Pemberhentian dan pemensiunan merupakan konsep yang hampir bersamaan, yaitu sama-sama
terjadi pemutusan kerja. Istilah pemberhentian atau pemutusan hubungan kerja digunakan di perusahaan.
Istilah pensiun sering digunakan pada lembaga pemerintahan atau bagi pegawai negeri. Pemberhentian
adalah pemutusan hubungan kerja seorang karyawan dengan suatu organisasi perusahaan. Pensiun adalah
pemberhentian karyawan atas keinginan perusahaan atau undang-undang/keinginan karyawan sendiri.
Alasan pemberhentian disebabkan oleh undang-undang. Keinginan perusahaan, keinginan karyawan
pensiun, kontrak kerja berakhir, kesehatan karyawan, meninggal dunia, perusahaan likuidasi.
Pemberhentian harus didasarkan UU No. 12 Tahun 1964 KUHP dan seijin Panitia Perselisihan Pegawai
dan Perusahaan Daerah (P4D) secara berprikemanusiaan dan menghargai pengabdian yang diberikannya
kepada organisasi. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) maksudnya adalah berakhirnya status seseorang
dari status pegawai negeri sipil karena alasan-alasan tertentu. Pemberhentian PNS dapat terjadi karena
permintaan sendiri, mencapai batas usia pensiun, adanya penyederhanaan organisasi, tidak cakap
jasmani/rohani, meninggalkan tugas meninggal dunia atau hilang. Hak pensiun PNS diatur dalam UU No.
11 Tahun 1969. Pensiun maksudnya adalah berhentinya seseorang yang telah selesai menjalankan tugasnya
sebagai pegawai negeri sipil karena telah mencapai batas yang telah ditentukan atau karena menjalankan
hak atas pensiunnya. Batas usia seseorang pegawai negeri sipil untuk mendapatkan pensiun adalah 56
tahun. Batas usia ini dapat diperpanjang menjadi: 1) 65 tahun bagi pegawai negeri sipil yang memangku
jabatan ahli peneliti dan peneliti, guru besar, lektor kepala dan lektor jabatan lainnya yang ditentukan
presiden, 2) 60 tahun bagi pegawai negeri sipil yang memangku jabatan eselon I dan eselon II, pengawas
guru sekolah menengah sampai dengan SMTA (kepala sekolah dan pengawas), dan 3) 65 tahun bagi
pegawai negeri sipil yang memangku jabatan sebagai hakim. (Rugaiyah dan Atiek, 2011:96)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Pendidikan BAB VII Penugasan dan
Pemberhentian Pasal 26
1. Permohonan sendiri;
2. Meninggal dunia;
3. Mencapai batas usia pensiun, dilakukan oleh penyelenggara satuan pendidikan yang bersangkutan.
(b) Pemberhentian tidak dengan hormat tenaga kependidikan atas dasar:
1. Hukuman jabatan;
2. Akibat pidana penjara berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,
dilakukan oleh penyelenggara satuan pendidikan yang bersangkutan.
(c) Tata cara pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh
penyelenggara satuan pendidikan yang bersangkutan dan dengan memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Pemberhentian adalah fungsi operatif terakhir manajemen SDM. Istilah pemberhentian sinonim
dengan separation, pemisahan atau pemutusan hubungan tenaga kerja karyawan dari suatu organisani
perusahaan. Fungsi pemberhentianharus mendapat perhatian serius dari pimpinan. (Tim Dosen
Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2009:250)
Kelengkapan Berkas
1. Asli Surat permohonan yang bersangkutan bermaterai Rp.6.000 yang menyebutkan tanggal akhir bulan
pemberhentian;
b. Menjalani ikatan dinas/terikat kewajiban bekerja pada instansi pemerintah berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
c. Menjalani hukuman disiplin/dalam proses pemeriksaan pejabat yang berwenang memeriksa karena
diduga melakukan pelanggaran disiplin PNS;
d. Mengajukan upaya banding administratif karena dijatuhi hukuman disiplin berupa pemberhentian
dengan hormat tidak atas permintaansendiri sebagai PNS (contoh telampir)
8. Fotokopi Akta Nikah dan Akta Cerai/Kematian pasangan jika pernah menikah lebih dari 1 kali yang
telah dilegalisir;
9. Fotokopi akta/surat kenal lahir anak yang belum berusia 25 tahun dan masih dalam tanggungan yang
telah dilegalisir;
10. Fotokopi kartu keluarga terakhir/daftar susunan keluarga yang disahkan pamong setempat;
11. Fotokopi penilailan prestasi kerja 1 tahun terakhir yang telah dilegalisir;
13. Dokumen kepegawaian lainnya (Karpeg, SK Konversi NIP, KPE). Dibuat dalam 3 (tiga) rangkap.
Pemberhentian dengan Tidak Hormat
1. Surat Panggilan I, II dan III oleh atasan langsung PNS yang bersangkutan.