Wali Songo berasal dari kata wali dan songo, berarti sembilan wali. Istilah Wali Songo
dikaitkan dengan lembaga dakwah yang berisi tokoh-tokoh penyebar Islam dalam usaha mereka
mengembangkan Islam secara terorganisasi pada abad ke-15 dan 16 masehi. Para penyebar Islam
yang disebut wali songo yaitu: Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan
Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati.
Para mubalig ini menyebarkan Islam dengan cara-cara damai, santun, toleran dan dapat
menyesuaikan diri dengan adat-adat lokal penduduk Nusantara sehingga ajaran Islam diterima
baik oleh masyarakat.
Di luar Jawa, pada abad ke-17 dan 18 muncul para tokoh yang mempunyai peran dalam
mengembangkan Islam, seperti ; Hamzah al-Fansuri ( w. 1590), Syaikh Nuruddin Al Raniri (
w.1658), Syaikh ‘Abd al-Ra’uf al-Sinkili (w.1693 ), Syamsuddin Al Sumatrani ( w. 1630) di
Aceh, Sultan Alaudin Al Makasari (1639) dan Syaikh Yusuf Al-Makasari ( w.1699) di
Sulawesi, Syaikh Abdus Somad Al-Falembani (w. 1789) di Palembang, Syaikh Muhammad
Arsyad Al-Banjari ( w. 1812 ) di Kalimantan , Syekh Nawawi al-Bantani (1813-1879) di Banten.
Begitu pula di Nusa Tenggara Barat, muncul tokoh-tokoh penting yang mengembangkan Islam
seperti Syaikh Abdul Ghani Al-Bimawi, hingga berkembangnya sejumlah pesantren di Lombok
oleh tokoh-tokoh penting, seperti; Tgh.Saleh Hambali ( w. 1968), Tgh. Muhammad Zainuddin
Abdul Majid ( w.1997) dan Tgh.Ibrahim Al-Khalidi ( w.1993), dan tokoh lainnya
Sunan Maulana Malik Ibrahim disebut juga Sunan Gersik, berasal dari Kashan, Persia. Ia
dikenal dengan nama kakek Bantal. Silsilah keturunannya tersambung dengan Nabi Muhammad
Saw. melalui Fatimah az-Azhra dan Ali bin Abi Thalib dari jalur Husain bin Ali.
Pada tahun 1371 M. Sunan Maulana Malik Ibrahim datang ke pulau Jawa dengan saudaranya
Maulana Mahpur, Sayid Yusuf Mahrabi, dan 40 orang pengiring. Mereka datang ke pulau Jawa
untuk menyebarkan agama Islam sambil berdagang. Desa Sembalo menjadi daerah yang pertama
kali dituju, sebuah tempat dekat desa Leran, Kabupaten Gresik, sekitar 9 kilometer dari arah
utara Kota Gresik. lokasinya tidak jauh dari makam Fatimah binti Maimun (w. 475 H/1082 M).
Dalam menyiarkan agama Islam, Sunan Maulana Malik Ibrahim mula-mula dengan berdagang
menyediakan kebutuhan pokok masyarakat dengan harga murah di tempat terbuka, dekat
pelabuhan yang berlokasi di desa Rumo. Setelah merasa dakwahnya cukup berhasil di desa
Sembalo , ia pindah ke Kota Gresik, dan tinggal di desa Sawo. Selang beberapa lama, ia mulai
menyiarkan Islam ke kalangan Istana Majapahit. Kemudian mendatangi Raja Majapahit dan
menyampaikan kebenaran agama Islam, tapi sang Raja belum menerima ajakannya, namun
memberikan penghargaan dengan memberikan sebidang tanah di pinggiran kota Gresik yang
kemudian dikenal dengan desa Gapura. Di tempat inilah Sunan Maulana Malik Ibrahim
membuka pesantren dan menyampaikan kebenaran Islam kepada masyarakat.
Sunan Maulana Malik Ibrahim wafat pada hari Senin, 12 Rabiul Awal 822 H/ 8 April 1419.
Tanggal wafatnya tertera pada prasasti makamnya di desa Gapura, Kota Gresik, Jawa Timur.
Dalam melakukan dakwah Islam di daerah Gresik dan sekitarnya, Sunan Maulana Malik
Ibrahim (w. 1419 M ) mempunyai peran penting dalam mengembangkan Islam khususnya di
pulau Jawa, yaitu:
Setelah membentuk komunitas muslim di Pesucinan, dan berada dekat dengan daerah
pelabuhan pantai utara Gresik, Sunan Gresik berkesempatan menyampaikan dakwah Islam
bersamaan dengan aktifitas perdagangan . Ia menyampaikan dengan penuh kesantunan dan
akhlak mulia. Satu per satu pemeluk Islam terus bertambah dari hari ke hari. Setelah merasa
dakwahnya berhasil di Sembalo, Sunan Gresik pindah ke kota Gresik, dan tinggal di desa Sawo.
Dakwahnya pun merambah pada keluarga kerajaan Majapahit yang saat itu dipimpin Raja
Brawijaya. Kedatangannya ke pusat kerajaan disambut baik, walaupun Sang Raja belum
bersedia memeluk Islam. Karena adanya hubungan baik dengan kerajaan dalam hubungan
dagang, Maulana Malik Ibrahim diangkat menjadi syahbandar di Gresik dan diperbolehkan
menyebarkan agama Islam di Gresik. Raja Brawijaya memberikan hadiah sebagai
penghargaannya terhadap Maulana Malik Ibrahim dengan sebidang tanah di pinggiran Kota
Gresik. Tempat ini kemudian dikenal dengan Desa Gapura.
Hubungan baik Sunan Maulana Malik Ibrahim dengan keluarga kerajaan dengan menunjukkan
sikap santun, arif dan bijaksana, mengantarkannya diangkat menjadi penasehat raja, serta
menjadi guru para pangeran. Dakwah Maulana Malik Ibrahim kepada keluarga raja Majapahit
yang sedang mengalami masa kemunduran, dibuktikan dengan adanya tulisan yang terukir
dalam bahasa Arab, menjelaskan kedudukannya dalam keluarga kerajaan. Dari dakwahnya,
Islam terus berkembang di berbagai kalangan.
Mendirikan Masjid dan Pesantren
Seiring waktu, masyarakat Gresik semakin tertarik memeluk Islam karena sosok Maulana
Malik Ibrahim yang santun, dermawan dan toleran. Kondisi ini mendorongnya membangun
Masjid Pesucinan, kini dikenal dengan Masjid Maulana Malik Ibrahim, terletak di desa Leran,
Kecamatan Manyar, wilayah pesisir utara Gresik. Masjid Pesucinan selain sebagai tempat
ibadah digunakan juga sebagai tempat pembinaan mubalig, santri dan masyarakat, bahkan di
tempat ini pula lahirnya pesantren pertama di Nusantara.
Maulana Malik Ibrahim tidak hanya mengajarkan agama tapi pengetahuan tentang tehnik irigasi
persawahan, dan tambak yang bertujuan memajukan ekonomi masyarakat pesisir di sekitar
pantai utara Gresik.
Sikap Positip Dalam Pribadi Maulana Malik Ibrahim
Dalam perjuangannya menyebar dan mengembangkan dakwah Islam, Sunan Maulana Malik
Ibrahim menyampaikan ajaran Islam melalui sikap positip yang dapat diteladani, diantaranya:
1. Melakukan dakwah secara bertahap atau tadriji. Dalam dakwahnya, Sunan Maulana Malik
Ibrahim mengajarkan agama Islam secara bertahap, tidak ada ajaran agama yang diberlakukan
secara mendadak, semuanya melalui proses penyesuaian.
2. Gigih dan tangguh dalam berdakwah. Kegigigihan dan ketangguhan dalam menyebarkan
agama Islam terbukti dari perjalanan jauh, merantau dari tanah kelahirannya Kashan ( sekarang
masuk wilayah Iran) menuju tanah Jawa melalui jalur laut yang melelahkan.
3. Santun dan dermawan dalam berdakwah. Sikap ini ditunjukkan ketika berdagang dengan
menggelar pasar murah, dan selalu berbagi kepada fakir miskin. Kekayaaannya diperuntukkan
untuk berdakwah di jalan Allah Swt.
4. Toleran dan selalu menjalin hubungan baik antar sesama. Hubungan baik yang ditunjukkan
pada masyarakat luas dan penguasa Majapahit menjadikannya sosok guru yang dibanggakan dan
menghantarkannya diangkat menjadi penasehat raja dan menteri Kerajaan Majapahit pada
masanya.
HIKMAH
Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati. ( QS. Yunus :62)