Anda di halaman 1dari 16

Bab I

Pendahuluan
1. Latar Belakang

Di masa saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah semakin
maju. Diantaranya adalah perkembangan dunia transportasi di perkotaaan. Namun
seiring dengan kemajuannya ternyata muncul berbagai masalah yang mungkin tak
terduga sebelumnya. Masalah yang marak terjadi saat ini adalah masalah kemacetan lalu
lintas yang telah meresahkan bagi para penggunan jalan raya.

Masalah kemacetan transportasi lalu lintas memang sering kali terjadi di daerah-
daerah perkotaan yang ada di Indonesia. Hal itu terjadi karena konsentrasi kendaraan
banyak menumpuk diarea perkotaan. Sehingga tidak heran bila area perkotaan sering
terjadi kemacetan karena kepadatan lalu lintas. Saat ini  kemacetan lalu lintas di
perkotaan sudah semakin parah. Seiring dengan berjalannya waktu kondisi kemacetan
yang terjadi di daerah perkotaan tidak semakin membaik, namun semakin memburuk.
Hal inilah yang mendasari kami untuk turun langsung ke jalanan, melihat secara
langsung kondisi kemacetan lalu lintas. Kami memili Jalan Perintis Kemerdekaan km
13, Daya sebagai tempat pengamatan karena di daerah tersebut sering terjadi
kemacetan.
2. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya kemacetan
transportasi lalu lintas di perkotaan dan bagaimana cara mengatasinya.
Bab II

Kajian Pustaka
1. Teori Lalu lintas

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 2006, bahwa Jalan adalah


prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi pergerakan lalulintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel. Sedangkan sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada
dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarki. Jalan menurut peranan
perjalanan dapat dibedakan dalam sistem jaringan jalan, fungsi jalan, status jalan, dan
kelas jalan.

Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari
sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam
hubungan hierarki. Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada rencana tata
ruang wilayah dan dengan memperhatikan keterhubungan antarkawasan dan/atau dalam
kawasan perkotaan, dan kawasan perdesaan. Berdasarkan sifat dan pergerakan lalu
lintas dan angkutan jalan, fungsi jalan dibedakan atas arteri, kolektor, lokal, dan
lingkungan. Berdasarkan status, Jalan dikelompokkan atas jalan nasional, jalan provinsi,
jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Kelas jalan dikelompokkan berdasarkan
penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, serta spesifikasi
penyediaan prasarana jalan.

Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi :

a. Jalan Arteri
Jalan Arteri adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri
perjalanan jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara efisien. Biasanya jaringan jalan ini melayani lalu lintas tinggi antara kota-
kota penting. Jalan dalam golongan ini harus direncanakan dapat melayani
lalulintas cepat dan berat.
b. Jalan Kolektor
Jalan Kolektor adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
Biasanya jaringan jalan ini melayani lalu lintas cukup tinggi antara kota-kota
yang lebih kecil, juga melayani daerah sekitarnya.
c. Jalan Lokal
Jalan Lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak pendek, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi. Biasanya jaringan jalan ini digunakan untuk keperluan aktifitas
daerah, juga dipakai sebagai jalan penghubung antara jalan-jalan dari golongan
yang sama atau berlainan.

Sistem Jaringan Jalan Jaringan jalan merupakan satu kesatuan sistem terdiri dari
sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam
hubungan hirarki.

1. Sistem Jaringan Jalan Primer


 Sistem jaringan jalan primer disusun mengikuti ketentuan pengaturan
tata ruang dan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional, yang
menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi.
 Jaringan jalan primer menghubungkan secara menerus kota jenjang
kesatu, kota jenjang kedua, kota jenjang ketiga, dan kota jenjang
dibawahnya sampai ke persil dalam satu satuan wilayah pengembangan.
Jaringan jalan primer menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota
jenjang kesatu antar satuan wilayah pengembangan.
 Jaringan jalan primer tidak terputus walaupun memasuki kota. Jaringan
jalan primer harus menghubungkan kawasan primer. Suatu ruas jalan
primer dapat berakhir pada suatu kawasan primer. Kawasan yang
mempunyai fungsi primerantara lain: industri skala regional, terminal
barang/pergudangan, pelabuhan, bandar udara, pasar induk, pusat
perdagangan skala regional/ grosir.
 Jalan Arteri Primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang ke
satu dengan kota jenjang ke satu yang terletak berdampingan atau
menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua.
 Jalan Kolektor Primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang
kedua dengan kota jenjang kedua atau menghubungkan kota jenjang
kedua dengan kota jenjang ketiga.
 Jalan Lokal Primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang
kesatu dengan persil atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan
persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang
ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya, kota jenjang
ketiga dengan persil, atau kota dibawah jenjang ketiga sampai persil.
 Yang dimaksud dengan kota jenjang kesatu ialah kota yang berperan
melayani seluruh satuan wilayah pengembangannya, dengan kemampuan
pelayanan jasa yang paling tinggi dalam satuan wilayah
pengembangannya serta memiliki orientasi keluar wilayahnya.
 Yang dimaksud dengan kota jenjang kedua ialah kota yang berperan
melayani sebagian dari satuan wilayah pengembangannya dengan
kemampuan pelayanan jasa yang lebih rendah dari kota jenjang kesatu
dalam satuan wilayah pengembangannya dan terikat jangkauan jasa ke
kota jenjang kedua serta memiliki orientasi ke kota jenjang kesatu.
 Yang dimaksud dengan kota jenjang ketiga ialah kota yang berperan
melayani sebagian dari satuan wilayah pengembangannya, dengan
kemampuan pelayanan jasa yang lebih rendah dari kota jenjang kedua
dalam satuan wilayah pengembangannya dan terikat jangkauan jasa ke
kota jenjang kedua serta memiliki orientasi ke kota jenjang kedua dan ke
kota jenjang kesatu.
 Yang dimaksud dengan kota di bawah jenjang ketiga ialah kota yang
berperan melayani sebagian dari satuan wilayah pengembangannya,
dengan kemampuan pelayanan jasa yang lebih rendah dari kota jenjang
ketiga dan terikat jangkauan serta orientasi yang mengikuti prinsip-
prinsip di atas.
2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder
 Sistem jaringan jalan sekunder disusun mengikuti ketentuan pengaturan
tata ruang kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang
mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder ke satu, fungsi sekunder
kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
 Jalan Arteri Sekunder menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kedua.
 Jalan Kolektor Sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua
dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder
kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
 Kawasan Sekunder adalah kawasan kota yang mempunyai fungsi
sekunder. Fungsi sekunder sebuah kota dihubungkan dengan pelayanan
terhadap warga kota itu sendiri yang lebih berorientasi ke dalam dan
jangkauan lokal. Fungsi ini dapat mengandung fungsi yang terkait pada
pelayanan jasa yang bersifat pertahanan keamanan yang selanjutnya
disebut fungsi sekunder yang bersifat khusus.
 Fungsi primer dan fungsi sekunder harus tersusun teratur dan tidak
terbaurkan. Fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder
kedua dan seterusnya terikat dalam satu hubungan hirarki.
 Fungsi primer adalah fungsi kota dalam hubungannya dengan kedudukan
kota sebagai pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan pelayanan kota, dan
wilayah pengembangannya.
 Fungsi sekunder adalah fungsi kota dalam hubungannya dengan
kedudukan kota sebagai pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan penduduk
kota itu sendiri.
 Wilayah dimaksudkan sebagai kesatuan geografi beserta segenap unsur
yang terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
pengamatan administratif dan atau fungsional.
 Struktur kawasan kota dapat dibedakan berdasarkan besarnya penduduk
kota yang bersangkutan.
Tabel 14.2 : Hubungan Antara Kawasan Kota Dengan Peranan Ruas Jalan
Dalam Sistem Jaringan Jalan Sekunder .

Kriteria Yang Dipertimbangkan Dalam Menetapkan Klasifikasi Fungsi Jalan

Kriteria ini dimaksudkan sebagai ciri-ciri umum yang diharapkan pada masing-
masing fungsi jalan. Kriteria tersebut meliputi kecepatan rencana, lebar badan jalan,
kapasitas, jalan masuk, persimpangan sebidang, bangunan pelengkap, perlengkapan
jalan, penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya dan tidak terputus, dan harus
memenuhi ketentuan keamanan, keselamatan, dan lingkungan.

a. Jalan Arteri Primer


 Menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan nasional
atau antar pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.
 Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 11 (sebelas) meter.
 Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari
volume lalu lintas rata-rata.
 Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu
oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal.
b. Jalan Kolektor Primer
 Menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional
dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara
pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.
 Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor
primer luar kota.
 Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan
arteri primer.
 Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana 80
km/jam dan paling rendah 40 (empat puluh) km per jam.
 Lebar badan jalan kolektor primer tidak kurang dari 9 (sembilan)
meter.
c. Jalan Arteri Sekunder
 Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu,
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu, atau
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
 Jalan arteri sekunder dirancang berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 30 (tiga puluh) km per jam.
 Lebar badan jalan tidak kurang dari 11,0 meter.
 Lalu lintas cepat pada jalan arteri sekunder tidak boleh terganggu
oleh lalu lintas lambat.
 Akses langsung dibatasi tidak boleh lebih pendek dari 250 meter.
 Kendaraan angkutan barang ringan dan bus untuk pelayanan kota
dapat diizinkan melalui jalan ini.
 Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu,
marka, lampu pengatur lalu lintas, lampu jalan dan lain-lain.
 Besarnya lala lintas harian rata-rata pada umumnya paling besar dari
sistem sekunder yang lain.
d. Jalan Lokal Primer
 Menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional
dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan
pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat
kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat
kegiatan lingkungan.
 Jalan lokal primer dalam kota merupakan terusan jalan lokal primer
luar kota.
 Jalan lokal primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan
primer lainnya.
 Jalan lokal primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 20 (dua puluh) km per jam.
 Kendaraan angkutan barang dan bus dapat diizinkan melalui jalan
ini.
 Lebar badan jalan lokal primer tidak kurang dari 7,5 meter .
 Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah
pada sistem primer.
e. Jalan Kolektor Sekunder
 Menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder
kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder
ketiga.
 Jalan kolektor sekunder dirancang berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 20 (dua puluh) km per jam.
 Lebar badan jalan kolektor sekunder minimal 9 (sembilan) meter.
 Kendaraan angkutan barang berat tidak diizinkan melalui fungsi
jalan ini di daerah pemukiman.
 Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi.
 Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup.
 Besarnya lalu lintas harian rata-rata pads umumnya lebih rendah dari
sistem primer dan arteri sekunder.
f. Jalan Lokal Sekunder
 Menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan,
kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder
ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
 Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 10 (sepuluh) km per jam.
 Lebar badan jalan lokal sekunder tidak kurang dari 7,5 meter.
 Kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak diizinkan melalui
fungsi jaIan ini di daerah pemukiman.
 Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah
dibandingkan dengan fungsi jalan yang lain.
Permasalahan Lalu Lintas

Permasalahan transportasi di Indonesia, terutama lalu lintas darat sangat


beragam. Permasalahan lalu lintas biasanya tumbuh lebih cepat dari upaya untuk
melakukan pemecahan permasalahan transportasi sehingga mengakibatkan
permasalahan menjadi bertambah parah dengan berjalannya waktu. Permasalahan lalu
lintas yang ada antara lain :

• Pertumbuhan kendaraan yang sangat tinggi


Pertumbuhan pemilikan kendaraan pribadi yang sangat tinggi antara 8 sampai 13
persen setahun yang pada gilirannya digunakan di jalan sehingga bebabn
jaringan jalan menjadi semakin berat. Tingkat pemilikan kendaraan dikota-kota
besar sudah mencapai angka 300 an kendaraan per 1000 orang, suatu angka
yang sangat tinggi. Pemilikan kendaraan pribadi ini didominasi oleh sepeda
motor  hampir sebesar 80 persen. Angka pemilikan kendaraan yang tinggi ini
pada gilirannya mengakibatkan permasalahan parkir yang cukup serius dengan
seringnya dilakukan pelanggaran parkir.
• Tidak memadainya pelayanan angkutan umum
Angkutan umum yang tidak memadai mendorong masyarakat untuk tidk
menggunakan angkutan umum dan lebih memilih kendaraan pribadi sebagai alat
transportasinya. Permasalahan pelayanan angkutan umum yang dihadapi
pemerintah daerah khususnya dikawasan perkotaan diantaranya adalah:Pada
trayek-trayek tertentu jumlah bus yang melayani angkutan tidak mencukupi,
khususnya pada saat permintaan puncak, tapi pada trayek lainnya terkadang
sangat melebihi kebutuhan sehingga pada gilirannya untuk mempertahankan
operasi operator menterlantarkan kualitas pelayanan,
• Kemacetan lalu lintas
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya yang ditandai dengan
menurunnya kecepatan perjalanan dari kecepatan yang seharusnya atau bahkan
terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah lalu lintas
kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan merupakan permasalahan yang
umum terjadi dan banyak terjadi di kota-kota besar yang pada gilirannya
mengakibatkan kota menjadi tidak efisien dan bisa mengakibatkan kerugian
ekonomi yang tidak sedikit.
• Kurangnya jaringan jalan untuk kendaraan
Jaringan jalan terutama di kawasan perkotaan yang tidak memiliki konsep
jaringan yang memadai yang mengakibatkan pilihan rute menuju suatu kawasan
terbatas sehingga beban jala-jalan tertentu menjadi sedemikian padatnya. Hal ini
diperparah dengan jumlah kendaraan yang sangat tinggi.
• Tata Ruang yang tidak terkendali
Permasalahan lainnya yang besar adalah tata ruang yang tidak terkendali
sehingga mengakibatkan berbagai permasalahan, diantaranya jalan yang tidak
teratur terutama dikawasan pemukiman dan terkadang didaerah yang kumuh
gang-gang yang ada sedemikian sempitnya sehingga bila terjadi kebakaran sulit
untuk dimasuki mobil pemadam kebakaran.
• Pelanggaran ketentuan lalu lintas
Pelanggaran ketentuan lalu lintas yang dilakukan masyarakat kian tambah
memprihatikan dari tahun ke tahun yang pada gilirannya akan mengakibatkan
peningkatan kecelakaan lalu lintas dengan korban meninggal ataupun luka-luka
yang tidak sedikit. Disamping itu ketidak tertiban juga akan mengganggu
kelancaran lalu lintas yang akan menurukan kecepatan perjalanan. Untuk
meningkatkan ketertiban masyarakat perlu dipelajari dan dipetakan kembali
profil pelanggaran yang dilakukan masyarakat termasuk juga pelanggaran yang
dilakukan oleh petugas. Pengamatan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh
masyarakat:
 Tingginya pelanggaran terhadap batas kecepatan yang seolah-olah tidak
ada batasan kecepatan yang diberlakukan hal ini terutama menjadi
masalah pada jalan yang lalu lintas sedang sepi.
 Tingginya pelanggaran pada persimpangan yang dikendalikan lampu lalu
lintas khususnya didaerah pingiran kota. Pelanggaran terutama tinggi
dilakukan oleh pengendara sepeda motor, pengemudi angkutan umum
khususnya angkot. Pelanggaran lain yang juga terjadi bahwa pengemudi
tetap masuk persimpangan pada saat lampu sudah berubah menjadi
merah dan kadang bila lalu lintas didepannya macet pengemudi akan
menghambat lalu lintas yang mendapatkan lampu hijau dan akhirnya
persimpangan akan terkunci.
Bab III
Pembahasan
1) Lokasi Pengamatan

Ada beberapa tempat di Makassar yang memiliki jalan yang bermasalah lalu
lintasnya, dan melalui diskusi singkat dari kelompok kami. Akhirnya di putuskan untuk
memilih Jalan Perintis Kemerdekaan km 13 yang memiliki kepadatan lalu lintas yang
cukup padat.
Akses jalan Perintis Kemerdekaan km 13 merupakan akses yang
menghubungkan kawasan Daya dengan kawasan menuju pusat perbelanjaan (Mtos) dan
sebaliknya. Selain itu Jalan Perintis Kemerdekaan juga menghubungkan kawasan Maros
dan kota Makassar.
2) Identifikasi Masalah
Terdapat beberapa permasalahan lalu lintas yang terjadi pada Jalan Perintis
Kemerdekaan km 13 dimana terjadi hambatan yang dimulai pada jam 05.00 sore sampai
jam 07.00 malam. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kepadatan lalu lintas di Jalan
Biring Romang diantaranya:
a. Pelanggaran Lalu Lintas pada jalinan Jalan Perintis Kemerdekaan km 13
Salah satu penyebab kemacetan yang terjadi pada Jalan Perintis
kemerdekaan km 13 adalah pelanggaran lalu lintas di titik jalinan tersebut. Hal ini
disebabkan oleh kendaraan dari arah Kampus dan Kantor Imigrasi akan masuk ke
Jalan Perintis kemerdekaan yang langsung berputar pada jalan katulistiwa. Selain
itu banyaknya jasa pak ogah/petugas pengarah jalan illegal yang egois dimana
mereka seenaknya mengatur lalu lintas. Contoh kecil, saat mereka seenaknya
menghentikan kendaraan demi memberi jalan bagi kendaraan yang berputar arah.
Hal ini mereka lakukan untuk mendapatkan uang jasa dari pengguna mobil yang
akan berputar arah.
Puncak kepadatan lalu lintas pada saat kami melakukan survey yaitu dimulai
jam 05.00 malam sampai jam 07.00 malam. Hal ini karena banyak jumlah
kendaraan yang berasal dari arah kota yang malalui jalan Perintis Kemerdekaan km
13 menuju Daya, Sudiang dan Maros. Kemudian jumlah kendaraan akan bertambah
pada saat pertemuaan jalinan yang membuat pergerakan lalu lintas menjadi
bergabung (merging).
Sehingga yang dimaksud dengan jalinan adalah pergerakan arus lalu lintas
yang menyatu/bergabung dan kemudian memencar pada satu bagian tertentu,
dimana peraturan yang berlaku di Indonesia terhadap arus lalu lintas di bagian
jalinan adalah memberi jalan kepada arus lalu lintas yang datang dari kiri.
Solusinya untuk permasalahan di atas adalah :
• Sebaiknya perlu ada kesadaran dari pengguna kendaraan untuk tetap mematuhi
rambu lalu lintas.
• Sebaiknya pada depan telkomas terdapat lampu lalu lintas agar jalanan lebih
teratur.
• Perlunya petunjuk arah belok yang jelas dengan pemasangan rambu-rambu
tambahan mengenai jalan.
b. Kendaraan yang keluar/masuk dari samping jalan

Di sepanjang Jalan Perintis Kemerdekaan km 13, terdapat beberapa jalan


lokal sekunder, dimana yang dimaksud dengan jalan lokal sekunder adalah jalan
yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan
sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya
sampai ke perumahan diantaranya seperti Jalan Telkomas, jalan Biring Romang
(panah hijau) dan jalan Lanraki.
Banyaknya jumlah kendaraan yang keluar dan masuk dari jalan tersebut turut
mempengaruhi hambatan lalu lintas yang terjadi di sepanjang Jalan Perintis
Kemerdekaan km 13, hal ini diperparah dengan banyaknya jasa pak ogah/petugas
pengarah jalan illegal yang egois dimana mereka seenaknya mengatur lalu lintas.
Contoh kecil, saat mereka seenaknya menghentikan kendaraan demi memberi jalan
bagi kendaraan yang berputar arah. Mereka akan lebih mendahulukan pengendara
yang akan berputar, hal ini mereka lakukan untuk mendapatkan uang jasa dari
pengguna mobil yang akan berputar arah.

Solusinya untuk permasalahan ini diantaranya :

• Perlu adanya petugas dari pihak dinas perhubungan atau kepolisian untuk
mengatur kendaraan di jam-jam sibuk seperti itu, yang akan keluar dan masuk dari
titik tersebut sehingga tidak terjadi antrian kendaraan yang panjang di titik tersebut
akibat tidak terkontrolnya dan terjadi kemacetan yang panjang.

• sebaiknya di pasang lampu lalu lintas pada jalan depan jalan telkomas.
c. Ada beberapa papan reklame yang seharusnya tidak boleh dipasang
berdekatan pas dengan jalan raya.

Di beberapa titik terdapat beberapa papan reklame yang di pasang tidak pada
posisi yang sebenarnya. Untuk papan reklame bisa berkoordinasi dengan pihak
dinas tata ruang kota untuk melakukan penataan kembali. Sehingga berkurangnya
hambatan dari samping yang berasal tiang listrik dan papan reklame.

Dokumentasi mengenai keadaan jalan Perintis Kemerdekaan


km. 13 :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemacetan adalah kondisi dimana terjadi penumpukan kendaraan di jalan.
Penumpukan tersebut disebabkan karena banyaknya kendaraan yang tidak mampu
diimbangi oleh sarana dan prasana lalu lintas yang memadai. Dampak kemacetan dapat
berimbas terhadap berbagai aspek seperti aspek ekonomi, kesehatan, dan psikologis.
Cara menanggulangi dan meminimalisir kemacetan di Kota Makassar diantaranya
adalah dengan pembangunan sarana dan prasarana, menegakkan peraturan bagi para
pengguna jalan, menumbuhkan kesadaran masyarakat agar menggunakan kendaraan
umum, dan lain sebagainya.
B. Saran
Pemerintah seharusnya menunjukkan perhatian penuh terhadap setiap ruas jalan
di Kota Makassar. Khususnya pada Ruas Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 13, Daya.
Jalan tersebut sangat perlu dilakukan pelebaran. Karena point terpenting dari kemacetan
jalan pada ruas jalan tersebut adalah adanya penyempitan jalur.
Masyarakat seharusnya menaati peraturan lalu lintas dan memanfaatkan
transportasi umum sehingga penggunaan kendaraan pribadi dapat diminimalisir.
Pemerintah alangkah bijaknya jika membangun sarana dan prasarana yang memadai
bagi pengguna jalan sehingga dapat memberikan kenyamanan dan meminimalisir
kemacetan. Selain itu, penegakkan peraturan bagi para pengguna jalan juga harus
ditekankan lagi guna mendisiplinkan para pengguna jalan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai