Anda di halaman 1dari 19

ESTIMASI PRODUKSI TANAMAN KOPI BERBASIS PENGOLAHAN

CITRA LANDSAT 8 DI KABUPATEN TEMANGGUNG


JAWA TENGAH
Oleh:
RatnaNurani
ratna.nurani@mail.ugm.ac.id
Sigit Heru Murti
sigit@geo.ugm.ac.id
Abstract
Temanggung is known as one of the largest producers of coffee plant in
Central Java. In general the local coffee plantation has not been well managed as
a result, it have various problems one of which, namely the issue of productivity.
Remote sensing can be used to examine the potential of plants through the
spectral value approach. This research used the methode of spectral value
approach and transformation of vegetation index NDVI. Based on the results of
image processing, and then performed the sample selection in the field that will be
check in the field to determine the estimation result of coffee plants production.
Determination of the samples was done by stratified random sampling. Based on
the results obtained by the value of R2 = 0.513 with the regression equation Y =
2.1643x - 0.1786. Overall classification accuracy of test results in this study is
85.19% with the details on the coffee vegetation with low density level of
precision is 100%, while the medium density and high precision was respectively
80% and 64.71%. The estimation results in this study was obtained value of
24384.85 ha of coffee plantations produce production 16672.73 tons.
Key words : Estimation of production, Coffee, NDVI, Landsat 8 Imagery
Intisari

Kabupaten Temanggung dikenal sebagai salah satu produsen tanaman kopi


terbesar di Jawa Tengah. Penginderaan Jauh dapat digunakan untuk mengetahui
potensi tanaman melalui pendekatan nilai spectral. Penelitian ini menggunakan
metode pendekatan nilai spectral dan transformasi indeks vegetasi NDVI.
Berdasarkan hasil prosessing citra kemudian dilakukan pemilihan sampel
lapangan yang kemudian akan di cek dilapangan untuk mengetahui hasil estimasi
produksi tanaman kopi. Penentuan sampel dilakukan dengan stratified random
sampling. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai R2 = 0.513 dengan
persamaan regresi Y = 2.1643x - 0.1786. Secara keseluruhan hasil uji ketelitian
klasifikasi pada penelitian ini yaitu 85.19 % dengan rincian pada vegetasi kopi
dengan kerapatan rendah tingkat ketelitiannya 100%, sedangkan pada kerapatan
sedang dan tinggi masing-masing tingkat ketelitiannya 80% dan 64.71%. Hasil
estimasi pada penelitian ini diperoleh nilai luas perkebunan kopi 24.384,85 ha
menghasilkan produksi 16.672,73 ton
Kata Kunci : Estimasi Produksi, Kopi, NDVI, Citra Landsat 8
PENDAHULUAN dijual oleh petani dalam bentuk biji.
Produksi tanaman perkebuann rakyat
Kopi merupakan komoditas
yang mengalami peningkatan pada
perkebunan yang paling akrab
tahun 2013 adalah tanaman kopi
dengan masyarakat, mulai dari
arabika dan tebu sedangkan yang
kalangan ekonomi atas sampai
lainnya mengalami penurunan
bawah. Hingga saat ini, selain kelapa
(Temanggung dalam angka 2014).
sawit, karet, dan kakao, kopi masih
menduduki komoditas andalan Pada umumnya perkebunan
ekspor hasil perkebunan Indonesia. kopi rakyat belum dikelola secara
Berdasarkan data statistik Dinas baik seperti pada perkebunan besar
Perkebunan Provinsi Jawa Tengah sehingga berbagai masalah salah
tahun 2014, kopi merupakan salah satunya yaitu masalah produktivitas.
satu komoditas perkebunan yang Produktivitas yang tinggi akan
cukup berpotensi terutama jika dicapai apabila semua faktor
dilihat dari proporsi luas lahan produksi dialokasikan secara optimal
tanaman kopi, khususnya kopi jenis (Santoso, 1999).
robusta seluas 8.158,55 hektar
Seiring dengan kemajuan
dengan produksi 7.388,79 ton.
teknologi, estimasi produksi dapat
Kabupaten Temanggung dihitung dan diprediksi
dikenal sebagai salah satu produsen menggunakan penginderaan jauh.
tanaman kopi terbesar di Jawa Metode estimasi hasil tanaman ini
Tengah. Daerah sentra kopi tersebar telah diaplikasikan di berbagai
di beberapa kecamatan, diantaranya negara di Asia Tenggara, bahkan di
Kandangan, Bejen, Candiroto, Indonesia juga pernah dilakukan.
Wonoboyo, Pringsurat dan Jumo. Penginderaan Jauh juga dapat
Karena kualitasnya yang baik, kopi digunakan untuk mengetahui potensi
produksi Temanggung tidak hanya tanaman melalui pendekatan nilai
menjadi konsumsi lokal dan spektral. Oleh karena itu, untuk
pabrikan. Namun juga telah mengetahui produksi dan
menembus pasar ekspor. Sayangnya, produktivitas tanaman kopi di daerah
mayoritas kopi Temanggung masih kajian, digunakanlah metode
Penginderaan Jauh dengan 2011 10694.76 1768.67
pendekatan nilai spektral dan 2010 10080.3 5434.71
transformasi indeks vegetasi NDVI. 2009 10346.7 6417.34

Perkebunan kopi di daerah Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan


Dan Kehutanan Kab. Temanggung
kajian ini merupakan perkebunan (dalam BPS 2014)
rakyat oleh karenanya data produksi Data penginderaan jauh sudah
kopi belum akurat, sehingga banyak digunakan untuk studi di
dilakukan penelitian di daerah kajian bidang vegetasi, namun pemanfaatan
untuk mengetahui hasil produksi citra Landsat 8 untuk identifikasi
tanaman kopi. Untuk mempermudah fisik tanaman kopi di daerah
dalam megestimasi produksi Kabupaten Temanggung belum
tanaman kopi, penelitian ini pernah dilakukan sehingga belum
menggunakan system penginderaan diketahui akurasinya. Perlu
jauh yaitu menggunakan citra satelit. dilakukan estimasi produksi kopi di
Penelitian ini menggunakan citra Kabupaten Temanggung untuk
untuk mengekstraksi datanya yaitu mendapatkan data luas tanaman,
Landsat 8 dengan resolusi spasial 30 sebaran, dan produksi kopi.
meter. Citra Landsat ini digunakan
Tujuan penelitian Estimasi
untuk mengekstraksi informasi
Produksi Tanaman perkebunan kopi
vegetasi dan non vegetasi.
di Kabupaten Temanggung, Propinsi
Selanjutnya dilakukan proses
Jawa Tengah adalah:
klasifikasi multispektral untuk
membedakan tanaman kopi dengan 1.Mengetahui ketelitian atau akurasi
non-kopi. citra Landsat 8 untuk identifikasi
fisik tanaman kopi di Kabupaten
Luas Tanaman dan Produksi Kopi Di
Kabupaten Temanggung Provinsi Temanggung.
Jawa Tengah
2.Mengestimasi produksi kopi di
Luas Produksi
Tahun
Lahan (ha) Kopi (Ton) Temanggung berdasarkan
2013 9536.37 8415.9 pengolahan citra Landsat 8 dengan
2012 10685.76 9510.58 pendekatan nilai spektral.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan vegetasi non kopi. Selain dilakukan
metode Penginderaan Jauh dengan proses interpretasi visual dan
pendekatan nilai spectral dan klasifikasi multispektral juga
transformasi indeks vegetasi NDVI. dilakukan proses transformasi indeks
Besarnya pantulan radiasi pada objek vegetasi NDVI untuk mengetahui
vegetasi hijau seperti tanaman kopi, atau membedakan kerapatan vegetasi
didominasi oleh pigmen daun yang diasumsikan semakin rapat
khususnya klorofil pada spectrum suatu vegetasi khususnya tanaman
tampak (0,4μm - 0.69 μm). Besarnya kopi maka semakin tinggi pula nilai
pantulan radiasi pada objek vegetasi produksinya. Begitu pula sebaliknya
tergantung pada pigmen daun, semakin rendah kerapatan tajuk
ketebalan daun, komposisi struktur maka asumsinya semakin rendah
sel, dan kandungan air pada jaringan nilai produksi tanaman kopi.
daun (Janssen, 2000). Selain itu
besarnya pantulan radiasi pada objek
vegetasi juga dipengaruhi oleh
morfologi kanopi termasuk strata
daun dan kerapatan. Perbedaan strata
daun dan kerapatan akan
menyebabkan perbedaan pantulan
pada berbagai pantulan saluran Gambar 1: Peta Persebaran Titik Sampel
Berdasarkan Kelas Kerapatan Nilai
tertentu.
Indeks Vegetasi

Pada penelitian ini untuk HASIL DAN PEMBAHASAN


mengestimasi produksi tanaman kopi
Hasil Estimasi Produksi Kopi
menggunakan citra Landsat 8 dengan
pendekatan pantulan spectral dan Berdasarkan hasil pengolahan
transformasi indeks vegetasi NDVI. data penginderaan jauh citra landsat
Dengan menggunakan bantuan 8 tahun perekaman 2015 dan hasil
penginderaan jauh ini dapat lapangan maka diperolehlah hasil
diekstraksi data klasifikasi estimasi produksi kopi di Kabupaten
multispektral penutup lahan untuk Temanggung, Jawa Tengah senilai
membedakan vegetasi kopi dan 16.672,69 ton dengan luas total
kebun kopi 24.384,85 ha. Hasil masa panen kopi yang tidak selalu
estimasi ini jauh lebih tinggi nilainya sama setiap musim. Empat tahun
jika dibandingkan dengan data sekali kopi mengalami panen raya.
statistik yang menghasilkan 8.415,9 Selain itu setiap musim mengalami
ton dengan luas lahan kopi 9.536,37 fluktuasi panen, yaitu pada tahun ini
ha. Hal ini terjadi karena terjadi mengalami panen yang baik maka
banyak perubahan penggunaan lahan pada tahun berikutnya akan diikuti
di daerah ini. Pada peta penggunaan panen yang kurang baik, akibat
lahan suatu lahan tersebut fluktuasi musim. Untuk mengatasi
teridentifikasi tegalan namun di hal tersebut perkebunan besar
kenyataan setelah cek lapangan biasanya menggunakan Springkel
daerah itu sudah berubah menjadi Irrigation untuk mempertahankan
kebun kopi. Hutan pinus di daerah hasil. Dipihak lain perkebunan rakyat
Kecamatan Bejen sekarang ditanami tidak/belum mampu untuk mengatasi
kopi diantara pohon pinus. Selain itu fluktuasi musim ini. Apalagi jika
sekarang di Kecamatan Candiroto, terjadi salah musim, selain itu juga
Kandangan dan Gemawang banyak dipengaruhi oleh harapan harga kopi.
terdapat pembukaan lahan baru Jika harga kopi tahun sebelumnya
berupa kebun kopi mengingat tinggi maka petani kopi mempunyai
hasilnya yang menggiurkan secara dana yang cukup untuk perawatan
ekonomi. kopi pada tahun berikutnya sehingga
bisa mempengaruhi hasil panen
tahun berikutnya.

Urutan hasil produksi kopi


dari yang terendah hingga tertinggi
berdasarkan Kecamatan yaitu :

Gambar 2: Peta Produksi Kopi Tiap


Kecamatan Di Kabupaten Temanggung

Secara rata-rata produksi kopi


berfluktuasi, hal ini disebabkan oleh
sebelum dilakukan uji akurasi
langsung dilapangan.

Hasil dari prosesing citra


dengan menggunakan NDVI dapat
diketahui nilai pantulan atau nilai
indeks tanaman kopi yaitu berkisar
antara -11 sampai 0.56 dengan
rincian per kelas kerapatan yaitu kopi
dengan kerapatan rendah nilai indeks
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Lapangan (2015) berkisar antra -11 hingga 0.33.

Pengolahan Citra Tanaman kopi dengan kerapatan


sedang berkisar antara 0.34 – 0.44
Penggunaan citra satelit
terakhir kopi dengan kerapatan tinggi
untuk interpretasi tanaman kopi
memiliki nilai indeks vegetasi
menggunakan citra landsat 8 dengan
sebesar 0.45 – 0.56.
resolusi 30 meter dirasa sangat sulit,
sehingga untuk mempermudah Berdasarkan peta citra indeks

dibantu dengan citra yang resolusi vegetasi dapat diperoleh informasi

spasialnya lebih tinggi untuk bahwa nilai pantulan atau nilai

pengecekannya yaitu menggunakan indeks vegetasi di Kabupaten

citra Google Earth. Penggunaan citra Temanggung berkisar antara -0.14

Google Earth disini tidak dioverlay hingga 0.57. Nilai pantulan

dengan citra Landsat karena kerapatan terendah dengan nilai -

perbedaan resolusi spasial, selain itu 0.14 dapat berupa objek lahan

citra Google Earth terdiri dari kosong, dan tubuh air. Kerapatan

gabungan beberapa citra resolusi tinggi berkisar antara 0.43 hingga

tinggi seperti GeoEye, Alos, 0.57 dapat berupa objek hutan dan

Quickbird dan lain-lain. Penggunaan perkebunan. Selanjutnya setelah

citra Google Earth ini digunakan diketahui nilai indeks atau nilai

untuk mengecek benar tidaknya hasil pantulan dari tanaman kopi

interpretasi setelah dilakukan kemudian dilakukan uji regresi untuk

interpretasi dengan citra Landsat 8 mengetahui hubungan dan pengaruh


nilai kerapatan tajuk dengan nilai
produksi kopi.

Analisis regresi pada


dasarnya dilakukan untuk
mengetahui besarnya pengaruh yang
diakibatkan adanya perubahan pada
Gambar 3: Peta Overlay Produksi Kopi
setiap satuan variable Y. Hubungan Dengan Kelas Kerapatan Kanopi Kopi
antara kerapatan tajuk tanaman kopi Di Kabupaten Temanggung Jawa
Tengah
dengan estimasi produksi tanaman
KESIMPULAN
kopi inilah yang akan dilakukan
analisis regresi untuk mengetahui Berdasarkan tujuan dan hasil yang
seberapa besar pengaruh kerapatan diperoleh pada penelitian ini, maka
dengan produksi kopi. Hasil uji dapat disimpulkan:
regresi ini memenuhi artinya
1. Secara keseluruhan hasil uji
semakin rapat suatu tajuk maka nilai
ketelitian klasifikasi pada penelitian
produksinya juga semakin tinggi.
ini yaitu 85.19 % dengan rincian
Uji regresi yang dilakukan pada vegetasi kopi dengan kerapatan
yaitu berupa uji regresi linear rendah tingkat ketelitiannya
sederhana, meskipun demikian ada sempurna yaitu 100%, namun pada
beberapa kendala dalam melakukan vegetasi kopi dengan kerapatan
uji regresi ini. Pada mulanya sampel sedang dan tinggi masing-masing
yang diambil dilapangan sebanyak tinggkat ketelitiannya 80% dan
50 titik sampel, namun ketika data 64.71%.
diolah ada beberapa data yang outlier
2. Berdasarkan pengolahan citra
sehingga data tersebut dibuang.
Landsat 8 dengan pendekatan nilai
Setelah dikurangi data outlier maka
spektral hasil estimasi pada
sampel lapangan yang layak
penelitian ini diperoleh data luas
digunakan sejumlah 30 sampel.
perkebunan kopi sebesar 24.384,85
ha dan nilai produksi kopi sebesar
16.672,73 ton.
DAFTAR PUSTAKA Jensen, J.R.2005. Remote Sensing of
the environment, an Earth
AAK. 1999. Budidaya Tanaman Resource Perspective. New
Kopi. Kanisius. Yogyakarta York: Prentice Hall.

Arnoff, S.2005. Remote Sensing for Lillesand T.M. & Kiefer R.W, 1994,
GIS Managers. Redland: ESRI Remote Sensing & Image
Press. interpretation, Third Edition,
John Wiley & Sons
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah Malingreau, J.P., Tucker, C.J. and
dan Air. Bogor : IPB Press. Laporte, N., 1989. AVHRR for
monitoring global tropical
Baatz, M., and Schape, A. 2000. deforestation. International
“Multiresolution Segmentation: Journal of Remote Sensing. 10:
An Optimization Approach for 855-867.
High Quality Multiscale Image Mather, P. M. 2004. Computer
Segmentation”. In Strobl,J., Processing Of Remotely Sensed
Blaschke, T., and Griesebner, G. Data: An Introduction, 3rd
(Ed.), Angewandte edition. Brisbane: John Wiley
Geographische and Sons.
Informationsverarbeitung XII
(pp.12-23). Heidelberg: NASA. “Landsat Data Continuity
Wichmann- Verlag. Mission Brochure” diakses 18
Desember 2014
Bayu, Rony.2006.Pemanfaatan Data
Penginderaan Jauh Dan Sistem Raharjo, Tri.2010. Estimasi Produksi
Informasi Geografis Untuk Daun Tembakau Menggunakan
Estimasi Produksi Pucuk Teh Transformasi Indeks Vegetasi
Tahun 2001 Di Sebagian Pada Data Digital Aster Di
Kabupaten Batang Jawa Sebagian Kabupaten
Tengah. Skripsi. Fakultas Temanggung Provinsi Jawa
Geografi. Universitas Gadjah Tengah. Skripsi. Fakultas
Mada.Yogyakarta Geografi. Universitas Gadjah
Mada.Yogyakarta
Badan Pusat statistik.2014.Statistik
Kabupaten Te,anggung Ray, T.W. 1995. A FAQ on
2014.BPS. Temanggung Vegetation in Remote Sensing.
Division of Geological and
Campbell J, 2013. Landsat 8 Set to Planetary Sciences California
Extend Long Run of Observing Institute of Technology.
Earth. http://www.usgs.gov/ California-USA.
diakses pada tanggal 16
Desember 2014. Retnandari., Tjokrowinoto,
Moeljarto.1991. Kopi Kajian
Danoedoro, Projo. 1996. Pengolahan Sosial-Ekonomi.Aditya
Citra Digital Teori dan Media.Yogyakarta
Aplikasinya dalam Bidang
Penginderaan Jauh. Yogyakarta Risandewi, Tri. 2013. Analisis
: Fakultas Geografi Universitas Efisiensi Produksi Kopi Robusta
Gadjah Mada. Di Kabupaten Temanggung.
Jurnal Litbang Provinsi Jawa
Tengah, Volume 11 Nomor 1 –
Juni.
Samoedra, I. S. 2007. Kajian
Kemampuan Metode Jaringan
Syaraf Tiruan untuk Klasifikasi
Penutup Lahan degan
Menggunanakan Citra ASTER.
Tesis Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Santoso, B. 1999. Pendugaan Fungsi
Keuntungan dan Skala Usaha
pada Usahatani Kopi Rakyat di
lampung, Pusat Penelitian Agro
Ekonomi, Bogor.
Sutanto.2013. Metode Penelitian
Penginderaan Jauh.Badan
Penerbit Fakultas Geografi
(BPFG). Universitas Gadjah
Mada.Yogyakarta.
Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh
Jilid I. Fakultas
Geografi.Universitas Gadjah
Mada.Yogyakarta.
Sugiyono.2014. Statistika Untuk
Penelitian. Alfabeta.Bandung
Eka Pariyanti Jurnal Manajemen Magister, Vol. 03. No.01, Januari 2017

ANALISIS PENGENDALIAN RESIKO PADA USAHA KERIPIK


SINGKONG

Eka Pariyanti
Jurusan Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lampung Timur
Jl. Pramuka Labuhan Ratu II Way Jepara Lampung Timur
E-mail : Ekaparianti10@gmail.com

ABSTRACT

Risk control is a tool for entrepreneurs in decision-making processes to reduce or avoid


the risks they face. The risk control applied by XYZ Chip Business must be effective in
order to achieve the company's goals. The hope is that this XYZ Chipset Company can run
its business by reaching high profits and guaranteed business continuity. The purpose of
this research is to know and analyze risk control at XYZ cassava chips business. Data
analysis was done by descriptive qualitative analysis using observation and interview.
Qualitative descriptive analysis technique was used to analyze alternative risk control
applied by business actor of XYZ chips. The results of the research shows that the most
common risk is expired products on the market, then the company should give discounts
one week before the cassava chip products are expired.

Keywords: Risk,Control, Cassava Chip

ABSTRAK

Pengendalian resiko adalah alat bantu bagi pengusaha dalam proses pengambilan
keputusan untuk mengurangi atau menghindari resiko yang dihadapinya. Pengendalian
resiko yang diterapkan oleh Usaha Keripik XYZ harus efektif agar tujuan perusahaan
dapat tercapai. Harapannya adalah Usaha Keripik XYZ ini dapat menjalankan usahanya
dengan meraih keuntungan yang tinggi dan terjamin kontiunitas usahanya. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengendalian resiko pada usaha
keripik singkong XYZ. Analisis data dilakukan dengan analisis secara deskriptif kualitatif
menggunakan observasi dan wawancara. Teknik analisis deskriptif kualitatif digunakan
untuk menganalisis alternatif pengendalian resiko yang diterapkan oleh pelaku usaha
kripik XYZ. Hasil penelitian menunjukan resiko yang paling banyak terjadi adalah produk
kadaluarsa di pasaran, maka sebaiknya perusahaan memberikan potongan harga satu
minggu sebelum produk keripik singkong tersebut kadaluarsa.

Kata Kunci : Resiko, Pengendalian, Keripik Singkong

32 Informatics and Business Institute Darmajaya


Eka Pariyanti Jurnal Manajemen Magister, Vol. 03. No.01, Januari 2017

I. PENDAHULUAN Singkong atau ubi kayu sudah


Salah satu usaha industri kecil yang dijadikan sebagai salah satu komoditas
berkembang di Indonesia adalah di agroindustri. Singkong dalam keadaan
bidang pangan. Menurut Wirakarta segar tidak tahan lama dan harganya
kusumah (2007:65), industri pangan rendah, namun jika dilakukan pengolahan
merupakan salah satu sektor industri yang lebih lanjut dan dikelolah secara
sangat penting peranannya dalam maksimal menjadi tepung tapioka,
perekonomian Indonesia. Disamping gaplek, tape, keripik singkong, klanting
mampu memenuhi kebutuhan pangan dan lainnya maka singkong tersebut
Indonesia, industri pangan jugadapat mempunyai nilai ekonomis yang lebih
menghasilkan devisa untuk negara. besar sehingga dapat memberikan
Keberadaan industri pangan di Indonesia keuntungan yang cukup besar bagi petani
dapat menyerap tenaga kerja dalam dan masyarakat. Bersamaan dengan hal
jumlah yang cukup banyak serta mampu tersebut semakin meningkat pula
mendorong berdirinya industri penunjang industri-industri pengolahan dengan
seperti industri tambahan makanan, menggunakan singkong sebagai bahan
industri kemasan, industri mesin dan bakuutamanya (Anonim, 2015:7).
peralatan pengolahan pangan. Usaha Keripik XYZ merupakan
Setiap bisnis atau usaha yang salah satu agro industri berskala rumah
dijalankan pasti memiliki resiko dan tangga yang mengolah ubi kayu sebagai
ketidakpastian. Hal ini bertentangan keripik singkong. Usaha Keripik XYZ
dengan perilaku individu yang berdiri sejak tahun 2007 bertempat di
menginginkan kepastian dalam Teluk Dalem Kecamatan Mataram Baru
berusaha.Indikasi adanya resiko dalam Lampung Timur. Usaha Keripik XYZ
kegiatan bisnis dapat dilihat dengan tidak terlepas dari beberapa kendala yang
adanya variasi atau fluktuasi, seperti dihadapi. Kendala tersebut merupakan
fluktuasi pada produksi, harga atau hambatan yang cukup kompleks dalam
pendapatan yang diperoleh para pembuat menjalankan usaha. Kendala yang
keputusan. Para pembuat keputusan perlu dimaksud adalah tingginya tingkat resiko
menilai tingkat resiko pada bisnisnya yang dihadapi. Resiko produksi dilihat
untuk menetapkan strategi sebagai upaya dari bahan baku yang mudah busuk jika
untuk mengurangi resiko yang mungkin tidak segera diproduksi minimal 3
dihadapi. hari,harga bahan baku yang tidak

Informatics and Business Institute Darmajaya 33


Eka Pariyanti Jurnal Manajemen Magister, Vol. 03. No.01, Januari 2017

menentu dan belum memiliki standarisasi singkong XYZ di Teluk Dalem


produk. Selain resiko tersebut, resiko Kecamatan Mataram Baru Lampung
lain yang dihadapi yaitu keripik yang Timur ?.
mudah hancur sehingga kemungkinan Tujuan Penelitian
retur produk tinggi, semakin banyaknya Penelitian ini bertujuan untuk
pesaing dan produk kadaluarsa di mengetahui dan menganalisis
pasaran. pengendalian resiko pada usaha keripik
Pengelolaan Usaha Keripik XYZ singkong XYZ di Teluk Dalem
yang dihadapkan pada resiko tinggi harus Kecamatan Mataram Baru Lampung
disertai dengan pengetahuan pengusaha Timur.
dalam meminimalkan resiko.
Kemampuan dalam mengendalikan II. LANDASAN TEORI
resiko yang baik sangat diperlukan Pengertian Pengendalian Resiko
pengusaha untuk meminimalkan resiko, Strategi pengelolaan resiko
sehingga pengusaha bisa mendapatkan merupakan langkah-langkah yang dapat
keuntungan yang maksimal. ditempuh perusahaan untuk menangani
Pengendalian resiko adalah alat bantu terjadinya resiko.Fungsi-fungsi
bagi pengusaha dalam proses manajemen sangat berperan dalam
pengambilan keputusan untuk perumusan strategi pengelolaan resiko
mengurangi atau menghindari resiko sehingga penentuan strategi dapat
yang dihadapinya. Pengendalian resiko dikonsep dalam manajemen resiko.
yang diterapkan oleh Usaha Keripik XYZ Penanganan resiko dapat
harus efektif agar tujuan perusahaan dianggap sebagai salah satu fungsi dari
dapat tercapai. Harapannya adalah Usaha manajemen. Dengan adanya konsep
Keripik XYZ ini dapat menjalankan resiko maka fungsi manajemen tidak
usahanya dengan meraih keuntungan hanya perencanaan, mengorganisasikan,
yang tinggi dan terjamin kontiunitas mengarahkan dan mengawasi, tetapi
usahanya. ditambahkan satu fungsi lagi yang sangat
penting yaitu menangani resiko.
Rumusan Masalah Menurut Darmawi (2008:135),
Rumusan masalah dalam pengendalian resiko merupakan suatu
penelitian ini adalah :Bagaimana usaha untuk mengetahui, menganalisis
pengendalian resiko pada usaha keripik serta mengendalikan resiko dalam setiap

34 Informatics and Business Institute Darmajaya


Eka Pariyanti Jurnal Manajemen Magister, Vol. 03. No.01, Januari 2017

kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk Sungai Beremas Kabupaten


memperoleh efektifitas dan efisiensi yang Pasaman Barat Menurut Tinjauan
lebih tinggi. Ekonomi Islam".
Berdasarkan pendapat para ahli Pada penelitian ini didapati hasil
diatas dapat disimpulkan bahwa bahwa resiko yang terjadi pada pedagang
pengendalian resiko adalah suatu usaha ikan basah di Tempat Pelelangan Ikan
untuk mengetahui, menganalisis serta (TPI) Kecamatan Sungai Beremas adalah
mengendalikan resiko dalam setiap resiko tidak habis terjual, resiko ikan
kegiatan perusahaan untuk yang mudah busuk, resiko kelangkaan
meminimalkan kerugian yang terjadi. ikan, resiko factor cuaca, resiko
persaingan dengan pedagang ikan lain,
Tujuan Pengendalian Resiko resiko sepi pembeli, resiko keterlambatan
Pengendalian resiko perlu penerimaan ikan dari pihak ke-2
dilakukan untuk resiko yang tidak bisa (nelayan), resiko ikan yang sudah busuk
dihindari oleh organisasi. Keberhasilan dari pihak ke-2 dan resiko kenaikan harga
perusahaan ditentukan oleh kemampuan ikan dari pihak ke-2 dikarenakan
manajemen menggunakan berbagai ekonomi global. Adapun manajemen
sumberdaya yang ada untuk mencapai resiko yang dilakukan oleh pedagang
tujuan perusahaan. Sehingga ikan basah ada tiga tahap yaitu
pengendalian resiko harus segera identifikasi resiko, mengukur resiko dan
dilakukan. mengendalikan resiko. Manajemen yang
Menurut Kountur (2008:152) dilakukan pedagang sudah cukup baik
tujuan pengendalian resiko adalah untuk dan sesuai dengan ekonomi islam namun
mengelola resiko dengan membuat ada beberapa juga yang tidak sesuai
pelaku usaha sadar akan resiko, sehingga dengan ajaran islam karena ada unsur
laju organisasi bisa dikendalikan. menipu dan merugikan orang lain.
Strategi pengelolaan resiko merupakan 2. Evaluasi Pengendalian Risiko Pt.
suatu proses yang berulang pada setiap Lembah Karet Berdasarkan Risk
periode produksi. Reduction.
Penelitian Terdahulu Diperoleh bahwa nilai Risk Reduction
1. "Pengendalian Resiko usaha rata-rata PT. X sebesar 56,94%. Kondisi
Pedagang Ikan Basah Di Tempat ini memperlihatkan bahwa pengendalian
Pelelangan Ikan (TPI) Kecamatan yang telah diterapkan mampu

Informatics and Business Institute Darmajaya 35


Eka Pariyanti Jurnal Manajemen Magister, Vol. 03. No.01, Januari 2017

menurunkan nilai risiko sampai dengan Teknik analisis deskriptif kualitatif


setengah dari kondisi awal tanpa adanya digunakan untuk menganalisis alternatif
pengendalian. Upaya pengendalian yang pengendalian resiko yang diterapkan oleh
dapat dilakukan agar risiko dapat pelaku usaha keripik singkong XYZ
dihilangkan atau nilai Risk Reduction untuk meminimalkan resiko yang
mencapai 100% antara lain melakukan dihadapinya. Langkah-langkah analisis
pengendalian administratif, pengendalian pengendalian resiko menurut Kountur
engineering, dan penggunaan APD (2008:152) :
a. Mengidentifikasi terlebih dahulu
III. METODE PENELITIAN resiko-resiko yang dihadapi oleh
Teknik Analisis Data pelaku usaha.
Penelitian ini merupakan b. Evaluasi atau mengukur atas masing-
penelitian deskriptif kualitatif. Sugiyono masing resiko ditinjau dari severity
(2010:347), menjelaskan bahwa: Metode (nilai resiko) dan frekuensinya. Pelaku
penelitian kualitatif merupakan metode usaha melakukan penilaian tingkat
penelitian yang berlandaskan pada resiko yang dihadapi perusahaan
filsafat positivisme, digunakan untuk secara subyektif.
meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah Pengukuran peluang (P) diperoleh dari
eksperimen), teknik pengumpulan dengan frekuensi kejadian pada setiap kondisi
trianggulasi, analisis data bersifat yang dibagi dengan periode waktu selama
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kegiatan berlangsung. Secara matematis
kualitatif lebih menekan makna dari pada pengukuran peluang dapat dituliskan
generalisasi. Metode deskriptif adalah sebagai berikut (Darmawi, 2008:211) :
suatu metode dalam meneliti status Pi = f/T
sekelompok manusia, suatu objek, Keterangan:
kondisi, sistem pemikiran ataupun f = Frekuensi kejadian
peristiwa pada masa sekarang. Tipe T = Periode waktu proses
penelitian ini berusaha menerangkan produksi (10 kali produksi)
fenomena sosial tertentu. c. Tahap berikutnya adalah pengendalian
Analisis data dilakukan dengan resiko. Pengendalian resiko yang
analisis secara deskriptif kualitatif diterapkan berdasarkan pada penilaian
menggunakan observasi dan wawancara.

36 Informatics and Business Institute Darmajaya


Eka Pariyanti Jurnal Manajemen Magister, Vol. 03. No.01, Januari 2017

pengusaha sebagai pengambil pengendalian risiko yang baik sehingga


keputusan. perusahaan memperoleh pendapatan yang
d. Tahap terakhir adalah evaluasi. ditargetkan.Strategi pengendalian risiko
yang dilakukan oleh perusahaan
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN diharapkan dapat menjadi strategi yang
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa tepat dalam menekan atau meminimalkan
pelaku usaha keripik XYZ dalam risiko. Kegiatan usaha keripik singkong
menjalankan usahanya menghadapi risiko XYZ milik Pak Mukhoiri menghadapi
dari yang rendah hingga risiko yang cukup
risiko dalam produksinya. Hal ini
tinggi. Berdasarkan pengukuran resiko
diindikasikan dengan adanya fluktuasi
terhadap peluang terjadinya resiko, resiko
produksi keripik singkong. Untuk itu,
yang paling tinggi pada usaha keripik
diperlukan strategi pengendalian risiko
singkong XYZ adalah resiko produk
yang tepat agar risiko tersebut dapat
kadaluarsa dipasaran dan resiko yang paling
rendah adalah adanya pesaing dan dimininalkan.
standarisasi produk, sehingga dibutuhkan Pengendalian resiko yang
alternatif strategi untuk mengurangi risiko dilakukan oleh Pak Mukhoiri selaku
tersebut. Salah satu strategi yang efektif pelaku usaha Keripik Singkong XYZ
adalah pemberdayaan SDM. Sanusi, Anuar, adalah dengan melakukan pengendalian
Anggalia Wibasuri, Andi Desfiandi. 2016.) fisik (resiko dihilangkan, resiko
mengatakan “The finding of the research diminimalisir) yaitu meminimasi resiko
isthe design model of empowerment- dengan upaya-upaya untuk
based college quality development. meminimumkan kerugian. Berikut adalah
Broadly speaking, the development pengendalian risiko yang dilakukan oleh
model beforeempowerment-based quality pelaku usaha keripik singkong XYZ
policy in the decree ofcollegeheads and terhadap resiko-resiko yang dihadapinya :
after using quality policy 1. Resiko pada input (singkong atau
empowerment”. bahan baku)
Strategi pengendalian risiko Resiko yang dihadapi pelaku
adalah kegiatan atau usaha yang usaha keripik XYZ pada tahap input
dilakukan untuk meminimalkan dampak (bahan baku) adalah bahan baku mudah
yang terjadi karena adanya risiko. busuk dan harga bahan baku tidak
Dampak yang ditimbulkan dari risiko menentu. Resiko bahan baku yang
dapat diminimalkan dengan strategi mudah busuk memiliki peluang terjadi

Informatics and Business Institute Darmajaya 37


Eka Pariyanti Jurnal Manajemen Magister, Vol. 03. No.01, Januari 2017

sebesar 30 %, sedangkan harga bahan standarisasi produk dengan cara


baku yang tidak menentu memiliki menggunakan alat perajangan yang
peluang terjadi sebesar 40% per 10 kali bersih dan dapat bekerja dengan baik
produksi. Total kerusakan yang terjadi serta melakukan pengecekan produk
pada tahap input yang disebabkan karena secara visual.
bahan baku (singkong) busuk sebesar 90 Pelaku usaha keripik singkong
kg per 10 kali produksi. XYZ dalam melakukan perajangan
Pelaku usaha keripik singkong singkong masih menggunakan cara
XYZ melakukan pengendalian resiko tradisional (manual) dan tidak
bahan baku yang mudah busuk dengan menggunakan mesin. Menurut pelaku
cara melakukan pemilihan singkong usaha keripik singkong XYZ , keripik
(sortasi bahan baku) yaitu hanya yang dirajang secara manual memiliki
singkong yang bermutu baik yang hasil yang lebih baik dibandingkan
digunakan untuk produksi keripik, dengan memakai mesin pemotong. Hasil
menjaga kebersihan bahan baku dan keripik singkong yang dirajang dengan
hanya melakukan produksi sesuai dengan mesin pemotong terlalu tipis sehingga
pesanan konsumen. Pada resiko harga ketika digoreng keripik singkong menjadi
bahan baku yang tidak menentu, pelaku keras dan alot ketika dikonsumsi.
usaha keripik singkong XYZ tidak bisa 3. Resiko pada output (produk keripik
mengendalikan resiko tersebut, karena singkong)
harga bahan baku (singkong) sudah Resiko yang dihadapi pelaku
ditentukan oleh pasar. usaha keripik XYZ pada tahap output
2. Resiko pada proses (pengolahan (produk keripik singkong) adalah keripik
bahan baku) mudah hancur, semakin banyaknya
Resiko yang dihadapi pelaku pesaing dan produk kadaluarsa di
usaha keripik XYZ pada tahap proses pasaran. Resiko keripik mudah hancur
(pengolahan bahan baku) adalah belum memiliki peluang terjadi sebesar 50%,
memiliki standarisasi produk. Resiko resiko semakin banyaknya pesaing
belum memiliki standarisasi produk memiliki peluang terjadi sebesar 20% dan
memiliki peluang terjadi sebesar 20 % resiko produk kadaluarsa di pasaran
per 10 kali produksi. Pelaku usaha memiliki peluang terjadi sebesar 60% per
keripik singkong XYZ melakukan 10 kali produksi.
pengendalian resiko belum memiliki

38 Informatics and Business Institute Darmajaya


Eka Pariyanti Jurnal Manajemen Magister, Vol. 03. No.01, Januari 2017

Pada tahap output, total kerusakan (resiko dihilangkan, resiko diminimalisir)


keripik singkong karena hancur sebesar yaitu meminimasi resiko dilakukan
200 kg per 10 kali produksi, sedangkan dengan upaya-upaya untuk
total kerusakan yang disebabkan karena meminimumkan kerugian.
keripik singkong kadaluarsa di pasaran 1) Resiko pada input (singkong atau
sebesar 330 kg per 10 kali produksi. bahan baku)
Pelaku usaha keripik singkong Resiko pada tahap input (bahan baku)
XYZ melakukan pengendalian resiko adalah bahan baku mudah busuk dan
pada resiko keripik mudah hancur dengan harga bahan baku tidak menentu.
carabahan baku (singkong) yang Pengendalian resiko bahan baku yang
digunakan harus memiliki mutu yang mudah busuk dilakukan dengan
baik dan saat proses perajangan dan melakukan pemilihan singkong
penggorengan harus dilakukan dengan (sortasi bahan baku), menjaga
baik. Pada resiko semakin banyaknya kebersihan bahan baku dan hanya
pesaing, pelaku usaha keripik singkong melakukan produksi sesuai dengan
XYZ melakukan pengendalian resiko pesanan konsumen. Pada resiko harga
dengan cara menjaga dan meningkatkan bahan baku yang tidak menentu,
kualitas produk serta membuat variasi pelaku usaha keripik singkong XYZ
rasa produk. Sedangkan pada resiko tidak bisa mengendalikan resiko
produk kadaluarsa di pasaran, pelaku tersebut, karena harga bahan baku
usaha keripik singkong XYZ melakukan (singkong) sudah ditentukan oleh
pengendalian resiko dengan cara pasar.
melakukan sistem produksi sekali habis 2) Resiko pada proses (pengolahan
dan melakukan produksi sesuai dengan bahan baku)
pesanan konsumen. Resiko pada tahap proses
(pengolahan bahan baku) adalah
V. SIMPULAN DAN SARAN belum memiliki standarisasi produk.
Simpulan Pengendalian resiko belum memiliki
Berdasarkan hasil penelitian yang standarisasi produk dilakukan dengan
dilakukan, dapat penulis simpulkan menggunakan alat perajangan yang
bahwa pengendalian resiko yang bersih dan dapat bekerja dengan baik
dilakukan oleh pelaku usaha Keripik serta melakukan pengecekan produk
Singkong XYZ adalah pengendalian fisik secara visual.

Informatics and Business Institute Darmajaya 39


Eka Pariyanti Jurnal Manajemen Magister, Vol. 03. No.01, Januari 2017

2. Perusahaan hendaknya memberikan


3) Resiko pada output (produk keripik pelatihan karyawan, khususnya pada
singkong) bagian produksi untuk mengurangi
Resiko pada tahap output adalah resiko yang diakibatkan oleh sumber
keripik mudah hancur, semakin daya manusia, seperti pada resiko
banyaknya pesaing dan produk belum memiliki standarisasi produk
kadaluarsa di pasaran. Pengendalian dan keripik yang mudah hancur.
resiko keripik yang mudah hancur 3. Karena resiko yang paling banyak
dilakukan dengan menggunakan terjadi adalah produk kadaluarsa di
bahan baku (singkong) yang bermutu pasaran, maka sebaiknya perusahaan
baik dan saat proses perajangan dan memberikan potongan harga satu
penggorengan harus dilakukan minggu sebelum produk keripik
dengan baik. Pada resiko semakin singkong tersebut kadaluarsa.
banyaknya pesaing, pengendalian
resiko dilakukan dengan menjaga dan
DAFTAR PUSTAKA
meningkatkan kualitas produk serta
membuat variasi rasa produk. Anonim.2015.PeluangEksporPasarUbika
yu Indonesia.
Sedangkan pada resiko produk http//:Agribisnis.deptan.go.id.
kadaluarsa di pasaran, pengendalian Diaksestanggal 22 September
2016.
resiko dengan cara melakukan sistem
produksi sekali habis dan melakukan Darmawi,H.2008.ManajemenRisiko.Bum
iAksara. Jakarta.
produksi sesuai dengan pesanan
konsumen. Jurnal; Evaluasi Pengendalian Risiko Pt.
Lembah Karet Berdasarkan Risk
Saran Reduction, Esmiralda.
Berdasarkan kesimpulan yang
Kountur,Ronny.2008.MudahMemahami
telah dikemukakan diatas maka penulis
ManajemenRisiko Perusahaan.
mengajukan saran yang dapat PPM. Jakarta.
Sanusi, Anuar, Anggalia Wibasuri, Andi
dipertimbangkan oleh perusahaan yaitu :
Desfiandi. 2016. “Model of
1. Perusahaan sebaiknya memperhatikan empowerment-based management
change and its relation to the college
sarana produksi yang tepat jumlah,
quality improvement”. International
mutu dan waktu sehingga resiko pada Journal of Applied Business and
Economic Research 14 (11): 7791–
produk keripik singkong tidak terlalu
7809.
besar.

40 Informatics and Business Institute Darmajaya


Eka Pariyanti Jurnal Manajemen Magister, Vol. 03. No.01, Januari 2017

Sugiyono.2010.MetodePenelitianManaje
men. CV Alfabeta.Bandung.

Susita Elfira, (2015) Pengendalian


Resiko Usaha Pedagang Ikan
Basah Di Tempat Pelelangan Ikan
(Tpi) Kecamatan Sungai Beremas
Kabupaten Pasaman Barat
Menurut Tinjauan Ekonomi
Islam. Thesis, Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Wirakarta kusumah, M. A. 2007. Telaah


Perkembangan Industri Pangan
di Indonesia. Dalam Jurnal
Pangan No. 32 Vol VIII
2007.Penerbit Bulog.Jakarta.

Informatics and Business Institute Darmajaya 41

Anda mungkin juga menyukai