Nama : Azimaturaviah
Nim : 2008076044
Kelas : PK 2B
LABORATORIUM KIMIA
SEMARANG
2020
A. Tujuan
1. Praktikan melakukan standarisasi dengan metode Argentometri.
2. Praktikan mampu melakukan standarisasi dengan metode Kompleksometri
B. Dasar Teori
Titrasi dalah pengukuran yang dilakukan berdasarkan volume larutan. Kata lain
dari titrasi itu adalah analisis volumetri. Sedangkan pengukuran yang didasarkan pada
massa dinamakn gravimetri. ( Basset,1994)
Salah satu volumetric tersebut adalah argentometri,volumetric jenis ini
berdasarkan reaksi kresipitasi (pengendapan dari ion Ag+). Istilah argentometri dari
Bahasa lain “ Argentum” yang berarti perak. Jadi,argentometri merupakan salah satu
cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi
berdasarkan pembentukan endapan dengan ion Ag+. (Al,Underwood,1992)
Menurut Absori,argentometri merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan
endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titran dan analit. Selain
itu,argentometri melibatkan penendapan antara ion (Cl-,I-,Br-) dengan ion perak (Ag+).
(Absori,2008)
Dasar teori argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut
antara titran dan analit. Sebagai contoh adalah titrasi penetuan NaCl dimana ion Ag+dari
titran akan bereaksi dengan ion Cl- dan analit membentuk garam yang tidak mudah larut
AgCl. (Yunnisa,2011)
Titrasi pengendapan yang sering dipakai adalah argentometri,karena hasil kali
kelarutan garam perak halide sangat kecil. Tiga cara penentuan titik akhir titrasi :
1. Cara Mohr
Titrasi ini digunakan untuk menentukan kadar halida atau pseudohalida di dalam
larutan. Kromat (CrO42-) sebagai indicator titik akhir titrasi karena membentuk
endapan Ag2CrO4 berwarna kuat saat bereaksi dengan ion perak.
Ksp Ag2CrO4 = 1,2 × 10-12 mol3. L-3
Ksp AgCl = 1,82 × 10-11 mol2. L-2
Titrasi mohr dilakukan pada pH 7-9 (netral hingga basa lemah). Jika Ph terlalu kecil
(asam) kesetimbangan kromat-dikromat akan menurunkan kepekatan (CrO42-)
sehingga menghambat pembentukan endapan Ag2CrO4.
2CrO42- + 2H+ ↔ Cr2O32- + H2O
Jika endapan terlalu besar (basa) akan membentuk endapan Ag2O
Ag+ + Cl- ↔ AgCl (endapan putih)
Ag+ + CrO42- ↔ Ag2CrO4 (Merah coklat)
Kelarutan Ag2CrO4 > kelarutan AgCl
(8,4 × 10-5 M) (1,35× 10-5M)
Alat
1. Buret 9. Klem
2. Statif 10. Labu ukur
3. Erlenmeyer 11. Corong gelas
4. Gelas beaker 12. Pengaduk gelas
5. Gelas ukur 10 ml 13. Pipit volume
8. Push ball
Bahan:
1. Aquades
2. Larutan AgNO3 0,01 N
3. Larutan standar primer NaCl 0,0100 N
4. Indikator K2CrO4 5%
5. Larutan Na2EDTA 0,01 M
6. Larutan standar primer ZnSO4 0,0100 M
7. Larutan buffer pH 10
8. Indikator EBT (Eriochrome Back T)
D. CARA KERJA
E. HASIL PENGAMATAN
1. STANDARISASI LARUTAN AgNO3
Erlenmeyer Volume NaCl 0,010 N Vvolume AgNO3
1 5 ml 5,2 ml
2 5 ml 5,3 ml
3 5 ml 5,2 ml
Volume rata-rata 5 ml 5,23 ml
N1 . V1 = N2 . V2
0,01 . 5 = N2 . 5,23
0,05 = 5,23 N2
N2 = 0,00956 N
N1 . V1 = N2 . V2
0,01 . 10 = N2 . 19,4
0,1 = 19,4 N2
N2 = 0,00515 N
Pertanyaan:
1. Jelaskan pengertian argentometri!
4. Berapa gram perak nitrat yang dibutuhkan untuk membuat larutan perak nitrat 0,01 M
sebayak 250 mL!
5. Berapa gram natrium klorida yang dibutuhkan untuk membuat larutan natrium klorida
0,01 M sebayak 100 mL!
6. Berapa gram kalium dikromat yang dibutuhkan untuk membuat larutan indikator
kalium kromat 1% sebanyak 100 mL!
9. Berapa gram seng sulfat yang dibutuhkan untuk membuat larutan seng sulfat 0,01 M
sebanyak 100 mL!
10. Berapa gram EDTA yang dibutuhkan untuk membuat larutan EDTA 0,01 M sebanyak
200 mL!
JAWAB :
1. Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu
larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pembentukan endapan dengan ion
Ag+.
2. Metode-metode dalam argentometri :
I. Cara Mohr
Titrasi ini digunakan untuk menentukan kadar halida atau pseudohalida di dalam
larutan. Kromat (CrO42-) sebagai indicator titik akhir titrasi karena membentuk
endapan Ag2CrO4 berwarna kuat saat bereaksi dengan ion perak.
II. Cara Volhard
Titrasi Volhard merupakan Teknik titrasi balik (titrasi secara tidak
langsung),digunakan jika reaksi berjalan lambat.
Prinsip titrasi :
Larutan perak ditambahkan berlebih ke dalam larutan halida.
Ag+ + Br- → AgBr
Setelah reaksi sempurna endapan disaring,kemudian larutan dititrasi dengan
larutan baku tiosianat.
Ag+ + SCN- → AgSCN (larutan)
Indicator Fe (III) akan membentuk senyawa larutan berwarna merah hasil reaksi
Fe3+ + SCN → [ Fe(SCN)]2+
III. Cara Fajans
Pada metode ini,larutan yang mengandung ion halogen ditambahkan dengan
larutan AgNO3 dan sebelum tercapai titik ekivalen,endapan AgCl yang terbentuk
akan mengabsorbsi ion halogen (lapisan pertama),sedangkan lapisan kedua akan
terabsorbsi ion Na+ dan apabila indicator yang digunakan fluorescein (fl-),maka ion
fl- akan terabsorbsi oleh endapan yang terdapat pada lapisan kedua,sehingga
permukaan endapan AgCl terbentuk senyawa Argentum fluorescein (Agfl) yang
berwarna merah.
3. Metode Mohr
4. Diket :
𝑚𝑜𝑙
M AgNO3 = 0,01 M = 0,01 𝐿
Ditanya :
Massa AgNO3= ⋯ ?
Penyelesaian :
Massa AgNO3 = 𝑀 × 𝑀𝑟 × 𝑉
= 0,01 × 169,87 × 0,25
= 0,4246 𝑔
5. Diket :
𝑚𝑜𝑙
M NaCl = 0,01 𝑀 = 0,01 𝐿
Ditanya :
Massa NaCl= ⋯ ?
Penyelesaian :
Massa NaCl = 𝑀 × 𝑀𝑟 × 𝑉
= 0,01 × 58,44 × 0,1
= 0,0584 𝑔
6. Diket :
% K2CrO4 = 1 %
V Larutan = 100 𝑚𝑙 = 0,1 𝐿
Ditanya :
Massa K2CrO4 = ⋯ ?
Penyelesain :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 K2CrO4
% K2CrO4 = × 100%
𝑉 K2CrO4
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 K2CrO4
1% = × 100%
100 𝑚𝑙
Ditanya :
Massa ZnSO4= ⋯ ?
Penyelesaian :
Massa ZnSO4 = 𝑀 × 𝑀𝑟 × 𝑉
= 0,01 × 161,47 × 0,1
= 0,1614 𝑔
10. Diket :
𝑚𝑜𝑙
M EDTA = 0,01 𝑀 = 0,01 𝐿
Ditanya :
Massa EDTA = ⋯ ?
Penyelesaian :
Massa EDTA = 𝑀 × 𝑀𝑟 × 𝑉
= 0,01 × 292,24 × 0,2
= 0,584 𝑔
A. PEMBAHASAN
Titrasi dilakukan dengan cara volume zat penitasi (titran) yang digunakan untuk
bereaksi dengan zat yang dititrasi (titrat). Jika konsentrasi salah satu diketahui,maka
konsentrasi atau kadar zat lain dapat dihitung. Dalam titrasi dikenal titik ekivalen dan
titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan.
Dalam titrasi biasanya diambil sebuah aliquot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan
larutan yang dititrasi,kemudian dilakukan proses pengenceran (W Haryadi,1990).
(putih)
(merah bata)
(merah anggur)
(biru)
B. KESIMPULAN
1. Standarisasi dengan metode Argentometri dilakukan dengan cara mohr.
Percobaan pertama, larutan AgNO3 dititrasi dengan larutan NaCl di dala
erlemeyer 5 ml ditambahkan indicator K2CrO4 , sehingga akan terbentuk
endapan merah bata kerika mencapai titik ekivalen. Dalam titrasi tersebut
diperoleh rata-rata voleme titrat (AgNO3) sebesar 5,23 ml, sedangkan
Normalitasnya diperoleh 0,00956 M.
2. Standarisasi dengan metode Kompleksometri dilakukan dengan menitrasi larutan
Na2EDTA dengan larutan ZnSO4 10 ml ke dalam erlemeyer dengan ditambahkan
indicator EBT, sehingga akan terjadi perubahan warna dari merah anggur
menjadi biru/Dalam titrasi tersebut diperoleh rata-rata voleme titrat (Na2EDTA)
sebesar 19,4 ml, sedangkan Normalitasnya diperoleh 0,00515 N.
DAFTAR PUSTAKA