Anda di halaman 1dari 14

A.

Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman mycobacterium
tuberculosis yang bersifat sistemik, yang dapat bermanifestasi pada hampir semua
organ tubuh dengan lokasi terbanyak diparu yang biasanya merupakan lokasi infeksi
primer. ( Arahantoknam : 2016)
Tuberkulosis terbagi menjadi dua klasifikasi, tuberkulosis paru merupakan
tuberkulosis yang menyerang paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan
tuberkulosis ekstra paru merupakan tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar
limfe, tulang, persendian, usus, ginjal, saluran kencing. (Depkes : 2000)
2. Etiologi
a. Mycobacterium tuberculosis merupakan mikrobakteri yang bersifat kompleks,
memiliki family lain yaitu M.bovis (tuberculosis pada sapi, yang dapat ditularkan
melalui susu sapi, dan dapat diperkirakan sebagai penyebab TB gastrointestinal). (
b. Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif, yang dapat menukarkan
kepada orang yang berada disekelilingnya, terutama kontak erat. Pada waktu
batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada
suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut
terhirup kedalam saluran pernafasan. Setelah kuman TB masuk kedalam tubuh
manusia melalui pernafasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru
kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe,
saluran nafas, atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya.
(Depkes:2000)
c. TB ekstra paru seperti TB renal menukar melalui darah dan cairan tubuh yang
terinfeksi bakteri tuberculosis (Rahantoknam: 2016).
3. Manifestasi klinis
Gejala umum :
a. Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih
Gejala lain yang sering dijumpai :
a. Dahak bercampur darah, batuk darah
b. Sesak nafas merupakan pertanda adanya udara (pneumotoraks) atau cairan (efusi)
di dalam rongga pleura
c. Badan lemah, nafsu makan dan berat badan turun, rasa kurang enak badan
(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari
sebulan.
Gejala tuberkulosis ginjal anatara lain :
a. Anoreksia
b. Berat badan menurun
c. Demam
d. Pasien juga dapat mengalami hematuria
e. Piuria
f. Disuria
g. Nyeri pinggang
h. Nyeri abdomen
i. Pemeriksaan uji kulit mantoux adalah positif
j. Pemeriksaan nilai GFR kurang dari 40 Ml/menit ( normal 85-135 ml/menit) (
4. Patofisiologi
Penjalaran kuman ke ginjal dari paru-paru, tulang, atau saluran pencernaan
biasanya hematogen. Setelah invasi, maka terbentuk suatu focus ginjal yang biasanya
merupakan tuberkulum kecil di arterior kelenjar dan kortikal. Dengan berlalunya
waktu, perkembangan ini akan membentuk nekrotik dan membuat rongga tidak teratur.
Akhirnya ginjal dapat menjadi fibrotic dan atrofi.
Ginjal yang mengalami jaringan fibrotic dan atrofi akan menyebabkan penurunan
dan fungsi ginjal secara progresif. Lebih lanjut tuberkel akan melibatkan ureter dan
membentuk epitel transisi, menyebabkan granuloma mukosa ke dalam lumen ureter
sehingga menyempitkan lumen dari ureter.
Infeksi kandungan kemih TB hampir selalu sekunder untuk keterlibatan ginjal.
Awalnya sistitis intertisial terjadi, pada akhirnya menyebabkan ulserasi , mukosa
kandung kemih dan penebalan dinding kandung kemih. Stadium akhir penyakit akan
menyebabkan jaringan parut dan fibrosis pada kandung kemih sehingga kapasitas
berkurang dari kandung kemih.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Tes tuberculin
Uji tuberculin dapat dilakukan dengan cara mantoux
b. Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan urin ini ditujukan untuk memeriksa eritrosit, leukosit dan pH dalam
urin. Urin juga dikultur untuk memeriksa adanya E coli karena infeksi sekunder dapat
terjadi pada 20% kasus. Namun ciri khas TB yaitu terdapat “Sterille Pyuria” pada
pemeriksaan urin. Sekitar 50% pasien juga mengalami mikrohematuria. Namun kultur
urin ini memerlukan waktu 6-8 minggu.
c. Foto Rontgen (BNO)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menunjukkan adanya klasifikasi ginjal dan ureter.
Klasifikasi ureter akibat TB jarang terjadi kecuali jika terdapat klasifikasi pada ginjal.
Klasifikasi tersebut terjadi intraluminal dan tampak dinding ureter menjadi tebal bukan
dilatasi.
d. Computed Tomography (CT)
CT telah menjadi pilihan lebih baik dalam menegakkan diagnosa dan evaluasi TB
genital dan saluran kemih. CT terbaru memberikan gambaran 3 dimensi. Alat ini
setidaknya dapat memberikan gambaran mengenai abnormalitas kaliks, hidronefrosis,
hidroureter, autonerektomi, klasifikasi traktus urinarius dan kavitas parenkim ginjal.
e. Ultrasonography (USG)
Ultrasonography memberi penilaian terbatas. Alat ini dapat digunakan untuk
melihat ukuran lesi ginjal sebelum kemoterapi atau memonitor volume konstraksi
kandung kemih sebelum pengobatan. Hal ini diperlukan untuk menetukan intervensi
atau langkah selanjutnya.
f. Sistoskopi dan Biopsi
Sistoskopi jarang digunakan untuk menegakkan diagnosa TB urogenital. Sistoskopi
selalu digunakan pada pasien yang telah di anestesi umum dengan muscle relaxant
untuk mengurangi resiko perdarahan. Biopsi biasanya hanya diperlukan untuk
menetukan suatu keganasan.
g. Retrograde Pyelography (RPG)
Saat ini jarang digunakan tetapi ada 2 indikasi penggunaan alat ini. Pertama, pada
kasus striktur ureter untuk menilai panjang dan menghitung banyaknya sumbatan dan
dilatasi striktur. Kedua, pada kateterisasi uretra.
h. Percutaneus Antegrade Pyelography
Percutaneus Antegrade Pyelography merupakan alternatif RPG untuk mengambil
ginjal yang tidak berfungsi atau untuk memeriksa keadaan ginjal yang tidak dapat
diperiksa dengan retrograde biasa.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tuberkolosis ekstra paru pada umumnya sama dengan
penanganan Tb paru. Namun pada beberapa keadaan perlu modifikasi, yaitu apabila
Tb menginfeksi organ vital seperti pada efusi pleura, perkardial, Tb spinal, Tb
genitourinaria, dan meningitis tuberkolosis. Selain itu pengobatan pada Tb ekstra paru
biasanya lebih lama di bandingkan dengan Tb pada paru biasa. Sebagaian besar di
sekitar 9 hingga 12 bulan.
1) Obat antituberkolostatik (OAT)
Panduan OAT yang paling aman adalah 2RHZ/6HR.
a. Isoniazid (INH)
Isoniazid mempunyai keefektifan tinggi terhadap M. tuberkolosis dan
bersifat bakterisidal pada dosis tinggi INH menghambat sintesis asam mikolat
pada M tuberkolosis dengan mempenngaruhi enzim mycolase synthetase. INH
mempunyai efek toksis terhadap hepar pada 10-20% pasien.
b. Rifampisin
Rifampisin adalah salah satu kelompok antibiotic yang mengisolasi
streptomyces mediterranei. Cara kerja rifampisin dengan menghambat bakteri
pembentuk RNA. Rimfapisin larut dalam lemak, memasuki makrofak, dan di
eksresi lewat urin.
c. Streptomisin
Streptomisin mengisolasi streptomyces giseus. Obat ini merupakan
golongan aminoglikosid dan harus di berikan intramuscular. Streptomisin tidak
aktif terhadap mikrobakteria intraseluler. Streptomisin bersifat ototoksik, tetapi
sifatnya reversible jika penggunaan obat di hentikan setelah gejala muncul.
d. Pyrazinamide
Pyrazinamide merupakan turunan nicotinamide. Mekanisme kerja dengan
menghambat sintesis asal lemak I pada M. tuberculosis. Obat ini dapat bersifat
hepatotoksik pada pemberian dosis tinggi. Nausea dan vomitus juga sering di
temukan pada pasien yang mendapatkan terapi ini.
e. Etambutol
Obat ini aktif terhadap M. tuberkolosis yang resisten INH dan obat obattan
tuberkolustatik lain. Ethambutol di absorpsi baik melalui pemberian per oral
sekitar 80% di ekskresi lewat urin dalam bentuk inaktif, dosis harus di
sesuaikan pada keadaan gagal ginjal. Ethambutol jarang menyebabkan neuritis
retrobulbar dan penggunaanya jangan di teruskan apabila di temui gejala
tersebut.
Panduan pemberian obat Antituberkolosis
(kategori 1 menurut departemen kesehatan RI)
Tahap Lamanya Dosis per hari/ kali Jumlah
Pengobatan pengobatan

Tablet Tablet Tablet Tablet


Isoniazid Rifampisi Pirazi Ethambuto
@ 300 n Named l
mg @ 450 mg @ 500 mg @ 250 mg
Tahap 2 bulan 1 1 3 3 60
intensif
(dosis
harian)
Tahap 4 bulan 2 1 - - 54
lanjutan
(dosis 3 x
seminggu)

Pada kasus multi drug resistence di berikan terapi yang terdiri dari 4 jenis obat
yang di pilih berdasarkan tes resistensi obat seperti ethionamide, prothionamide,
quinolones, clarithomycin, cycloserin, kanamycin, caproemycin, thiaacetazone dan pa-
amino - salicide.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses keperawatan yang bertujuan untuk mengurmpulkan
informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi mengenai, masalah-
masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan.
a. Identitas
Identitas yang mempunyai hubungan meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
alamat. pendidikan, pekerjaan, status marital, agama, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal pengkajian, diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Pada klien TB renal biasanya di temukan keluhan utama berupa nyeri saat
berkemih ,demam,dan sakit pingggang .
2) Riwayat kesehatan sekarang
Klien merasakan malas makan, berat badan menurun , nyeri saat berkemih,
nyeri pada pinggang, pada urinnya terdapat darah dan ada nanah serta merasa
demam
3) Riwayat kesehatan dahulu
Perlu di kaji apakah klien pernah menderita penyakit serupa sebelumnya,
tanyakan juga penyakit infeksi yang pernah di derita klien seperti pneumonia
bronkhitis dan lain-lain. Selain itu perlu dikaji juga pola kebiasaan sehari hari
mencakup aktifitas, pengguaan obat-obatan tertentu , kebiasaan hygiene
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan di keluarga apakah ada yang menderita PPOM atau penyakit paru
seperti TB paru atau TB ekstra paru. Jika ada gambarkam dengan struktur
keluarga. Bagaimana kondisi rumah dan lingkungan sekitarnya .
d. Pola kesehatan
1) Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif :Rasa lemah cepat lelah, aktifitas berat timbul, demam, menggigil
Objektif :Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak(tahap lanjut,
infiltrasi radang sampai sampai setengah paru),demam subfebris (40-410) hilang
timbul.
2) Pola nutrisi
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan .
Objektif : turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak subkutan
3) Respirasi
Subjektif: Batuk produktif /non produktif , sesak nafas, sakit dada
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau /purulent,
mukoid kuning dan bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe,terdengar bunyi
ronkhi basah, kasar didaerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis
parenkim paru dan pleura), sesak nafas, pengembangan pernafasan tidak simetris
(effusi pleura ), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural),deviasi
trakeal(penyebaran bronkogenik).
4) Rasa nyaman/nyeri
Subjektif: Nyeri saat berkemih dan pada pinggang
Objektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala : Ukuran kepala normal ,kulit kepala bersih .
2) Rambut
Inspeksi : Rambut tampak kusam, rambut agak tebal ,warna rambut hitam,
rambut rontok .
Palpasi : Tidak terdapat benjolan atau nyeri tekan
3) Mata
Inspeksi : Konjugtiva pucat, sclera ikterik, pupil isokor, reaksi pupil berubah
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
4) Telinga
Inspeksi : Letak simetris, kebersihan telinga cukup bersih, tidak ada battle sign
dan tidak ada memar
5) Hidung
Inspeksi :Bentuk normal ,lubang hidung bersih, distribusi silia normal
Palpasi : Nyeri tekan pada sinus
6) Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering, pucat, tidak terdapat sariawan kebersihan mulut
cukup bersih.
7) Leher
Inspeksi : Tidak ada lesi , jelas dan tidak ada luka
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, peningkatan JVP, tidak ada deviasi trachea
8) Paru-paru
Inspeksi : Penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, tidak ada cuping hidung,
adanya pengguanan otot dada, adanya retraksi dinding dada.
Palpasi : Ada nyeri tekan, tidak ada indikasi krepitasi, teraba pembesaran
jantung, vokal fremitus berkurang
Perkusi : Hipersonar
Auskultasi :  Suara nafas berkurang pada sisi yang terkena, terdengar ronchi
basah atau kering
9) Jantung
Inspeksi : Tidak ada luka , jejas. dan tidak ada lesi
Palpasi : Terdapat ictus cordis pada ruang intercosta kiri Y ,agak ke medial (2
cm) dari linea midklavikularis kiri.
Perkusi :  Melakukan perkusi dari arah lateral ke medial,batas bawah kanan
jantung adalah di sekitar ruang interkostal III-IV kanan,di line parasternalis
kanan .sedangkan batas atasnya di ruang interkostal II kanan linea parasternalis
kanan .batas jantung sebelah kiri yang terletakdi sebelah cranial iktus ,pada
ruang interkostal II letak nya lebih dekat dengan sternum daripada letak iktus
cordis ke sternum,kurang lebih di linea parasternalis kiri
Auskultasi:Terjadi penurunan tekanan darah ,tachikardi,bunyi jantung S1 dan
S2 redup.
10) Abdomen
Inspeksi :Tidak ada luka , ,bentuk datar ,terdapat lesi
Auskultasi : Peristaltik usus meningkat
Palpasi :Nyeri stomatitis ,tidak ada benjolan,dan tidak ada asites
Perkusi :Untuk mengetahui suara tympani.

2. Pathway
Ketidak efektif bersihan
Udara tercemar jalan nafas
mycobacterium TB (Tuberkolosis)

Pembentukan sputum
Dihirup individu rentan Orang terinfeksi aktif tbc
berlebihan

Kurang informasi droplet


Pembentukan tuberkel

Defisiensi pengetahuan Basil tuberculosis memasuki


saluran pernapasan

mengaktifasi
peradangan Melalui aliran darah
menuju ginjal

Reaksi sistematis
Sel T dan jaringan
Inflamasi
fibrosis membungkus
Peningkatan aktifitas makrofag dan tb
metabolisme Kerusakan sel

Hipertermia Kavitasi kuman


Merangsang nosiseptor
nyeri
Infeksi pada piala ginjal
Anoreksia
Medulla spinalis
Menyebar kekandung
Mual/muntah
kemih
Presepsi nyeri

Ketidakseimbangan Penyempitan limen uretra


nutrisi kurang dari Nyeri akut past prostalika
kebutuhan tubuh

Penyebaran hematogen Menghambat aliran urin


limfogen

Terjadi gejala obstruktif


peritoneum

peritoalitis Gangguan eliminasi urin

Peningkatan asam

3. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan fungsi ginjal
c) Hipertermi b.d peningkatan suhu tubuh
d) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penyempitan lumen uretra pars
prostalika
e) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
4. Intervensi
N DIAGNOSA NOC NIC
o
1. Ketidak Tujuan : 1. Kaji fungsi pernafasan, contoh
efektifan Dalam waktu 24 jam sudah bunyi nafas,kecepatan, irama
bersihan jalan tidak ada secret. dan kedalaman dan
napas Kriteria hasil: penggunaan otot aksesori.
berhubungan Dapat mengeluarkan secret 2. Catat kemampuan untuk
dengan tanpa bantuan. mengeluarkan mukosa atau
penumpukan Dapar menunjukan perilaku batuk efektif, catat karakter,
secret untuk memperbaiki atau jumlah sputum, adanya
mempertahankan bersihan hemopisis.
jalan nafas 3. Berikan pasien posisi semi
atau fowler tinggi. Bantu
pasien untuk batuk dan latihan
nafas dalam.
4. Bersihkan secret dari mulut
dan trakea, pengisapan sesuai
keperluan.
5. Pertahankan masukan cairan
sedikitnya 2500 ml/hari.
Kecuali kontra indikasi.
6. Lembabkan udara atau
oksigen inspirasi.
7. Beri obat-obatan sesuai
indikasi : agen mukolitik,
contoh asetilsistein
(mucomyst). Brokidilator
contohnya okstrifilin
(choledyl), teofilin (theo-dur),
kortikosteroid (prednisone).
8. Bersiap untuk membantu
inkutubasi darurat.
2. Nyeri akut Tujuan: 1. Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan Setelah dilakukan asuhan secara komprehensif
dengan keperawatan selama 1x 24 termasuk lokasi karakteristik
pelepasan jam nyeri berkurang atau durasi, frekuensi, kualitas.
mediator nyeri hilang 2. Observasi reaksi nonverbal
Kriteria hasil : dari ketidaknyamanan
Melaporkan bahwa nyeri 3. Gunakan tehnik komunikai
berkurang terapeutik untuk mengetahui
Mampu mengontrol nyeri pengalaman nyeri pasien.
4. Ajarkan tehnik
nonfarmakologi seperti
tehnik relaksasi atau
tinggikan bagian kepala/atas
dari tempat tidur jika pasien
bernafas pendek
5. Kolaborasi dengan berikan
analgesic untuk mengurangi
nyeri.
6. Tingkatkan istirahat

2 Perubahan Tujuan: 1. Kaji dan monitor status nutrisi


nutrisi kurang 1. Setelah dilakukan asuhan klien , turgor kulit,berat
dari kebutuhan keperawatan selama badan,integritas mukosa oral
tubuh 3x24 jam intek nutrisi dan kemampuan menelan .
berhubungan klien terpenuhi 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
dengan Kriteria hasil: untuk menentukan jumlah
gangguan 1. Tidak terjadi penurunan kalori dan nutrisi yang
fungsi ginjal berat badan yang berarti dibutuhkan pasien
2. Klien dapat 3. Berikan informasi tentang
mempertahankan status kebutuhan nutrisi.
gizi nya 4. Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan ahli gizi)
3 Hipertermia Tujuan: 1. Monitor suhu sesering
berhubungan Dalam waktu 1x24 jam suhu mungkin
dengan kembali normal 2. berikan anti piretik
penyakit, reaksi Kritria hasil: 3. berikan pengobatan untuk
inflamasi atau Suhu tubuh dalam rentang mengatasi penyebab demam
pradangan normal 4. selimuti pasien
5. kompres pasien pada lipat paha
dan asila
6. tingkatkan intake cairan nutrisi
4 Gangguan Tujuan 1. Lakukan penilaian kemih yang
eliminasi urin Dalam waktu 1x24 jam komprehensif focus pada
berhubungan klien dapat mengeluarkan output urine, pola berkemih,
dengan urine secara normal fungsi kognitif, dan masalah
penyempitan kencing praeksisten
lumen uretra Kriteria hasil : 2. Meransang refleks kandung
pars prostalika 1. Kandung kemih kosong kemih dengan menerapkan
secara penuh dingin untuk perut.
2. Intake cairan dalam 3. Sediakan waktu yang cukup
rentang normal untuk pengosongan kandung
kemih (10 menit)
4. Memantau tingkat distensi
kandiung kemih dengan
palpasi dan perkusi
5. Masukan kateter kemih jika
diperlukan

5. Defisiensi Tujuan : 1. Berikan penilaian tentang


pengetahuan Setelah diberikan informasi tingkat pengetahuan pasien
berhubungan mengenai TB Renal, klien tentang proses penyakit dan
dengan dapat mengetahui bahaya spesifik
kurangnya penyakit TB 2. Jelaskan patofisiologi dari
informasi penyakit dan bagaimana hal ini
Kriteria hasil: berhubungan dengan anatomi
1. Pasien dan keluarga dan fisiologi, dengan cara
menyatakan yang tepat
pemahaman tentang 3. Dambarkan tanda dan gejala
penyakit, kondisi, yang biasa muncul pada
prognosis dan program penyakit, dengan cara yang
pengobatan tepat
2. Pasien dan keluarga 4. Identifikasi kemungkinan
mampu melaksanakan penyebab, dengan cara yang
prosedur yang tepat
dijelaskan secara benar 5. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa yang akan
datang dan atau pengontrolan
penyakit
6. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan

DAFTAR PUSTAKA
Achmadi.Umar.Fahmi.Dkk.2000. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Bradero,Mary. 2005. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC
Dongoes.Marilynn E.2012. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Gibson,Michael S.20014.Renal Tuberculosis.Jurnal Radio Graphics.Volume 24.Hal 251-
256
Khan,Ruki.Dkk.2015.Renal Tuberculosis : The Enigma Continues. Jurnal Mycobacterial
Diseases. Volume 5. Hal 2-5

Kusuma.hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction
Rahantoknam,Phijeuwbens,A.2016.Tuberkulosis Pada Ginjal.Kepanitraan Klinik Ilmu
Bedah. Hal 3-26
Schrock,Theodore R. 1995. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Suhariani,Wizri. 2015. Pola Klinik Tuberkulosis Ekstra Paru Di RSUD Dr. Kariadi
Semarang periode Juli 2013-Agustus 2014. Jurnal Media Medika Muda. Volume 4 hal
1639.
Werdhani, Retno Asti. 2016. Patofisiologi Diagnosis dan Klasifikasi Tuberkulosi .
Departemen Ilmu Kedokteran . 7-6

Anda mungkin juga menyukai