Anda di halaman 1dari 34

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata

pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Salah satu produk hortikultura yang

menjadi unggulan dalam sektor pertanian di Indonesia adalah tanaman sayuran.

Sayuran merupakan salah satu produk hortikultura yang banyak diminati oleh

masyarakat karena memiliki kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan.

Sayuran dapat dikonsumsi dalam keadaan mentah ataupun diolah terlebih dahulu

sesuai dengan kebutuhan yang akan digunakan. Salah satu komoditi sayur yang

sangat dibutuhkan oleh hampir semua orang dari berbagai lapisan masyarakat

adalah selada sehingga tidak mengherankan bila volume peredaran di pasaran

dalam skala besar (Rizqi,2010).

Selada (Lactuca sativa L.) termasuk dalam kelompok tanaman sayuran

daun yang dikenal di masyarakat. Jenis sayuran ini mengandung zat - zat gizi

khususnya vitamin dan mineral yang lengkap untuk memenuhi syarat kebutuhan

gizi masyarakat. Selada sebagai bahan makanan sayuran bisa di konsumsi dalam

bentuk mentah sebagai lalapan bersama sama dengan bahan makanan lain. Selain

berguna untuk bahan makanan, selada juga berguna untuk pegobatan (terapi)

berbagai macam penyakit. Sehingga dengan demikian, selada memiliki peranan

yang sangat penting di dalam menunjang kesehatan masyarakat.

Proposal Proyek Usaha Mandiri 1


Di Kabupaten Lima Puluh Kota selada masih dijadikan sebagai tanaman

sampingan belum menjadi tanaman utama, sehingga pemeliharaannya masih

kurang intensif dan hasil yang diperoleh kualitasnya belum cukup bagus.

Berdasarkan uraian tersebut perlu adanya perluasan areal pertanaman selada guna

untuk menigkatkan produksi selada.

Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi selada adalah

melalui usaha intensifikasi pertanian. Pemupukan merupakan salah satu usaha

dalam intensifikasi tersebut. Prihmantoro (1999) menyatakan bahwa pemupukan

bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman

agar dapat dicapai produksi dan kualitas hasil tanaman yang tinggi.

Pemupukan sangat menetukan dalam peningkatan produktivitas tanaman.

Petani sayuran dalam teknik pemupukan saat ini sering kali melebihi dosis

anjurannya. Hal ini dikawatirkan dalam jangka panjang dapat merusak sifat fisik,

kimia dan biologi tanah. Oleh sebab itu diperlukan suatu sitem pemupukan yang

ramah terhadap lingkungan dan aman bagi tanaman untuk menanggulangi hal

tersebut. Pupuk organik dapat menjadi salah satu alternatif yang tepat dalam

mengatasi permasalahan tersebut karena fungsinya yang dapat memberikan

tambahan bahan organik, hara, memperbaiki sifat fisik tanah, serta

mengembalikan hara yang terangkut oleh hasil panen.

Bahan organik yang terkandung dalam kotoran bebek (itik) bermanfaat

dalam proses mineralisasi akan melepaskan hara dengan lengkap (N, P, K, Ca,

Mg, S serta hara mikro) sehingga dapat meningkatkan kandungan nutrisi tanah.

Proposal Proyek Usaha Mandiri 2


Selain itu kotoran itik juga dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah,

memperbaiki struktur tanah, tanah menjadi ringan untuk diolah, meningkatkan

daya tahan air, permeabilitas tanah menjadi lebih baik, serta meningkatkan

kapasitas pertukaran kation sehingga mampu mengikat kation menjadi tinggi,

akibatnya bila pupuk dengan dosis tinggi hara tanaman tidak mudah tercuci

(Anonim, 2010).

Diperlukan pengelolaan tanah yang lebih intensif yang diikuti dengan

usaha perbaikan kesuburan tanah,salah satunya adalah dengan penambahan bahan

organik berupa pupuk organik. Kotoran itik merupakan salah satu pupuk organik

yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi tanah. Mampu memperbaiki

struktur tanah, tanah menjadi ringan untuk diolah, meningkatkan daya tahan air,

akibatnya bila pupuk dengan dosis tinggi hara tanaman tidak mudah tercuci

(Anonim, 2010).

Mempercepat pengomposan dan mendapatkan kualitas kompos yang lebih

baik, bahan lain yang digunakan adalah pupuk kandang. Pupuk kandang

didefinisikan sebagai semua hasil buangan dari binatang yang dapat digunakan

untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah dalam bentuk

kotoran padat dan cair. Pupuk kandang mengandung unsur hara dibutuhkan

tanaman untuk pertumbuhannya, selain mengandung unsur makro N,P,K juga

mengandung mikro seperti Ca, Mg,S. (Pranata,2004) Pupuk kotoran bebek

merupakan salah satu jenis pupuk kandang yang dapat digunakan dalam

menyediakan unsur hara bagi tanaman. Dibandingkan dengan kotoran hewan yang

lainnya kotoran bebek memiliki kandungan hara N tiga kali lipat lebih besar yaitu

Proposal Proyek Usaha Mandiri 3


1,5% , unsur P2O5 yaitu 1,3 %, unsur K2O 0,8% , juga mengandung Ca yang

tinggi yaitu 4 %, unsur Mg 0,14 % (Hartatik dan Widowati, 2010).

Berdasarkan uraian di atas , maka akan dilaksanakan proyek usaha mandiri

(PUM) dengan judul “Pemanfaatan kotoran bebek dan kompos campuran

tithonia untuk mengoptimalkan produksi selada (Lactuca sativa L.)”

1.2. Tujuan

Tujuan dari Proyek Usaha Mandiri ini adalah :

1. Mengoptimalkan produksi selada (Lactuca sativa L.) dengan pemanfaatan

kompos campuran daun tithonia dan kotoran bebek.

2. Melakukan analisa Rugi, Laba, R.C Ratio, pada usaha budidaya selada.

Proposal Proyek Usaha Mandiri 4


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Aspek Pasar

2.1.1 Potensi Pasar

Potensi permintaan selada di Indonesia dari tahun ke tahun semakin

meningkat. Peningkatan permintaan selada yang tinggi seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk. Data peningkatan jumlah penduduk Indonesia di

Kabupaten Lima Puluh Kota dari tahun 2013-2017 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Persentase Kenaikan Jumlah Penduduk Kabupaten Lima Puluh


Kota Tahun 2013-2017
Tahun Jumlah penduduk (jiwa) % Peningkatan
2013 361.597 -
2014 365.389 1,05
2015 368.985 0,98
2016 372.568 0,97
2017 378.072 0,94
Jumlah 1.846.611 3,94
Rata-rata 368.922 0,98
Sumber: BPS kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka (2017)
Keterangan: Peningkatan jumlah penduduk (%)

= (∑ penduduk tahun sekarang – ∑ penduduk tahun sebelumnya) x 100 %

∑penduduk tahun sebelumnya

= (378.072 – 372.568) x 100%

372.568
= 0.94%

Tabel 1 menjelaskan bahwa jumlah penduduk pada tahun 2013 adalah

361.597 jiwa dan mengalami peningkatan setiap tahunnya sampai tahun 2017

Proposal Proyek Usaha Mandiri 5


dengan jumlah penduduk sebesar 378.072 jiwa, dengan rata-rata peningkatan

jumlah penduduk sebesar 0,87% per tahun. Rata-rata dari peningkatan jumlah

penduduk dapat digunakan untuk mendapatkan proyeksi jumlah penduduk untuk

tahun berikutnya. Proyeksi jumlah penduduk untuk tahun 2018 adalah 383.478

jiwa dan untuk tahun seterusnya terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun


2019-2023
Tahun Jumlah penduduk (jiwa)
2019 383.478
2020 387.236
2021 391.030
2022 394.862
2023 398.761
Jumlah 1.955.367
Sumber: BPS kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka (2017)

Tabel 2 menjelaskan bahwa pertumbuhan penduduk pada tahun 2019

adalah 383.478 jiwa dan selalu mengalami peningkatan sampai tahun 2023

dengan jumlah penduduk sebesar 398.761 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk

menyebabkan permintaan terhadap selada juga meningkat. Hasil survei rumah

tangga diketahui rata-rata konsumsi selada pertahunya adalah 4,8 kg/jiwa/tahun,

untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Survei Rumah Tangga Terhadap Permintaan Selada di


Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2019
Komponen Survei Jumlah Satuan

Proposal Proyek Usaha Mandiri 6


Jumlah sampel KK 20 Org
Rara-rata kebutuhan perminggu 0,71 Kg
Rata-rata kebutuhan perbulan 2,84 Kg
Rata-rata kebutuhan pertahun 34,08 Kg
Rata-rata kebutuhan/jiwa/tahun 8,5 Kg

Sumber: Hasil Survei KK pada tahun 2019

Tabel 3 menjelaskan bahwa dari 20 kepala keluarga didapatkan rata-rata

kebutuh pertahun terhadap permintaan selada adalah sebesar 34,08 kg. Proyeksi

tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Proyeksi Permintaan Selada di Kabupaten Lima Puluh


Kota Tahun 2019-2023
Jumlah Penduduk Rata-rata Konsumsi Proyeksi Permintaan
Tahun
(jiwa) kg/Jiwa/Tahun (ton)
2019 383,478 8,5 3.259,5
2020 387,236 8,5 3.291,5
2021 391,030 8,5 3.323,7
2022 394,862 8,5 3.356,3
2023 398,761 8,5 3.389,4

Tabel 4 menjelaskan bahwa permintaan selada pada tahun 2019 dengan

jumlah penduduk 379.078 jiwa adalah 2.691.453 ton dan untuk tahun-tahun

selanjutnya mengalami peningkatan sampai tahun 2022. Tahun 2022 dengan

jumlah penduduk 392.440 jiwa memiliki proyeksi permintaan terhadap selada

sebanyak 2.786.324 ton. Data diatas menunjukan bahwa prospek selada di

Kabupaten Lima Puluh Kota sangat bagus.

2.1.2 Potensi Penawaran

Proposal Proyek Usaha Mandiri 7


Potensi penawaran yaitu besarnya potensi produksi komoditi pada daerah

yang dapat mengisi kebutuhan konsumen terhadap komoditi tersebut dengan

melihat penawaran suatu produk dari lima tahun sebelumnya. Pengumpulan data

penawaran digunakan untuk melihat perkembangan produk supaya dapat

memprediksi penawaran pada tahun berikutnya. Jumlah serta persentase

penawaran selada di Kabupaten Lima Puluh Kota dari tahun 2014-2018 disajikan

pada Tabel 5

Tabel 5. Jumlah Penawaran Selada di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun


2014-2018
Tahun Jumlah penawaran/produksi
Peningkatan produksi (%)
(Ton/tahun)
2014 182,00 -
2015 164,30 - 9,72
2016 303,10 84,47
2017 293,10 -3,29
2018 304,50 3,88
Jumlah 1.247,00 75,34
Rata-rata 249,4 18,8
Sumber : BPS Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka (2017)

Tabel 5 menjelaskan bahwa pada tahun 2014 jumlah penawaran bawang

merah adalah 182,00 ton dan persentase peningkatan produksi dari tahun

sebelumnya ada yang mengalami sedikit penurunan pada tahun 2015 dan 2017.

Berdasarkan persentase peningkatan tersebut dapat diproyeksikan produksi untuk

tahun 2018 sebesar 304,50 ton.

Tabel 6. Proyeksi Produksi Selada di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun


2019-2023
Tahun Penawaran (Ton)

Proposal Proyek Usaha Mandiri 8


2019 361,74
2020 429,74
2021 510,53
2022 606,50
2023 720,52
Hasil olahan data BPS Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka (2017)

Tabel 6 memperlihatkan proyeksi permintaan selada yang terus meningkat

dari tahun ke tahun dimulai dari tahun 2019. Tahun 2019 proyeksi penawaran

selada adalah 361,74 ton, dan terus mengalami peningkatan sampai tahun 2023

dengan proyeksi penawaran sebesar 720,52 ton. Proyeksi penawaran diatas

digunakan untuk mengetahui proyeksi peluang pasar terhadap selada.

2.1.2 Proyeksi Peluang Pasar

Peluang pasar adalah selisih antara permintaan dengan penawaran.

Berdasarkan proyeksi permintaan dan penawaran selada dapat dibuat proyeksi

peluang pasar di Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2019 dengan peluang

pasar sebesar 361,74 ton. Peluang pasar yang tinggi dapat menjadi acuan untuk

melaksanakan budidaya tanaman selada, dimana dengan adanya peluang pasar

dapat mengetahui penawaran terhadap selada sehingga tidak terjadi kebajiran

produk. Untuk proyeksi peluang pasar tahun 2019–2023 dapat dilihat pada Tabel

7.

Tabel 7. Proyeksi Peluang Pasar Selada di Kabupaten Lima Puluh Kota


Tahun 2019–2023
Tahun Permintaan (Ton) Penawaran (Ton) Peluang Pasar (Ton)
2019 2.691.453 361,74 2.691.091
2020 2.714.862 429,74 2.714.432

Proposal Proyek Usaha Mandiri 9


2021 2.738.477 510,53 2.737.966
2022 2.762.297 606,50 2.761.690
2023 2.786.324 720,52 2.785.603

Tabel 7 memperlihatkan bahwa peluang pasar untuk selada cukup

menjanjikan di Kabupaten Lima Puluh Kota, dilihat dari tahun 2019 dengan

permintaan sebesar 2.691.091 ton sedangkan penawaran sebesar 361,74 ton,

sehingga peluang pasar yang didapatkan adalah sebesar 2.691.091 ton. Peluang

pasar yang tinggi ini merupakan suatu prospek yang baik bagi pengusaha untuk

membudidayakan tanaman selada. Peluang pasar juga sangat tergantung pada

strategi penjualan yang digunakan.s

2.2. Aspek Komoditi dan Lingkungan

2.2.1. Aspek Komoditi

Selada (Lactuca sativa L) adalah tanaman yang termasuk dalam famili

Compositae. Klasifikasi tanaman Selada adalah sebagai berikut (Saparinto,2013) :

Kingdom : Plantae

Super Divisi : Spermathophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Lactuca

Proposal Proyek Usaha Mandiri 10


Species : Lactuca sativa L.

Morfologi Tanaman Selada

Secara morfologi, organ – organ penting yang terdapat pada tanaman

selada adalah sebagai berikut.

A. Daun

Daun tanaman selada memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang beragam,

bergantung pada varietasnya. Selada yang tidak membentuk krop, daunnya

berbentuk bulat panjang, berukuran besar, bagian tepi daun bergerigi (keriting),

dan daunnya ada yang berwarna hijau tua, hijau terang, dan merah. Daun selada

memiliki tangkai daun lebar dan tulang – tulang daun menyirip. Tangkai daun

bersifat kuat dan halus. Daun bersifat lunak dan renyah apabila dimakan, serta

memiliki rasa agak manis. Daun selada umumnya memiliki ukuran panjang 20 cm

– 25 cm dan lebar 15 cm atau lebih.

B. Batang

Tanaman selada memiliki batang sejati. Pada tanaman selada yang

membentuk krop, batangnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat dan terletak

pada bagian dasar yang berada di dalam tanah. Sedangan selada yang tidak

membentuk krop (selada daun dan selada batang) memiliki batang yang lebih

panjang dan terlihat. Batang bersifat tegap, kokoh, dan kuat dengan ukuran

diameter berkisar antara 5,6 cm – 7 cm (selada batang), 2 cm – 3 cm (selada

daun), serta 2 cm – 3 cm (selada kepala).

Proposal Proyek Usaha Mandiri 11


C. Akar

Tanaman selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar

serabut menempel pada baying, tumbuh menyebar, ke semua arah pada

kedalaman 20 cm – 50 cm atau lebih. Sedangkan akar tunggangnya tumbuh lurus

ke pusat bumi.

Perakaran tanaman selada dapat tumbuh dan berkembang dengan baik

pada tanah yang subur, genbur, mudah menyerap air, dan kedalaman tanah (solum

tanah) cukup dalam.

D. Buah

Buah selada berbentuk polong. Di dalam polong berisi biji – biji yang

berukuran sangat kecil.

E. Biji

Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu,agak keras, berwarna

coklat, tua, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang 4 mm dan lebar 1mm.

Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dapat digunakan untuk

perbanyakan tanaman (perkembangbiakan).

F. Bunga

Proposal Proyek Usaha Mandiri 12


Bunga tanaman selada berwarna kuning, tumbuh lebat dalam satu

rangkaian. Bunga memiliki tangkai bunga yang panjang sampai data mencapai 80

cm atau lebih. Tanaman selada yang ditanam di daerah yang beriklim sedang

(subtropik) mudah atau cepat berbuah.

2.2.2. Aspek Lingkungan

A. Faktor Klimatik

Selada dapat tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah. Namun,

hampir semua tanaman selada lebih baik diusahakan di dataran tinggi. Pada

penanaman di dataran tinggi, selada cepat berbunga. Suhu optimum bagi

pertumbuhannya adalah 15-200C (Sunarjono, 2003).

Tanaman ini umumnya ditanam pada penghujung musim penghujan,

karena termasuk tanaman yang tidak tahan kehujanan. Pada musim kemarau

tanaman ini memerlukan penyiraman yang cukup teratur. Selain tidak tahan

terhadap hujan, tanaman selada juga tidak tahan terhadap sinar matahari yang

terlalu panas (Suprayitno ,1996).

Daerah - daerah yang dapat ditanami selada terletak pada ketinggian 5-

2.200 meter di atas permukaan laut. Selada krop biasanya membentuk krop bila

ditanam di dataran tinggi, tapi ada beberapa varietas selada krop yang dapat

membentuk krop di dataran rendah seperti varietas great lakes dan Brando

(Haryanto dkk, 1996).

B. Faktor Edafik

Proposal Proyek Usaha Mandiri 13


Selada tumbuh baik pada tanah yang subur dan banyak mengandung

humus. Tanah yang banyak mengandung pasir dan lumpur baik sekali untuk

pertumbuhannya. Meskipun demikian tanah jenis lain seperti lempung berdebu

dan lempung berpasir juga dapat digunakan sebagi media tanam selada (Haryanto

dkk, 1996).

Tingkat kemasaman tanah (pH) yang ideal untuk pertumbuhan selada

adalah berkisar antara 6,5-7. Pada tanah yang terlalu asam, tanaman ini tidak

dapat tumbuh karena keracunan Mg dan Fe (Suprayitno, 1996).

C. Faktor Biotik

Dalam pelaksanaan budidaya tidak akan terlepas dari permasalahan gulma,

serta hama dan penyakit. Untuk itu, perlu dilakukan tindakan untuk pengendalian

dan pencegahan agar tidak merugikan tanaman.

2.2. Aspek Teknologi

A. Pupuk Kandang Bebek

Pengunaan kotoran bebek secara langsung untuk pupuk tanaman akan

menyebabkan tersebarnya bau kotoran dan meningkatnya populasi lalat.

Teknologi pengomposan, merupakan alternatif yang tepat untuk mengatasi

kendala ini. Pengomposan pada hakekatnya adalah menumpukkan bahan-bahan

yang mempunyai perbandingan C/N yang rendah sebelum di gunakan sebagai

pupuk. Keuntungan yang di peroleh dari cara ini yaitu pertama mengurangi resiko

pencemaran lingkungan

Proposal Proyek Usaha Mandiri 14


Pengomposan dapat menghilangkan atau meminimalisi bau yang di

timbulkan oleh limbah organik, pengurangan penggunaan pupuk kimia,

mempertahankan kesuburan tanah secara alami dan berkelanjutan (Yulipriyanto

1991). Selama proses pengomposan berjalan maka di dalam timbunan bahan baku

yang terdiri dari bahan-bahan organik/sampah suhunya akan lebih dari 70 ºC.

Pada temperatur ini akan dapat membunuh mikroba-mikroba patogen,

penyakit tanaman, serangga dan telurnya, cacing dan telurnya serta

menghilangkan bau busuk dari kompos tersebut. Kedua keuntungan akan di

peroleh dari pemanfaatannya sebagai pupuk organik (Bahar, 1986). Kompos

merupakan bahan yang kaya dengan unsur-unnsur hara yang di butuhkan tanaman

antara lain nitrogen, fosfor, kalium dan mengandung mineral lain yang di

butuhkan tanaman.( Yulipriyanto, 1991 ).

Pemberian kotoran bebek ke dalam tanah akan berpengaruh pada sifat

fisik, biologi, dan kimia tanah. Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah

diantaranya merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan

kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologi tanah adalah

meningkatkan aktivitas mikrorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan

transfer hara tertentu seperti N, P, K, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat

kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga dapat

mempengaruhi serapan hara oleh tanaman (Gaur, 1981).

B. Kompos Titonia

Proposal Proyek Usaha Mandiri 15


Titonia (Tithonia diversifolia) merupakan gulma tahunan famili

Asteraceae yang dapat tumbuh baik, pada sembarang jenis tanah, di sembarang

tempat, seperti di pinggir jalan raya, di pinggir sawah, di lahan-lahan terlantar,

yang mampu menghasilkan bahan organik dalam jumlah yang banyak. Daun

titonia mengandung hara yang tinggi yaitu sekitar 3,5 % - 4 % N; 0,35 % - 0,38 %

P; 3,5 %- 4,1% K; 0,1259 % Ca; dan 0,27 % Mg (Alfina, 2010 ).

Menurut Hakim (2008), Pemberian titonia dapat meningkatkan kesuburan

tanah/produktivitas lahan yaitu menurunkan kadar Al, serta meningkatkan pH

tanah,bahan. organik, kandungan hara N, P, K, Ca dan Mg tanah, sehingga dapat

meningkatkan produktivitas tanaman.

III. METODE PELAKSANAAN

Proposal Proyek Usaha Mandiri 16


3.1. Waktu dan Tempat

Proyek usaha mandiri ini akan dilaksanakan selama 4 bulan yang mulai

dari bulan September - Desember 2019. Proyek ini akan berlokasi di lahan

Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima

Puluh Kota dengan ketinggian tempat ± 500 mdpl.

3.2. Alat dan Bahan

Peralatan yang akan digunakan adalah cangkul, kored, garu, gembor,

meteran, pisau, ember. Bahan yang akan digunakan adalah bibit Selada, gula pasir

0,25 g, NPK 18 Kg, dolomit 157,5 kg, pupuk kandang bebek 450 kg, EM4 0,25%

(0,5 L), tithonia 30 kg, tali rafia, currater, Karung goni.

3.3. Pelaksanaan Proyek

3.3.1. Pembuatan Kompos Campuran Daun Titonia dan Pupuk Kandang


Bebek

Langkah-langkah pembuatan kompos campuran daun tithonia dan kotoran

bebek adalah sebagai berikut :

1. Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu mencampurkan bahan

dengan menaburkan bahan-bahan lain pada tumpukan daun tithonia

dengan formulasi; daun tihonia (30 kg), kotoran bebek (450 kg), EM4 0.25

% (0,5), gula (0,25 g). Penaburan dilakukan sedikit demi sedikit agar

bahan tambahan tercampur dengan baik/ homogen. Tumpukan bahan

dibuat dengan tinggi 1.5 sampai 2 meter dan panjang 2 meter membentuk

Proposal Proyek Usaha Mandiri 17


bedengan dan dibiarkan selama 5 hari. Hal ini bertujuan untuk mencapai

suhu atau temperatur tumpukan yang maksimum yaitu 60-70 ºC dan agar

bahan baku kompos cepat dipanen.

2.  Monitoring

Pengontrolan dilakukan selama proses dekomposisi berlangsung

yaitu setiap satu minggu sekali dengan melihat perubahan yang dapat

ditimbulkan.Pada proses dekomposisi, perubahan yang dihasilkan bisa

dilihat pada waktu pembalikan berlangsung, yaitu suhu panas yang

ditimbulkan bahan baku yang terdekomposisi, tekstur, aroma dan

warna.

3.  Pembalikan

Pembalikan dilakukan untuk membuang panas yang berlebihan,

memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses

pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air (60 %

kadar air bahan), serta membantu penghancuran bahan menjadi partikel

kecil-kecil. Pembalikan dilakukan sebanyak 5 kali dengan waktu 1 minggu

sekali. Setiap 1 minggu dilakukan pembalikan dengan tujuan untuk

mengurangi kadar air yang terkandung dalam tumpukan kompos kotoran

sapi tersebut dan setiap pembalikan membutuhkan waktu selama 5 menit.

4.  Pendinginan

Proposal Proyek Usaha Mandiri 18


Setelah proses pengomposan berjalan selama 30-40 hari suhu

tumpukan akan semakin menurun. Pada saat itu bahan kompos akan lapuk

dan terlihat berwarna coklat tua serta tidak menimbulkan bau amoniak.

Proses pendinginan berjalan selama 15 hari sampai kompos terasa dingin

mencapai suhu ruangan yaitu 25 ºC. Dalam mengatur proses ini

membutuhkan waktu selama 3 menit.

5. Panen Kompos Campuran Daun Tithonia dan Kotoran Bebek

Kompos yang telah jadi dicirikan dengan warnanya yang

kehitaman, bentuknya gembur (remah), dan tidak berbau. Selama proses

pengomposan, dilakukan penambahkan air untuk mempertahankan kadar

air dan kelembaban tetap berkisar 50 60 %. Pembalikan kompos dilakukan

sekali seminggu. Ciri-ciri kompos yang telah matang (dapat digunakan)

yaitu warna menjadi coklat kehitaman, terjadi perubahan bentuk menjadi

remah, tidak berbau, suhu tidak panas. Jumlah kompos yang diberikan

adalah380 kg / 300m2. Sedangkan pupuk kandang bebek mengambil dari

kandang ternak sendiri.

Proposal Proyek Usaha Mandiri 19


3.3.2. Pengadaan Bibit

Bibit yang akan digunakan dalam melaksanakan Proyek Usaha Mandiri ini

adalah bibit varietas Green Rapid yang berumur 25 hari setelah semai yang dibeli

dari tempat pembibitan. Jumlah bibit sebanyak 700 batang untuk luasan efektif

300 m2, dan bibit cadangan untuk penyulaman adalah 35 batang.

3.3.3. Persiapan dan pengolahan lahan

Persiapan lahan akan dilakukan adalah pemilihan dan pengukuran lahan

dilakukan 3 minggu sebelum tanam. Panjang lahan yang didapatkan 300 m 2.

Setelah itu dilakukan pembersihan gulma yang dilakukan dengan mengunakan

garu, lalu dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara

membalikan tanah dengan cangkul untuk menggemburkan, setelah itu lahan

dibiarkan selama 1 minggu. Tujuannya untuk membunuh patogen dan hama yang

ada di dalam tanah.

3.3.4. Pembuatan bedengan

Pembuatan bedengan akan dilakukan setelah pengolahan tanah selesai.

Ukuran bedengan adalah lebar 1,2 m, tinggi bedengan 50 cm, drainase 50 cm dan

panjang bedengan 50 m. Pembuatan bedengan dilakukan 2 minggu sebelum

proses penanaman.

Proposal Proyek Usaha Mandiri 20


3.3.5. Pemberian Dolomit/Kapur

Pemberian Dolomit/kapur akan diberikan secara disebar secara merata

diatas bedengan dengan dosis 157,5 kg/300m2 1-2 minggu sebelum tanam supaya

dolomit bisa tercampur secara homogen dengan tanah.

3.3.6. Pemberian kompos campuran tithonia dan pupuk kandang bebek


sebagai pupuk dasar

Pemberian kompos campuran daun titonia dan pupuk kandang bebek

bertujuan sebagai pupuk dasar dalam budidaya selada. Pemberian dilakukan 1

minggu sebelum tanam dengan cara menaburkan diatas bedengan dengan dosis 10

ton/ha, pemberiannya dilakukan secara bersamaan. Kompos campuran titonia dan

pupuk kandang bebek diberikan dengan perbandingan 1:1 yaitu untuk luasan

lahan 300 m2, dengan jarak tanam 60 x 50 cm.

3.3.7. Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam di buat dengan jarak 60 x 50 cm sehingga diperoleh dua

barisan dalam satu bedengan. Kedalaman lubang tanam antara 7-10 cm atau

tegantung dengan keadaan bedengan.

3.3.8. Penanaman bibit

Penanaman selada dianjurkan pada akhir musim hujan, akan tetapi selada

dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan cukup pemberian airnya. Selada

dapat ditanam secara langsung, akan tetapi untuk mendapatkan hasil yang baik

disarankan benih disemaikan terlebih dahulu.

Proposal Proyek Usaha Mandiri 21


3.3.9. Pemeliharaan

A. Penyulaman

Penyulaman pada selada akan dilakukan pada saat 1 minggu setelah

tanam, yang bertujuan untuk menjaga ukuran dan masa panen agar tetap stabil dan

menjaga populasi agar tidak berkurang. Penyulaman ini dilakukan untuk

menggantikan tanaman yang mati dan busuk yang bertujuan untuk dapat menjaga

populasi jumlah tanaman agar tidak berkurang.

B. Penyiraman

Pada awal pertumbuhan 1 minggu setelah tanam dilakukan penyiraman

dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari dilakukan pada jam 6

pagi di saat selada masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit.

Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh telah mencapai

lebih 90 %.

C. Penyiangan

Penyiangan akan dilakukan pada umur 2, 4, dan 6 minggu setelah tanam

dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang

tumbuh dilingkungan tanam. Cara menyiang harus hati–hati agar tidak merusak

perakaran selada.

Proposal Proyek Usaha Mandiri 22


D. Pemupukan

Pemupukan ini akan di lakukan secara melingkar pada tanaman selada.

Pupuk NPK diberikan semuanya pada saat 2 minggu setelah tanam.

F. Pengendalian hama dan penyakit

Hama dan penyakit yang menyerang tanaman selada antara lain kutu daun

(Myzus persicae) dan penyakit busuk akar karena Rhizoctonia sp. Pengendalian

HPT dilakukan tergantung pada HPT yang menyerang. Apabila diperlukan

pestisida, gunakan pestisida yang aman sesuai kebutuhan dengan memperhatikan

ketepatan pemilihan jenis, dosis, volume, waktu, interval dan cara aplikasi

(Supriati dan Herliana, 2011).

3.3.10. Panen

Pemanenan tanaman selada dilakukan pada umur 35 hari setelah

dipindahkan ke lapangan. Tanaman selada dapat dipanen dengan dicirikan daun

berwarna hijau segar dan diameter batang lebih kurang 1 cm. Selada dipanen

dengan cara membongkar tanah di seluruh bagian tanaman (Zulkarnain, 2005).

3.3.11. Pasca Panen

Penanganan pascapanen selada yang dilakukan yaitu sortasi, pembersihan

dan pengemasan. Sortasi yaitu melakukan pemilihan berdasarkan kualitas selada,

misalnya dipisahkan dari daun yang rusak, busuk atau cacat. Kemudian dilakukan

dipisahkan pula selada yang tidak diinginkan. Setelah dilakukan sortasi dan

Proposal Proyek Usaha Mandiri 23


pembersihan kemudian selada dikemas atau di masukkan ke dalam wadah berupa

plastik dan kemudian untuk dijual.

3.3.12. Pemasaran

Pemasaran produksi terung dilakukan dengan dua cara yaitu dipasarkan

dengan cara langsung kepada konsumen di daerah Tanjung Pati dan sekitarnya

dan dijual kepada distributor dengan harga sesuai keadaan pasar saat itu dengan

rata-rata harga penjualan Rp. 5.000/kg

Produsen Distributor

Konsumen

Gambar 1. Bagan alir pemasaran produk

IV ASPEK FINANSIAL

Proposal Proyek Usaha Mandiri 24


4.1 Rencana Biaya

4.1.1 Biaya Operasional

Kebutuhan biaya sarana produksi budidaya selada dengan teknologi untuk

luas lahan 300 m2 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kebutuhan Biaya Sarana Produksi Budidaya Tanaman Selada


dengan Teknologi untuk Luasan Lahan 300 m2.
Harga Satuan Biaya
No Nama Bahan Satuan Kebutuhan (Rp) (Rp)
1 Bibit Selada Batang 735 300 220.500
2 Kotoran Bebek Kg 450 100 45.00
3 Daun Tithonia Kg 30 1000 30.000
4 Pupuk NPK Kg 4,5 2300 10.350
5 Tali Raffia Buah 1 3000 3.000
6 Curatter Kg 1 16000 16.000
7 Karung Goni Buah 6 4000 24.000
8 EM 4 Lit 0,5 30000 15.000
9 Gula Pasir Gr 0,25 16000 4.000
10 Kapur/Dolomit Kg 157,5 1000 157.500
Jumlah 525.350

Berdasarkan tabel 8 di atas didapatkan kebutuhan biaya sarana produksi


budidaya tanaman selada dengan luasan 300 m2 sebesar Rp. 525.350 untuk satu
kali periode (4 bulan).

4.1.2 Biaya Tenaga Kerja

Proposal Proyek Usaha Mandiri 25


Tenaga Kerja adalah usaha baik fisik  maupun mental yang dikeluarkan

karyawan untuk mengolah bahan baku menjadi produk. sedangkan biaya tenaga

kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja.Kebutuhan

biaya tenaga kerja budidaya selada untuk luasan lahan 300 m2 dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 9. Biaya Tenaga Kerja untuk Budidaya Tanaman Selada dengan


Teknologi pada Luasan Lahan 300 m2.
Harga Biaya
No. Jenis Kegiatan Satuan Kebutuhan
Satuan (Rp) (Rp)
1 Penyediaan Bibit HKO 0,14 70.000 9.800
2 Pembuatan HKO 2 70.000 140.000
Kompos
3 Pengolahan Lahan HKO 3 70.000 210.000
dan Pembuatan
Bedengan serta
pemberian dolomit
4 Pemberian Kompos HKO 1 70.000 70.000
Daun Tithonia dan
Kotoran Itik
5 Pembuatan Lubang HKO 0,14 70.000 9.800
Tanam
Penanaman HKO 0,28 70.000 19.600
6 Penyiraman HKO 0,14 70.000 9.800
7 Penyulaman HKO 0,14 70.000 9.800
8 Penyiangan HKO 0,85 70.000 59.500
9 Pemupukan HKO 0,14 70.000 9.800
Susulan
10 Pengendalian HKO 0,14 70.000 9.800
Hama Penyakit
11 Panen HKO 1 70.000 70.000
12 Pemasaran HKO 0,14 70.000 9.800
Total         000

Berdasarkan pada tabel 7 diatas didapatkan biaya tenaga kerja untuk


budidaya tanaman selada sebesar Rp.637.700

Proposal Proyek Usaha Mandiri 26


4.1.3 Biaya Penyusutan Alat

Kebutuhan biaya penyusutan alat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

Penyusutan = Nilai beli x Nilai sisa

Usia Ekonomis

Tabel 10. Biaya Penyusutan Alat pada Budidaya Selada Selama Satu Periode

Tanam (4 Bulan) pada Luas Lahan 300m2

Harga Biaya
Usia Total
No Nama Alat Jumlah Satuan Penyusut
Ekonomis (Rp)
(Rp) an (Rp)
1 Cangkul 1 80.000 5 80.000 5.066,6
2 Kored 1 15.000 2 15.000 2.375
3 Garu 1 30.000 2 30.000 4.750
4 Meteran 1 15.000 3 15.000 1.583,3
5 Gembor 1 40.000 3 40.000 4.222,2
6 Pisau 2 1.000 1 2.000 633,3
7 Ember 5 10.000 1 50.000 15.833,3
 Total         34.463,7

Berdasarkan pada tabel 8 diatas didapatkan biaya penyusutan alat untuk


budidaya tanaman selada sebesar Rp.34.463,7

4.1.4 Biaya Lain-Lain

Proposal Proyek Usaha Mandiri 27


A. Sewa Lahan

= Luas Lahan x Sewa/Tahun x Lama Pemakaian/Tahun

1 Hektar

= 300 x Rp. 2.000.000 x 4/12

10.000

= Rp. 20.000

B. Biaya Tak Terduga

= 5% (Biaya Operasional + Biaya Nonoperasional + Sewa Lahan)

= 5% (Rp. 525.350 + Rp. 672.163,7 + Rp. 20.000)

= 5% (Rp. 1.217.513.7)

= Rp 60.875,6

C. Biaya Bunga Modal

=15% x (Biaya Operasional + Biaya Nonoperasional + Sewa Lahan) x


Musim Tanam/Tahun

= 15% x Rp. 525.350 + Rp. 672.163,7 + Rp. 20.000) x 4/12

= 15% (Rp.1.217.513.7) x 0,33

= Rp. 60.266,9

Proposal Proyek Usaha Mandiri 28


D. Biaya Total Lain-Lain

= Biaya Sewa Lahan + Biaya Tak Terduga + Biaya Bunga Modal

= Rp. 20.000 + Rp. 60.875,6+ Rp. 60.266,9

= Rp. 141.142,5

E. TC

= Biaya Operasional + Biaya Nonoperasional + Biaya Lain-Lain

= Rp.525.350+ Rp. 672.163,7 + Rp. 141.142,5

= Rp. 1.338.656,2

4.1.5. Penerimaan (TR)

Produksi Terung dari data BPS adalah 144,8 ton/Ha, untuk luasan lahan 1
ha.

15% x 144.800 kg/ha

= 21.720 kg/ha

JumlahProduksi/ha – (15% x JumlahProduksi/ha)

= 144.800 kg/ha – (15% x 144.800 kg/ha)

= 144.800 kg/ha – ( 21.720 kg/ha )

= 123.080 kg/ha

Proposal Proyek Usaha Mandiri 29


Produksi /300m2

= Produksi/ha

300m2

= 123.080

300 m2

= 410,26 kg/300 m2

JumlahProduksi/300 m2 x Harga

= 410,26 kg x Rp. 5.000

= Rp 2.051.300

Proyeksi Laba Rugi

= TR – TC

= Rp 2.051.300 – Rp. 1.176.754,93

= Rp. 874.545,07

4.2. Analisis Finansial

A. Profitabilitas

= TR – TCx 100%

TC

= Rp. 2.051.300 – Rp. 1.176.754,93 x 100%

Rp. 1.176.754,93

= 74,31 %

Proposal Proyek Usaha Mandiri 30


B. R.C Ratio

= TR

TC

= Rp. 2.051.300

Rp. 1.176.754,93

= 1,74 (>1 proyek untung)

C. BEP Harga

= TC

Hasil

Rp. 1.176.754,93

410,26 kg

= Rp. 2.868,3/kg

D. BEP Hasil

= TC

Harga/Kg

= Rp. 1.176.754,93

Rp. 5.000

= 235,35 kg

Proposal Proyek Usaha Mandiri 31


E. BEP Lahan

= TC x Luas Lahan (m2)

TR

= Rp. 1.176.754,93x 300 m2

Rp. 2.051.300

= 172,09 m2

Proposal Proyek Usaha Mandiri 32


DAFTAR PUSTAKA

A Asngad,Prodi Pend. Biologi, FKIP, Universitas Muhammadiyah Surakarta,


Indonesia. Februari 2013

Alex S. 2012. Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk organik.


Pustaka Baru Press.Yogyakarta.

Anonymous, 2009. http://pdpasartohaga.wordpress.com/kajian-management-


instalasi-pengolahan-sampah-organik-ipso/jerami-dapat-mensubstitusipupuk-
KCl/. Diakses pada 28/03/2018 jam 09:00 wib

Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia.2008. Sudy Research


Kompos. Bogor. BPBPI

Dinas BPN Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka tahun 2010

Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. AgroMedia Pustaka.


Yogyakarta

http://migroplus.com/brosur/Budidaya%20Selada.pdf. 28/03/2018 jam 08:45 wib

https://id.wikipedia.org/wiki/Irigasi_tetes

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/68312/Chapter%20II.pdf?
sequenc=4&isAllowed=y

https://www.google.com/search?client=firefoxb&ei=FkSWrTLGYvZvgTsyKiQD
g&q=pengertian+kotoran+ayam&oq=pengertian+kotoran+ayam

Kusrinah, Alwiyah Nurhayati, Nur Hayati.Pemanfaatan Eceng gondok (Eichornia


crassipes) Menjadi Pupuk Kompos.Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang.2016

MaysaraUlfa, 2010, Skripsi, Perkembangan PopulasiIkan Gabus Pada Berbagai


Kepadatan Populasi Eceng Gondok (Eichhorniacrassipes) diPerairan Danau
Tempe Kabupaten Wajo, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin, Makassar.

Rukmana, R. 1994. Bertanam Selada dan Andewi.Kanisius.Yogyakarta. 43 hlm

Raihan, H.S. 2000.Pemupukan NPK dan ameliorasilahan pasang surut sulfat


masam berdasarkan nilai uji tanah untuk tanaman jagung. J. IlmuPertanian 9
(1): 20-28.

Susanto, R. 2002. PenerapanPertanianOrganik.Yogyakarta.PenerbitKanisius.

Proposal Proyek Usaha Mandiri 33


Sutedjo et al, 1995. Kotoran Bebek sebagai Kompos. Jakarta.Kanisius

Proposal Proyek Usaha Mandiri 34

Anda mungkin juga menyukai