DISUSUN OLEH:
3K4
III. Percobaan
III.1 Alat
Alat yang digunakan:
Alat refluks lengkap Piala gelas 250 ml
Pemanas listrik Gelas ukur 100ml
Buret 50ml Labu ukur 100 ml
Pipet volume 10 ml Tabung pencerna
Erlenmeyer
III.2 Bahan dan Zat Kimia
- Garam Mohr (Ferroamonium Sulfat)
- Larutan standar kalium dikromat 0,2500 N
- H2SO4 pekat
- Reagen H2SO4 + AgNO3
- Indikator Feroin
III.4 Reaksi
CH6O + CrO72- + H- CO2 + H2O + Cr3+
Sisa kromat dititrasi dengan garam Mohr
6Fe2+ + Cr2O72- + 14H- 6 Fe3+ + 2 Cr3+ + 7H2O
dengan klorida
6 Cl- + Cr2O72- + 14H+ 3 Cl2 + 2Cr3+ + 7 H2O + Hg2+ + 2 Cl- HgCl2
IV. Data Percobaan
Standarisasi K2Cr2O7
V1 x N1 = V2 x N2
10 x 0,0167 = 12,4 x N2
N2 = 0,01346
K2Cr2O7 = 0,01346 N
Titrasi Blanko
1. 0,1 ml – 2,5 ml = 2,4 ml
2. 2,5 ml – 4,8 ml = 2,3 ml
Rata – rata = 2,35 ml
V. Diskusi
Pada pengujian COD, dilakukan standarisasi K2Cr2O7 terlebih dahulu karena
memungkinkan terjadi perubahan nilai standarisasi akibat waktu penyimpanan yang
terlalu lama atau bahkan mungkin terhidrolisa oleh udara, sehingga dilakukan
standarisasi ulang. Setelah distandarisasi ulang, nilai yang didapat berbeda dengan
yang tertera pada botol. Ketidaksesuaian kadar suatu larutan akan mempengaruhi
perhitungan Kebutuhan Oksigen Kimia yang akan dicari.
Dari hasil yang didapat, kebutuhan kimia oksigen pada contoh uji sebesar 36,61 mg
O2/L. hal ini menunjukkan bahwa pada larutan contoh uji, limbah yang terkandung
didalamnya lumayan banyak. Hal ini dapat terlihat secara visual dimana contoh uji
terlihat berwarna pekat yang menunjukkan bahwa limbah yang berada didalam
larutan tersebut cukup banyak.
VI. Kesimpulan
Kebutuhan Oksigen Kimia pada contoh uji sebesar 36,61 mg/L O2.
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah
berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah,
yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis.
Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan
Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah
dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Dalam jumlah tertentu
dengan kadar tertentu, kehadirannya dapat merusakkan kesehatan bahkan
mematikan manusia atau kehidupan lainnya sehingga perlu ditetapkan batas-batas
yang diperkenankan dalam lingkungan pada waktu tertentu. Adanya batasan kadar
dan jumlah bahan beracun dan berbahaya pada suatu ruang dan waktu tertentu
dikenal dengan istilah nilai ambang batas, yang artinya dalam jumlah demikian masih
dapat ditoleransi oleh lingkungan sehingga tidak membahayakan lingkungan ataupun
pemakai. Karena itu untuk tiap jenis bahan beracun dan berbahaya telah ditetapkan
nilai ambang batasnya. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah
tergantung pada jenis dan karakteristik limbah, baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
Jenis Limbah Industri
Limbah berdasarkan nilai ekonominya dirinci menjadi :
1. Limbah yang mempunyai nilai ekonomis yaitu limbah dengan proses lanjut
akan memberikan nilai tambah.
2. Limbah nonekonomis adalah limbah yang diolah dalam proses bentuk apapun
tidak akan memberikan nilai tambah, kecuali mempermudah sistem
pembuangan. Limbah jenis ini yang sering menjadi persoalan pencemaran
dan merusakkan lingkungan.
Sesuai dengan sifatnya/karakteristiknya, limbah digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Limbah cair
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air
dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air
sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses
pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu
bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian
diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan
buangan air
b. Limbah gas/asap
c. Limbah padat.
Menurut sifat dan bawaan limbah mempunyai karakteristik baik fisika, kimia
maupun biologi (Limbah air memiliki ketiga karakteristik ini). Karakteristik dasar limbah :
1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. Berdampak luas (penyebarannya)
4. Berdampak jangka panjang (antar generasi)
Parameter Kualitas Limbah Cair
1. Parameter Fisika
- Padatan total
Jumlah zat padat yang tertinggal apabila air limbah diuapkan pada suhu
103oC-105oC. Terdiri dari :
padatan tersuspensi (> 1μ), dapat mengendap sendiri, tidak memerlukan
koagulan, padatan umumnya lumpur.
padatan koloidal (1mμ-1μ), tidak dapat mengendap, memerlukan
koagulan untuk mengendap, umumnya dioksidasi biologis.
padatan terlarut (<1μ), merupakan senyawa organic atau anorganik,
dalam larutan berupa ion-ion.
- Suhu
Suhu limbah umumnya lebih besar dari suhu tempat buangan. Suhu
merupakan parameter kehidupan. Makhluk air, reaksi kimia dan kecepatan
reaksi serta kegunaan airnya. Suhu sangat besar kandungan oksigen dalam
air berkurang, air menjadi keruh sehingga kehidupan air sukar/tidak
berlangsung normal.
- Warna
Warna menyerap oksigen dalam air, dan mengganggu keindahan ( terkadang
bersifat racun dan sukar dihancurkan)
- Bau
Berupa gas hasil penguraian zat anorganik yang mengandung belerang.
Belerang atau senyawa sulfat dalam kondisi miskin oksigen
2. Parameter Kimia
BOD/KOB
Jumlah Oksigen Terlarut Dalam Air Limbah Yang Dipakai Untuk
Menguraikan Senyawa Organik dengan Bantuan Microorganisme pada kondisi
tertentu (secara Biologi). Adanya zat organik dalam air limbah terutama unsur
karbon, hidrogen,oksigen berpotensi menyerap oksigen kekurangan oksigen
menyebabkan air menjadi keruh dan berbau sehingga berakibat terhadap
kehidupan air.
Padatan Total
Istilah padatan total adalah semua bahan yang terdapat dalam contoh air setelah
dipanaskan. Padatan total yang menguap adalah padatan total yang menghilang
setelah pemanasan. Padatan total terikat adalah padatan total yang tersisa setelah
dilakukan pemanasan.
Prinsip pengujiannya adalah dengan memanaskan contoh uji pada suhu 103 – 105oC
selama 1 jam, kemudian ditimbang hingga berat tetap.
Metoda ini digunakan untuk menentukan kadar padatan terlarut total, padatan larutan
total yang menguap, dan padatan terlarut total yang terikat dalam air dan air limbah
secara gravimetric.
Padatan terlarut total adalah semua bahan dalam contoh uji yang lolos melalui
saringan membran. Prinsip pengujiannya adalah dengan menguapkan contoh uji
yang sudah disaring dengan kertas saring, kemudian ditimbang sampai berat tetap.
III. Percobaan
III.1 Alat
Alat yang digunakan:
Neraca analitik Penjepit kertas saring
Cawan terbuat dari porcelain atau platina Alat penyering
Desikator/Eksikator Penangas air
Oven Pipet
Tanur Penjepit cawan
A−B 69,1686−69,0164
Ä Zat padat total= x 1000 = = 3,044 mg/L
ml C .U 50
(C−D ) ×1000 ( 1,2686−1,1823 ) × 1000
Ä Zat Padat Tersuspensi= = =¿1,726 mg/L
ml contoh uji 50 ml
Ä Zat Padat Terlarut =zat padat total−zat padat tersuspensi
Zat Padat Terlarut =3,044 mg/ L−1,726 mg/ L=1,318 mg/ L
V. Diskusi
Pada pengujian analisa zat padat dalam air limbah (TTS) pada dasarnya
menggunakan prinsip pemisahan zat yang berbeda jenis dan karakteristiknya. Zat
pertama berbentuk cairan (pelarut/air) dan zat yang terlarut di dalamnya berbentuk
padat, dimana dilakukan proses pemisahan secara fisika dengan menggunakan
metode penyaringan (dengan kertas saring) yang ditruskan dengan pemanasan
sehingga terjadi penguapan pelarut (air) dan didapatkan residu yang tertinggal.
Residu ini tidak ikut menguap karena berbentuk padat.
Dari data yang didapat, zat padat total sebanyak 3,044 mg/L yang dihasilkan dari
selisih berat cawan kosong dengan berat cawan beserta residu yang dikalikan 1000
per banyaknya larutan contoh uji yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa
seluruh padatan dalam contoh uji sebanyak 3,044 mg/L.
Sedangkan untuk padatan tersespensi, nilai yang didapat sebanyak 1,726 mg/L yang
didapat dari hasil zat yang tertahan oleh kertas saring terukur yang kemudian
dipanaskan untuk menghilangkan kadar air yang terserap pada kertas, sehingga
didapatkan hanya berat dari padatan saja, yang kemudian dicari selisihnya dari berat
kertas saring yang terukur sebelumnya yang kemudian dikalikan 1000 per
banyaknya contoh uji yang digunakan.
Dan untuk padatan terlarut didapat hasil sebanyak 1,318 mg/L yang merupakan
selisih antara zat padat total dengan zat padat yang tersuspensi. Dimana padatan
terlarut ini merupakan padatan yang bias menembus kertas saring atau padatan
yang lolos dari penyaringan.
VI. Kesimpulan
Zat padat total = 3,044 mg/L
Zat padat tersuspensi = 1,726 mg/L
Zat padat terlarut = 1,318 mg/L
ANALISA KEBUTUHAN OKSIGEN BIOLOGI DALAM AIR LIMBAH
karbon
BOD 20
BOD 5
hari
5 20
Skema Proses Oksidasi Zat Organik secara Mikrobiologi
Gangguan pada umumnya terdapat pada analisa KOB adalah adanya zat beracun
yang membunuh bakteri,nitrifikasi yaitu perubahan amoniak menjadi nitrat oleh jenis
bakteri tertentu yang juga membutuhkan oksigen sehingga mengacaukan
perhitungan, kemasukan udara dalam botol, kekurangan bakteri dan kekurangan
nutrisi untuk bakteri.
Reaksi
Zat Organik + Oksigen (O2) CO2 + H2O + NH3
PERHITUNGAN :
Nilai KOB (mg/l) = ( DOO - DO5 ) air contoh – ( DOO – DO5 ) blanko
P
III. Percobaan
3.1 Alat
Alat yang digunakan:
Botol inkubasi Labu pengencer 1 L dan 2L
Winkler
Inkubator 200C Tabung Pengencer dengan volume tertentu
Pipet volume 10 ml Gelas ukur 100 ml
Buret 50 ml Erlenmeyer
3.2 Bahan dan Zat Kimia
a. Air pengencer yang terbuat dari : air suling jenuh oksigen ditambah
1 ml larutan-larutan :
Bufer phosphat yang terdiri dari : 8,5 g KH 2PO4, 21,75 g
K2PO4, 1,7 gNH4Cl dan 33,4 g Na2 HPO4.7H2O dalam 1 liter air pada
pH 7,2.
22,5 g/l MgSO4.7H2O.
27,5 g/l CaCl2.
0,25 g/l FeCl2.6H2O.
Bibit air kotor (warna biru)
NaOH atau H2SO4 sebagai pengatur pH.
Titrasi DO3
1. 24,0 ml – 28,0 ml = 4 ml
2. 28,0 ml – 32,2 ml = 4,2 ml
Rata – rata = 4,1 ml
Blanko DO0
Blanko DO3
V. Diskusi
BOD (Biological Oxygen Demand) merupakan ukuran pencemaran organik yang
paling banyak digunakan untuk mengendalikan mutu air limbah. BOD merupakan
jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk mendegradasi
atau mengoksidasi limbah organik. Jika BOD tinggi, maka jumlah oksigen terlarut
akan kecil. Dalam industeri tekstil yang menggunakan bahan organik seperti resin,
zat warna, dan zat pembantu, jika pengggunaannya terlalu banyak, maka akan
menaikkan nilai BOD.
Pada pengujian penentuan nilai BOD, dilakukan dua kali pengujian DO0 dan DO5.
DO0 yaitu kandungan oksigen terlarut pada 0 hari, artinya pada saat larutan mulai
diuji. DO0 dihitung, agar didapat perbandingan jumlah oksigen terlarut, sedangkan
DO5 yaitu kandungan oksigen terlarut setelah digunakan oleh bakteri untuk
menguraikan zat organik selama 5 hari.
Hal-yang harus diperhatikan pada pengujian BOD ini yaitu adanya penguapan
oksigen yang disebabkan botol winkler yang digunakan kurang tertutup dengan
rapat. Untuk menghindari hal ini, maka tutup botol harus ditutup dengan rapat dan
disimpan ditempat yang gelap (untuk menghindari reaksi yang dapat terjadi dengan
adanya sinar matahari), yang dapat mengurangi atau menambah kadar oksigen.
Selain itu, adanya zat kimia yang bersifat toxic, yang dapat membunuh bakteri
pengurai sehingga akan mengurangi jumlah bakteri dan mengurangi penggunaan
oksigen. Proses-proses kimia lain yang dapat berlangsung pada contoh uji yang
menggunakan oksigen seperti nitrifikasi juga dapat mengacaukan hasil perhitungan
sehingga hasil yang didapat kurang akurat.Dari pengujian didapatkan nilai BOD
sebesar 2,35 mg/l
VI. Kesimpulan
KOB = 2,35 mg/L
PENGOLAHAN LIMBAH DENGAN CARA KOAGULASI FLOKULASI
III. Percobaan
3.1. Alat :
Jar tester
Piala gelas 1000 ml
Labu ukur 100 ml
Tabung reaksi
Pipet
Piala gelas 50 ml
3.2. Pereaksi :
Zat koagulan
NaOH 0,1 N
HCl 0,1 N
I. Kesimpulan
Efisiensi = 37,91%
DAFTAR PUSTAKA
Isminingsih Gitopadmojo dan Wiwin Winiati, Penyesuaian Teknologi untuk Proses Tekstil
dengan Produksi Bersih, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil,
Bandung.
Kemal, Nurati, S.Teks, Diktat Praktikum Kualitas Air Proses dan Air Limbah Industri
Tekstil, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung : 2004.
Jurnal Praktikum Utilitas II