit Asam, Tbk. yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019.

1.9.6 Metode Analisis Data


Data atau informasi yang diperoleh dari perusahaan yang
berhubungan dengan penelitian ini dianalisis agar dapat memecahakan
masalah. Adapun analisis yang digunakan untuk melengkapi
kekurangan yang dimiliki analisis rasio keuangan yaitu Economic
Value Added (EVA).
EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau
value added dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham
dalam operasi perusahaan. EVA mengukur nilai sebenarnya yang
sedang diciptakan dan juga menyediakan kerangka kerja untuk
pembuatan keputusan. Oleh karena itu, diperlukan suatu rumusan
mengenai bagaimana seharusnya mengukur laba operasi, bagaimana
mengukur modal, dan bagaimana menentukan biaya penggunaan
modal. Rumus untuk mencari EVA menurut Rudianto (2013:218)
adalah sebagai berikut:
EVA = NOPAT − Capital Charge
NOPAT = Net operating profit after taxes
Capital Charges = Invested x Cost of Capital
NOPAT atau laba operasi bersih setelah pajak dapat diketahui dari
laporan laba rugi yang dihasilkan perusahaan. Sedangkan biaya modal
dapat diketahui dengan melihat komposisi modal yang dimiliki
perusahaan, seperti yang tercantum di sisi pasiva neraca yang
disajikan perusahaan.
Langkah-langkah untuk menghitung Economic Value Added EVA)
menurut Tunggal (2008) dalam Destiana (2014) adalah:

1. Menghitung Net Operating After Tax (NOPAT)


Rumus:
NOPAT = Laba (Rugi) usaha – Pajak
2. Menghitung Invested Capital
Invested capital adalah jumlah seluruh pinjaman diluar pinjaman
jangka pendek tanpa bunga (non interest bearing liabilities),
seperti hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar, utang
pajak, uang muka pelanggan dan sebagainya.
Rumus:
Invested Capital = Total Utang dan Ekuitas − Utang Jangka
Pendek
3. Menghitung Capital Charges
Rumus:
Capital Charge = WACC x Invested Capital
4. Menghitung Weighted Average Cost of Capital (WACC)
Rumus:
WACC = {( D x Rd ) x ( 1 – Tax ) + ( E x Re)}
Keterangan:
D = Tingkat modal
Rd = Cost of debt
Tax = Tingkat pajak
E = Tingkat Modal dan Ekuitas
Re = Cost of equity
Untuk menghitung WACC suatu perusahaan perlu diperhitungkan
yaitu sebagai berikut:
a. Tingkat modal
Total Utang
(D) = x100%
Total utang dan ekuitas

b. Tingkat Ekuitas Total Ekuitas x100%


=
Total utang dan ekuitas

c. Cost of Debt (Rd) Beban Bunga x100%


=
Total Utang Jangka Panjang

d. Cost of Equity(re) Laba Bersih setelah pajak x100%


=
Total Ekuitas

e. Tingkat Pajak (Tax Beban Pajak x100%


=
Laba Bersih sebelum Pajak

5. Menghitung Economic Value Added (EVA)


Rumus:
EVA = NOPAT – Capital Charges
Hasil penilaian kinerja perusahaan dengan menggunakan ukuran
EVA dapat dikelompokkan ke dalam 3 kategori yang berbeda,
yaitu:
a. Nilai EVA > 0 atau EVA bernilai positif
Pada posisi ini berarti manajemen perusahaan telah berhasil
menciptakan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
b. Nilai EVA = 0
Pada posisi ini berarti manajemen perusahaan berada dalam
titik impas. Perusahaan tidak mengalami kemunduran tetapi
sekaligus tidak mengalami kemajuan secara ekonomi.
c. EVA < 0 atau EVA bernilai negatif
Pada posisi ini berarti tidak terjadi proses pertambahan nilai
ekonomis bagi perusahaan, yaitu laba yang dihasilkan tidak
dapat memenuhi harapan para kreditor dan pemegang saham
perusahaan (investor).
1.10 Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu dan lokasi penelitian diperlukan dalam penulisan Skripsi yang
berjudul Analisis Kinerja Keuangan dengan Metode Economic Value Addes
(EVA) pada Perusahaan PT Bukit Asam, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2015-2019. Ini merupakan data sekunder maka
penulis mengadakan penelitian pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2015-2019. Data tersebut dapat diambil dari situs resmi
Bursa Efek Indonesia, idx.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Laporan Keuangan


2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Bagi pihak yang mempunyai kepentingan terhadap suatu
perusahaan sangat perlu untuk mengetahui kondisi keuangan
perusahaan tersebut. Kondisi keuangan suatu perusahaan akan dapat
diketahui dari informasi akuntansi yang disajikan dalam bentuk
laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.
Laporan keuangan memberikan ikhtisar mengenai adanya
keuangan suatu perusahaan, dimana neraca mencerminkan nilai aktiva,
nilai hutang, dan modal sendiri pada suatu saat tertentu dan laporan
keuangan laba/rugi mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama
periode tertentu biasanya dalam satu tahun. (Menurut Riyanto
(2011:15) )
Sedangkan menurut Kusnadi (2009 : 3) mengatakan “Laporan
Keuangan adalah daftar keuangan yang dibuat pada akhir periode yang
berasal dari catatan aktivitas perusahaan selama periode tertentu yang
terdiri dari laporan neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan
laporan perubahan modal.”
Berdasarkan dari 2 penjelasan diatas dapat disimpulan bahwa,
Laporan Keuangan perusahaan disusun sebagai bentuk
pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang
berkepentingan dengan kinerja perusahaan yang dicapai selama
periode tertentu. Bagi pihak intern dan ekstern perusahaan, Laporan
Keuangan digunakan sebagai alat untuk memahami kondisi keuangan
perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan keuangan.
2.1.2 Jenis-jenis Laporan Keuangan
Berdasarkan buku PSAK No. 1 (2015:3) dijelaskan beberapa jenis
laporan keuangan yang sering digunakan dalam suatu perusahaan
yaitu:
1. Laporan Posisi Keuangan atau Neraca
Neraca adalah laporan atau daftar yang berisi harta (asset), hutang
atau kewajiban-kewajiban pada pihak lain (liabilities), serta modal
(capital) dari suatu perusahaan atau badan usaha dagang pada saat
tertentu yang dibuat pada akhir periode akuntansi.
2. Laporan laba rugi
Laporan laba rugi adalah laporan yang berisi data-data pendapatan
dan biaya-biaya yang dibuat pada akhir periode akuntansi. Dari
laporan ini dapat dilihat besarnya pendapatan yang diperoleh
perusahaan serta biaya-biaya yang ditanggung oleh perusahaan,
serta dapat diketahui juga keuntungan yang dicapai.
3. Laporan perubahan modal
Laporan perubahan modal, merupakan laporan keuangan yang
memberikan informasi mengenai perubahan modal pada suatu
perusahaan yang terjadi selama satu periode akuntansi, fungsinya
yaitu untuk mengetahui modal perusahaan bertambah atau
berkurang. Laporan ini baru dibuat bila memang ada perubahan
modal, yang meliputi :
Jenis-jenis dan jumlah modal yang ada saat ini;
a) Jumlah rupiah tiap jenis modal;
b) Jumlah rupiah modal yang berubah;
c) Sebab-sebab bertambahnya modal;
d) Jumlah rupiah modal sesudah perubahan.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang
memperlihatkan penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan
selama periode waktu. Arus kas dari aktiva perusahaan merupakan
jumlah arus kas untuk kreditur dan arus untuk pemegang saham
5. Catatan atas Laporan Keuangan
Laporan ini menggambarkan transaksi laporan keuangan
perusahaan yang mempengaruhi kas atau ekuivalen kas. Catatan
ini dapat memberikan informasi mengenai laporan keuangan yang
telah disusun dan akan dilaporkan.

2.1.3 Tujuan Laporan Keuangan


Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi posisi
keuangan perusahaan, kinerja dan arus kas perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan
dalam rangka membuat keputusan keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan
sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada pihak manajemen.
Pada 1978 FASB mengeluarkan pernyataan resmi tentang tujuan
laporan keuangan. Secara rinci pernyataan tersebut berisi 63 paragraf
sehingga akan terlalu panjang untuk diungkapkan. Secara garis besar,
tujuan utama dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa laporan
keuangan harus memberikan informasi:
1. Yang bermanfaat bagi investor maupun calon investor dan kreditur
dalam mengambil keputusan investasi dan keputusan kredit yang
rasional.
2. Menyeluruh kepada mereka yang mempunyai pemahaman yang
memadai.
3. Tentang bisnis maupun aktivitas ekonomi suatu entitas bagi yang
menginginkan untuk mempelajari informasi tersebut.
4. Tentang sumber daya ekonomi milik perusahaan, asal sumber daya
tersebut,
5. serta pengaruh transaksi atau kejadian yang merubah sumber daya
dan hak atas sumber daya tersebut.
6. Tentang kinerja keuangan perusahaan dalam satu periode.
Untuk membantu pemakai laporan dalam mengakses jumlah,
waktu, dan ketidakpastian penerimaan kas dari deviden atau bunga dan
penerimaan dari penjualan atau penarikan kembali surat berharga atau
pinjaman.
Tujuan laporan keuangan menurut Standar Akuntasi Indonesia (SAK)
dalam (Harahap, 2011) adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
Terdapat 7 kelompok pemakai laporan keuangan, adalah:
1. Investor
Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan
dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi
yang mereka lakukan.Pemegang saham juga tertarik pada informasi
yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen.
2. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik
pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.
Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan
mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan
balas jasa, imbalan pascakerja, dan kesempatan kerja.
3. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta
bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang
terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha
berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih
pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai
pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup
perusahaan.
5. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama mereka terlibat dalam
perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada
perusahaan.
6. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang beradadi bawah
kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan
karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan.Mereka
juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan,
menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun
statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
7. Masyarakat
Perusahaan memengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.
Misalnya, perusahaan dapat memberikan konstribusi berarti pada
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan
dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan
keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan
informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir
kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

2.1.4 Kinerja Keuangan Perusahaan


2. Pengertian Kinerja Keuangan
Menurut Darsono dan Ashari dalam Ribo (2013): Kinerja
perusahaan adalah gambaran posisi keuangan perusahaan dan
menunjukkan hasil usaha selama periode tertentu, yang diperoleh
dengan melakukan analisa laporan keuangan. Untuk mengevaluasi
kinerja perusahaan, dapat dilakukan dengan melakukan analisis
terhadap tingkat kesehatan perusahaan.
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk
melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan
menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan
benar (Fahmi, 2012)
Kinerja keuangan perusahaan berkaitan erat dengan pengukuran
dan penilaian kinerja. Pengukuran kinerja (performing
measurement) adalah kualifikasi dan efisiensi serta efektivitas
perusahaan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi.
3. Penilaian kinerja keuangan perusahaan
Bagi investor, informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan
dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan
mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau
mencari alternatif lain. Apabila kinerja perusahaan baik maka nilai
usaha akan tinggi. Dengan nilai usaha yang tinggi membuat para
investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya
sehingga akan terjadi kenaikan harga saham. Atau dapat dikatakan
bahwa harga saham merupakan fungsi dari nilai perusahaan.
Pengertian pengukuran kinerja menurut General Accounting Office
(GAO) dalam Ribo (2013) adalah “proses monitoring dan
pelaporan dari keberhasilan suatu program yang dilakukan secara
terus menerus terutama kemajuan yang mengarah pada tujuan
berdirinya organisasi atau perusahaan”.
4. Manfaat penilaian kinerja keuangan perusahaan
Menururt Rudianto (2013) Proses penilaian kinerja
merupakan aktivitas yang harus dilakukan perusahaan, karena
memberikan penilaian kinerja kepada manajer perusahaan
merupakan aktivitas yang diperlukan oleh berbagai pihak, mulai
dari karyawan, manajer, direksi, komisaris, hingga pemilik
perusahaan.penilaian kinerja digunakan oleh manajemen untuk
berbagai manfaat yang saling terkait.
Informasi kinerja keuangan perusahaan dapat dimanfaatkan untuk
hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi
dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat
keberhasilan pelaksanaan kegiatannya.
2. Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara
keseluruhan, maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan
untuk menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan
perusahaan secara keseluruhan.
3. Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan
untuk masa yang akan datang.
4. Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan
organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi
pada khususnya.
5. Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan

2.1.5 Analisis Laporan Keuangan


Analisis laporan keuangan menurut Harahap (2015:207)
merupakan upaya mencari hubungan antara berbagai pos yang ada
dalam laporan keuangan perusahaan.
Analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan
perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di
masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan. (Sundjaja dan
Barlian 2013)
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa,
analisis laporan keuangan merupakan proses untuk mempelajari data-
data keuangan agar dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui
posisi keuangan, hasil operasi dan perkembangan suatu perusahaan
dengan cara mempelajari hubungan data keuangan serta
kecenderungannya terdapat dalam suatu laporan keuangan, sehingga
analisis laporan keuangan dapat dijadikan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

2.1.6 Economic Value Added (EVA)


1. Pengertian Economic Valua Added
Pendekatan yang lebih baru dalam penilaian saham adalah
dengan menghitung Economic Value Added (EVA) suatu
perusahaan. EVA merupakan salah satu ukuran kinerja operasional
yang dikembangkan pertama kali oleh G. Bennet Stewart & Joel
M. Stren yaitu seoarang analis keuangan dari perusahaan Sten
Stewart & Co pada tahun 1993. Di Indonesia metode EVA dikenal
dengan sebutan metode NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi).
Economic Value Added (EVA) suatu sistem manajemen
keuangan untuk mengukur laba ekonomi perusahaan, yang
menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika
perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating
cost) dan biaya modal (cost of capital) (Rudianto, 2013:217).
Sedangkan menurut Warsono dalam Ribo (2013), EVA adalah
perbedaan antara laba operasi setelah pajak dengan biaya
modalnya. EVA merupakan suatu estimasi laba ekonomis yang
benar atas suatu bisnis selama tahun tertentu.
Dari beberapa penjelasan diatas, Economic Value Added
(EVA) adalah ukuran dari laba ekonomi perusahaan, yang
merupakan keuntungan yang diperoleh perusahaan dikurangi biaya
pembiayaan modal perusahaan. Laba akuntansi juga dikenal
sebagai laba bersih dan merupakan pendapatan perusahaan
dikurangi semua biaya eksplisitnya.
2. Manfaat Economic Value Added
Manfaat yang diperoleh dalam penerapan model EVA bagi suatu
perusahaan adalah :
a. Penerapan model EVA sangat bermanfaat sebagai alat ukur
kinerja perusahaan dimana fokus penilaian kinerja adalah
penciptaan nilai (value creation).
b. Penilaian kinerja keuangan dengan menerapkan model EVA
menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan
pemegang saham. Dengan EVA para manajer akan bertindak
seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang
dapat memaksimumkan tingkat pengembalian dan
meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahan
dapat dimaksimalkan.
c. EVA mendorong perusahaan untuk lebih memperhatikan
kebijakan struktur modalnya.
d. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek atau
kegiatan yang
e. memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari biaya
modalnya.
3. Perhitungan Economic Value Added (EVA)
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan EVA:
1. Menghitung biaya utang (Cost of Debt)
Biaya utang (Cost of Debt) merupakan rate yang harus dibayar
oleh perusahaan di dalam pasar untuk mendapatkan jangka
panjang yang baru. Perhitungannya dapat dilakukan dengan
tingkat coupon-nya, yaitu tingkat bunga yang dibayarkan untuk
tiap lembar obligasi. Perhitungan yang lain adalah dengan cara
menghitung biaya utang setelah pajak dengan mengalikan suku
bunga utang, dimana t adalah tarif pajak perusahaan yang
bersangkutan.
2. Menghitung biaya modal saham (Cost of Equity)
Perhitungan biaya modal (Cost of Equity) dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa pendekatan antara lain CAPM
yang melihat cost of equity sebagai penjumlahan dari tingkat
bunga tanpa risiko dan selisih tingkat pengembalian yang
diharapkan dari portofolio pasar dengan tingkat bunga tanpa
risiko dikalikan dengan risiko yang sistematis (nilai beta
perusahaan). Pendekatan dividen yang melihat cost of equity
sebagai nilai dividen per harga saham ditambah dengan
persentase pertumbuhan dari dividen tersebut atau dengan
pendekatan price earning yang melihat cost of equity sebagai
nilai laba per saham dibagi dengan harga saham sekarang.
3. Menghitung struktur permodalan dari neraca
Modal atau capital merupakan jumlah dana yang tersedia bagi
perusahaan untuk membiayai perusahaannya yang merupakan
penjumlahan dari total utang dan modal saham.
4. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted
Average Cost of Capital) WACC merupakan rata-rata
tertimbang biaya utang dan modal sendiri menggambarkan
tingkat pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan
tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor. Dengan
demikian perhitungannya akan mencakup masing-masing
komponennya, yaitu biaya utang, biaya modal saham, serta
proporsi masing-masing di dalam struktur modal perusahaan.
5. Menghitung EVA
Dilakukan dengan mengurangi laba operasional setelah pajak
dengan biaya modal yang telah dikeluarkan oleh perusahaan.
Langkah-langkah menghitung EVA adalah sebagai berikut:
a. Menghitung LBUSP (Laba Bersih Usaha Setelah Pajak)
b. Memperkirakan jumlah modal terpakai
c. Menghitung WACC (Weighted Average Cost of Capital)
d. Menghitung Capital Chargers
e. Menghitung Economic Value Added
4. Keunggulan dan Kelemahan EVA
Salah satu keunggulan EVA sebagai penilai kinerja perusahaan
adalah dapat digunakan sebagai penciptaan nilai (value creation).
Keunggulan EVA yang lain adalah:
a. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan
memperhitungan beban sebagai konsekuensi investasi.
b. Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur harapan
yang dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu
dengan memperhatikan harapan para penyandang dana secara
adil dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran
tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada
nilai pasar dan bukan pada nilai buku.
c. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa
memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data
perusahaan lain sebagai konsep penilaian.
d. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian
pemberian bonus pada karyawan terutama pada divisi yang
memberikan EVA lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA
menjalankan stakeholders satisfaction concepts.
e. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep
tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah
digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan
dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis.
2.1.7 Struktur Modal
a. Pengertian struktur modal
Struktur modal merupakan suatu ukuran keuangan antara utang
jangka pendek, utang jangka panjang dan modal sendiri dalam
melakukan kegiatan perusahaan. Struktur modal dapat menjadi
masalah yang penting untuk perusahaan karena baik atau
buruknya struktur modal akan berpengaruh langsung pada posisi
finansial perusahaan.
Menurut Halim (2007:78), Struktur modal adalah perimbangan
jumlah hutang jangka pendek yang bersifat tetap, hutang jangka
panjang, saham preferen dan saham biasa. Dalam teori struktur
modal dinyatakan mengenai apakah perubahan struktur modal
berpengaruh atau tidak terhadap nilai perusahaan, dengan asumsi
keputusan investasi dan kebijakan dividen tidak berubah. Apabila
ada pengaruhnya, berarti struktur modal yang terbaik, tetapi jika
tidak ada pengaruhnya, berarti tidak ada struktur modal yang
terbaik.
b. Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Struktur modal yang optimal adalah yang bisa meminimalisir
anggaran biaya dengan menggunakan modal keseluruhan atau
biaya rata-rata modal, sehingga akan memaksimalkan nilai
perusahaan.
Ada empat faktor yang mempengaruhi struktur modal, sebagai
berikut (Brigham dan Houston, 2011:188):
1. Risiko bisnis. Tingkat risiko yang terkandung dalam operasi
perusahaan jika tidak menggunakan hutang. Semakin besar
risiko bisnis perusahaan, semakin rendah rasio utang optimal.
2. Posisi pajak perusahaan. Alasan pokok untuk menggunakan
hutang adalah karena biaya bunga dapat dikurangkan dalam
perhitungan pajak, sehingga mengurangi biaya hutang yang
sebenarnya.
3. Fleksibilitas keuangan. Kemampuan untuk menambah
modal dengan persyaratan yang wajar dalam kondisi yang
memburuk. Manajer dana perusahaan tahu bahwa penyedia
modal yang kuat diperlukan untuk operasi yang stabil, yang
merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan
jangka panjang.
4. Konservatisme atau agresivitas manajemen. Beberapa
manajemen lebih agresif daripada yang lain, sehingga
beberapa perusahaan lebih cenderung menggunakan utang
untuk meningkatkan laba. Faktor ini tidak mempengaruhi
struktur modal yang optimal atau memaksimalkan nilai, tetapi
akan mempengaruhi struktur modal yang ditargetkan yang
ditetapkan oleh manajer.

2.1.8 Biaya Modal


1. Biaya Modal
Biaya modal (cost of capital) adalah tingkat pengembalian
yang harus dihasilkan oleh perusahaan atas investasi proyek untuk
mempertahankan nilai pasar sahamnya. Biaya modal dapat
dianggap sebagai tingkat pengembalian yang diinginkan oleh
investor untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Para
manajer keuangan perusahaan harus mengetahui kapan dan
seberapa besar kebutuhan akan biaya modal yang diperlukan untuk
pengambilan putusan dalam pengganggaran modal, dan
pemaksimalan struktur permodalan.
Biaya modal merupakan konsep penting dalam analisis
investasi karena dapat menunjukkan tingkat minimum laba
investasi yang harus diproleh dari investasi tersebut. Jika investasi
itu tidak dapat menghasilkan laba investasi sekurang-kurangnya
sebesar biaya yang ditanggung maka investasi itu tidak perlu
dilakukan. Lebih mudahnya, biaya modal merupakan rata-rata
biaya dana yang akan dihimpun untuk melakukan suatu investasi.
Biaya modal dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu
biaya modal khusus dan biaya modal rata-rata tertimbang.
1. Biaya Modal Individu adalah biaya modal dapat dihitung
berdasarkan biaya untuk masing-masing sumber dana. Biaya
modal individual dihitung tiap jenis modal, seperti:
a. Biaya modal pinjaman/utang
b. Biaya modal saham preferen
c. Biaya modal saham biasa
2. Biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of
Capital) adalah rata-rata tertimbang dari berbagai biaya modal
khusus pada saat tertentu.
2. Faktor-Faktor Yang Menentukan Biaya Modal
Variabel-variabel penting yang mempengaruhi biaya modal antara
lain:
 Keadaan-keadaan umum perekonomian. Faktor ini
menentukan tingkat bebas risiko atau tingkat hasil tanpa risiko.
 Daya jual saham suatu perusahaan. Jika daya jual saham
meningkat, tingkat hasil minimum para investor akan turun
dan biaya modal perusahaaan akan rendah.
 Keputusan-keputusan operasi dan pembiayaan yang dibuat
manajemen. Jika manajemen menyetujui penanaman modal
berisiko tinggi atau memanfaatkan utang dan saham khusus
secara ekstensif, tingkat risiko perusahaan bertambah. Para
investor selanjutnya meminta tingkat hasil minimum yang
lebih tinggi sehingga biaya modal perusahaan meningkat pula.
 Besarnya pembiayaan yang diperlukan. Permintaan modal
dalam jumlah besar akan meningkatkan biaya modal
perusahaan.
BAB III
TINJAUAN UMUM OBJEK PENELITIAN

3.1 Sejarah dan Kegiatan Perusahaan


Pada periode tahun 1923 hingga 1940, Tambang Air Laya mulai
menggunakan metode penambangan bawah tanah. Dan pada periode tersebut
mulai dilakukan produksi untuk kepentingan komersial, tepatnya sejak tahun
1938. Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah air,
para karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut perubahan status
tambang menjadi pertambangan nasional. Pada 1950, Pemerintah Republik
Indonesia kemudian mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara
Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA).
Pada tanggal 1 Maret 1981, PN TABA kemudian berubah status menjadi
Perseroan Terbatas dengan nama PT Bukit Asam (Persero), yang selanjutnya
disebut PTBA atau Perseroan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan
industri batu bara di Indonesia, pada 1990 Pemerintah menetapkan
penggabungan Perum Tambang Batubara dengan Perseroan.
Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada
1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha briket
batu bara. Pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai
perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode perdagangan
“PTBA”.
Pada tanggal 29 November 2017, menjadi catatan sejarah bagi PTBA saat
menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa. Agenda
utama dalam RUPSLB PTBA mencakup tiga hal, yakni persetujuan
perubahan Anggaran Dasar Perseroan terkait perubahan status Perseroan dari
Persero menjadi Non-Persero sehubungan dengan PP 47/2107 tentang
Penambahan Penyertaan modal Negara Republik Indonesia kedalam Modal
Saham PT Inalum (Persero), Persetujuan Pemecahan Nominal Saham (stock
split), dan Perubahan susunan Pengurus Perseroan.Dengan beralihnya saham
pemerintah RI ke Inalum, ketiga perusahaan tersebut resmi menjadi anggota
Holding BUMN Industri Pertambangan, dengan Inalum sebagai induknya
(Holding).
Tanggal 14 Desember 2017, PTBA melaksanakan pemecahan nilai
nominal saham. Langkah untuk stock split diambil perseroan untuk
meningkatkan likuiditas perdagangan saham di Bursa Efek serta memperluas
distribusi kepemilikan saham dengan menjangkau berbagai lapisan investor,
sekaligus untuk mendukung program “Yuk Nabung Saham”. Komitmen yang
kuat dari Bukit Asam dalam meningkatkan kinerja perusahaan merupakan
faktor fundamental dari aksi korporasi tersebut.

3.2 Struktur Organisasi


3.3 Job Description
1. Direksi
 Pedoman Kerja Direksi
Board Manual merupakan pedoman kerja Dewan Komisaris,
Direksi dan perangkatnya. Dalam Board Manual diatur tata laksana
hubungan Dewan Komisaris dan Direksi, termasuk pembagian
wewenang dan tanggung jawab yang jelas antara kedua badan dan
antar masing-masing anggota dari Dewan Komisaris dan Direksi.
Penyusunan Board Manual mengacu pada prinsip-prinsip hukum
korporasi, peraturan perundang-undangan yang berlaku, anggaran
Dasar, dan arahan Pemegang Saham yang ditetapkan dalam Rapat
umum Pemegang Saham (RUPS) serta praktik-praktik terbaik GCG.
Selain itu, Board Manual dievaluasi dan disempurnakan secara
berkala. Revisi terakhir dari Board Manual telah dilakukan pada
tahun 2015 dan ditetapkan dalam Surat Keputusan (SK) Bersama
Dewan Komisaris dan Direksi No. 4/SK/PTBA-DEKOM/IX/2015
dan No. 159AJ/Kep/lnt-0100/PW.01/2015 tanggal 1 September 2015.

 Tugas Direksi
Berdasarkan anggaran Dasar Perusahaan Pasal 12 ayat (1) , Direksi
bertugas menjalankan segala tindakan yang berkaitan dan
bertanggung jawab atas pengurusan Perusahaan untuk Kepentingan
Perusahaan sesuai dengan maksud dan tujuan Perusahaan, dengan
tetap memperhatikan dan tunduk pada ketentuan serta mewakili
Perusahaan baik di dalam maupun di luar Pengadilan tentang segala
hal dan segala kejadian dengan pembatasan sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan, anggaran Dasar dan/atau
Keputusan RUPS.
 Wewenang Direksi
Sesuai anggaran Dasar Perusahaan Pasal 12 ayat (2), secara umum
Direksi memiliki wewenang sebagai berikut:
1. Menetapkan kebijakan Kepengurusan Perusahaan yang dianggap
tepat dalam Kepengurusan Perusahaan;
2. Mengatur penyerahan kekuasaan Direksi untuk mewakili
Perusahaan di dalam dan di luar pengadilan kepada seorang atau
beberapa orang anggota Direksi yang khusus ditunjuk untuk itu
atau kepada seorang atau beberapa orang pegawai baik sendiri-
sendiri maupun bersama-sama atau kepada orang lain.
3. Mengatur ketentuan-ketentuan tentang pekerja Perusahaan
termasuk penetapan gaji, pensiun atau jaminan hari tua dan
penghasilan lain bagi Pegawai berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan Keputusan RUPS.
4. Mengangkat dan memberhentikan pekerja Perusahaan
berdasarkan peraturan ketenagakerjaan Perusahaan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
5. Mengangkat dan memberhentikan Sekretaris Perusahaan dan/atau
Kepala Satuan Pengawas Intern dengan persetujuan Dewan
Komisaris.
6. Menghapuskan piutang macet dengan ketentuan sebagaimana
diatur dalam ketentuan anggaran Dasar yang selanjutnya
dilaporkan dan dipertanggungjawabkan dalam Laporan Tahunan
7. Tidak menagih lagi piutang bunga, denda, ongkos dan piutang
lainnya diluar pokok yang dilakukan dalam rangka
restrukturisasai dan/atau penyelesaian piutang serta perbuatan-
perbuatan lain dalam rangka penyelesaian piutang Perusahaan
dengan kewajiban melaporkan kepada Dewan Komisaris yang
ketentuan dan tata cara pelaporannya ditetapkan oleh Dewan
Komisaris.
8. Melakukan segala tindakan dan perbuatan lainnya mengenai
pengurusan maupun pemilikan kekayaan Perusahaan, mengikat
Perusahaan dengan pihak lain dan/atau pihak lain dengan
Perusahaan, serta mewakili Perusahaan di dalam dan di luar
pengadilan tentang segala hal dan segala kejadian, dengan
pembatasanpembatasan sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan, anggaran dasar Perusahaan dan/atau
Keputusan RUPS.

 Kewajiban
Adapun kewajiban Direksi adalah sebagai berikut:
1. Mengusahakan dan menjamin terlaksananya usaha dan kegiatan
Perusahaan sesuai dengan maksud dan tujuan serta kegiatan
usahanya.
2. Menyiapkan pada waktunya Rencana Jangka Panjang Perusahaan,
Rencana Kerja dan anggaran Tahunan Perusahaan dan rencana
kerja lainnya serta perubahannya untuk disampaikan kepada
Dewan Komisaris dan mendapatkan persetujuan Dewan
Komisaris.
3. Membuat Daftar Pemegang Saham, Daftar Khusus, Risalah
RUPS, dan Risalah Rapat Direksi.
4. Membuat Laporan Tahunan yang antara lain berisi Laporan
Keuangan, sebagai wujud pertanggungjawaban pengurusan
Perusahaan, serta dokumen keuangan Perusahaan sebagaimana
dimaksud dalam undangundang tentang dokumen Perusahaan.
5. Menyusun Laporan Keuangan berdasarkan Standar akuntansi
Keuangan dan menyerahkan kepada akuntan Publik untuk
diaudit.
6. Menyampaikan Laporan Tahunan setelah ditelaah oleh Dewan
Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) bulan
setelah tahun buku Perusahaan berakhir kepada RUPS untuk
disetujui dan disahkan.
7. Memberikan penjelasan kepada RUPS mengenai laporan
Tahunan.
8. Menyampaikan Neraca dan Laporan Laba Rugi yang telah
disahkan oleh RUPS kepada Menteri di bidang hukum sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
9. Menyusun laporan lainnya yang diwajibkan oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan.
10. Memelihara Daftar Pemegang Saham, Daftar Khusus, Risalah
RUPS, Risalah Rapat Dewan Komisaris dan Risalah Rapat
Direksi, laporan Tahunan dan dokumen keuangan Perusahaan.
11. Menyimpan di tempat kedudukan Perusahaan: Daftar Pemegang
Saham, Daftar Khusus, Risalah RUPS, Risalah Rapat Dewan
Komisaris dan Risalah Rapat Direksi, laporan Tahunan dan
dokumen keuangan Perusahaan serta dokumen Perusahaan
lainnya.
12. Mengadakan dan memelihara pembukuan dan administrasi
Perusahaan sesuai dengan kelaziman yang berlaku bagi suatu
Perusahaan.
13. Menyusun sistem akuntansi sesuai dengan Standar akuntansi
Keuangan dan berdasarkan prinsip-prinsip pengendalian intern,
terutama fungsi pengurusan, pencatatan, penyimpanan, dan
pengawasan.
14. Memberikan laporan berkala menurut cara dan waktu sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, serta laporan lainnya setiap kali
diminta oleh Dewan Komisaris dan/ atau pemegang saham Seri A
Dwiwarna, dengan memperhatikan peraturan perundang-
undangan khususnya peraturan di bidang Pasar Modal.
15. Menyiapkan susunan organisasi Perusahaan lengkap dengan
perincian dan tugasnya.
16. Memberikan penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan atau
yang diminta anggota Dewan Komisaris dan pemegang saham
Seri A Dwiwarna, dengan memperhatikan peraturan perundang-
undangan khususnya peraturan di bidang Pasar Modal berlaku.
17. Menjalankan kewajiban-kewajiban lainnya sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam anggaran Dasar ini dan yang
ditetapkan oleh RUPS.
18. Memenuhi dan melaksanakan tindakan-tindakan dalam rangka
memenuhi hak-hak pemegang saham Seri A Dwiwarna.

 Pembagian Tugas Direksi


Pembagian tugas masing-masing Direksi dilakukan guna menjamin
pelaksanaan dan kesinambungan pencapaian sasaran Perusahaan
pada masa mendatang secara lebih sistematis efisien dan efektif.
Ruang lingkup tugas dan tanggung jawab masing-masing Direksi
sejalan dengan Surat Keputusan Direksi No.326/0100/2019 tentang
Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Direksi PT Bukit Asam Tbk
tanggal 15 Agustus 2019, adalah sebagai berikut:
a. Direktur Utama
1. Berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta
mewakili Perseroan di dalam maupun di luar pengadilan
sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Perseroan serta
Keputusan Direksi ini.
2. Bertugas untuk mengkoordinasikan anggota Direksi lainnya,
agar seluruh kebijakan berjalan sesuai dengan visi, misi,
sasaran staregis, dan kebijakan yang ditetapkan;
3. Bertanggungjawab untuk menyelaraskan seluruh inisiatif
internal perseroan dan memastikan terjadinya peningkatan
kemampuan bersaing perseroan.
4. Mengarahkan, mengembangkan dan menetapkan starategi
pengelolaan perseroan secara menyeluruh sehingga
menjamin terciptanya Tata Kelola Perusahaan yang Baik
(good corporate governance);
5. Menyiapkan Rencana Jangka Panjang Perseroan, Rencana
Kerja dan Anggaran Tahunan Perseroan dan rencana kerja
lainnya serta perubahannya untuk disampaikan kepada
Dewan Komisaris dan mendapatkan persetujuan Dewan
Komisaris;
6. Menyiapkan RKAP yang merupakan penjabaran tahunan
dari RJPP;
7. Menyiapkan kebijakan umum sistem pengendalian intern
dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan atas
laporan hasil pemeriksaan yang dibuat oleh satuan
pengawasan intern (SPI);
8. Bertanggungjawab di bidang keterbukaan informasi kepada
publik, audit internal dan evaluasi dan kinerja anak
perusahaan;
9. Bertanggung jawab dibidang manajemen risiko.
10. Menetapkan kebijakan yang dipandang tepat dalam
Kepengurusan perseroan;
11. Mengusahakan dan menjamin terlaksananya usaha dan
kegiatan Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan serta
kegiatan usahanya;
12. Melakukan pembinaan dan bertanggung jawab terhadap
satuan-satuan kerja yang berada di bawah kewenangannya
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Direksi , dan
berwenang untuk mewakili dan menandantangi seluruh
perikatan dan dokumen sehubungan dengan fungsi dan tugas
satuan kerja yang berada di bawahnya ataupun perikatan
yang merupakan kewenangannya berdasarkan Keputusan
Direksi tersendiri.
13. Melakukan tugas dan tanggung jawab lainnya sebagaimana
diatur dalam Peraturan Perundang-Undangan dan Anggaran
Dasar Perseroan.
b. Direktur Keuangan
1. Berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta
mewakili perseroan di dalam maupun di luar pengadilan
sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Perseroan serta
Keputusan Direksi ini.
2. Bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan,
mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan tugas
operasional di bidang keuangan, anggaran, akuntansi,
sekaligus memastikan ketersedian dana bagi pengembangan
Perseroan.
3. Bertanggungjawab dalam meningkatkan nilai Perseroan
(corporate value) melalui pengelolaan dana.
4. Melakukan pembinaan pendanaan dan keuangan terhadap
anak perusahaan.
5. Memastikan ketersedian dan keterfungsian sistem informasi
dan teknologi perseroan.
6. Melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan sistem
manajemen perusahaan dan good corporate governance.
7. Melakukan pembinaan dan bertanggung jawab terhadap
satuan-satuan kerja yang berada di bawah kewenangannya
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Direksi, dan
berwenang untuk mewakili dan menandantangi seluruh
perikatan dan dokumen sehubungan dengan fungsi dan tugas
satuan kerja yang berada di bawahnya ataupun perikatan
yang merupakan kewenangananya berdasarkan Keputusan
Direksi tersendiri.
8. Melakukan tugas dan tanggung jawab lainnya sebagaimana
diatur dalam Peraturan Perundang-Undangan dan Anggaran
Dasar Perseroan.
c. Direktur Operasi dan Produksi
1. Berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta
mewakili perseroan di dalam maupun di luar pengadilan
sesuai dengan ketentuan anggaran dasar perseroan serta
Keputusan Direksi ini.
2. Mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi
pelaksanaan tugas operasional bidang penambangan
batubara, teknik, keselamatan pertambangan dan K3L, serta
mengembangkan program efisiensi proses penambangan
maupun produksi secara berkelanjutan, serta memastikan
kegiatan penambangan sesuai dengan ketentuan good
mining practice.
3. Melakukan pembinaan unit-unit operasional yang terdiri
dari Unit Pertambangan Tanjung Enim, Unit Pertambangan
Ombilin, termasuk melakukan pembinaan terhadap fungsi
penunjang (fungsi pergudangan, keuangan, administrasi
Kepegawaian, pengadaan aset tanah dan briket), serta unit-
unit pertambangan yang akan dibentuk dikemudian hari.
4. Melakukan pembinaan dan pengembangan anak dan cucu
Perusahaan yang berada di bawah kewenangan Direktorat
Operasi dan Produksi, yaitu anak, joint venture company
dan cucu Perusahaan yang ruang lingkup bisnisnya
berkaitan dengan kegiatan operasi dan produksi atau
kegiatan penunjang operasi dan produksi, antara lain :
 PT Batubara Bukit Kendi;
 PT Bukit Asam Banko;
 PT Internasional Prima Coal;
 PT Bumi Sawindo Permai;
 PT Satria Bahana Sarana;
5. Anak dan cucu Perusahaan lainnya yang didirikan kemudian
atau menjadi anak atau cucu Perusahaan dari aksi korporasi
Perusahaan dikemudian hari.
6. Melakukan pembinaan dan bertanggung jawab terhadap
satuan-satuan kerja yang berada di bawah kewenangannya
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Direksi dan
berwenang untuk mewakili dan menandantangani seluruh
perikatan dan dokumen sehubungan dengan fungsi dan tugas
satuan kerja yang berada di bawahnya ataupun perikatan
yang merupakan kewenangananya berdasarkan Keputusan
Direksi tersendiri.
7. Melakukan tugas dan tanggung jawab lainnya sebagaimana
diatur dalam Peraturan Perundang-Undangan dan Anggaran
Dasar Perseroan.
d. Direktur Pengembangan Usaha
1. Berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta
mewakili perseroan di dalam maupun di luar pengadilan
sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Perseroan dan
Keputusan Direksi ini.
2. Bertanggung jawab untuk mengembangkan potensi sumber
daya cadangan batubara yang berada di kawasan area
kelelolaan Perseroan.
3. Bertanggung jawab terhadap fungsi strategi korporasi
Perseroan;
4. Melakukan kajian dan upaya pemberian nilai tambah
sumber daya cadangan batubara di area kelolaan Perseroan;
5. Melakukan kajian dan merealisasikan rencana
pengembangan usaha dengan dukungan inovasi SDM
dengan memanfaatkan teknologi tepat guna, ekonomis dan
akuntabel;
6. Menginkubasi unit usaha baru yang terbentuk di bidang
penambangan, infrastruktur dan pembangkit listrik;
7. Bertanggung jawab untuk mengembangkan program
efisiensi proses penambangan maupun produksi secara
berkelanjutan;
8. Bertanggungjawab terhadap pembangunan/proyek strategis
infrasuktur perseroan dan pengembangan aset perseroan
yang bersifat stategis.
9. Melakukan pembinaan dan pengembangan anak dan cucu
Perusahaan yang berada di bawah kewenangan Direktorat
Pengembangan usaha, yaitu anak, joint venture company
dan cucu Perusahaan yang ruang lingkup bisnisnya
berkaitan dengan pembangkit listrik, benefisiasi batubara,
investasi atau anak dan cucu Perusahaan yang masih dalam
tahap inkubasi, antara lain:
 PT Bukit Multi Investama;
 PT Bukit Energi Investama;
 PT Bukit Asam Transpacific Railways;
 PT Bukit Pembangkit Innovative;
 PT Huadian Bukit Asam Power;
 PT Bukit Asam Metana Enim;
 PT Bukit Asam Metana Ombilin;
 PT Bukit Energi Metana;
 PT Bukit Energi Service Terpadu;
 PT Nasional Hijau Lestari;
10. Anak dan Cucu Perusahaan lainnya yang didirikan
kemudian atau menjadi anak atau cucu Perusahaan dari aksi
korporasi Perusahaan dikemudian hari.
11. Melakukan pembinaan dan bertanggung jawab terhadap
satuan-satuan kerja yang berada di bawah kewenangannya
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Direksi dan
berwenang untuk mewakili dan menandantangi seluruh
perikatan dan dokumen sehubungan dengan fungsi dan
tugas satuan kerja yang berada di bawahnya ataupun
perikatan yang merupakan kewenangananya berdasarkan
Keputusan Direksi tersendiri.
12. Melakukan tugas dan tanggung jawab lainnya sebagaimana
diatur dalam Peraturan Perundang-Undangan dan Anggaran
Dasar Perseroan.
e. Direktur Niaga
1. Berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta
mewakili perseroan di dalam maupun di luar pengadilan
sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Perseroan dan
Keputusan Direksi ini.
2. Bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan
usaha Perseroan secara berkelanjutan serta meningkatnya
daya saing produk dalam jangka panjang;
3. Bertanggungjawab dibidang Kepelabuhanan dan
kedermagaan;
4. Bertanggung jawab atas bidang penjualan, serta
pengembangan pemasaran, pertumbuhan pendapatan yang
berkelanjutan bagi Perseroan;
5. Bertanggungjawab atas transfer kuota atas excess Domestic
Market Obligation (DMO) atau transaksi lainnya yang
sejenis yang ditetapkan dikemudian hari oleh suatu
peraturan perundang-undangan.
6. Bertanggung jawab atas pengembangan dan perluasan
pemasaran produk perseroan;
7. Bertanggung jawab atas bidang pengadaan barang dan jasa
sesuai dengan kewenangan yang ditetapkan dengan
Keputusan Direksi;
8. Melakukan pembinaan dan pengembangan anak dan cucu
Perusahaan yang berada di bawah kewenangan Direktorat
Niaga, yaitu anak, joint venture company dan cucu
Perusahaan yang ruang lingkup bisnisnya berkaitan dengan
kegiatan trading batubara dan badan usaha pelabuhan,
antara lain:
 PT Bukit Asam Prima;
 PT Pelabuhan Bukit Prima;
 PT Bukit Prima Bahari;
 Anthrakas, Pte, Ltd;
 PT Penajam Internasional Terminal;
9. Anak dan cucu Perusahaan lainnya yang didirikan kemudian
atau menjadi anak atau cucu Perusahaan dari aksi korporasi
Perusahaan dikemudian hari.
10. Melakukan pembinaan dan bertanggung jawab terhadap
satuan-satuan kerja yang berada di bawah kewenangannya
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Direksi dan
berwenang untuk mewakili dan menandantangi seluruh
perikatan dan dokumen sehubungan dengan fungsi dan
tugas satuan kerja yang berada di bawahnya ataupun
perikatan yang merupakan kewenangananya berdasarkan
Keputusan Direksi tersendiri.
11. Melakukan tugas dan tanggung jawab lainnya sebagaimana
diatur dalam Peraturan Perundang-Undangan dan Anggaran
Dasar Perseroan.
f. Direktur Sumber Daya Manusia
1. Berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta
mewakili Perseroan di dalam maupun di luar pengadilan
sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Perseroan dan
Keputusan Direksi ini;
2. Bertanggungjawab atas proses penerimaan, pembinaan, dan
pembangunan serta stategi pengelolaan SDM agar memiliki
daya saing dan unggul;
3. Bertanggungjawab atas bidang hukum, perizinan, dan
memastikan perseroan patuh terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
4. Bertanggungjawab dibidang aset perseroan diantaranya
tanah dan bangunan (selain aset perseroan yang merupakan
kewenangan dari Direktur Pengembangan Usaha), layanan
umum dan perawatan serta utilitas, dan pembangunan sipil;
5. Bertanggung jawab di bidang Corporate Social
Responsibility (CSR).
6. Mengangkat dan memberhentikan pekerja Perseroan
berdasarkan peraturan ketenagakerjaan Perseroan dan
peraturan perundangundangan yang berlaku;
7. Melakukan monitoring atas pembinaan dan pengembangan
SDM pada anak Perusahaan, sehingga memberikan nilai
tambah bagi Perseroan;
8. Melakukan pembinaan dan pengambangan anak, joint
venture company, dan cucu, yang bisnisnya berkaitan
dengan sumber daya manusia dan umum diantaranya:
9. PT Bukit Asam Medika;
10. Anak, cucu, dan perusahaan terafiliasi lainnya yang akan
didirikan kemudian atau anak, cucu, dan perusahaan
terafiliasi lainnya dari aksi korporasi perseroan dikemudian
hari.
11. Melakukan pembinaan dan bertanggung jawab terhadap
satuan-satuan kerja yang berada di bawah kewenangannya
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Direksi dan
berwenang untuk mewakili dan menandantangi seluruh
perikatan dan dokumen sehubungan dengan fungsi dan
tugas satuan kerja yang berada di bawahnya ataupun
perikatan yang merupakan kewenangananya berdasarkan
Keputusan Direksi tersendiri.
12. Melakukan tugas dan tanggung jawab lainnya sebagaimana
diatur dalam Peraturan Perundang-Undangan dan Anggaran
Dasar Perseroan.

2. Sekretaris
 Pedoman Kerja Sekretaris Perusahaan
Perseroan menetapkan kedudukan Sekretaris Perusahaan berada
satu level di bawah Direksi dalam struktur organisasinya. Adapun
pemberhentian dan pengangkatan Sekretaris Perusahaan dilakukan
oleh Direktur Utama berdasarkan mekanisme internal Perusahaan
dengan persetujuan Dewan Komisaris sesuai Pasal 29 Ayat (3)
Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-01/MBU/2011 jo
Pasal 18 ayat (2) huruf a butir 11) Anggaran Dasar, dengan
menjalankan 3 (tiga) fungsi utama yaitu fungsi liaison officer,
compliance officer serta investor relation.
 Tugas Dan Tanggungjawab Sekretaris Perusahaan
Tugas utama Sekretaris Perusahaan adalah memastikan kelancaran
hubungan antar organ Perseroan, hubungan antara Perseroan dengan
pemangku kepentingan serta dipenuhinya ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pembinaan hubungan baik dengan
pemangku kepentingan strategis, khususnya pemegang saham, akan
sangat mendukung kelancaran bisnis dan pengembangan usaha
Perseroan. Selain itu, sebagai perusahaan publik, Perseroan juga wajib
memiliki tata laksana dokumen dan informasi yang baik untuk
membantu memastikan kepatuhan Perseroan terhadap perundang-
undangan dan peraturan pasar modal serta untuk mendukung
akuntabilitas pelaporan kinerja dan tanggung jawab Perseroan kepada
pemangku kepentingan.
Sekretaris Perusahaan bertanggung jawab langsung kepada
Direktur Utama. Perseroan menetapkan kualifikasi khusus untuk
pejabat Sekretaris Perusahaan, memberikan wewenang dan sumber
daya yang memadai dan dilakukan evaluasi berkala atas pelaksanaan
tugasnya. Fungsi utama Sekretaris Perusahaan ada tiga, yaitu sebagai
liason officer, compliance officer serta investor relations. Sesuai
dengan fungsinya, Sekretaris Perusahaan menjamin ketersediaan
informasi terkini, tepat waktu dan akurat mengenai Perseroan kepada
para pemegang saham, analis, media massa dan masyarakat umum,
yang juga meliputi penyediaan Laporan Triwulan dan Laporan
Tahunan
 Wewenang Sekretaris Perusahaan
1. Bertindak sebagai representasi Perseroan (Direksi) sebatas
kewenangan yang diberikan.
2. Penanganan hubungan investor, monitoring perkembangan pasar
modal, menjamin kesesuaian kegiatan operasional perusahaan
dengan peraturanperaturan yang berlaku di pasar modal.
3. Membuat kebijakan dan rekomendasi sesuai dengan peraturan
pasar modal.
4. Memberikan pelayanan informasi yang menyangkut halhal yang
perlu diketahui oleh masyarakat, pemegang saham dan pemangku
kepentingan lain mengenai emiten atau Perseroan.
5. Mengelola Kantor Perwakilan Jakarta.
6. Membuat kajian berbagai laporan terbaru dari analis pasar modal,
melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif atas kinerja
perusahaan khususnya di bidang keuangan, monitoring situasi dan
proyeksi perekonomian (internasional, regional dan lokal serta
pasar modal berbagai negara).
7. Publikasi kegiatan Perseroan yang bersifat non material,
pengelolaan dokumen dan informasi perusahaan, penerbitan
laporan perusahaan.
8. Memberi masukan kepada Direksi untuk mematuhi peraturan
yang berhubungan dengan pasar modal.
9. Bertindak sebagai penghubung antara Perseroan dengan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) dan masyarakat, serta membina hubungan
baik dengan seluruh pemangku kepentingan lain di luar pemegang
saham seperti Pemerintah, media, mitra usaha dan masyarakat.

3. Dewan Komisaris
 Pedoman Kerja Dewan Komisaris
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam
pengawasan perusahaan secara efisien, efektif, transparan, kompeten,
independen, dan dapat dipertanggungjawabkan, Dewan Komisaris
bersama Dewan Direksi menetapkan Panduan Kerja (Board Manual)
Bagi Dewan Komisaris dan Direksi yang mengacu pada prinsip-
prinsip hukum korporasi, peraturan perundangundangan yang
berlaku, anggaran Dasar, dan hal-hal yang ditetapkan dalam Rapat
umum Pemegang Saham (RUPS) serta praktik-praktik terbaik GCG.
Board Manual juga secara berkala dievaluasi dan disempurnakan agar
senantiasa sesuai dengan kebutuhan Perusahaan. Revisi terakhir dari
Board Manual telah dilakukan pada tahun 2012 dan ditetapkan dalam
Surat Keputusan (SK) Bersama Dewan Komisaris dan Direksi No.
4/SK/PTBA-DEKOM/IX/2015 dan No. 159AJ/Kep/Int-
0100/PW.01/2015 tanggal 1 September 2015.
 Tugas Dewan Komisaris
Dewan Komisaris bertugas melakukan pengawasan terhadap
kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya baik
mengenai Perusahaan maupun usaha Perusahaan yang dilakukan oleh
Direksi serta memberikan nasihat kepada Direksi termasuk
pengawasan terhadap pelaksanaan Rencana Jangka Panjang
Perusahaan, Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan, serta
ketentuan anggaran dasar dan Keputusan RUPS, serta peraturan
perundang- undangan yang berlaku, untuk kepentingan Perusahaan
dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perusahaan.
Dalam melaksanakan tugasnya tersebut setiap anggota Dewan
Komisaris harus:
1. Mematuhi anggaran Dasar dan peraturan perundangundangan
serta prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi,
kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran;
2. Beritikad baik, penuh kehati-hatian dan bertanggung jawab dalam
menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada
Direksi untuk kepentingan Perusahaan dan sesuai dengan maksud
dan tujuan Perusahaan.

 Wewenang Dewan Komisaris


Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris berwenang
untuk:
1. Memeriksa buku, surat-surat, serta dokumen-dokumen lainnya,
memeriksa kas untuk keperluan verifikasi dan lain-lain surat
berharga dan memeriksa kekayaan Perusahaan;
2. Memasuki pekarangan, gedung, dan kantor yang dipergunakan
oleh Perusahaan;
3. Meminta penjelasan dari Direksi dan/atau pejabat lainnya
mengenai segala persoalan yang menyangkut pengelolaan
Perusahaan;
4. Mengetahui segala kebijakan dan tindakan yang telah dan akan
dijalankan oleh Direksi;
5. Meminta Direksi dan/atau pejabat lainnya di bawah Direksi
dengan sepengetahuan Direksi untuk menghadiri rapat Dewan
Komisaris;
6. Mengangkat dan memberhentikan Sekretaris Dewan Komisaris;
7. Memberhentikan sementara anggota Direksi sesuai dengan
ketentuan anggaran dasar;
8. Membentuk komite-komite lain selain Komite audit,Komite
nominasi dan Remunerasi, Komite Pemantau Risiko, komite-
komite lainnya, jika dianggap perlu dengan memperhatikan
kemampuan Perusahaan;
9. Menggunakan tenaga ahli untuk hal tertentu dan dalam jangka
waktu tertentu atas beban Perusahaan, jika dianggap perlu;
10. Melakukan tindakan pengurusan Perusahaan dalam keadaan
tertentu untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan
Anggaran Dasar;
11. Menyetujui pengangkatan dan pemberhentian Sekretaris
Perusahaan dan/atau Kepala Satuan Pengawas Intern;
12. Menghadiri Rapat Direksi dan memberikan pandangan-
pandangan terhadap hal-hal yang dibicarakan;
13. Melaksanakan kewenangan pengawasan lainnya sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, anggaran
Dasar, dan/atau Keputusan RUPS.

 Kewajiban Dewan Komisaris


Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris berkewajiban
untuk:
1. Melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi
dalam melaksanakan pengurusan Perusahaan;
2. Meneliti, menelaah, dan menandatangani serta memberikan
persetujuan atau pengesahan terhadap Rencana Kerja dan
anggaran Perusahaan yang disiapkan Direksi, selambat-lambatnya
sebelum dimulainya tahun anggaran, dan rencana kerja lainnya
yang disiapkan oleh Direksi;
3. Mengikuti perkembangan kegiatan Perusahaan, memberikan
pendapat dan saran kepada RUPS mengenai setiap masalah yang
dianggap penting bagi Kepengurusan Perusahaan;
4. Meneliti dan menelaah laporan berkala dan laporan tahunan yang
disiapkan Direksi serta menandatangani laporan tahunan;
5. Mengusulkan kepada Perusahaan penunjukan akuntan publik yang
akan melakukan pemeriksaan atas buku Perusahaan;
6. Memberikan penjelasan, pendapat dan saran kepada RUPS
mengenai laporan Tahunan apabila diminta;
7. Membuat Risalah Rapat Dewan Komisaris dan menyimpan
salinannya;
8. Melaporkan kepada Perusahaan mengenai Kepemilikan sahamnya
dan/atau keluarganya pada Perusahaan dan Perusahaan lain;
9. Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah
dilakukan selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS;
10. Memberikan penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan atau
diminta pemegang saham Seri A Dwiwarna dengan
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan
khususnya yang berlaku di bidang pasar modal;
11. Melaksanakan kewajiban lainnya dalam rangka tugas
pengawasan, pemberian nasihat, sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan, anggaran Dasar, dan/ atau
Keputusan RUPS.
4. Komite Audit
 Pedoman Kerja
Dalam menjalankan tugasnya, Komite Audit mengacu kepada
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 55/POJK.04/2015 tentang
Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, tanggal
23 Desember 2015. Agar pelaksanaan tugas Komite Audit berjalan
optimal, Perusahaan membuat dan mengesahkan Piagam Komite
Audit yang merupakan acuan pelaksanaan tugas Komite Audit.
 Tugas
1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan
dikeluarkan Perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi, dan
informasi keuangan lainnya;
2. Memberikan rekomendasi atas penunjukan Akuntan Publik;
3. Mengawasi dan mengevaluasi pekerjaan Akuntan Publik;
4. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh Satuan
Pengawasan Intern untuk memastikan efektivitas sistem
pengendalian interen;
5. Melakukan penelaahan atas ketaatan Perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal dan
peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan
kegiatan Perusahaan, termasuk intern didalam penelaahan atas
pengaduan masyarakat;
6. Mendorong diterapkannya Tata Kelola Perusahaan yang Baik;
7. Melakukan pemeriksaan terhadap dengan adanya kesalahan
dalam keputusan Rapat Direksi atau penyimpangan dalam
pelaksanaan Keputusan Rapat Direksi PTBA. Pemeriksaan
tersebut dapat dilakukan oleh Komite Audit atau pihak
independen yang ditunjuk oleh Komite Audit atas biaya
Perusahaan;
8. Memastikan terdapat dan diterapkannya Kode Etik Perusahaan.

 Wewenang
1. Mengakses secara penuh dan bebas atas catatan atau informasi
tentang karyawan, dana, aset, serta sumber daya perusahaan
lainnya, yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya;
2. Memperoleh informasi, masukan, penjelasan yang dibutuhkan
dari Direksi PTBA;
3. Meminta dan memperoleh informasi, masukan, penjelasan dari
Pegawai dan pihak lain yang berhubungan dengan kegiatan
Perusahaan;
4. Meminta pendapat profesional dari pihak internal PTBA melalui
Direksi PTBA maupun pihak ketiga, antara lain konsultan dan
ahli hukum;
5. Mengundang Direksi, jajaran eksekutif dan pegawai PTBA
melalui Direksi atau konsultan dalam rapat Komite Audit;
6. Memperoleh masukan dari pihak eksternal/independen yang
profesional apabila diperlukan, atas biaya perusahaan.

5. Komite RU & NR-PSDM


 Pedoman Kerja
Piagam Komite RU & NR-PSDM Agar pelaksanaan tugas Komite
RU & NR-PSDM berjalan optimal, Perusahaan mengesahkan Piagam
Komite RU & NR-PSDM yang merupakan acuan pelaksanaan tugas
Komite RU & NR-PSDM. Piagam Komite RU & NR-PSDM
ditetapkan oleh Dewan Komisaris dan dievaluasi secara berkala dan,
apabila diperlukan, dilakukan amandemen untuk memastikan
Kepatuhan Perusahaan terhadap ketentuan dan peraturan terkait.
 Tugas Komite RU & NR-PSDM
A. Bidang Risiko Usaha
1. Melakukan penelaahan atas jenis-jenis asuransi dan risiko
usaha yang dilakukan PTBA sesuai dengan tingkat kewajaran
yang berlaku umum di perusahaan- perusahaan tambang;
2. Melakukan pemantauan atas permintaan Dewan Komisaris
PTBA atas perkembangan situasi harga batu bara di pasar
domestik maupun di pasar internasional untuk bahan evaluasi;
3. Melakukan kajian berbagai risiko yang dihadapi PTBA, dan
pelaksanaan risiko oleh Direksi, melakukan evaluasi dan
memberikan rekomendasi mengenai sistem manajemen risiko
yang diterapkan oleh Direksi PTBA;
4. Melakukan peninjauan lapangan secara on the spot dan secara
periodik untuk mengetahui segala risiko baik yang sudah
terjadi maupun untuk mengantisipasi hal-hal yang akan
terjadi di lapangan sesuai dengan keperluannya;
5. Melakukan pemantauan periode pasca tambang apakah telah
dilakukan sesuai dengan prosedur dan peraturan perundang-
undangan;
6. Memberikan pikiran yang positif tentang adanya kesempatan
dalam pengembangan usaha dari hasil penelitian untuk
disampaikan kepada Dewan Komisaris PTBA dan sebagai
tindak lanjut langkah kebijakan Dewan Komisaris PTBA;
7. Menyampaikan peringatan dini atas risiko yang mungkin
timbul sebagai dampak dari kegiatan penambangan,
kebijakan, kontrak, penjualan, investasi, penggunaan
peralatan baru dan kegiatan usaha lainnya;
8. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Dewan Komisaris
PTBA yang berkaitan dengan asuransi, risiko usaha dan pasca
tambang.
B. Bidang Nominasi, Remunerasi dan Pengembangan SDM
1. Memberikan pendapat independen dan profesional serta
rekomendasi kepada Dewan Komisaris PTBA terhadap
permasalahan yang berhubungan dengan nominasi,
remunerasi dan pengembangan SDM.
2. Melakukan penelaahan atas tingkat Kepatuhan Perusahaan
terhadap peraturan perundangundangan yang berkaitan
dengan nominasi, remunerasi dan pengembangan SDM.
3. Membantu Dewan Komisaris dalam menyusun kriteria
seleksi, prosedur nominasi serta penilaian bagi anggota
Direksi Dewan Komisaris PTBA serta memberikan
rekomendasi tentang jumlah anggota Dewan Komisaris dan
Direksi di PTBA.
4. Membantu Dewan Komisaris dalam mengusulkan
perhitungan dan besaran Gaji/Honorarium, Tunjangan,
Fasilitas dan Tantiem bagi Direksi dan Dewan Komisaris
PTBA.
5. Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi tentang
penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia di PTBA yang
meliputi sistem rekrutmen dan seleksi, sistem karir, sistem
pelatihan dan pengembangan, sistem penilaian kinerja dan
penggajian, serta sistem pensiun.
6. Menggali informasi mengenai pengembangan SDM PTBA
melalui Direksi PTBA.
7. Melakukan peninjauan lapangan untuk mengetahui penerapan
pengembangan Sumber Daya Manusia.
8. Pada akhir tahun berjalan, KRU & NR-PSDM wajib
menyusun dan menyampaikan program kerja tahunan kepada
Dewan Komisaris PTBA untuk ditetapkan.
9. Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Dewan
Komisaris PTBA.
 Tanggung Jawab Komite RU & NR-PSDM
Untuk lingkup tanggung jawab, karena Komite RU & NR-PSDM
dibentuk oleh dan bekerja untuk serta bertanggung jawab kepada
Dewan Komisaris, maka pertanggungjawaban Komite disampaikan
kepada Dewan Komisaris dalam bentuk laporan tertulis, yang terdiri
atas:
1. Laporan tiga bulanan pelaksanaan kegiatan Komite.
2. Laporan untuk setiap pelaksanaan tugas Komite yang antara lain
berisikan fakta di lapangan, analisis, kesimpulan dan saran.
Komite wajib menjaga kerahasiaan dokumen data dan informasi
Perusahaan dan tidak memanfaatkan untuk kepentingan pribadi.
6. Satuan Pengawasan Intern (SPI)
 Tugas dan Tanggung Jawab SPI
Secara umum, tanggung jawab SPI adalah memberikan analisis,
penilaian, rekomendasi, konsultasi dan informasi mengenai aktivitas
yang diaudit/dievaluasi, yang dilakukan sesuai dengan Standar audit,
Standar Profesi audit Internal, dan Kode etik auditor Internal.
Tanggung jawab ini meliputi juga koordinasi pelaksanaan audit yang
dilakukan Auditor lainnya, sehingga tujuan Perusahaan dan tujuan
audit semua pihak tercapai. Secara khusus, tugas, dan tanggung
jawab SPI meliputi:
1. Menyusun dan melaksanakan Rencana Audit Tahunan (RAT).
2. Menguji dan mengevaluasi pelaksanaan pengendalian intern dan
sistem manajemen risiko sesuai dengan kebijakan perusahaan.
3. Melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan
efektivitas di bidang keuangan, akuntansi, operasional, sumber
daya manusia, pemasaran, teknologi informasi dan kegiatan
lainnya.
4. Memberikan saran dan rekomendasi yang konstruktif dan
informasi yang objektif tentang kegiatan yang diaudit/ dievaluasi
pada semua tingkat Manajemen.
5. Membuat dan menyampaikan laporan hasil audit/evaluasi kepada
Direktur Utama dengan tembusan Direktur terkait, dan Dewan
Komisaris atas persetujuan Direktur Utama.
6. Memantau, menganalisis, dan melaporkan pelaksanaan tindak
lanjut hasil audit.
7. Bekerja sama dengan Komite Audit.
8. Menyusun program untuk mengevaluasi mutu kegiatan Audit
Intern yang dilakukannya.
9. Melakukan evaluasi efektivitas serta efisiensi system dan prosedur
untuk setiap unit/satuan kerja Perusahaan.
10. Melakukan penilaian dan pemantauan system pengendalian
informasi dan komunikasi untuk memastikan bahwa Informasi
penting Perusahaan terjamin keamanannya dan penyajian segala
laporan dan kegiatan Perusahaan memenuhi peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
11. Melaksanakan tugas khusus (termasuk pendampingan/ counterpart
auditor eksternal, konsultan) yang ditugaskan oleh Direktur
Utama.
12. Melakukan audit Tujuan Tertentu atas permintaan Direktur
Utama.

 Wewenang SPI mempunyai wewenang sebagai berikut:


1. Mengakses secara penuh, bebas dan tidak terbatas terhadap
dokumen, catatan, personal, dan fisik kekayaan perusahaan di
seluruh unit kerja perusahaan untuk mendapatkan data dan
informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas auditnya,
termasuk Anak Perusahaan dan Cucu Perusahaan.
2. Melakukan komunikasi secara langsung dengan Direksi dan
Dewan Komisaris, termasuk Komite Audit.
3. Mengadakan rapat secara berkala maupun insidentil dengan
Direksi, Dewan Komisaris dan/atau Komite Audit.
4. Melakukan koordinasi kegiatannya dengan kegiatan Auditor
Eksternal.
5. Menyusun, mengubah, dan melaksanakan Piagam SPI termasuk
menentukan prosedur dan lingkup audit.
6. Menilai keandalan informasi yang dihasilkan oleh unit Kerja dan
efektivitas kebijakan, sistem, dan prosedur pengendalian yang
ada.
7. Melakukan verifikasi dan uji keandalan terhadap informasi yang
diperoleh, dalam kaitan dengan penilaian efektivitas sistem audit.
8. Menilai dan menganalisis aktivitas Perusahaan, namun tidak
mempunyai kewenangan dalam pelaksanaan dan tanggung jawab
atas aktivitas yang dikaji/diaudit.
9. Mengalokasikan sumber daya auditor, menentukan auditee,
menentukan sasaran audit, ruang lingkup dan jadwal audit,
penerapan teknik audit yang dipandang perlu untuk mencapai
tujuan audit, mengklarifikasi dan membicarakan hasil audit,
meminta tanggapan lisan/tertulis pada Auditee, memberikan
saran dan rekomendasi.
10. Meminta bantuan dari unit Kerja lain atau pihak eksternal yang
profesional dalam pelaksanaan audit apabila dipandang perlu.
11. Berkoordinasi dengan Pimpinan lainnya dan jika diminta oleh
Pimpinan dapat memberikan peringatan/ warning atau teguran
bila terjadi penyimpangan.
12. Mengusulkan staf SPI untuk promosi, rotasi, mengikuti
pendidikan, pelatihan, seminar dan kursus yang berkaitan dengan
kelancaran tugas-tugas audit atau untuk memenuhi kompetensi
staf/auditor sesuai tuntutan dan jenjang karier yang telah
ditetapkan oleh Perusahaan.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

4.1. Pembahasan
a. Gambaran Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
PT Bukit Asam, Tbk. pada tahun 2015-2019.
Tabel 4.1 Laporan Keuangan PT Bukit Asam, Tbk. tahun 2015-
2019.
Keterangan 2019 2018 2017 2016 2015
Total Liabilitas
4.691.251 4.935.696 4.396.619 5.042.747 4.922.733
Jangka Pendek
Total Liabilitas
2.983.975 2.967.541 3.790.878 2.981.622 2.683.763
Jangka Panjang
Total Liabilitas 7.675.226 7.903.237 8.187.497 8.024.369 7.606.496
Total Ekuitas 18.422.826 16.269.696 13.799.985 10.552.405 9.287.547
Total Liabilitas
26.098.052 24.172.933 21.987.482 18.576.774 16.894.043
dan Ekuitas

b. Analisis Data
Berdasarkan data yang disajikan pada laporan keuangan PT Bukit
Asam, Tbk. perhitungan EVA akan dapat disusun. EVA merupakan
hasil pengurangan total biaya modal terhadap laba operasi setelah
pajak. Biaya modal sendiri dapat berupa cost of debt dan cost of
equity. Langkah-langkah menghitung EVA adalah sebagai berikut:
1. Menghitung NOPAT (Net Operating After Tax)
NOPAT atau laba operasi setelah pajak dapat diketahui dengan
perhitungan:
NOPAT = Laba (rugi) Usaha – Beban Pajak
Laba usaha adalah laba operasi yang digunakan dari suatu
current operating yang merupakan laba sebelum bunga. Pajak
yang digunakan dalam perhitungan EVA adalah pengorbanan yang
dikeluarkan oleh perusahaan dalam pencitaan nilai tersebut. Dalam
laporan laba rugi PT Bukit Asam, Tbk. tahun 2015-2019 maka
dapat diketahui Laba (rugi) usaha, beban pajak dan NOPAT,
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Net Operating After Tax

Tahun Laba (Rugi) usaha Beban Pajak NOPAT


(Jutaan rupiah) (Jutaan rupiah) (Jutaan rupiah)
2015 2,468,902 681,247 1,787,655
2016 2,530,807 709,394 1,821,413
2017 5,898,515 1,554,397 4,344,118
2018 6,244,069 1,677,944 4,566,125
2019 5,014,355 1,414,768 3,599,587
Sumber : data diolah
Besarnya beban pajak pada masing-masing tahun juga
berpengaruh terhadap NOPAT yang dihasilkan, semakin kecil
tingkat beban pajak pada perusahan akan semakin bagus karena
NOPAT yang dihasilkan akan semakin besar. Beban pajak terkecil
berada ditahun 2015 yaitu sebesar Rp 681.247.000.000,-.
NOPAT pada setiap tahun bernilai positif karena laba yang
diperoleh setiap tahun lebih besar daripada beban pajak yang
menjadi tanggungan. Berdasarkan tabel di atas NOPAT setiap
tahun bernilai positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada PT
Bukit Asam, Tbk. memiliki kinerja yang baik dalam segi
perhitungan NOPAT.
2. Menghitung Invested Capital
Rumus menghitung Invested Capital atau modal yang
diinvestasikan, sebagai berikut :
Invested Capital = Total Utang&Ekuitas – Utang jangka
pendek
Total hutang dan ekuitas menunjukkan beberapa bagian
dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang.
Pinjaman jangka pendek merupakan pinjaman yang digunakan
perusahaan yang pelunasan maupun pembayarannya akan
dilakukan dalam jangka pendek dengan menggunakan aktiva
lancar yang dimiliki perusahaan, seperti utang usaha, utang pajak,
utang cukai, utang, dan lain-lain.
Pada neraca PT Bukit Asam, Tbk. tercantum jumlah utang
dan ekuitas dan utang jangka pendek, sehingga dihasilkan Invested
Capital setiap tahunnya, dapat disajikan dalam bentuk table
sebagai berikut :
Tabel 4.2 Invested Capital
Total Utang dan Utang Jangka Invested
Tahun Ekuitas Pendek Capital
(Jutaan rupiah) (Jutaan rupiah) (Jutaan rupiah)
2015 16,894,043 4,922,733 11,971,310
2016 18,576,774 5,042,747 13,534,027
2017 21,987,482 4,396,619 17,590,863
2018 24,172,933 4,935,696 19,237,237
2019 26,098,052 4,691,251 21,406,801
Sumber : data diolah
Invested Capital merupakan salah satu komponen penilaian
kinerja dengan menggunakan metode EVA. Modal atau Invested
Capital merupakan penjumlahan dari total hutang dan modal
saham. Invested Capital atau modal yang diinvestasikan
berdasarkan table diatas yang memiliki nilai paling tingi pada
tahun 2019 sebesar Rp 21.406.801.000.000,- sedang tahun 2011
memiliki nilai paling rendah sebesar Rp 11.971.310.000.000,-.

3. Menghitung WACC (Weight Average Cost of Capital)


WACC merupakan rata-rata tertimbang biaya utang dan
modal sendiri, menggambarkan tingkat pengembalian investasi
minimum untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang
diharapkan oleh investor. Rumus WACC adalah:
WACC = {(D×rd) (1-Tax) + (E×re)}
Keterangan:
WACC : Biaya modal rata-rata tertimbang
D : Tingkat Modal
E : Tingkat Ekuitas
Rd : Cost of Debt
Tax : Tingkat Pajak
Re : Cost of Equity
Berdasarkan laporan keuangan PT Bukit Asam, Tbk.
diperoleh perhitungan untuk Tingkat Modal (D) dan Tingkat
Ekuitas (E) tahun 2015-2019:
- Tingkat Modal
a. Tahun 2015
Tingkat modal
Total Utang
(D) 15 = x100%
Total utang dan
ekuitas
7,606,496
= x100%
16,894,043

= 45.02%

b. Tahun 2016
Tingkat modal
Total Utang x100%
(D)
=
Total utang dan
ekuitas
8,024,369 x100%
=
18,576,774
= 43.20%

c. Tahun 2017
Tingkat modal
Total Utang x100%
(D)
=
Total utang dan
ekuitas
8,187,497 x100%
=
21,987,482
= 37.24%
d. Tahun 2018
Tingkat modal
Total Utang x100%
(D)
=
Total utang dan
ekuitas
7,903,237 x100%
=
24,172,933
= 32.69%

e. Tahun 2019

Tingkat modal
Total Utang x100%
(D)
=
Total utang dan
ekuitas
7,675,226 x100%
=
26,098,052
= 29.41%

- Tingkat Ekuitas
1. Tahun 2015
Tingkat Ekuitas Total Ekuitas x100%
= Total utang dan
ekuitas
9,287,547 x100%
=
16,894,043
= 54.98%

2. Tahun 2016
Tingkat Ekuitas Total Ekuitas x100%
= Total utang dan
ekuitas
10,552,405 x100%
=
18,576,774
= 56.80%
3. Tahun 2017
Tingkat Ekuitas Total Ekuitas x100%
= Total utang dan
ekuitas
13,799,985 x100%
=
21,987,482
= 62.76%

4. Tahun 2018
Tingkat Ekuitas Total Ekuitas x100%
= Total utang dan
ekuitas
16,269,696 x100%
=
24,172,933
= 67.31%
5. Tahun 2018
Tingkat Ekuitas Total Ekuitas x100%
= Total utang dan
ekuitas
18,422,826 x100%
=
26,098,052
= 70.59%
- Cost of Debt (Rd)
1. Tahun 2015
Cost of Debt
Beban Bunga x100%
(Rd)
=
Total Utang Jangka
Panjang
157,325 x100%
=
2,683,763
= 5.86%

2. Tahun 2016
Cost of Debt
Beban Bunga x100%
(Rd)
=
Total Utang Jangka
Panjang
148,835 x100%
=
2,981,622
= 4.99%
3. Tahun 2017
Cost of Debt
Beban Bunga x100%
(Rd)
=
Total Utang Jangka
Panjang
103,589 x100%
=
3,790,878
= 2.73%

4. Tahun 2018
Cost of Debt
Beban Bunga x100%
(Rd)
=
Total Utang Jangka
Panjang
103,543 x100%
=
2,967,541
= 3.49%

5. Tahun 2019
Cost of Debt
Beban Bunga x100%
(Rd)
=
Total Utang Jangka
Panjang
127,670 x100%
=
2,983,975
= 4.28%

- Cost of Equity
1. Tahun 2015
Cost of Laba Bersih setelah
x100%
Equity(re) = pajak
Total Ekuitas
x100%
2,037,111
=
9,287,547
= 21.93%
2. Tahun 2016
Cost of Laba Bersih setelah
x100%
Equity(re) = pajak
Total Ekuitas
x100%
2,024,405
=
10,552,405
= 19.18%

3. Tahun 2017
Cost of Laba Bersih setelah
x100%
Equity(re) = pajak
Total Ekuitas
x100%
4,547,232
=
13,799,985
= 32.95%

4. Tahun 2018
Cost of Laba Bersih setelah
x100%
Equity(re) = pajak
Total Ekuitas
x100%
5,121,112
=
16,269,696
= 31.48%

5. Tahun 2018
Cost of Laba Bersih setelah
x100%
Equity(re) = pajak
Total Ekuitas
x100%
4,040,394
=
18,422,826
= 21.93%
- Tingkat Pajak (tax)
1. Tahun 2015
Tingkat Pajak
Beban Pajak x100%
(Tax
=
Laba Bersih sebelum
Pajak
x100%
681,247
=
2,718,358
= 25.06%

2. Tahun 2016
Tingkat Pajak
Beban Pajak x100%
(Tax
=
Laba Bersih sebelum
Pajak
709,394 x100%
=
2,733,799
= 25.95%

3. Tahun 2017
Tingkat Pajak
Beban Pajak x100%
(Tax
=
Laba Bersih sebelum
Pajak
x100%
1,554,397
=
6,101,629
= 25.48%
4. Tahun 2018
Tingkat Pajak
Beban Pajak x100%
(Tax
=
Laba Bersih sebelum
Pajak
x100%
1,677,944
=
6,819,056
= 24.61%
5. Tahun 2019
Tingkat Pajak
Beban Pajak x100%
(Tax
=
Laba Bersih sebelum
Pajak
x100%
1,414,768
=
5,455,162
= 25.93%

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat disajikan


perhitungan WACC dalam table sebagai berikut:
Tabel 4.3 Besarnya Weight Average Cost of Capital
Tahun D Rd 1-Tax E Re WACC
2015 45.02% 5.86% 74.94% 54.98% 21.93% 0.1403
2016 43.20% 4.99% 74.05% 56.80% 19.18% 0.1249
2017 37.24% 2.73% 74.52% 62.76% 32.95% 0.2144
2018 32.69% 3.49% 75.39% 67.31% 31.48% 0.2205
2019 29.41% 4.28% 74.07% 70.59% 21.93% 0.1641

Nilai WACC pada table tersebut mengalami peningkatan tertinggi


pada tahun 2017 sebesar 0.2144.

4. Menghitung Capital Charges


Capital Charges diperoleh dari hasil kali antara WACC
dengan Invested Capital, dengan rumus sebagai berikut:
Capital Charges = WACC x Invested capital
Disajikan dengan Tabel 4.4 Capital Charges
Tahun WACC Invested Capital Capital Charges
2015 0.1403 11,971,310 1,680,072.811
2016 0.1249 13,534,027 1,690,470.490
2017 0.2144 17,590,863 3,770,958.415
2018 0.2205 19,237,237 4,241,675.749
2019 0.1641 21,406,801 3,513,442.942
Nilai Capital Charges tertinggi pada tahun 2018 sebesar Rp
4.241.675.749.000,-

5. Menghitung Economic Value Added (EVA)


Cara menghitung EVA yaitu dengan cara mengurangkan
laba operasional setelah pajak dengan biaya modal yang telah
dikeluarkan oleh perusahaan. Perhitungan EVA merupakan
langkah terakhir dalam menghitung EVA itu sendiri. Cara
menghitung EVA ditulis dengan rumus sebagai berikut:
EVA = NOPAT - Capital Charges
Berikut table perhitungan EVA PT Bukit Asam, Tbk. 2015-
2019: Tabel 4.5 Economic Value Added (EVA)

Tahun NOPAT Capital Charges EVA


(Jutaan rupiah) (Jutaan rupiah) (Jutaan rupiah)
2015 1,787,655 1,680,073 107,582
2016 1,821,413 1,690,470 130,943
2017 4,344,118 3,770,958 573,160
2018 4,566,125 4,241,676 324,449
2019 3,599,587 3,513,443 86,144

Sumber : data diolah


Dari perhitungan EVA tersebut dapat diketahui ada
tidaknya penciptaaan nilai (creating value) pada perusahaan.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, PT Bukit Asam, Tbk.
memiliki nilai EVA posifif pada tahun 2015-2019 (table 4.5).
a. Pada tahun 2015 NOPAT sebesar Rp 1.787.655.000.000,-,
Capital Charges sebesar Rp 1.680.073.000.000,- dan kinerja
keuangan dengan metode EVA sebesar Rp 107.582.000.000,-.
Dengan demikian, nilai EVA >0, mengandung arti bahwa
kinerja keuangan pada tahun 2015 mempunyai nilai tambah
ekonomis. Eva yang positif menunjukkan bahwa manajemen
PT Bukit Asam, Tbk. berhasil meningkatkan nilai perusahaan
bagi pemilik perusahaan sesuai dengan tujuan manajemen
keuangan dalam memaksimalkan nilai perusahaan.
b. Ditahun 2016 NOPAT sebesar Rp 1.821.413.000.000,-, nilai
capital charges sebesar Rp 1.690.470.000.000,- dan kinerja
keuangan menggunakan metode EVA sebesar Rp
130.943.000.000,-. Dengan demikian, nilai EVA >0
mengandung arti bahwa kinerja keuangan pada tahun 2015
mempunyai nilai tambah ekonomis. Eva yang positif
menunjukkan bahwa manajemen PT Bukit Asam, Tbk. berhasil
meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan sesuai
dengan tujuan manajemen keuangan dalam memaksimalkan
nilai perusahaan.
c. Selanjutnya ditahun 2017 NOPAT sebesar Rp
4.344.118.000.000,-. capital charges sebesar Rp
3.770.958.000.000,- dan kinerja keuangan menggunakan EVA
sebesar Rp 573.160.000.000,-. Dengan demikian, nilai EVA >0
mengandung arti bahwa kinerja keuangan pada tahun 2015
mempunyai nilai tambah ekonomis. Eva yang positif
menunjukkan bahwa manajemen PT Bukit Asam, Tbk. berhasil
meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan sesuai
dengan tujuan manajemen keuangan dalam memaksimalkan
nilai perusahaan.
d. Kemudian pada tahun 2018 NOPAT sebesar Rp
4.566.125.000.000,- capital charges sebesar Rp
4.241.676.000.000,-, kinerja keuangan menggunakan metode
EVA senilai Rp 324.449.000.000,-. Dengan demikian, nilai
EVA >0 mengandung arti bahwa kinerja keuangan pada tahun
2015 mempunyai nilai tambah ekonomis. Eva yang positif
menunjukkan bahwa manajemen PT Bukit Asam, Tbk. berhasil
meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan sesuai
dengan tujuan manajemen keuangan dalam memaksimalkan
nilai perusahaan.
e. Sedangkan tahun 2019 nilai NOPAT sebesar Rp
3.599.587.000.000,- capital charges sebesar Rp
3.513.443.000.000,- dengan kinerja keuangan dalam metode
EVA sebesar Rp 86.144.000.000,-. Dengan demikian, nilai
EVA >0 mengandung arti bahwa kinerja keuangan pada tahun
2015 mempunyai nilai tambah ekonomis. Eva yang positif
menunjukkan bahwa manajemen PT Bukit Asam, Tbk. berhasil
meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan sesuai
dengan tujuan manajemen keuangan dalam memaksimalkan
nilai perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai