DISUSUN OLEH :
MU’MIN BIBI SULLEIMAN ANGULLIA
2. Etiologi
Stroke iskemik biasanya disebabkan adanya gumpalan
yangmenyumbat pembuluh darah dan menimbulkan hilangnya suplai darah
keotak.Gumpalan dapat berkembang dari akumulasi lemak atau plak
aterosklerotik di dalam pembuluh darah. Faktor resikonya antara lain
hipertensi, obesitas, merokok, peningkatan kadar lipid darah,diabetes dan
riwayat penyakit jantung dan vaskular dalam keluarga.
Stroke hemoragik enam hingga tujuh persen terjadi akibat adanya
perdarahan subaraknoid (subarachnoid hemorrhage), yang mana perdarahan
masuk ke ruang subaraknoid yang biasanya berasal dari pecarnya aneurisma
otak atau AVM (malformasi arteriovenosa). Hipertensi, merokok, alkohol,
dan stimulan adalah faktor resiko dari penyakit ini.Perdarahan subaraknoid
bisa berakibat pada koma atau kematian.
Pada aneurisma otak, dinding pembuluh darah melemah yang bisa
terjadi kongenital atau akibat cedera otak yang meregangkan dan merobek
lapisan tengah dinding arteri(Terry & Weaver, 2013).
3. Klasifikasi Stroke Hemoragik
Stroke sendiri bisa terjadi karena faktor risiko pelaku. Pelaku menerapkan
gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Hal ini terlihat pada :
1) Kebiasaan merokok
5) Suasana hati yang tidak nyaman, seperti sering marah tanpa alasan
yang jelas
c. Faktor risiko yang dapat
dimodifikasi
1) Usia
Biasanya pada pasien apatis, sopor, soporos coma hingga coma akan
mengalami masalah bau mulut, gigi kotor, mukosa bibir kering. Pada
pemeriksaan nervus VII (facialis) : biasanya lidah dapat mendorong
pipi kiri dan kanan, bibir simetris, dan dapat menyebutkan rasa manis
dan asin. Pada nervus IX (glossofaringeal) : biasanya ovule yang
terangkat tidak simetris, mencong kearah bagian tubuh yang lemah
dan pasien dapat merasakan rasa asam dan pahit. Pada nervus XII
(hipoglasus) : biasanya pasien dapat menjulurkan lidah dan dapat
dipencongkan ke kiri dan kanan namun artikulasi kurang jelas saat
bicara
8) Telinga
Biasanya sejajar daun telinga kiri dan kanan. Pada pemeriksaan nervus
VIII (akustikus) : biasanya pasien kurang bisa mendengarkan gesekan
jari dari perawat tergantung dimana lokasi kelemahan dan pasien
hanya dapat mendengar jika suara keras dan dengan artikulasi yang
jelas
9) Leher
Tabel 2.3
Nilai kekuatan otot
Respon Nilai
Tidak dapat sedikitpun kontraksi otot, 0
lumpuh total
Terdapat sedikit kontraksi otot, 1
namun tidak didapatkan gerakan pada
persendian yang harus digerakkan
oleh otot tersebut
Didapatkan gerakan , tapi gerakan 2
tidak mampu melawan gaya berat
(gravitasi)
Dapat mengadakan gerakan melawan 3
gaya berat
Disamping dapat melawan gaya berat 4
ia dapat pula mengatasi sedikit
tahanan yang diberikan
Tidak ada kelumpuhan (normal) 5
Sumber: Debora, 2013
d. Test diagnostik
1) Radiologi
a) Angiografi serebri
5. Rencana keperawatan
Tabel 2.4
Rencana Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan nafas
bersihan jalan nafas keperawatan diharapkan a) Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Definisi : bersihan jalan menjadi efektif ventilasi
Ketidakmampuan dengan kriteria hasil b) Identifikasi kebutuhan aktual/potensial pasien
membersihkan sekresi 1. Status pernafasan : untuk memasukkan alat membuka jalan nafas
atau obstruksi dari saluran a. Frekuensi pernafasan normal c) Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk
napas untuk (16-25x/menit) melakukan batuk atau menyedot lender
mempertahankan bersihan b. Irama pernafasan teratur d) Instruksikan bagaimana agar bias melakukan
jalan nafas c. Kemampuan untuk batuk efektif
mengeluarkan sekret e) Auskultasi suara nafas
Batasan karakteristik: 2. Tanda-tanda vital: f) Posisikan untuk meringankan sesak nafas
1. Batuk yang tidak a. Irama pernafasan teratur
efektif b. Tekanan darah
2. Dispnea normal (120/80mmHg)
3. Gelisah c. Tekanan nadi normal (60-100 Monitor pernafasan
4. Perubahan frekuensi x/menit) a. Monitor kecepatan, irama,
nafas kedalaman dan kesulitan bernafas
b. Catat pergerakan dada, catat
Faktor yang ketidaksimetrisan, penggunaan otot
berhubungan : bantu pernafasan dan retraksi otot
1. Benda c. Monitor suara nafas tambahan
asing dalam jalan d. Monitor pola nafas
nafas e. Auskultasi suara nafas, catat area
2. Sekresi yang dimana terjadi penurunan atau tidak
tertahan adanya ventilasi dan keberadaan suara
nafas tambahan
f. Kaji perlunya penyedotan pada jalan
nafas dengan auskultasi suara nafas
ronki di paru
g. Monitor kemampuan batuk efektif
pasien
h. Berikan bantuan terapi nafas jika
diperlukan (misalnya nebulizer)
Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status neurologic setiap jam
jaringan serebral keperawatan diharapkan perfusi 2. Kaji tingkat kesadaran dengan GCS
jaringan serebral pasien menjadi 3. Kaji pupil, ukuran, respon terhadap
Definisi : rentan mengalami efektif dengan kriteria hasil : cahaya, gerakan mata
oenurunan sirkulasi jaringan a. Tanda-tanda vital normal 4. Kaji reflek kornea
otak yang dapat menganggu b. Status sirkulasi lancer 5. Evaluasi keadaan motorik dan
kesehatan c. Pasien mengatakan nyaman dan sensori pasien
tidak sakit kepala 6. Monitor tanda vital setiap 1 jam
Batasan karaketristik : d. Peningkatan kerja pupil 7. Hitung irama denyut nadi, auskultasi
1. Tanda-tanda vital e. Kemampuan komunikasi baik adanya murmur
2. Status 8. Pertahankan pasien bedrest, beri
sirkulasi lingkungan tenang,
Faktor yang batasi pengunjung, atur waktu istirahat
berhubungan : dan aktifitas
1. Hipertensi 9. Pertahankan kepala tempat tidur 30-
2. Embolisme 45° dengan posisi leher tidak
3. Tumor otak (missal: menekuk/fleksi
gangguan serebrovaskul 10. Anjurkan pasien agar tidak menekuk
ar, penyakit neurologis, lutut/fleksi, batuk, bersin, feses yang
trauma, tumor) keras atau mengedan
11. Pertahankan suhu normal
12. Pertahankan kepatenan jalan napas,
suction jika perlu, berikan oksigen
100% sebelum suction dan suction
tidak lebih dari 15 detik
13. Monitor AGD, PaCO2 antara 35-
45mmHg dan PaO2
>80 mmHg
14. Bantu pasien dalam pemeriksaan
diagnostic
15. Berikan obat sesuai program dan
monitor efek samping
(1)Antikoagulan:hepari
n (2)Antihipertensi
(3)Antifibrolitik :
Amicar (4)Steroid,
dexametason (5)Fenitoin,
fenobarbital (6)Pelunak
feses
Ketidakefektifan Pola Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
Nafas Definisi : inspirasi keperawatan diharapkan pola nafas a. Posisikan pasien untuk
atau ekspirasi yang tidak pasien menjadi efektif dengan memaksimalkan ventilasi
memberi ventilasi adekuat kriteria hasil: b. Identifikasi kebutuhan aktual/potensial
1. Status pernafasan pasien untuk memasukkan alat
a. Frekuensi pernafasan normal membuka jalan nafas
Batasan karaketristik : (16-25x/menit) c. Instruksikan bagaimana agar bias
1. Dispnea b. Irama pernafasan teratur melakukan batuk efektif
2. Pola nafas abnormal c. Suara auskultasi nafas d. Auskultasi suara nafas
(irama, frekuensi, normal e. Posisikan untuk meringankan
kedalaman) d. Kepatenan jalan nafas sesak nafas
e. Retraksi dinding dada tidak
Faktor yang ada Terapi oksigen
berhubungan : a. Siapkan peralatan oksigen dan
1. Disfungsi Neuromuskular 2. Tingkat kelelahan berkurang berikan melalui system
. Gangguan neurologis dengan kriteria hasil : humidifier
(misal: elektroensefalog a. Kelelahan tidak ada b. Berikan oksigen tambahan seperti
ram [EEG] positif, b. Nyeri otot tidak ada yang diperintahkan
trauma kepala, c. Kualitas istirahat cukup c. Monitor aliran oksigen
gangguan kejang) d. Kualitas tidur cukup d. Monitor efektifitas terapi
oksigen
e. Amati tanda-tanda hipoventialsi
induksi oksigen
f. Konsultasi dengan tenaga kesehatan
lain mengenai penggunaan oksigen
tambahan selama kegiatan dan atau
tidur
Sumber: Bulecheck, Gloria M., dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC).
Singapore: Elsevier Global Rights.
Moorhead, Sue., dkk. 2016. Nursing Outcome Classification (NOC).
Singapore: Elsevier Global Rights.
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017, edisi 10. Jakarta: EGC
6. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat
mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu pasien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Asmadi, 2008).
Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan
b. Diagnosis keperawatan
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan
d. Tanda tangan perawat pelaksana
7. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan yang
didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan
keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan
perilaku dan kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya
adaptasi ada individu (Nursalam, 2008). Evaluasi keperawatan
dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP. Evaluasi keperawatan
terdiri dari beberapa komponen yaitu:
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan
b. Diagnosis keperawatan
c. Evaluasi keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Aminoff, M.J., & Josephson, S.A. 2014. Aminoff’s Neurology and General
Medicine. Elsevier
Arum, S.P. 2015. Stroke kenali, cegah dan obati. Yogyakarta: EGC
Batticaca, F.B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Docthterman, J.M., & Wagner, C.M. 2013.
Nursing Interventions Classification (NIC), 6th edition. United State Of
America: Mosby Elsevier, Inc
Corwin, E.J. 2009. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC
Moorhead S., Johnson, M., Maas, M.L., & Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC) 5th edition. United State Of America: Mosby
Elsevier, Inc
NANDA International. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2015-2017, edisi 10. Jakarta: EGC
Sutrisno, A. 2007. Stroke sebaiknya anda tau sebelum anda terserang stroke.
Jakarta: PT.Gramedia Utama