Anda di halaman 1dari 8

BAB X

MANAJEMEN PERSEDIAAN

Capaian Pembelajaran :

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat memahami pengertian

manajemen persediaan dan dapat menghitung jumlah pem bahan baku yang

ekonomis dengan tingkat kebenaran 100 %.

10.1 PENGERTIAN MANAJEMEN PERSEDIAAN

Persediaan adalah barang pesanan barang atau bahan yang masih

tersisa pada tanggal neraca, atau barang-barang yang akan segera dijual,

digunakan atau diproses dalam periode normal perusahaan. Bagi manajer

keuangan pengelolaan persediaan berkaitan dengan keterikatan dana

perusahaan pada persediaan. Semakin besar nilai persediaan perusahaan, maka

semakin besar pula dana yang terikat pada persediaan tersebut. Dengan

demikian semakin besar pula opportunity cost karena adanya persediaan

tersebut. Akan tetapi sebaliknya manajemen perusahaan harus menjaga jumlah

persediaan yang optimal untuk menjaga tingkat operasi normal perusahaan.

Apabila jumlah persediaan tidak mencukupi pada saat dibutuhkan, maka

manajemen perusahaan juga kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan

dari operasi perusahaan tersebut.

Dengan demikian pengelolaan persediaan merupakan pertimbangan-

pertimbangan mengenai jumlah modal kerja yang disediakan perusahaan,

kegiatan produksi normal perusahaan, opportunity cost sebagai konsekuensi


terikatnya dana pada persediaan. Perlunya pengendalian sistem persediaan agar

perusahaan dapat mengetahui secara pasti kapan waktu barang habis, waktu

pemesanan kembali dengan jumlah yang cukup. Upaya pengendalian ini tidak

lain adalah untuk mengurangi atau meminimalkan biaya yang terjadi.

1. Dikembangkan sistem komputerisasi untuk mengetahui secara pasti kapan

harus melakukan pemesanan kembali.

2. Persediaan yang tinggi akan menimbulkan biaya penyimpanan yang tinggi

pula, oleh karena dikembangkan sistem Just In Time Inventory control.

3. Outsourcing (membeli dari pihak luar).

4. Sistem Pengendalian ABC. Asumsi bahwa pemakaian persediaan relatif

konstan akan tetapi pemakaian dan frekuensi selalu fluktuatif. Oleh karena

itu sistem ini memperhatikan faktor harga atau nilai persediaan, frekuensi

pemakaian, risiko kehabisan barang dan lead time. Setiap barang

dikelompokkan ke dalam barang yang berisiko tinggi (A), barang yang relatif

kurang penting (B) dan diluar kedua kelompok (C).

10.2 ECONOMICAL ORDER QUANTITY (EOQ)

Economical order quantity adalah jumlah pemesanan bahan baku yang

ekonomis. Dalam hal ini adalah jumlah pemesanan bahan baku yang dapat

meminimalkan total biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan

(carrying cost). Biaya pemesanan besarnya dipengaruhi oleh frekuensi

pemesanan. Semakin sering dilakukan pemesanan bahan baku, maka semakin

besar pula biaya pemesanan. Sedangkan biaya penyimpanan bahan baku


diperhitungkan berdasarkan persentase tertentu dari nilai rata-rata persediaan.

Biaya pemesanan dan biaya penyimpanan mempunyai pola yang berbeda dan

berhubungan secara timbal balik. Apabila Frekuensi pemesanan semakin sering,

maka biaya pemesanan semakin tinggi, akan tetapi biaya penyimpanan semakin

rendah

Terdapat 2 jenis biaya yang berkaitan dengan persediaan, yaitu :

1. Biaya Pesan (ordering Costs), adalah semua biaya yang besarnya

dipengaruhi oleh frekuensi pemesanan.

2. Biaya Simpan ( Carrying Costs), adalah mencakup semua biaya yang

dikeluarkan untuk menyimpan persediaan selama periode tertentu.

Ilustrasi dibawah ini menggambarkan hubungan antara biaya pemesanan dan

biaya penyimpanan.

Tabel 10.1. Hubungan antara biaya pemesanan dan biaya penyimpanan

Freku Biaya Jumlah Jumlah Rata-rata Nilai rata-rata Biaya


ensi Pemesanan pemesanan Persediaan Persediaan persediaan. penyimpanan
peme Rp.10.000 20.000 unit (unit) (unit) Harga BB Rp. (1%).
sanan 1 X pesan Per periode 1000 per unit
1X 10.000 20.000 20.000 10.000 Rp. 10.000.000 Rp. 100.000
2X 20.000 10.000 10.000 5.000 5.000.000 50.000
4X 40.000 5.000 5.000 2.500 2.500.000 25.000
5X 50.000 4.000 4.000 2.000 2.000.000 20.000

Berdasar ilustrasi di atas, maka dapat ditunjukkan bahwa :

1. Semakin tinggi frekuensi pemesanan maka semakin tinggi pula biaya

pemesanan.

2. Semakin tinggi frekuensi pemesanan maka jumlah pemesanan semakin

kecil setiap kali pemesanan.


3. Semakin kecil jumlah yang dipesan setiap kali pemesanan, maka

persediaan rata-rata semakin kecil.

4. Persediaan rata-rata semakin kecil, maka nilai rata-rata persediaan

semakin kecil.

5. Nilai rata-rata persediaan semakin kecil, maka biaya penyimpaan bahan

baku juga semakin kecil.

Dari pola biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang berbeda, maka

sebenarnya jumlah kedua biaya tersebut pada jumlah pemesanan yang

paling ekonomis (EOQ) adalah yang terendah.

Jumlah pemesanan yang ekonomis dapat dirumuskan sebagai berikut :

2 RS
EOQ = √
C (10.1)
EOQ = jumlah pemesanan yang ekonomis.

R = kebutuhan bahan baku dalam satu periode.

S = biaya pemesanan setiap kali pesan.

C = biaya penyimpanan per unit.

Sebagai ilustrasi, kebutuhan bahan baku PT. Titan selama satu periode adalah

20.000 unit. Biaya setiap kali pesan Rp. 10.000,- Biaya simpan per unit sebesar

Rp. 100,- Jumlah pemesanan yang optimal untuk perusahaan tersebut adalah :

2 RS 2 (20.000)(10.000)
EOQ = √ = √ = 2.000 unit
C 100
Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa jumlah pemesanan yang paling

ekonomis adalah sebesar 2000 unit setiap kali pesan. Dengan demikian frekuensi

pemesanan dalam satu tahun adalah sebanyak 10 X. Jumlah pemesanan dengan

frekuensi tersebut akan meminimumkan biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan secara bersama-sama.

Adapun asumsi dari konsep EOQ adalah :

1. Bahan baku tersedia di pasar setiap saat dibutuhkan.

2. Kebutuhan bahan baku konstan.

3. Biaya pemesanan dan biaya penyimpanan relatif tetap.

4. Harga bahan baku relatif konstan.

10.3 Reorder Point dan Safety Stock

Reorder Point adalah titik pemesanan kembali dimana kedatangan

bahan baku tepat pada saat persediaan di atas safety stock sama dengan nol.

Titik pemesanan kembali diperhitungkan dengan persediaan dalam jumlah

tertentu, dimana jumlah persediaan tersebut akan habis selama lead time (waktu

tunggu kedatangan bahan baku) .

Reorder Point dirumuskan sebagai berikut :

Reorder Point = Safety Stock + Kebutuhan selama Lead Time (10.2)

PT. Titan tersebut di atas menetapkan safety stock sebesar 500 unit dan

melakukan pemesanan bahan baku dimana kedatangan bahan baku tersebut

adalah 7 hari setelah dilakukan pemesanan. Apabila satu tahun perusahaan

beroperasi selama 320 hari dan pemesanan dilakukan 10 X dalam satu tahun,
maka perusahaan harus melakukan pemesanan setiap 32 hari. Dengan demikian

reorder point ditentukan sebagai berikut.

Reorder Point PT. Titan = 500 unit + 2.000 unit/32 X 7 hari

= 500 unit + 437,5 unit

= 937,5 unit

Dengan demikian PT. Titan melakukan pemesanan pada saat persediaan bahan

baku sebesar 937,5 unit.

Safety Stock

Penentuan besarnya Safety stock dipengaruh oleh beberapa faktor.

1. Perkiraaan penggunaan di masa yang akan datang.

Bila pemakaian bahan berfluktuasi dan sulit diprediksi, maka perlu persediaan

yang cukup besar, karena kalau sampai kehabisan maka akan timbul biaya

karena kehabisan persediaan.

2. Lead Time

Lead time berkaitan dengan produksi, apabila terjadi kelambatan kedatangan

bahan baku, maka proses produksi akan terganggu.

3. Biaya Kehabisan Bahan (Stockout Costs), adalah timbul pada saat perusahaan

tidak dapat memenuhi permintaan karena persediaan yang tidak cukup.

10.4. LATIHAN SOAL

1. Berikut ini hubungan antara pembelian persediaan dengan biaya gudang

pada PT Mint Processor.

▪ Pesanan harus dilakukan dalam kelipatan 100 unit.


▪ Kebutuhan setahun sebesar 500.000 unit, dalam setahun ada 50 minggu.

▪ Harga beli per unit adalah Rp 5.000,-.

▪ Biaya penyimpanan sebesar 20% dari harga beli.

▪ Biaya setiap kali pesan sebesar Rp 25.000,-.

▪ Persediaan pengaman ditetapkan 10.000 unit.

▪ Diperlukan satu minggu untuk pengiriman.

Pertanyaan:

a. Berapakah kuantitas pesanan yang paling ekonomis?

b. Berapa kali pesanan harus dilakukan agar segalanya optimim?

c. Pada jumlah persediaan berapa pesanan kembali dilakukan?

d. Pada jumlah unit penjualan menjadi 2 kali lipat, berapa persen kenaikan

EOQ? Berapakah tingkat elastisitas EOQ terhadap penjualan (perubahan

EOQ dalam persen dibandingkan perubahan penjualan dalam persen)?

e. Bila harga beli naik dua kali, berapa persen kenaikan EOQ? Berapa tingkat

elastisitas EOQ terhadap harga beli per unit?

2. Kebutuhan bahan baku PT. jalur Khatulistiwa selama tahun 2006 adalah

2.400 unit. Harga beli per unit adalah Rp 10.000,-. Biaya pemesanan setiap

kali pesanan adalah Rp 300.000,-. Biaya penyimpanan diperkirakan 40% dari

nilai rata – rata persediaan atau Rp 4.000,- per unit. Persediaan pengaman
(safety stock) ditetapkan 200 unit. Waktu tenggang (Lead time) selama satu

bulan. Berdasarkan data tersebut, hitunglah:

a. Pesanan yang paling ekonomis (EOQ)?

b. Titik pemesanan kembali (Reorder point)?

c. Buatlah grafik yang menunjukkan hubungan antara EOQ, ROP, dan Safety

Stock?

d. Hitunglah Biaya persediaan total (Stock cost)? Buatlah grafik yang

menunjukkan hubungan antara stock cost, EOQ, ROP, dan Safety Stock?

Menghitung Total Stock Cost

Frekuensi 1x 2x 3x 4x 5x 6x
Persediaan 2.400 unit
Harga/unit Rp 10.000
Nilai persediaan
Nilai persediaan rata –
rata
Biaya pemesanan Rp
300.000,-
Biaya penyimpanan (40%)
Total Stock Cost

Anda mungkin juga menyukai