1. Pengertian
Ventilator adalah suatu alat mekanis yang mampu membantu pernafasan. Ventilator
berfungsi membantu seseorang untuk memenuhi oksigen paru, mengeluakan
karbondioksida dalam tubuh, membantu pasien untuk lebih mudah bernafas,
membantu pasien yang kehilangan kemampuan bernafas. Ventilator menyalurkan
gas ke paru-paru dengan menggunakan tekanan positif pada tingkat tertentu.
Jumlah gas disampaikan dapat dibatasi oleh waktu, tekanan atau volume. Durasi
bisa dikontrol dengan waktu, tekanan atau aliran (Smeltzer, et al., 2010).
Parameter Nil
ai
Frekuensi pernapasan <10 kali/ menit (penurunan kendali pernafasan)
Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit
Kapasitas vital <10-20 ml/kg (cadangan pernapasan buruk)
Tekanan inspirasi <20 cm H2O atau cenderung menurun
1
Gas darah arteri
pH <7,25
2
PaCo2 >50 mmHg
PaO2 <50 mmHg dengan trapi O2
Gradien pirau A-a ≥300 mmHg
≥25-30
Auskultasi dada Penurunan atau tak ada bunyi napas
Irama dan frekuensi Nadi > 120, disritmia
jantung
Aktivitas Kelelahan berat, penurunan toleransi aktifitas
Status mental Kacau mental, delirium, somnolen
Observasi fisik Penggunaan otot aksesori, kelelahan,
kerja
pernapasan berat
c. Pressure Cycled
Ventilator yang mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai.
Dengan kata lain siklus ventilator hidup mengantarkan aliran udara sampai
tekanan tertentu yang telah ditetapkan seluruhnya tercapai dan kemudian
siklus mati.Prinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan
tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai
tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup
dan ekspirasi terjadi dengan pasif.Kerugian pada type ini bila ada perubahan
komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga
pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini
tidak dianjurkan.
5. Mode Ventilator
a. CMV ( Continous Mechanical Ventilation)
Disebut juga dengan modus control. Karena pada modus ini pasien menerima
volume dan ferkuensi pernafasan sesuai dengan yang telah diatur. Sedangkan
pasien tak dapat bernafas sendiri.
b. ACV ( Assist Control Ventilation)
Pada modus in pasien menerima volume dari mesin dan bantuan nafas, tetapi
hanya sedikit. Pasien diberikan kesempatan untuk bernafas spontan. Total
jumlah pernafasan dan volume semenit ditentukan oleh pasien sendiri.
c. IMV ( Intermitent Mandatory Ventilation)
Pasien menerima volume and frekuensi pernapasan dari ventilator.
Keuntungannya adalah pasien diberikan kesempatan untuk bernafas sendiri.
d. Pressure Support
Modus ini memberikan bantuan ventilasi dengan cara memberikan tekanan.
Pada saat pasien inspirasi, mesin memberikan bantuan nafas sesuai dengan
tekanan positif yang telah ditentukan. Modus ini sangat baik untuk digunakan
pada proses penyapihan pasien dari penggunaan ventilator.
e. SIMV ( Syncronous Intermitent Mandatory Ventilation)
Modus ini sama dengan IMV, hanya pada modus ini bantuan pernafasan dari
sesuaikan kapan terjadi pernafasan pasien sendiri.
f. CPAP ( Continous Positif Airway Pressure)
Pemberian tekanan positif pada jalan nafas untuk membantu ventilasi selama
siklus pernafasan. Pada modus ini frekuensi pernafasan dan volume tidal
ditentukan oleh pasien sendiri
g. PEEP ( Positif End Expiratory Pressure)
Digunakan untuk mempertahankan tekanan jalan nafas pada akhir ekspirasi
sehingga meningkatkan pertukaran gas didalam alveoli. Pemakaian PEEP
dianjurkan adalah 5-15 cm H2O
6. Parameter Ventilator
a. FiO2 (Fraksi Oksigen inspirasi)
FiO2 diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien.Pemberian FiO2 sebaiknya
diberikan serendah mungkin tetapi memberikan PaO2 yang adekuat. Prinsipnya
adalah mendapatkan PaO2 yang lebih besar dari 60mmHg
b. Volume tidal
Volume tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk setiap kali pernafasan.
Normalnya adalah 8-12cc/kgBB
c. Frekuensi pernafasan
<10 kali/ menit (penurunan kendali pernafasan)
Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit
d. Perbandingan inspirasi dan ekspirasi ( I:E Ratio)
Untuk menentukan perbandingan antara waktu inspirasi dan ekspirasi. Normal I
: E adalah 1:2
e. Batas tekanan (Pressure Limit)
Pengaturan pada parameter ini bertujuan untuk membatasi tekanan yang
diberikan dalam mencapai volume tidal. Pressure limit diberikan pada 10-15 cm
H2O diatas tekanan yang dikeluarkan pasien.
f. Sensitivitas
Diberikan agar pasien merangsang mesin untuk memberikan nafas. Sensitivitas
tidak diberikan jika ventilator dalam modus control. Jika pasien diharapkan
untuk merangsang mesin maka sensitivitas diatur pada -2 cmH2
g. Alarm
Alarm ventilator bekerja atau berbunyi berarti mengindikasikan terjadinya suatu
masalah. Mekanisme kerja alarm pada ventilator antara lain:
1) Oksigen
Alarm akan berbunyi jika FiO2 menyimpang dari settingan awal.
Penyebab Penatalaksana
an
Settingan FiO2 diubah- Mengubah settingan FiO2 sesuai dengan nilai
ubah dan tidak sesuai yang diharapkan.
dengan nilai yang
diharapkan
Analyzer oksigen error Mengkalibrasi analyzer
Gangguan pada sumber Mengkoreksi gangguan yang terjadi
oksigen
2) Pressure
High pressure limit
High pressure limit biasanya disetting 10 cmHg di atas PIP pasien rata-rata.
Alarm akan berbunyi jka tekanan meningkat dimanapun selama masih di sirkuit
ventilator.
Penyebab Penatalaksana
an
Peningkatan Luruskan selang nafas ventlator.
hambatan aliran gas Auskutasi suara nafas dan berikan
bronkodilator jika diperlukan
Penurunan copliance Turunkan flow rate/VT/gunakan kontrol mode
paru
Pasien melawan Disconnect dari ventilator, lakukan bagging.
ventilator (fighting) Jjika respiratory distress tidak ada, maka
masalahnya ada pada ventilator.
Jika ada usaha nafas dari pasien, gunakan
SIMV.
Low O2 pressure
Alarm akan aktif jika tekanan oksigen tidak adekuat.
Penyeb Penatalaksanaan
ab
Gangguan pada tekanan Cek sambungan sumber oksigen dn re-
sumber koreksi. Jika sumber oksigen
oksigen/gangguan bermasalah lakukan bagging dengan
sumber oksigen sumber oksigen
portable
3) Volume
Rendahnya volume tidal ekspirasi atau minute ventilation.
Penyeb Penatalaksanaan
ab
Tidak tersambungnya Kebocoran bisa bersumber dari mulut atau
ventilator sistem dengan koreksi sirkuit.
pasien (cth: alat terlepas dari Tanda dan gejala pada pasien:
pasien) Terjadi kebocoran hipoksemia dan hiperkapnia.
udara Kebocoran bisa juga karena malposisi
alat pda jalan nafas, udara dapat
ditambahkan pada cuff.
Jika kebocoran tidak dapat diperbaiki
dalam waktu seingkat, maka reset kembali
parmeter alarm (VT) untuk
mnegkompensasai volume
yang hilang.
Pasien dalam penggunaan Kaji penyebab penurunan compliance paru
ventilator dengan PC atau penurunan resistensi jalan nafas.
mode, pasien dengan Kaji tanda dan gejala kelelahan otot nafas
penurunan complience, pada pasien: RR, pola nafas irreguler,
penurunan resiistensi atau penggunaan otot-otot aksesoris pernafasan.
kelelahan Meningkatkan tekanan inspirasi untuk
mendapatkan VT yang cukup,
meningkatkan jumlah nafas bantuan, atau
mengubah mode
ventilator menjadi volume cycled mode.
Mencapai tekanan batas Gangguan disebabkab karena tingginya
atas tekanan tertinggi tekanan inspirasi
karena
ventilator membuang sisa VT.
Sensor dalam kondisi basah, Keringkan sensor dan susun kembali
menyebabkab tdak akuratnya
pengukuran volume ekspirasi
Tidak cukupnya aliran gas. Awasi/Kaji adanya waktu inspirasi
yang memanjang dengan mengontrol
I:E ratio. Kemudian perbaiki dengan
meningkatka
aliran udara (flow rate)
Tingginya volume tidal ekspirasi atau minute ventilation
Penyeb Penatalaksanaan
ab
Meningkatnya RR atau Cari alasan/penyebab pasien mengalami
tidal volume peningkatan volume
ekspirasi:kecemasan, nyeri, hipoksemia,
asidosisi metabolik yang dikarenakan
menurunnya perfusi jaringan, kehilangan
HCO3 melalui abdominal drain. Cari
penyebab kecemasan, penyebab
hipoksemia, kontro nyeri.
Pengaturan ventilator yang Mengatur kembali settingan VT dan RR atau
tidak sesuai alarm parameter pada ventilator
Adanya kebisingan yang Keluarkan cairan dari selang
berlebihan (misal:adanya air ventilator sesegera mungkin
pada selang) dapat
menyebabkan kesalahan
dalam
intepretasi.
4) Apnea
Alarm akan diaktifkan atau berbunyi ketika tidak ada ekshalasi.
Penyeb Penatalaksanaan
ab
Tidak terdeteksinya usaha nafas Kaji pernafasan pasien.
spontan dari pasien. Jika pasien tidak bernafas, lepas
ventilator dan ganti dengan bantuan
nafas manual (bagging). Jika nadi
tidak
teraba, cari bantuan dan lakukan RJP.
Lepasnya sambungan sensor ekshalasi Periksa sambungan sensor dan
hubungkan kembali dengan ventilator
5) I:E ratio
Alarm I:E ratio akan berbunyi jika I:E ratio mencapai 1:3 atau dibawah
1:1,5. Normalnya I:E ratio adalah 1:2.
Penyeb Penatalaksanaan
ab
Tidak sesuainya volume tidal, Cek kesesuaian VT, peak
peak inspiratory flow rate dan inspiratory flow rate, dan RR
respiratory rate control. control.
Jika VT dan RR settingnya sudah
sesuai, atur peak inspiratory flow rate
untuk mencapai I:E ratio normal
6) Gangguan pada mesin ventilator
Penyeb Penatalaksanaan
ab
Lepasnya sambungan kabel ke Cek sambungan listrik
sumber listrik
Rusaknya tekanan udara dan Cek sumber tekanan udara dan
oksigen oksigen
dan cek sambungan
Disfungsinya microproccesor Disconnect ventilator dan berikan
bantuan ventilasi secara manual
7. Komplikasi
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila
perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
a. Pada Kardiovaskuler
1) Akibat dari tekanan posistif pada rongga thorax à darah yang kembali ke
jantung terhambat à venous return menurun maka cardiac output
menurun.
2) Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi
microvaskuler akibat tekanan (+) à sehingga darah berkurang à cardiac
output menurun.
3) Bila tekanan terlalu tinggi à bisa terjadi ex oksigenasi.
b. Pada paru
1) Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara
vaskuler.
2) Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
3) Infeksi paru
4) Keracunan oksigen
5) Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
6) Aspirasi cairan lambung
7) Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
8) Kerusakan jalan nafas bagian atas
c. Pada sistem saraf pusat
1) Vasokonstriksi cerebral
Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal
akibat dari hiperventilasi.
2) Oedema cerebral
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari
hipoventilasi.
3) Gangguan tidur
4) Gangguan kesadaran
d. Pada sistem gastrointestinal
1) Distensi lambung, illeus
2) Perdarahan lambung
e. Gangguan psikologi
Dengan memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
mengenai ventilator, kondisi pasien dan lingkungan secara umum sangat
bermanfaat. Memberikan penjelasan prosedur setiap kali dilakukan untuk
mengurangi ansietas dan membiasakan klien dengan rutinitas rumah sakit.
Klien mungkin menjadi menarik diri atau depresi selama ventilasi mekanik
terutama jika berkepanjangan akibatnya perawat harus menginformasikan
tentang kemajuannya pada klien, bila memungkinkan pengalihan perhatian
seperti menonton TV, bermain musik atau berjalan-jalan jika sesuai dan
memungkinkan dilakukan. Teknik penurunan stress (pijatan punggung,
tindakan relaksasi) membantu melepaskan ketegangan dan memampukan
klien untuk menghadapi ansietas dan ketakutan akan kondisi dan
ketergantungan pada ventilator.
b. Sistem Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk
mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah
menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien),
sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan,
misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dll. Alarm volume
rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak
dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap
g. Dukungan Nutrisi
Pada pasien dengan dipasangnya ventilator dukungan nutrisi harus
diperhatikan secara dini. Apabila hal ini terabaikan tidak sedikit terjadinya
efek samping yang memperberat kondisi pasien, bahkan bisa menimbulkan
komplikasi paru dan kematian. Bila saluran gastrointestinal tidak ada
gangguan, nutrisi enteral dapat diberikan melalui NasogastricTube (NGT)
yang dimulai dengan melakukan test feeding terlebih dahulu, terutama pada
pasien dengan post laparatomy dengan reseksi usus. Alternatif lain apabila
tidak memungkinkan untuk diberikan nutrisi melalui enteral bisa dilakukan
dengan pemberian nutrisi parenteral.
h. Perawatan Mata
Pada pasien dengan pemasangan ventilator perawatan mata itu sangat
penting dalam asuhan keperawatan. Pengkajian yang sering dan pemberian
tetes mata/zalf mata bisa menurunkan keringnya kornea. Bila refleks
berkedip hilang, kelopak mata harus di plester untuk mencegah abrasi
kornea, kering dan trauma. Edema sclera dapat terjadi pada pasien dengan
ventilator bila tekanan vena meningkat. Atur posisi kepala lebih
atas/ekstensi.
Metode Penyapihan
1. Metode T.Piece
Teknik penyapihan dengan menggunakan suatu alat yang bentuknya seperti
huruf T. pemberian oksigen harus lebih tinggi 10% dari oksigen saat
penggunaan ventilator. Pasien dinyatakan siap diekstubasi jka penggunaan T
Piece lebih banyak dari penggunaan ventilator.keuntungannya adalah proses
penyapihan lebih cepat.
2. Metode SIMV
Metode dengan cara mengurangi bantuan ventilasi dengan cara mengurangi
frekuensi pernafasan yang diberikan oleh mesin. Dengan metode ini pasien
dapat melatih otot –otot pernapasan, lebih aman dan pasien tak merasakan
ketakutan, tapi kerugiannya berlangsung lambat
3. Metode PSV
Dengan cara mengurangi jumlah tekanan yang diberikan ventilator.
Prosedur Penyapihan
1. Beritahu pasien tentang rencana weaning, cara, perasaan tak enak pada awal
weaning. Lakukan support mental pada pada pasien terutama yang sudah
mengguanakan ventilator dalam waktu lama
2. Obat-obat sedasi diminimalkan
3. Lakukan pada pagi atau siang hari dimana masih banyak stah ICU dan kondisi
pasien stabil
4. Bersihkan jalan nafas, posisikan senyaman mungkin
5. Gunakan T piece atau CPAP dengan FiO2 sesuai semula
6. Monitoring : keluhan subjektif, nadi, frekuensi nafas, irama jantung, kerja nafas
dan saturasi oksigen
7. Analisa gas darah 30 menit setelah prosedur
8. Dokumentasi : teknik weaning respon pasien, dan lamanya weaning.
2. Pemeriksaan fisik
Perawat sebagai anggota tim kesehatan yang relatif paling lama berada
bersama pasien (24jam). Harus mampu mengantisipasi kondisi klien. Hal – hal
yang perlu diingat kembali dalam melakukan pemeriksaan fisik adalah :
a. Pemeriksaan fisik dilakukan pada saat pasien masuk, diulang kembali
dalam interval waktu tertentu sesuai kondisi pasien.
b. Setiap pemeriksaan dikomunikasikan ke pasien.
c. Privacy pasien harus terus dipertahankan
d. Teknik yang digunakan inspeksi, palpasi & auskultasi
e. Pemeriksaan dilakukan head to toe
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas yang berhubungan dengan intubasi,
kelemahan otot – otot pernapasan, penurunan ekspansi paru, kegagalam vantilator.
Tujuan : mempertahankan kepatenan jalan napas
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi napas
b. Hisap sputum sesuai kebutuhan (batasi penghisapan 15')
c. Anjurkan pasien untuk melakukan teknik batuk selama penghisapan.
d. Monitor humidifair dan suhu ventilator (35 – 370C)
e. Hidrasi cairan sesuai kebutuhan.
f. Lakukan ches fisiotherapy
g. Ubah posisi / lakukan alih baring
h. Inhalasi sesuai program
2. Gangguan pertukaran gas b/d sekresi tertahan, proses penyakit, pengesetan yang
tidak tepat.
Tujuan : mempertahankan ventilasi yang adekuat.
Intervensi :
a. Ambil AGD tiap 10 – 30 mnit setelah perubahan ventilator
b. Monitor gejala & tanda hipoksia & hipercapnia
c. Kaji apakah posisi tertentu menyebabkan penurunan PaO2 atau menimbulkan
ketidaknyamanan pernapasan.
d. Hisap sputum sesuai kebutuhan
3. Tidak efektinya pola napas b/d kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat,
peningkatan sekresi / obstruksi selang endotracheal.
Tujuan : pasien mempertahankan pola napas efektif.
Intervensi :
a. Lakukan pemeriksaan ventilator dengan petugas perawatan yang bertugas
b. Evaluasi semua sistem alarm tentukan penyebabnya.
c. Pertahankan resusitasi manual
d. Monitor selang dari terlepas, terlipat, bocor / tersumbat
e. Tinggikan kepala tempat tidur
f. Masukan penahan gigi / jalan napas oral.
g. Amankan selang ETT dengan penahan / plester
h. Restrein pasien untuk mencegah ektubasi sendiri.
i. Evaluasi posisi yang tepat dari ETT dengan foto ronsen lakukan auskultasi
bilateral.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penyakit kritis, peningkatan
kebutuhan metabolisme, kurang kemampuan untuk makan per oral.
Tujuan : pasien dapat mempertahankan berat badan dan mendekati normal.
Intervensi :
Timbang BB sesuai indikasi
Pertahankan masukan tinggi kalori dengan makan perselang, nutrsi parental
total & intralipid. Hindari kelebihan karbonhidrat.
Bila dipasang tracheostomi evaluasi dan berikan makan perselang sesuai
toleransi.
Catat masukan oral bila saat makan
Evaluasi kemampuan makan
Awasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, seperti Albumin
Berikan masukan cairan sedikitnya 2500 cc perhari dalam toleransi jantung.
7. Ansietas b/d rasa takut terhadap penyakit / kematian dan lingkungan perawatan
kritis, pasien dan keluarga.
Tujuan : menggunakan mekanisme koping
Intervensi :
Izinkan pasien melakukan perawatan bila mampu
Sedasi sesuai kebutuhan bila dipesankan oleh dokter
Dokumentasikan respon emosional pasien pada penyakit kritis.
Beri waktu untuk pasien mengekpresikan dirinya
Dorong komunikasi perawatan dan keluarga secara terbuka
9. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d pemasangan selang endotracheal dengan kondisi
lemah.
Tujuan : pasien tidak mengalami infeksi nosomial
Intervensi :
Cari faktor terjadinya infeksi
Evaluasi warna, jumlah, konsistensi & bau sputum tiap kali penghisapan
Tampung spesimen untuk kultur & sensitivitas sesuai indikasi.
Pertahankan teknik steril bila melakukan penghisapan
Ganti selang ventilator tiap 24 – 72 jam
Lakukan OH tiap shift
Monitor TTV
Cuci tangan sesering mungkin
Ambil kultur sputum sesuai indikasi
10. Resti perubahan kelemahan volume cairan b/d keseimbangan air positif selama
ventilasi mekanik.
Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan
Intervensi :
Monitor suhu humidifair ventilator 2 – 4 jam
Monitor asupan dan haluasan
Periksa turgor kulit dan edema
Auskultasi paru untuk ronchi halus dan mengi tiap 2 jam
Referensi