Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Agro Vol. III, No.

1, Juli 2016

PERTUMBUHAN SETEK SAMBUNG KINA (Cinchona Sp) KLON QRC


AKIBAT PERBEDAAN PANJANG SETEK BATANG ATAS

GROWTH OF GRAFTING OF Cinchona Sp CLONE QRC DUE TO DIFFERENCE OF


UPPER STEM LENGTH

Joko Santoso1), Yayo Fatimah1), Merry Antralina 1), dan Dina Aryati2)
1)
Fakultas Pertanian Universitas Bale Bandung
2)
Alumni Fakultas Pertanian Universitas Bale Bandung

Korespondensi : gmbg-santos@yahoo.co.id

Diterima 23 Maret 2016 / Disetujui 28 Juni 2016

ABSTRAK

Penelitian yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi panjang setek terhadap
pertumbuhan setek sambung kina (Cinchona sp) klon QRC telah dilaksanakan di kebun
percobaan Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, Kabupaten Bandung, dengan
ketinggian kurang lebih 1300 meter di atas permukaan laut, jenis tanah Andisol, tipe iklim B
menurut klasifikasi Schmidt dan Fergusson (1951) dengan curah hujan rata-rata antara 2000 -
3000 mm per tahun dan suhu rata-rata 13,5oC - 21,1oC. Kelembaban relatif antara 68% sampai
97%. Menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan diulang lima
kali. Jumlah tanaman per plot adalah 50 tanaman: perlakuan panjang setek terdiri dari 5 cm,
7 cm, 9 cm, 11 cm, dan 13 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Panjang setek sambung
atas yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap persentase setek hidup,
panjang setek, jumlah daun, jumlah akar dan panjang akar bibit kina di pembibitan.
Penggunaan setek sambung dengan panjang 7 cm, memberikan pengaruh yang paling baik
terhadap pertumbuhan bibit sambung kina (Cinchona ledgeriana Moens) di pembibitan yang
ditunjukkan oleh persentase hidup, jumlah daun, tinggi bibit dan jumlah akar yang lebih tinggi
dibanding perlakuan yang lain.

Kata kunci : Bibit Kina, Pertumbuhan, Setek batang atas, Setek sambung,

ABSTRACT

The objective of this research was to evaluate the effect of variation in the length of
cuttings on the growth of grafted cutting of cinchona (Cinchona Sp. ) clone QRC. The research
was conducted in Gambung Experimental Garden, Research Institute for Tea and Cinchona,
Bandung at 1,300 m above sea level, Andisol soil type with type B of climate according to the
classification of Schmidt and Fergusson (1951), average of rainfall between 2,000 mm – 3,000
mm per year, average temperature of 13,5oC – 21,1oC, and relative humidity of 68% – 97%. The
research used randomized block design (RBD) with five treatments and five replications. The
treatment was length of cutting was consisted of 5, 7, 9, 11, and 13 cm. The result showed that
the different length gave a different effect on the percentage of live grafted cutting, length of
grafted cutting, number of leaves, number of root as well as length of root of seedling in
nursery. The used of 7 cm of cutting gave the best effect on the growth of grafted cinchona

1
Jurnal Agro Vol. III, No. 1, Juli 2016

seedling in nursery indicated by the percentage of live seedling which was better than other
treatments.

Keywords : Cuttings scions, Grafting cuttings, Growth, Quinine Seed

PENDAHULUAN rupakan cara yang baik untuk memperta-


hankan sifat-sifat tanaman induknya.
Tanaman kina merupakan sumber Melalui setek, pelaksanaan pembibitan
devisa non migas dari sub sektor cukup mudah dan cepat serta bahan
perkebunan, kulit kina merupakan bahan seteknya mudah didapat.
baku industri farmasi, dan mengandung Penanaman kina di Indonesia, biasa
lebih dari 20 macam senyawa alkaloida. dilakukan dengan menggunakan bahan
Sampai saat ini baru 2 alkaloida yang tanaman yang diperbanyak dengan semai
dimanfaatkan dan mempunyai nilai sambung (grafted seedling) dan setek
ekonomi tinggi, yaitu garam kinina dan sambung (grafted cutting), yang pem-
kinidina. buatannya memerlukan waktu yang relatif
Hasil yang diambil dari tanaman kina lama, yaitu 2,5 tahun untuk semai
adalah kulitnya yang merupakan bahan sambung dan satu tahun untuk setek
baku farmasi yang penting karena sambung (Wibowo et al., 1990). Setek
mengandung senyawa alkaloida antara lain sambung pada tanaman kina menggunakan
kinina, kinidina, sinkonina dan sinkonidina Cinchona ledgeriana atau ledger sebagai
(Sukasmono, 1980). Dari keempat alkaloid batang atas dan Cinchona succirubra atau
tersebut kinina dan kinidina yang succi sebagai batang bawah. Penggunaan
mempunyai arti penting. Menurut Tjetje kedua spesies yang berbeda ini dikare-
(1980), alkaloid kinina dapat digunakan nakan kebutuhan akan sifat batang atas
sebagai obat malaria, anti kejang otot kaki dan batang bawah yang berbeda (Sriyadi,
dan kinidina sebagai obat denyut jantung 2006). Kedua penyambungan tersebut
yang tidak teratur (Cardiac Arytmic akan terjadi tanaman kina yang terdiri dari
Depresant). Chinchona ledgerriana Moens, dua spesies. Bagian atas berkadar kinina
merupakan spesies kina yang banyak tinggi tetapi perakarannya kurang baik,
dibudidayakan di Indonesia, karena spesies sedangkan bagian bawah berkadar kinina
ini memiliki mutu yang cukup baik dengan rendah tetapi perakarannya yang lebih
kadar kinina yang tinggi dibandingkan baik. Selain bahan tanaman yang meme-
dengan spesies lainnya. Kadar kinina yang nuhi syarat secara fisiologis juga ditentukan
dikandung Chinchona ledgerriana Moens adanya zat pengatur tumbuh auksin yang
sebesar 7,5%, sedangkan dalam jenis yang berperan. Auksin adalah zat hormon
lainnya kurang dari 5% (Sukasmono dan tumbuhan yang ditemukan pada ujung
Santoso, 1988). batang, akar, dan pembentukan bunga,
Perbanyakan tanaman kina dilakukan berperan penting dalam pertumbuhan
dengan cara vegetatif karena dapat tumbuhan. Menurut Weaver (1972)
dihasilkan dengan cepat dan tanamannya hubungan antara pertumbuhan dan kadar
seragam. Menurut Setyawati (1993), cara auksin sama pada akar, batang dan tunas
pembiakan vegetatif dengan setek me- yaitu auksin merangsang pertumbuhan

2
Jurnal Agro Vol. III, No. 1, Juli 2016

pada kadar rendah, sebaliknya meng- setek sambung kina (Cinchona sp) klon
hambat pertumbuhan pada kadar tinggi. QRC.
Kadar optimum hormon untuk per-
tumbuhan akar jauh lebih rendah dari
kadar optimum untuk pertumbuhan BAHAN DAN METODE
batang.
Sukasmono dan Santoso 1988), me- Penelitian dilaksanakan di kebun
ngatakan bahwa pohon induk batang atas percobaan Pusat Penelitian Teh dan Kina
ledger dipilih dari klon unggul, per- (PPTK) Gambung, Kabupaten Bandung,
tumbuhan baik, tegak, tahan terhadap dengan ketinggian kurang lebih 1300 meter
serangan hama atau penyakit, mudah di atas permukaan laut, jenis tanah
menyesuaikan dengan lingkungan khusus- Andisol, tipe iklim B menurut klasifikasi
nya jenis tanah, berkadar kinina tinggi, dan Schmidt dan Fergusson (1951) dengan
mudah bertunas kembali setelah stumping. curah hujan rata-rata antara 2000-3000
Klon-klon unggul anjuran antara lain adalah mm per tahun dan suhu rata-rata 13,5oC -
Cib 5, KP 105, KP 473-484 dan seri QRC. 21,1oC. Kelembaban relatif antara 68%
Klon QRC adalah generasi baru yang sampai 97%.
mempunyai keunggulan kadar kininanya Bahan untuk percobaan terdiri dari
dapat mencapat 15%. setek sambung atas kina (Cinchona
Setek sambung kina adalah bibit ledgeriana Moens) klon QRC 203 yang
sambung kina yang terdiri dari batang diambil dari kebun induk gambung, setek
bawah kina succi dengan batang atas kina batang bawah (Cinchona succirubra
ledger sebagai sambungannya. Batang Pavon), polybag berukuran 12 cm x 25 cm,
bawah kina succi yang sering digunakan lapisan tanah atas (top soil) dan lapisan
adalah semua bagian batang di bawah tanah (sub soil), fungisida Dithane M-45,
pucuk. Tetapi pada umumnya untuk Root-up (hormon perangsang pertum-
metode sambung atau penyambungan buhan akar).
dilapangan batang bawah yang digunakan Alat yang digunakan adalah bambu,
adalah 5 cm - 12 cm di atas pangkal tum- sungkup plastik, tali plastik PE, hand
buhnya tunas. sprayer, jolang, ember, pisau setek, gunting
Kematian setek sambung pada umum- setek, penggaris, alat tulis dan lain-lain.
nya banyak juga disebabkan karena setek Metode yang digunakan dalam penelitian
pucuk ledger yang digunakan terlalu muda. ini adalah metode Eksperiment dengan
Berapakah panjang batang atas setek Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang
ledger yang optimum belum diketahui terdiri dari 5 perlakuan dan diulang lima
dengan baik, terutama untuk klon QRC. kali. Jumlah tanaman per plot adalah 50
Oleh karena itu sangat penting untuk tanaman, perlakuan panjang setek terdiri
mengetahui berapa yang optimum panjang dari 5 cm, 7 cm, 9 cm, 11 cm, dan 13 cm.
setek bagian atas atau ledger ini yang Pembuatan setek sambung dilakukan
sesuai untuk bahan setek. dengan tahapan sebagai berikut :
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan 1. Menyiapkan batang bawah Succi
untuk mempelajari pengaruh variasi Berasal dari batang muda atau tunas-
panjang setek terhadap pertumbuhan tunas dari bekas tebangan, bukan dari

3
Jurnal Agro Vol. III, No. 1, Juli 2016

cabang-cabang. Pohon induk yang baik telah selesai disambung disimpan dalam
dipilih dari pohon yang pertumbuhannya ember yang telah diisi air yang sudah
cepat dan mudah berakar dalam dicampur dengan Dithane M-45.
penyetekan. Batang atas diambil dari 4. Media Tanam
kebun kina yang berumur 5 tahun, bahan Pembibitan setek sambung dilakukan
setek diambil dari setelah tunas berumur pada polybag ukuran 12 cm x 25 cm yang
8-12 bulan, mempunyai diameter sekitar 1 diberi lubang sebanyak 10 buah pada
cm, sehat dan bebas dari serangan hama bagian samping dan satu buah pada bagian
penyakit. Batang bawah dipotong sepan- bawah dengan diameter 1 cm. Topsoil
jang sekitar 10 cm, ujung atas dibelah yang telah dicampur dengan pupuk dan
sepanjang 2 cm. Dithane dimasukkan lebih dahulu ke dalam
2. Menyiapkan batang atas ledger polybag sebanyak 2/3 bagian. Selanjutnya
Pohon induk yang siap diambil seteknya diisi dengan tanah subsoil 1/3 bagian
adalah yang berumur 3-5 tahun, karena sampai penuh.
daya regenerasinya cukup besar dan akan 5. Penanaman Setek
diperoleh bahan setek yang cukup banyak Polybag yang telah diatur di bedengan
(Yoviana, 2014). Setek batang atas di- sehari sebelum penanaman setek sambung
potong sepanjang ± 5 cm – 7 cm, dengan disiram dengan air bersih menggunakan
irisan meruncing ke bawah, irisan dibuat emrat sampai jenuh. Stek sambung yang
pada kedua sisinya (simetris). Semua daun telah siap tanam ujungnya direndam
dibuang sampai ke tangkai daun, kecuali dengan Root Up, kemudian ditanam pada
pasangan daun ke 1 atau ke 2 setelah polybag yang sebelumnya telah dibuat
pucuk, daun yang ditinggalkan di potong lubang tanam dengan tunggal kecil (ruju)
2/3-nya. sedalam 5 cm, tanah sekitar setek sambung
3. Penyambungan dipadatkan dengan jari agar kokoh dan
Batang bawah Succi yang baik diambil tegak lurus. Selesai menanam bedengan
dari bagian batang yang masih berair, disiram lagi dengan air secukupnya,
berwarna coklat muda dan agak tua. kemudian ditutup dengan lembaran plastik
Batang dipotong miring 40o-60o menjadi sungkup diusahakan serapat mungkin
setek-setek dengan ukuran 10 cm dengan sampai tidak ada yang bocor. Untuk
satu mata tunas. Bagian sisi ujung batang mencegah serangan penyakit, tanah
bawah dibelah sedalam 2 cm untuk disemprot dengan lautan Dithane M-45
menyelipkan batang atas. Batang atas 0,3% menggunakan sprayer. Keadaan
diselipkan ke belahan batang bawah, demikian dibiarkan sampai kurang lebih 3
Sambungan dibalut dengan tali plastik Poly bulan, sampai setek berakar. Setek tidak
Ethylene yang tipis 0,02 mm dan diikat. disiram sekurang-kurangnya sampai ber-
Cara mengikat tali dibuat sedemikian rupa umur 1 bulan, baru setelah itu disiram
agar tersusun rapat dan erat sehingga air apabila tanah dalam polybag kering.
siraman tidak masuk ke dalam luka 6. Pemeliharaan
sambungan. Ujung bawah stekres batang Tanaman diberi pupuk daun setiap
bawah dipotong meruncing dengan sudut minggu atau urea 0,2%. Penyiangan
45o. Setek yang dipakai sepanjang 2 sampai dilakukan menggunakan tangan, penyem-
3 ruas dari pucuk. Setek sambung yang

4
Jurnal Agro Vol. III, No. 1, Juli 2016

protan insektisida dilakukan jika ada Minggu Setelah Tanam (MST), Tinggi
serangan. tanaman (cm), Jumlah daun (bh), Jumlah
Variabel yang diamati adalah Persen- akar (helai) dan Panjang akar (cm) yang
tase setek hidup (%), pada umur 4,8 dan 12 diamati pada umur 12 MST.

Gambar 1. Cara membuat setek sambung Kina


Sumber : Tim PPTK, 2008.

HASIL DAN PEMBAHASAN minggu ke 4, 8, dan 12 Minggu Setelah


Tanam (MST). Terdapat variasi jumlah
Variabel yang diamati pada penelitian setek tumbuh dan berbeda nyata sampai
ini adalah : persentase setek hidup, tinggi umur 12 MST. hal ini diduga karena unsur
tanaman, jumlah daun, jumlah akar dan hara yang tersedia sangat baik. Hasil rata-
panjang akar. rata persentase setek hidup tanaman
Persentase Setek Hidup disajikan pada Tabel 1.
Pengamatan terhadap persentase setek
hidup dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada

Tabel 1. Rata-rata persentase setek hidup pada umur 4, 8, dan 12 MST


Perlakuan Panjang Setek Rata-Rata Persentase Setek hidup
Atas 4 MST 8 MST 12 MST 12 MST
--%--
A = 5 cm 49,60 b 47,60 b 4 35,40 a 70,80
B = 7 cm 48,60 b 43,40 a 44,80 b 89,60
C = 9 cm 47,80 ab 46,00 ab 40,60 b 81,20
D = 11 cm 48,60 b 47,40 b 45,40 c 90,80
E = 13 cm 46,00 a 43,60 a 41,80 bc 83,60
Keterangan :
- Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil
yang tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
- MST = Minggu Setelah Tanam.

5
Jurnal Agro Vol. III, No. 1, Juli 2016

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada umur graft union dibentuk dari penggabungan
4 MST sampai dengan 8 MST semua antara jaringan kalus dengan jaringan
perlakuan tidak memberikan pengaruh kambium baru.
yang berbeda nyata terhadap persentase Pertumbuhan dari setek sangat dipe-
setek hidup di pembibitan. Pada akhir ngaruhi oleh ketersediaan bahan makanan
pengamatan (12 MST), persentase setek dari setek yang digunakan. Pemakaian
tumbuh berkisar antara 70,80% - 90,80 %. panjang setek 11 cm dan 13 cm ternyata
Pada umur 12 MST, secara konsisten mampu mendukung pertumbuhan dari
perlakuan B berbeda nyata dengan per- bibit kina. Ketersediaan bahan makanan
lakuan lainnya dan memberikan persentase berupa karbohidrat dan nitrogen yang
setek hidup terendah. terkandung dalam bahan setek yang
Persentase hidup tertinggi diperoleh digunakan cukup untuk menumbuhkan
pada perlakuan D yaitu panjang setek 11 bibit kina.
cm, namun perlakuan ini tidak berbeda Kondisi pertumbuhan setek cukup baik,
nyata dengan perlakuan E. Hal tersebut hal ini diduga kondisi persedian fotosintat
mengindikasikan bahwa pada setek pada sel (karbohidrat) masih optimum
sambung kina tersebut telah terjadi untuk pertumbuhan setek namun ada
pertautan yang sempurna antara kina succi sebagian kecil setek yang mengalami
sebagai batang bawah dan ledger sebagai kematian atau mengering dikarenakan
batang atas. gagalnya setek dalam tahap inisiasi
Dalam mekanisme penyambungan ini perakaran (Febriana, 2009). Ditambahakan
Hartman dan Kester (1978), menyatakan oleh Hartmann dan Kester (1978) bahwa
bahwa tahap pertama pada peristiwa bahan setek yang mengandung karbohidrat
penyambungan yaitu terjadinya produksi tinggi dan nitrogen cukup akan mem-
jaringan kalus. Selanjutnya kalus akan bentuk akar dan tunas.
berkembang dan berdiferensiasi menjadi
sel-sel kambium baru, dengan demikian Tinggi bibit, Jumlah daun, Jumlah akar dan
akan terjadi penggabungan antara dua Panjang akar
kambium, yaitu kambium lama dan Hasil pengamatan terhadap tinggi bibit,
kambium dari batang bawah dan batang jumlah daun, jumlah akar dan panjang akar
atas, hal ini sejalan dengan pendapat disajikan pada Tabel 2.
Abidin (1991), yang menyatakan bahwa

Tabel 2. Rata-rata tinggi bibit, jumlah daun, jumlah akar, dan panjang akar pada umur 12 MST
Rata-rata pengamatan pada umur bibit 12 MST
Perlakuan Jumlah Panjang
Tinggi bibit Jumlah daun
Akar Akar
--cm-- --helai-- --cm--
A = 5 cm 23,94 ab 19,00 c 23,80 a 10,00 a
B = 7 cm 28,66 b 16,00 abc 29,20 a 10,80 a
C = 9 cm 23,60 ab 17,80 bc 27,20 a 10,60 a
D = 11 cm 19,02 a 15,20 ab 25,80 a 12,40 a
E = 13 cm 18,34 a 13,60 a 29,80 a 12,40 a
Keterangan :
- Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil
yang tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
- MST = Minggu Setelah Tanam.

6
Jurnal Agro Vol. III, No. 1, Juli 2016

Tinggi Tanaman Jumlah Akar


Pengaruh perlakuan terhadap tinggi Rata-rata jumlah akar tiap bibit dari
tanaman pada umur 12 MST menunjukkan seluruh perlakuan yang dicoba menunjuk-
bahwa perlakuan B (7 cm) memberikan kan tidak berbeda nyata pada umur bibit
pengaruh yang paling baik dengan tinggi 12 MST, baik perlakuan A, B, C, D dan E.
bibit 28,66 cm dibandingkan perlakuan D = Jumlah akar berkisar antara 23,80 helai
11 cm dan E = 13 cm tetapi tidak berbeda pada perlakuan A sampai dengan 29,80
nyata dengan perlakuan A = 5 cm dan C = helai pada perlakuan E yang terbanyak
9 cm. sedangkan perlakuan B nilainya berdekatan
Tinggi tanaman merupakan parameter dengan perlakuan E, yaitu 29,20 helai.
yang sangat penting karena mencerminkan Pembentukan akar memerlukan kema-
kemampuan tanaman untuk tumbuh dan tangan fisiologis dari setek dan tersedianya
membentuk jaringan muda dari bagian zat pengatur tumbuh yang dapat mem-
tanaman dan menentukan dalam pem- percepat terbentuknya akar. Bahan setek
bentukan karbohidrat sebagai makanan yang paling panjang kematangan fisiologis
cadangan. lebih baik dibandingkan setek yang lebih
Karbohidrat merupakan hasil utama pendek karena lebih sukulen yang umum-
dari hasil fotosintesis yang memegang nya lebih lama terbentuknya kalus dan
peranan penting dalam pertumbuhan cahaya yang cukup. Hal ini sejalan dengan
tanaman, karena karbohidrat merupakan pernyataan Rochiman dan Sri (1973)
bahan penyusun utama berbagai proses bahwa pembentukan akar biasanya
dalam tubuh tanaman, sehingga jika didahului oleh pembentukan kalus, tetapi
tanaman kekurangan karbohidrat pertum- adanya kalus bukan merupakan tanda
buhan tanaman akan terhambat. bahwa setek pasti dapat menghasilkan
akar. Walaupun pembentukan akar setek
Jumlah daun tidak hanya tergantung pada terbentuknya
Pengamatan terhadap jumlah daun kalus, tetapi akar yang keluar dari jaringan
pada minggu 12 setelah tanam menun- akan lebih kuat dan lebih baik dari pada
jukkan keragaman jumlah daun dari variasi akar yang keluar dari setek yang tidak
perlakuan panjang setek. Hasil rata-rata berkalus.
jumlah daun tersebut dapat dilihat pada Stoutmeyer dalam Hartman dan Kester
Tabel 2. Perlakuan A = 5 cm memberikan (1978), menyatakan bahwa intensitas
hasil rata-rata jumlah daun terbanyak yaitu cahaya yang rendah sangat baik untuk
19 helai daun tiap bibit dibandingkan pembentukan akar. Akar-akar yang
dengan perlakuan D, tetapi tidak berbeda terbentuk pada setek dipengaruhi oleh
nyata dengan perlakuan B dan C. Hal ini interaksi yang kompleks antara faktor-
menunjukkan bahwa tunas-tunas aktif faktor endogen dan lingkungan. Menurut
lebih cepat membentuk tunas-tunas baru Weaver (1972), semakin tinggi kandungan
yang menjadi daun dibandingkan per- auksin setek pada saat pengambilan, maka
lakuan lainnya sehingga terbentuknya daun akan semakin banyak jumlah akar yang
pada setek yang lebih pendek lebih cepat tumbuh.
pertumbuhan daun-daun mudanya.
Pertambahan jumlah daun mempunyai Panjang Akar
peranan penting dalam proses asimilasi. Tumbuhnya akar merupakan salah satu
Daun pada setek tanaman menentukan indikasi dari keberhasilan stek yang
kelangsungan hidup suatu tanaman, dilakukan karena akar memegang peranan
karena di dalam daun terjadi proses penting bagi tanaman. Fungsi dari akar
fotosintesis, respirasi dan transpirasi yaitu menyerap air dan mineral terlarut,
(Abidin, 1991). transportasi unsur hara, pengokoh batang,
dan penyimpan cadangan makanan.

7
Jurnal Agro Vol. III, No. 1, Juli 2016

Semakin panjang akar yang terbentuk cadangan makanan yang digunakan untuk
semakin memudahkan tanaman dalam mendukung pertumbuhan akarnya.
menjalankan fungsinya, salah satunya Ditambahkan oleh Magingo et al.,
dalam penyerapan unsur hara. (2001), bahwa pertumbuhan akar pada
Pengamatan terhadap panjang akar setek batang dipengaruhi oleh kandungan
dilakukan sebanyak 1 kali yaitu pada karbohidrat dan panjang setek. Semakin
minggu ke 12 setelah tanam, hasilnya panjang setek yang digunakan maka
sebagimana disajikan pada Tabel 2. pertumbuhan panjang akarnya semakin
Sebagaimana halnya pada pengamatan baik karena lebih banyak cadangan
jumlah akar, hasil pengukuran terhadap makanan yang digunakan untuk men-
semua perlakuan tidak menunjukkan dukung pertumbuhan akarnya.
perbedaan yang nyata. Bila ditelaah nilai
panjang akarnya pada perlakuan D dan E
menunjukkan rata-rata yang sama yaitu SIMPULAN
12,40 cm.
Sebagaimana ditunjukkan pada para- Berdasarkan penelitian yang telah
meter jumlah akar di atas, pada perlakuan dilakukan maka dapat disimpulkan, yaitu :
setek yang lebih panjang dengan a. Panjang setek sambung atas yang
kematangan fisiologis bahan setek yang berbeda memberikan pengaruh yang
optimal memberikan jumlah akar yang berbeda terhadap persentase setek
lebih banyak dan panjang, hal ini dapat hidup, panjang setek, jumlah daun,
dipahami oleh karena inisiasi perakaran jumlah akar dan panjang akar bibit
yang lebih cepat akan memberikan kina di pembibitan.
pertumbuhan akar yang lebih cepat atau b. Penggunaan setek sambung dengan
lebih panjang juga oleh dorongan kan- panjang 7 cm, memberikan pengaruh
dungan auksin di dalamnya. Prawiranata et yang paling baik terhadap per-
al., (1981) mengatakan bahwa jaringan tumbuhan bibit sambung kina
tanaman di dalam setek tersebut sudah (Cinchona ledgeriana Moens) di
mengandung senyawa yang penting untuk pembibitan yang ditunjukkan oleh
pembentukan auksin, sehingga bila setek persentase hidup, tinggi bibit, jumlah
ditanam akar akan cepat terbentuk. daun dan jumlah akar yang lebih tinggi
Akar pada setek terbentuk secara dibanding perlakuan yang lain.
adventif dari kambium dan bagian node
(buku). Akar pada setek terbentuk karena
pelukaan, dan akar terbentuk dari jaringan DAFTAR PUSTAKA
parenchym (Moko, 2004). Keberhasilan
setek dicirikan oleh didapatnya bibit yang Abidin, Z. 1991. Dasar Pengetahuan Ilmu
memiliki perakaran dan pertumbuhan yang Tanaman. Penerbit Angkasa.
baik dalam jumlah yang banyak pada Bandung. 177p.
satuan waktu tertentu (Pranoto, 1986).
Pertumbuhan dan perkembangan akar Edmond, J. B., T. L. Seen, F. S. Amdrews
dipengaruhi oleh kandungan bahan setek and R. G. Halfacre 1983.
yang digunakan terutama persediaan dari Fundamental of Horticulture. Tata
karbohidrat dan nitrogen. Menurut Mc Graw Hill Book Co Ltd, New
Hartmaan dan Kester (1978), setek yang Delhi. 560p.
mengandung karbohidrat yang tinggi dan
Febriana, S. 2009. Pengaruh Konsentrasi
nitrogen yang cukup akan membentuk akar
ZPT dan Panjang Setek terhadap
dan tunas. Semakin panjang setek yang
Pembentukan Akar dan Tunas pada
digunakan maka pertumbuhan panjang
Setek Apokad (Persea americana
akarnya semakin baik karena lebih banyak

8
Jurnal Agro Vol. III, No. 1, Juli 2016

Mill). Skripsi; Institut Pertanian Sriyadi. 2006. Komunikasi Pribadi. Pusat


Bogor. Bogor. Penelitian Teh dan Kina Gambung.
Bandung.
Hartman, H. T. and D. E. Kester. 1978. Plant
Progpagation. Third ed. Prentice Sukasmono. 1980. Pembiakan Kina dan
Hall of India Private Ltd. Setek. Risalah Simposium Kina
Ketiga. BPTK, Gambung, Bandung.
Koesriningrum, Rochiman dan Sri Setyati 111-116 p.
Harjadi, 1973. Pembiakan
vegetative. Dept. Agronomi _________ dan Santoso, J. 1988. Tuntunan
Fakultas Pertanian Institute Budidaya Kina. Balai Penelitian Teh
Pertanian Bogor. dan Kina. Gambung. 70 hal.

Magingo, F.S.S. and J.Dick, J.M.C.P. 2001. Tim PPTK, 2008. Petunjuk Teknis Budidaya
Propagation of Two Miombo Tanaman Kina. Pusat Penelitian Teh
Woodland Trees by Leafy Stem dan Kina, Gambung, Bandung
Cuttings Obtained from Seedlings.
Agroforestry Systems 51: p. 49–55. Tjetje. 1980. Tinjauan terhadap Pemasaran
Kina. Warta BPTK (6/2) : 11-23
Moko, H. 2004. Teknik Perbanyakan
Tanaman Hutan Secara Vegetative. Prawiranata, S., Harran dan P.
Informasi Teknis 2(1): hal. 1-20. Tjondronegoro. 1981. Dasar-dasar
Fisiologis Tumbuhan. Jilid II.
Pranoto, C. 1986. Pengaruh Pemberiaan Departemen Botani Fakultas
IBA dan Campuran IBA-NAA Pertanian IPB, Bogor.
Terhadap Keberhasilan Stek
Cemara Kipas (Thuja orientalis L.). Weaver, R.J. 1972. Plant Growth Substance
Laporan Karya Ilmiah. Fakultas in Agriculture W. H. Freeman and
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Company. San Farnisco.
Bogor.
Wibowo, S, Santoso, J. dan Sukasmono.
Rochiman, K dan Sri Setyadi Haryadi. 1973. 1990. Pengaruh Panjang Bahan
Pembiakan Vegetatif. Departemen Setek dan Kadar Rootone F
Agronomi Fakultas pertanian. IPB. terhadap Pertumbuhan Setek
Bogor. 72p. Pucuk Kina (Cinchona ledgeriana)
Klon QRC. Warta teh dan Kina l
Schmidt, F.H and J.A.H. Ferguson. 1951. (1/2/3) : 49-54
Rainfall Type Based Wet and Dry
Period Rations for Indonesia With Yoviana, E.A. 2014. Perbanyakan Kina
Western New Guinea. Kementerian dengan Setek Sambung.
Perhubungan Jawatan Meteorologi http://ditjenbun.pertanian.go.id/ta
dan Geofisika. Verhandeling, nregar/berita-271-perbanyakan-
Jakarta. kina-dengan-setek-sambung.html.
Diakses 19 Maret 2016.
Setyawati. 1993. Pengaruh Kombinasi
Hormon Tumbuh Alami dan pupuk
Daun terhadap Pertumbuhan
Setek Pucuk Kina Ledger (Cinchona
ledgeriana Moens).

Anda mungkin juga menyukai