Anda di halaman 1dari 15

asuhan keperawatan pada diare

2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan
kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu
menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada
umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena
infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak
menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari
pola makan dan perawatannya .

2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 kali sehari

3. Riwayat Penyakit Sekarang


BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare
akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid
jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi
makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi
yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi
pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik,
menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,

6. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

7. Riwayat Kesehatan Lingkungan


Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.

8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan


a. Pertumbuhan
 Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-
rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
 Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun
kedua dan seterusnya.
 Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi
taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
 Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud:

 Fase anal : Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, mulai


menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal
dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan,
perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata
sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson:

 Autonomy vs Shame and doundt


 Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak
toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario
kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan
orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua
terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka
anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan
tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
 Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul
dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
1. berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan sedikitpun
2. hitungan (GK)
3. Meniru membuat garis lurus (GH)
4. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
5. Melepas pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak
umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum
normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit
atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun
pada diare sedang.
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary
refill time memajang > 2 detik, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24
jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress
yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan
invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.
10. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium :
 feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, PO2 meningkat, PCO2
meningkat, HCO3 menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
skunder terhadap diare.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output
berlebihan dan intake yang kurang
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap diare
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
5. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive.
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang pengetahuan.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan skunder terhadap diare

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit
dipertahankan secara maksimal

Kriteria hasil :

 Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,5 0 c, RR : < 40 x/mnt )
 Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
 Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :

1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit


R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin.
Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit

2) Beri LRO (larutan rehidrasi oral)


R/ Untuk rehidrasi dan penggantian kehilangan cairan melalui feses

3) Berikan LRO sedikit tapi sering/anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-
3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral

4) Setelah rehidrasi berikan diet regular pada anak sesuai toleransi


R/ Karena penelitian menunjukkan pemberian ulang diet normal secara dini bersifat
menguntungkan untuk menurunkan jumlah defekasi dan penurunan berat badan serta
pemendekan durasi penyakit

5) Pantau intake dan output (urin, feses, dan emesis)


R/ Untuk mengevaluasi keefektifan intervensi

6) Timbang berat badan setiap hari


R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt

7) Kaji TTV, turgor kulit, membrane mukosa, dan status mental setiap 4 jam atau sesuai indikasi
R/ Untuk mengkaji hidrasi

8) Hindari masukan cairan jernih seperti jus buah, minuman berkarbonat, dan gelatin
R/ Karena cairan ini biasanya tinggi karbohidrat, rendah elektrolit, dan mempunyai osmolaritas
yang tinggi

9) Kolaborasi :
- Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).

- Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur


R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.

- Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)


R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik
untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.

10) Instruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang tepat, pemantauan masukkan dan
keluaran, dan mengkaji tanda-tanda dehidrasi
R/ Untuk menjamin hasil optimum dan memperbaiki kepatuhan terhadap aturan terapeutik
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake dan out put

Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi


terpenuhi

Kriteria : - Nafsu makan meningkat

- BB meningkat atau normal sesuai umur


Intervensi :

1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air
terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan
saluran usus.

2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan
dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.

3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan


R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan

4) Observasi dan catat respos terhadap pemberian makan


R/ Untuk mengkaji toleransi pemberian makan

5) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :


a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
b. obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan

6) Instruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat


R/ untuk meningkatkan kepatuhan terhadap program terpautik
Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder
dari diare

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu
tubuh

Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)

Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)

Intervensi :

1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam


R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)

2) Berikan kompres hangat


R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh

3) Kolaborasi pemberian antipirektik


R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak

Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekwensi
BAB (diare)

Tujuan : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu

Kriteria hasil : - Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga

- Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar


Intervensi :

1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur


R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman

2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti
pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan
keasaman feces

3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi
dan irirtasi .

Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama di rumah sakit, klien mampu beradaptasi

Kriteria hasil : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel

Intervensi :

1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan


R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga

2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS


R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS

3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya

4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal
(sentuhan, belaian dll)
R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada klien.

5) Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak.

Diagnosa 6 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang


pengetahuan.
Tujuan : Keluarga memahami tentangg penyakit anaknya dan pengobatannya serta
mampu memberikan perawatan.
Kriteria hasil : Keluarga menunjukkan kemampuan untuk merawat anak, khususnya di rumah.
Intervensi :
1) Berikan informasi pada keluarga tentang penyakit anak dan tindakan terapeutik
R/ Untuk mendorong kepatuhan terhadap program terapeutik, khususnya jika sudah berada di
rumah.
2) Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan dukungan pada anak.
R/ Untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman pada anak serta mau kooperatif
3) Izinkan anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan anak sebanyak yang mereka
inginkan
R/ Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.
4) Instruksikan keluarga mengenai pencegahan
R/ Untuk mencegah penyebaran infeksi.
5) Atur perawatan kesehaan pascahospitalisasi
R/ Untuk menjamin pengkajian dan pengobatan yang kontinu.
6) Rujuk keluarga pada lembaga perawatan kesehatan komunitas

R/ Untuk pengawasan perawata di rumah sesuai kebutuhan

ASUHAN KEPERWATAN PADA OBESITAS

Konsep Asuhan keperawatan dengan obesitas pada anak

3.1 Pengkajian

1. Identitas Pasien

Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.

2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan pasien saat ini


b. Riwayat Kesehatan masa lalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang pernah
menderita obesitas
c. Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada ada di antara keluarga yang
mengalami penyakit serupa atau memicu
d. Riwayat psikososial,spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial , ketaatan
beribadah , kepercayaan
3. Pemerikasaan fisik :
a. Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi
vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
b. Sistem respirasi : untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesulitan napas
c. Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan.
d. Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang.
e. Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.
f. Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar
getah bening

4. Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan metabolik / endokrin dapat menyatakan tak normal, misal : hipotiroidisme,


hipopituitarisme, hipogonadisme, sindrom cushing (peningkatan kadar insulin).

5. Pola fungsi kesehatan


a) Aktivitas istirahat
Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan / kurang keinginan untuk
beraktifitas.
b) Sirkulasi
Pola hidup mempengaruhi pilihan makan, dengan makan akan dapat 
menghilangkan perasaan tidak senang : frustasi
c) Makanan / cairan
Mencerna makanan berlebihan
d) Kenyamanan
Pasien obesitas akan merasakan ketidaknyamanan berupa nyeri dalam menopang
berat badan atau tulang belakang
e) Pernafasan
Pasien obesitas biasanya mengalami dipsnea
f) Seksualitas
Pasien dengan obesitas biasanya mengalami gangguan menstruasi dan amenouri

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
yang lebih
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen/ gaya hidup monoton
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan  biofisika atau psikosial pandangan px
tehadap diri
5. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan ungkapan atau tampak tidak
nyaman dalam situasi socia

N DIAGNOSA NOC NIC


o
Ketidak seimbangan Tujuan : NIC :
nutrisi lebih dari Weight Management
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
kebutuhan selama …. Ketidak seimbangan nutrisi 1. Diskusikan
lebih teratasi bersama pasien
mengenai
Definisi : hubungan antara
NOC : Weight Control intake makanan,
keadaaan individu yang latihan,
mengalami asupan nutrisi peningkatan BB
No Indikator 1 2 3 4 5 dan penurunan
melebihi kebutuhan 1. BB BB
metabolic 2. Intake 2. Diskusikan
bersama pasien
makanan
mengani kondisi
batasan karakteristik : dan cairan medis yang dapat
3. Output mempengaruhi
- Pemusatan Intake BB
makanan
nutrisi harian 3. Diskusikan
- Disfungsi pola dan cairan bersama pasien
4 Energi mengenai
makan (seperti makan 5 Aktivitas kebiasaan, gaya
sambil melakukan hidup dan factor
aktivitas lain) Keterangan : herediter yang
dapat
- Makan 1. Sangat Berat
mempengaruhi
sebagai respon terhadap 2. Berat BB
pengaruh eksternal 4. Diskusikan
3. Sedang
(seperti situasi sosial) bersama pasien
4. Ringan mengenai risiko
- Makan
yang
sebagai respon terhadap 5. Tidak ada
berhubungan
pengaruh internal dengan BB
(seperti kecemasan) berlebih dan
X : Sebelum intervensi
penurunan BB
- Tingkat aktivitas yang
Y : Setelah intervensi 5. Dorong pasien
rendah untuk merubah
- Skinfold triceps wanita kebiasaan makan
> 25 mm, laki-laki > 15 6. Perkirakan BB
badan ideal
mm pasien
- BB lebih besar 20%
dari BB ideal

Faktor yang berhubungan


Peningkatan intake yang
berhubungan dengan
kebutuhan metabolisme

2 Ketidakefektifan pola Tujuan : Setelah dilakukan asuhan NIC :


nafas berhubungan keperawatan selama 3 x 24jam diharapkan bantuan ventilasi
dengan sindrom pola nafas efektif
hipoventilasi 1. Pertahankan
NOC : Status pernafasan : ventilasi kepatenan jalan
Definisi : Inspirasi dan /
nafas.
ekspirasi yang tidak
No Indikator 1 2 3 4 5 2. Posisikan untuk
memberi ventilasi adekuat. 1. RR meringankan
Batas karakteristik : 2. Kedalaman
dipsneu
-bradipneu inspirasi
3. Frekuensi 3. Monitor
-dipsneu
-pola nafas apnormal 4 Volume oksigenasi,
Faktor yang berhubungan tidal BGA, SaO2,
: 5 Otot bantu O2.
Sindrom hipoventilasi. nafas 4. Monitor ttv
6 Irama
5. Inisiasi upaya
pernafasan
7 Dipsneu resusitasi
dengan tepat.
Keterangan :
6. Sangat Berat
7. Berat
8. Sedang
9. Ringan
10. Tidak ada

X : Sebelum intervensi
Y : Setelah intervensi
3 Intoleransi Aktivitas Tujuan : setelah dilakukan asuhan NIC :
Definisi :  keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
Ketidakcukupan energi aktivitas pasien kembali normal Activity Therapy
psikologis atau fisiologis
untuk melanjutkan 1. Kolaborasikan
atau menyelesaikan aktifita dengan tenaga
s kehidupan sehari-hari rehabilitasi medik
NOC : Activity Tolerance dalam
yang harus atau yang ingin
dilakukan. merencanakan
No Indikator 1 2 3 4 5 program terapi
Batasan Karakteristik : 1 Energi yang tepat
- Respon tekanan darah 2 TTV 2. Bantu klien untuk
abnormal terhadap 3 Status mengidentifikasi
aktivitas aktivitas yang
kardiopulmonar
- Respon frekwensi mampu dilakukan
jantung abnormal i 3. Bantu untuk
terhadap aktivitas 4 kelemahan memilih aktivitas
- Perubahan EKG yang 5 ADLs konsisten yang
sesuai dengan
mencerminkan aritmia
kemampuan fisik,
- Perubahan EKG yang Keterangan : psikologi dan
mencerminkan iskemia
social
- Ketidaknyamanan
4. Bantu untuk
setelah beraktivitas 1. Tidak adekuat
- Dipsnea setelah 2. Sedikit adekuat mengidentifikasi
beraktivitas dan mendapatkan
3. Cukup adekuat
- Menyatakan merasa sumber yang
letih 4. Sebagian adekuat diperlukan untuk
- Menyatakan merasa aktivitas yang
5. Adekuat
lemah diinginkan
5. Bantu untuk
Faktor Yang mendapatkan alat
X : Sebelum intervensi
Berhubungan : bantuan aktivitas
- Tirah Baring atau Y : Setelah intervensi seperti kursi roda,
imobilisasi krek
- Kelemahan umum 6. Bantu untuk
- Ketidakseimbangan mengidentifikasi
antara suplai dan aktivitas yang
kebutuhan oksigen disukai
- Imobilitas 7. Bantu klien untuk
membuat jadwal
- Gaya hidup monoton
latihan diwaktu
luang
8. Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
9. Sediakan
penguatan positif
bagi yang aktif
beraktivitas
10. Bantu pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
11. Monitor respon
fisik, emosi,
social dan
spiritual

2. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang
merupakan realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap
perencanaan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal
3. Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu
proses penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak
serta untuk pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi dilakukan secara
terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang
lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada bayi
dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah
ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa
keperawatan didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai