Anda di halaman 1dari 20

3.

3 Perencanaan Lantai Jembatan


Beban yang bekerja pada perencanaan pelat lantai adalah beban mati dan

beban hidup. Lantai jembatan terdiri dari dua jalur, lebar lantai kendaraan 6 m,

untuk trotoar diambil sebesar 2 x 0,50 m (untuk kiri dan kanan), direncanakan

ruang bebas masing-masing diambil 0,10 meter = 10 cm. Untuk gelagar yang

memanjang direncanakan 5 buah dengan jarak sebagai berikut :

Lebar Jembatan 6
L = Lebar Jembatan / ( Jumlah gelagar – 1 ) Jumlah Gelagar−1 = 5−1

= 1,50 m

 Direncanakan jarak gelagar memanjang : 1,50 meter

 Direncanakan jarak gelagar melintang : 3,5 meter

 Tebal plat : 20 cm

 Tebal lapisan aspal : 5 cm

A
Gambar 3.4 Letak Gelagar Memanjang dan Gelagar Melintang
Gambar. Potongan A – A 2,50 m

0,50 m 0,50 m

5 cm (tebal aspal)

1,50 m 1,50 m 1,50 m 1,50 m

6m 20 cm (tebal plat)
7m

Profil WFS

1,50
m
Gambar 3.5 Rencana plat lantai dan letak gelagar jembatan

3.3.1 Data Perencanaan :


a. Lantai kendaraan terdiri dari = 2 jalur
b. Mutu beton (f’c) = 25 Mpa
c. Mutu tulangan (Fy) = 250 Mpa
d. Berat jenis beton bertulang = 2,5 t/m3 (RSNI T-02-2005 tabel 3).
e. Berat jenis aspal = 2,2 t/m3 (RSNI T-02-2005 tabel 3).
f. Berat Air Murni = 1 t/m3 (RSNI T-02-2005 tabel 3).
g. Faktor beban untuk berat sendiri
a. Beton cor ditempat = 1,3

3.3.2 Pembebanan

Muatan – muatan yang bekerja pada plat lantai jembatan meliputi:


1. Beban Primer
Muatan primer terdiri dari :
a). Beban Mati
Direncanakan lantai kendaraan dari beton bertulang (Komposit)
ditambah dengan lapisan aspal, dalam perencanaan diambil tebal plat 20
cm dengan berat jenis 2,5 t/m 3, dan lapisan aspal setebal 5 cm dengan
berat jenis 2,2 t/m3. Berat konstruksi yang direncanakan untuk tiap m :
 Ditinjau terhadap sumbu ey (tegak lurus arah melintang)
- Berat lantai (1,50 m x 0,20 m) x 2,5 t/m3 x 1,3 = 0,975 t/m
- Berat lapisan aspal (1,50 m x 0,05 m) x 2,2 t/m3 = 0,165 t/m
- Berat air hujan (1,50 m x 0,05 m) x 1,0 t/m3 = 0,075 t/m
Berat (qy total) = 1,215 t/m
 Ditinjau terhadap ex (Tegak lurus arah memanjang)
- Berat lantai (3 m x 0.20 m) x 2.5 t/m3 x 1,3 = 1,950 t/m
- Berat lapisan aspal (3m x 0.05 m) x 2.2 t/m3 = 0.330 t/m
- Berat air hujan (3 m x 0.05 m) x 1.0 t/m3 = 0.150 t/m
Berat (qx total) = 2,430 t/m
Besarnya momen untuk plat lantai diatas adalah : 2,430 t/m
b). Muatan Hidup
Untuk perhitungan lantai kendaraan, digunakan beban T yang

merupakan kendaraan truk dengan beban roda ganda sebesar 112,5 kN (RSNI

T-02-2005,hal.22 pasal 6.4.1), berdasarkan (RSNI T-02-2005,hal.24 pasal

6.6) fartor beban dinamis diambil 30% .untuk jembatan kelas B dengan

sebaran gaya antara ban dengan lantai berukuran 1,50m x 3,5 m, yaitu pada

luas bidang penempatan gelagar memanjang dan melintang.


Gambar 3.6 Rencana plat lantai dan letak gelagar jembatan

Beban T = 112,5 kN (RSNI T-02-2005,hal.22 pasal 6.4.1)

Faktor beban = KU;;TT = 1,8 (RSNI T-02-2005,hal.22 Tabel 12)

P = (1+0,3) x 11250 kg = 14625 kg

Pult = 1,8 x 14625 kg = 26325 kg

PT = 30% x 11,250 ton = 3,375 ton

Gambar 3.7 : Penampang roda kendaraan pada lantai


Penyebaran gaya untuk potongan memanjang lantai:
a. = U + 2 (½ tebal plat beton + tebal aspal)
= 20 + 2 (½ . 20 + 5)
= 50 cm

Penyebaran gaya untuk potongan melintang lantai:


b. = v + 2 (½ tebal plat beton + tebal aspal)
= 50 + 2 (½ . 20 + 5)
= 80 cm
c. Luas bidang kontak setelah disebar pada sumbu lantai
Besarnya beban “T” diambil 30 %
P = 30% x 26325 kg = 7897,5 kg = 7,898 ton
T 7,898ton
q= = =19,745 t /m²
u x v 0,5 m x 0,8 m

c). Beban Angin


Berdasarkan RSNI T-02-2005 (halaman 37, pasal 7.6.4) gaya angin
tambahan arah horizontal pada permukaan lantai jembatan akibat beban
angin yang meniup kendaraan diatas lantai jembatan dihitung dengan
rumus:

TEW = 0,0012 x CW x (VW)2 x Ab (kN)


= 0,0012 x 1,2 x 302 x 5,25
= 6,804 kN

TEW ult = 1,2 x 6,804 kN = 8,165 kN = 0,817 ton


h
PEW = 2 x TEW ult
1,75 m
1,5
= 2 x 0,817 ton = 0,350 ton
1,75 m
Beban P total adalah :
P = PT + PEW
= 7,898 ton + 0,350 ton
= 8,248 ton
Dengan;
Cw = 1,2 (bangunan atas merupakan rangka baja)
VW = 30 m/det (diasumsikan >5 km dari pantai)
Luas ekivalen bagian samping kendaraan melintas :
Ab =bxh
= 1,5 x 3,5
= 5,25 m2
Dengan, h = 1,5 m, dan b = 3,5 m

3.3.3 Perhitungan momen plat lantai


a. Akibat beban mati (berat sendiri)

qDL = 2,430 t/m


Lx =1,5 m, dan Ly= 3,5 m
Diasumsikan plat bertumpu pada keempat tepinya (jepit-jepit)

Gambar 3.8 : Pelat menerima beban satu roda berada di tengah

Dengan : Ly/Lx = 3,5/1,50 = 2,33 m


Menurut SK SNI – T – 15 – 1991 – 03, momen pada plat dapat
dihitung dengan peraturan ditabel 14 Vis – Kusuma 1993 (Skema II
jepit-jepit) halaman 90.

MIx = + 0,001 . q . IX2 . x x = 58


= + 0,001 . 2,430 . 1,52 . 58
= + 0,317
MIy = + 0,001 . q . IX2 . x x = 15
= + 0,001 . 2,430 . 1,52 . 15
= + 0,082
MIx = - 0,001 . q . IX2 . x x = 82
= - 0,001 . 2,430 . 1,52 . 82
= - 0,448
MIy = - 0,001 . q . IX2 . x x = 53
= - 0,001 . 2,430 . 1,52 . 53
= - 0,290

b. Akibat beban angin dan beban hidup


Beban roda kendaraan yaitu volume yang terjadi pada saat roda
kendaraan barada pada tengah bentangan (PMUJJR). Plat-plat yang
menumpu pada kedua tepi yang sejajar dan memikul beban-beban terpusat
dapat dihitung dengan cara yang diuraikan pada peraturan PBI 1987,
halaman 206. Beban roda tersebar rata pada plat berukuran 1,5 m x 3,5 m,
ditinjau dua (2) keadaan letak roda kendaraan pada plat lantai.

Keadaan I
Plat menerima beban satu roda (ditengah plat)
a = 50 cm
b = 80 cm
Gambar 3.9 : Penyebaran beban truk ditengah plat
Berada ditengah-tengah diantara kedua tepi yang tidak ditumpu untuk :
Ly > 3 x r x Lx r = ½ (tumpuan jepit)
Ly > 3 x ½ x 1,50
Ly > 2,25
Sehingga :
Lebar kerja maksimum pelat dalam arah bentang Ix (Sa) dicari:
Sa = ¾ x a + ¾ x r x Lx
= ¾ x 0,5 + (¾ x ½ x 1,50)
= 0,94 m
Momen arah bentang Lx :
Mo
MIx =
Sa
Dimana Mo dianggap sebagai momen maksimum balok diatas dua
tumpuan.
Mo = ¼ x P x Lx
= ¼ x 8,248 x 1,5
= 3,093 t.m
Sehingga :
Mo
MIx =
Sa
3,093
=
0,94
= 3,290 t.m
Momen diarah bentang Ly (momen positif) :
Ly ≥ 2 x Lx
Ly ≥ 2 x 1,50
3 ≥ 3
Sehingga :
Mlx
Mly = 4.a
1+
Ly
3,290
= 4 .0,50 = 2,094 t.m
1+
3,5
Keadaan II :

Gambar 3.10 : Penyebaran beban truk dua roda simetris


Momen akibat roda A:
Untuk:
Ly > r x Lx r = ½ (tumpuan jepit)
5 > ½ x 1,50
5 > 0,75
Lebar kerja maksimum pelat dalam arah bentang Lx (Sa)
menggunakan persamaan :
Sa = ¾ x a + ¾ x r x Lx + Va
Dengan ; Va = ½ (v+ts) = ½ x (0,80 + 0,20) = 0,50m
Sa = ¾ x 0,5 + (¾ x ½ x 1,50) + 0,50
= 1,40 m
Momen arah bentang Lx :
Mo
MIx =
Sa
3,093
=
1,40
= 2,209 t.m
Momen arah bentang Ly :
Mlx 2,209
Mly = 4.a = 4 .0,50 = 1,406 t.m
1+ 1+
Ly 3,5
Momen akibat roda B
Untuk :
Ly > r x Lx r = ½ (tumpuan jepit)
5 > ½ x 1,50
5 > 0,75
Lebar kerja maksimum pelat dalam arah bentang Lx (Sb)
menggunakan persamaan

Sa = ¾ x a + ¾ x r x Lx + Vb
Dengan ; Vb = Ly – Va = (3,00 - 0,50) = 2,50m
Sa = ¾ x 0,5 + (¾ x ½ x 1,50) + 2,50
= 2,40 m
Momen arah bentang Lx :
Mo
MIx =
Sa
3,093
=
2,40
= 1,289 t.m
Momen arah bentang Ly :
Mlx 1,289
Mly = 4 . a = 4 .0,50 = 0,820 t.m
1+ 1+
Ly 3,5
Dari persamaan momen roda A dan B, dapat ditabelkan sebagai berikut:
Roda Mlx (t.m) Mly (t.m)
A 2,209 1,406

B 1,289 0,820

Dari tabel tersebut dipilih roda A (diambil momen maksimum), yaitu:


Mlx = 2,209 t.m
Mly = 1,406t.m
Kesimpulan:
Dengan memperhatikan kedua keadaan tersebut diatas dapat
ditabelkan sebagai berikut:
Keadaan Mlx (t.m) Mly (t.m)

I 3,290 2,094
II 2,209 1,406
Jadi dari tabel dapat disimpulkan bahwa keadaan I lebih
menentukan (Karena momen yang dihasilkan lebih besar dari keadaan II),
dimana :
Mlx = 3,290t.m
Mly = 2,094 t.m
Momen yang terjadi seluruhnya pada pelat lantai (akibat beban
mati) + (beban hidup + beban angin) adalah :
MIx = 0,317 + 3,290 = 3,607 t.m = 36,07 kN.m
MIy = 0,082 + 2,094 = 2,176 t.m = 21,76 kN.m
MIx = - 0,448 t.m = - 4,48 kN.m
MIy = - 0,290 t.m = - 2,90 kN.m
3.3.4 Perencanaan Penulangan plat Lantai Kendaraan

Mutu baja (fy) = 250 Mpa

Mutu beton (fc) = 25 Mpa

Ukuran plat beton direncanakan :

Tebal plat lantai (h) = 0,20 m = 200 mm

Lebar plat lantai = 1,50 m = 1500 mm

Diameter tulangan lapangan (Ø) = 19 mm


Diameter tulangan tumpuan (Ø) = 14 mm

Selimut beton (d) = 5 cm = 50 mm

Tinggi efektif arah x (dx) Ø – 19 =h–d–½Ø

= 200 – 50 – ½ 19

= 140,5 mm

Tinggi efektif arah x (dx) Ø – 14 =h–d–½Ø

= 200 – 50 – ½ 14

= 143 mm

Tinggi efektif arah y (dy) Ø – 19 =h-d-Ø-½Ø

= 200 – 50 – 19 - ½ 19

= 121,5 mm

Tinggi efektif arah y (dy) Ø – 14 =h-d-Ø-½Ø

= 200 – 50 – 14 - ½ 14

= 129 mm

Lebar ditinjau sejarak = 1000 mm

a. Ditinjau terhadap Arah x (dx)

1) Tulangan untuk lapangan


Mu = 36,07 kNm
Penulangan trotoar menggunakan persamaan :
Mu
Rn =
∅ b d2
36,07 x 10⁶ N . mm
= 2 = 2,0303 N/mm2
0,9 x 1000 mm x 140,5 mm
0,85 x fc 2 Rn
ρ =
fy ( √
x 1− 1− )
0,85 x fc

0,85 x 25 2 x 2,0303
x ( 1− 1−
=
250 √ 0,85 x 25 ) = 0,0086

1,4 1,4
ρmin = = = 0,0056
fy 250

ρb =β ( 0,85.fy fc ) ( 600+
600
fy )

0,85 x 25 600
= 0,85 ( ) ( 600+250 )
= 0,051
250

ρmax = 0,75 x ρb
= 0,75 x 0,051 = 0,0383
Kontrol rasio tulangan : ρmin < ρ < ρmax
0,0056 < 0,0086 < 0,0383 ... ok!
Jadi, digunakan ρ = 0,0086
direncanakan menggunakan tulangan diameter 19 mm :
As =ρxbxd
= 0,0086 x 1000 x 140,5
= 1208,30 mm2
Astul = ¼ x π x d2
= ¼ x 3,14 x 192
= 283,53 mm2

As 1208,30mm ²
Jumlah tulangan (n) = = = 4,26 ~ 5 batang
Astul 283,53 mm ²
500 1000
Jarak tulangan (s) = = = 250 mm
n−1 5−1
Jadi, digunakan tulangan 5 Ø19 – 250 mm

2) Tulangan Untuk Tumpuan


Mu = -4,48 kNm
Penulangan trotoar menggunakan persamaan :
Mu
Rn =
∅ b d2
4,48 x 10⁶ N . m m
= = 0,2522 N/mm2
0,9 x 1000 mm x 140,52 mm

0,85 x fc 2 Rn
ρ =
fy ( √
x 1− 1− )
0,85 x fc

0,85 x 25 2 x 0,2522
x ( 1− 1−
=
250 √ 0,85 x 25 ) = 0,00102

1,4 1,4
ρmin = = = 0,0056
fy 250

ρb =β ( 0,85.fy fc ) ( 600+
600
fy )

0,85 x 25 600
= 0,85 ( ) ( 600+250 )
= 0,051
250

ρmax = 0,75 x ρb
= 0,75 x 0,051 = 0,0383

Kontrol rasio tulangan :


Maka : ρ min< ρ < ρ maks
0,0056 < 0,00102< 0,0383 TIDAK OK
Karena, ρ < ρmin < ρmax , maka digunakan ρmin 0,0056

direncanakan menggunakan tulangan diameter 14 mm :


As = ρmin x b x d
= 0,0056 x 1000 x 143
= 800,80 mm2
Astul = ¼ x π x d2
= ¼ x 3,14 x 142
= 153,86 mm2
As 800,80 mm ²
Jumlah tulangan (n) = = = 5,205 ~ 6 batang
Astul 153,86 mm ²
500 1000
Jarak tulangan (s) = = = 200 mm
n−1 6−1
Jadi, digunakan tulangan 6 Ø14 – 200 mm

b. Ditinjau terhadap Arah y (dy)


1) Tulangan untuk lapangan
Mu = 21,76 kN.m
Penulangan trotoar menggunakan persamaan :
Mu
Rn =
∅ b d2
21,76 x 10⁶ N . mm
= = 1,6378 N/mm2
0,9 x 1000 mm x 121,52 mm

0,85 x fc 2 Rn
ρ =
fy ( √
x 1− 1− )
0,85 x fc

0,85 x 25 2 x 1,6378
x ( 1− 1−
=
250 √ 0,85 x 25 ) = 0,0068

1,4 1,4
ρmin = = = 0,0056
fy 250

ρb =β ( 0,85.fy fc ) ( 600+
600
fy )

0,85 x 25 600
= 0,85 ( ) ( 600+250 )
= 0,051
250

ρmax = 0,75 x ρb
= 0,75 x 0,051 = 0,0383

Kontrol rasio tulangan : ρmin < ρ < ρmax


0,0056 < 0,0068 < 0,0383 ... ok!
Jadi, digunakan ρ = 0,0068
direncanakan menggunakan tulangan diameter 19 mm :
As =ρxbxd
= 0,0086 x 1000 x 121,5
= 1044,9 mm2
Astul = ¼ x π x d2
= ¼ x 3,14 x 192
= 283,53 mm2
As 1044,9 mm ²
Jumlah tulangan (n) = = = 3,685 ~ 4 batang
Astul 283,53 mm ²
500 1000
Jarak tulangan (s) = = = 333,33 mm
n−1 4−1
Jadi, digunakan tulangan 4Ø19 – 300 mm

2) Tulangan Untuk Tumpuan


Mu = -2,90 kNm
Penulangan trotoar menggunakan persamaan :
Mu
Rn =
∅ b d2
2,90 x 10⁶ N . mm
= 2 = 0,1936 N/mm2
0,9 x 1000 mm x 129 mm

0,85 x fc 2 Rn
ρ =
fy ( √
x 1− 1− )
0,85 x fc

0,85 x 25 2 x 0,1936
x ( 1− 1−
=
250 √ 0,85 x 25 ) = 0,000778

1,4 1,4
ρmin = = = 0,0056
fy 250

ρb =β ( 0,85.fy fc ) ( 600+
600
fy )

0,85 x 25 600
= 0,85 ( ) ( 600+250 )
= 0,051
250

ρmax = 0,75 x ρb
= 0,75 x 0,051 = 0,0383
Kontrol rasio penulangan :
Maka : ρ min< ρ < ρ maks
0,0056 < 0,000778< 0,0383 TIDAK OK
Karena, ρ < ρmin < ρmax , maka digunakan ρmin 0,0056
direncanakan menggunakan tulangan diameter 14 mm :
As = ρmin x b x d
= 0,0056 x 1000 x 129
= 722,4 mm2
Astul = ¼ x π x d2
= ¼ x 3,14 x 142
= 153,86 mm2
As 722,40 mm ²
Jumlah tulangan (n) = = = 4,695 ~ 5 batang
Astul 153,86 mm ²
500 1000
Jarak tulangan (s) = = = 250 mm
n−1 5−1
Jadi, digunakan tulangan 5Ø14 – 250 mm
c. Analisis dek baja
Perencanaan dek baja gelombang direncanakan dengan lebar

efektif permeter dengan data sebagai berikut :

Tebal (t) = 1,16 mm

Tinggi dek (hr) = 46 mm

Lebar efektif = 1000 mm

Berat (w) = 13,5 kg/m2

Luas efektif = 1534 mm2/m

Momen inersia = 530000 mm4

Gambar 3.11 Dimensi dek baja

Lendutan izin (Δizin) dek baja gelombang dihitung berdasarkan


RSNI T-03-2005 hal. 72 : Acuan harus masih elastis akibat beban-beban
tersebut. Lendutan yang timbul akibat beban mati tidak boleh melampaui
L/180 atau 13 mm untuk bentangan acuan L= 3,00 m, atau L/240 atau 19
mm, untuk L> 3,00 m.
L = 1,50 m

1500 mm
Δijin = = 8,33 mm = 0,8333 cm
180
Kontrol lendutan :

Akibat beban mati qDL = 2,430 t/m

Beban kontruksi = 2400 N/m2 = 0,24 t/m2 (RSNI T-03-2005,hal 70)

Maka, beban qDL total

qDL = 2,430 t/m + 0,24 t/m2 x 1 m

= 2,670 t/m = 2670 Kg/m

5 x q total x l ⁴
Δ =
384 EIx

5 x 26,70 N /mmx 1500⁴ mm


= = 1,660 mm = 0,166 cm
384 x 200000 x 530000 mm ⁴

Lendutan yang terjadi (Δ) sebesar 0,166 cm < Lendutan izin (Δizin)
sebesar 0,8333 cm (aman).

Anda mungkin juga menyukai