@RBITH Vol.4No.3 Nopember 2008 : 453 - 459
DAMPAK PENGGUNAAN MONOSODIUM GLUTAMAT (MSG)
TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN
Oleh : F Sri Nugrahent Setiawati
‘Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia FT UNDIP Semarang
Jl Prof Sudarto, S.H., Tembalang Semarang 50275
Abstrak
Monosodium glutamat (MSG) disebut bumbu masak atau motto. Industri MSG berkembang pesat
setelah di Jepang ditemukan, bakteri Corynebacterium glutamicum, Erevibacterium flavum dan
Bacteriumlaktofermentum. Dampak negatif penggunaan MSG masih merupakan kontroversi, yaitu dapat
mempengaruhi fungsi syarat otak. MSG mengelabui otak dengan pemikiran bahwa otak telah merasakan
sesuatu yang lezat, inilah yang disebut dengan eksitoksin. Meskipun aman dikonsumsi dalam batas
tertentu, namun perlu dipertimbangkan penambahan MSG dalam masakan rumah tangga agar tidak
berlebihan. Indonesia merupakan negara produser MSG terbesar setelah China. Dampak dari limbah
cair hasil pengolahan MSG tenyata cukup berbahaya bagi hewan air, sehingga perlu pengolahan agar
tidak mencemari lingkungan.
Kata Kunei :
1. Pendahuluan
Monosodium glutamat (MSG) adalah bahan
kimia yang ditambabkan ke dalam makanan
untuk menambah ita rasa makanan,
meningkatkan rasa enak atau menekan rasa
yang tidak diinginkan dari suatu bahan
makanan.
Berbagai penelitian menyatakan bahwa MSG
merupakan racun saraf yang kuat dan dapat
menghambat pertumbuhan kaum muda.
Penelitian mengenai MSG mulai
diperhatikan para abli sejak gejala timbulnya
sindroma rumah makan Cina, yang ditandai
dengan pusing-pusing, mual, debar jantung
lebih kencang, dan rasa tegang di tengkuk
yang diderita oleh orang-orang yang keluar
dari rumah makan Cina.
Kesehatan merupakan bagian dari kualitas
hidup manusia, schingga Kesehatan menjadi
bagian dari usaha pembangunan. Teknologi
pertanian yang mengolah sumber daya alam
hayati menjadi produk yang dapat dimakan
hendaknya mendukung usaha meningkatkan
kualitas hidup manusia. Produk-produk yang
dihasilkan hendaknya mampu meningkatkan
derajat keschatan manusia. Untuk menjaga
agar tubuh tetap sehat menuntut persyaratan
pangan yang tidak saja bergizi tetapi harus
aman dikonsumsi dan memiliki mutu yang
baik.
Persyaratan keamanan pangan yang
dikonsumsi seharusnya menjadi persyaratan
terpenting yang harus dipenuhi sebelum
persyaratan lain dipertimbangkan, Hal ini
berarti apabila suatu makanan sudah tidak
aman untuk dikonsumsi, kandungan gizi,
kelezatan, penampilan dan mutunya menjadi
tidak ada artinya lagi bahkan pangan tersebut
harus dimusnahkan.
Bagaimana dampak penggunaan - MSG
tethadap Kesehatan lingkungan, maka tulisan
ini bertujuan mengemukakan sekelumit
tentang MSG, yaitu proses pembuatan MSG,
mekanisme Kerjanya di dalam tubuh
manusia, dan pengaturan penggunaan MSG
di dalam makenan dan pilihan apa yang
sebaiknya dilakukan mengenai MSG.
2, Monosodium Glutamat (MSG)
Pertumbuhan industri pangan di Indonesia
telah berkembang sangat pesat, demikian
pula dengan perkembangan jenis bahan
tambahan makanan (food additives). Bahan
tambahan makanan adalah bahan kimia yang
453Dampak Penggunaan Monosodium Glutamat (MSG) Terhadap 1...
dicampurkan ke dalam makanan dan obat-
obatan yang bertujuan —meningkatkan
kualitas, menambah enak, mengawetkan ,
dan untuk menjaga rasa atau meningkatkan
rasa dan penampilan makanan. Beberapa
jenis bahan tambahan makanan telah
digunakan sejak ratusan tahun lalu
(Wikipedia, 2007). Sebagai contoh adalah
untuk mengasamkan makanan dengan cuka,
mengawetkan daging dan ikan dengan garam
dan mengawetkan buah-buahan dalam
bentuk manisan ataupun menggunakan sulfur
dioksida pada minuman anggur.
Monosodium glutamat lebih dikenal dengan
motto atau bumbu masak. Sejak dahulu di
jaman Yunani dan Romawi kuno, hampir
‘seluruh makanan yang kaya akan glutamat
digunakan sebagai bumbu masak. —Seperti
halnya anggur dan minyak-minyak hasil
ekstraksi yang dapat dimakan, saos ikan
(garam) yang kaya akan glutamat menjadi
komoditas penting sejak abad ke 7 SM.
Monosodium glutamat mulai terkenal tahun
1960-an, tetapi sebenarnya memiliki sejarah
Panjang. Selama berabad-abad orang Jepang
mampu menyajikan masakan yang sangat
lezat. Pada tahun 1908, Kikunae Ikeda
menemukan kunci kelezatan itu pada
kandungan asam glutamat. Penemuan ini
selengkapi 4 jenis rasa sebelumnya - asam,
manis, asin dan pahit - dengan wmami (dari
Kata wmai, bahasa Jepang berarti lezat).
Kikunae Ikeda kemudian mempatenkan
metode memproduksi bentuk krista dari
asam glutamate tersebut —yaitu MSG.
Menurut —beberapa_-media_populer,
sebelumnya di Jerman pada tahun 1866,
Ritthausen juga berhasil mengisolasi asam
giutamat dan ‘mengubahnya menjadi bentuk
MSG, tetapi belum tahu kegunaannya
sebagai penyedap rasa (Wikipedia, 2007)
Sejak penemuan itu, Jepang memproduksi
asam glutamat melalui ekstraksi dari bahan
alamiah, Tetapi Karena permintaan pasar
terus melonjak, tahun 1956 mulai ditemukan
454
F'Sri Nugraheni Setiawati
cara produksi L-glutamie acid melalui
fermentasi. Proses pembuatan MSG melalui
fermentasi dalam skala industri berkembang
pesat setelah — penemuan _bakteri
Corynebacterium glutamicum oleh
Konoshita. Kemudian pada tahun 1962
Okumura di Jepang = menemukan
Erevibacterium flavum dan
Bacteriumiakiofermentum yang kini banyak
digunakan (Said, 1987).
Monosodium —glutamat_ —sebenarnya
merupakan bahan yang secara normal
terdapat di dalam makanan yakni berupa
asam amino yang ada pada hampir semua
buah-buahan, sayuran dan daging. Glutamat
secara alami dalam bentuk bebas dapat
ditemukan di jaringan tanaman dan hewan,
seperti tomat, jamur, brokoli, kacang polong,
keju, daging, ikan, bahkan pada susu ibu 20
kali lebih besar daripada susu sapi. Glutamat
bebas inilah yang memegang peranan dalam
menentukan rasa enak dan penerimaan
terhadap suatu makanan. Makanan yang
mengandung glutamate bebas dalam tingkat
tinggi seperti keju dan tomat yang telah
masak, umumnya memiliki rasa yang lezat.
Seperti halnya garam, glutamate dapat
membuat berbagai makanan lebih lezat,
tetapi glutamate sendiri tidak memiliki rasa.
Jika dimasukkan ke dalam sup, glutamate
akan memberikan berbagai kesan rasa,
dibandingkan dengan sup yang tidak diberi
MSG. Glutamat bebas dicerna di dalam
tubuh berbeda dengan gintamat yang terikat
dalam protein.
2.1. Proses Pembuatan MSG
Pada dasarnya terdapat 3 metode pembuatan
MSG, yaitu (1) hidrolisis, metode yang telah
lama tidak digunakan (2) fermentasi, metode
yang saat ini banyak dilakukan dan (3)
sintesis, berbasis pada akrilonitril. Bahan
baku untuk pembuatan MSG yang berfungsi
sebagai media pertumbuhan bakteri berasal
dari bahan alami seperti tetes gula tebu atauCORBITH Vol.4 No.3 Nopember 2008 : 453 - 459
tapioka. Spesifikasi__pembuatan MSG
haruslah mengikuti kriteria berikut : (1)
kandungan kristal MSG minimal 99% MSG,
(2) kelembaban (kecuali berbentuk air) tidak
boleh lebih tinggi dari 0.5%, (3) kandungan
natrium Khlorida tidak boleh lebih tinggi dari
0.5%, (4) kemurnian MSG harus terjaga
dari komponen arsenic, besi dan kalsium
Menurut Said (1987), pembentukan asam
glutamat dapat dilakukan dengan
menggunakan Micrococcus glutamicus yang
kemudian —_disebut_ Corynebacterium
glutamicus. Reaksi yang tetjadi adalah: (1)
metabolisme gula melalui jalur EMP
(Embden Meyerhof Parnas) dan HMS
(Hexosa Monophosphate Shunt), (2) pada
laju aerasi yang rendah, jalur EMP dominan
dan asam laktat berakumulasi daripada asam
glutamat, (3) dengan udara cepat, sistem
HMS akan dominan dan asam glutamat
berakumulasi. Setelah asam glutamat
terbentuk organisme hanya mempunyai
sedikit kemampuan untuk menguraikan
produk yang terjadi.
Pada sistem HMS, glukosa dioksidasi
menjadi glukonat. Dari
dan ribosa S-phosphat, piruvat dan asetat
terbentuk. Organisme ini tidak dapat
mensintesa asam glutamat dari piruvat dan
laktat tetapi dapat memproduksinya dari
malat dan sitrat, Malat dihasilkan dari reaksi
enzim, karena asam dengan 4 karbon
dibutuhkan untuk pembentuk asam sitrat.
Asam sitrat dibentuk dari asetat dan oksalat
kemudian dioksidasi menjadi asam glutamat
melalui dua NADP dehidrogenasi_khusus
misal isositrat dehidrogenasi dan L-glutamat
dehidrogenasi yang terdapat dalam ion
amonium, Selain oleh mikroorganisme-
mikroorganisme di atas asam glutamat dapat
juga diproduksi_oleh_—-Becirculars,
BMegaterium, B.cercus, B.divanicatum, B.
Flavum, B. Laktofermentum dan lain-lain,
phosphoglukonat
Pertama-tama dibiakan liofil yang telah
diinokulasikan ke dalam tabung kolben berisi
medium prastarter diinkubasikan selama 16
jam pada 31°C. Biakan prastarter setelah itu
dapat diinokulasikan ke dalam medium
tangki starter. Kristal muri asam glutamat
yang berasal dari proses pemumian asam
glutamat digunakan sebagai dasar pembuatan
MSG. Asam glutamat yang dipakai dalam
proses ini harus mempunyai kemurnian lebih
besar dari 95% persen sehingga bisa
didapatkan MSG berkualitas Untuk
mengubah asam glutamat menjadi MSG,
kristal tersebut dilarutkan dalam air sambil
dinetralkan dengan NaOH atau NaHCO3
sampai pHi menjadi 6,6-7,0. Pada keadaan
ini asam glutamat sudah bereaksi dnegan
‘Nat dan membentuk larotan MSG. Larutan
ini mempunyai derajat kekentalan sekitar 26
-28° BE pada suhu 30°C dengan konsentrasi
MSG 52-55 gram/larutan.
Untuk menjernihkan cairan MSG yang
berwama kuning jemih dan juga untuk
menyerap kotoran lainnya, ke dalam cairan
ini ditambahkan arang aktif sebanyak 5
persen (w/v), diaduk kemudian didiamkan
selama satu jam == untuk —lebih
menyempurnakan proses penyerapan warna
serta impuriti lainnya, Arang aktif ini akan
bekerja lebih baik pada pH di bawah netral.
Karena itu pH larutan asam glutamat yang
dinetralkan diatur di bawah,
Cairan berisi arang aktif dan MSG ini
kemmudian disaring dengan menggunakan
vakum filter menghasilkan filtrat serta cake
berisi arang aktif dan impurities lainnya.
Bila kekeruhan dan warna dar filtrat tersebut
sudah sesuai dengan yang diinginkan maka
cairan ini bisa dikristalkan. Kristalisator
hampa udara banyak digunakan untuk
pengkristalan ini. Setelah cairan MSG
memiliki kekentalan 26°BE, larutan ini
kemudian diuapkan pada kondisi vakum 64
‘omHg atau setara dengan temperatur didih
60°C. Pemekatan dilakukan sampai
konsentrasi 68-69MSG/di larutan, Karena
cairan sudah fase jenuh, maka pemberian
umpan akan menyebabkan terbentuknya
455Dampok Penggunaan Monosodium Glutamat (MSG) Terhadap
MSG. Umpan yang diberikan sekitar dua
persen. Inti krisial yang terbentuk ini secara
perlahan-lahan akan diikuti_ dengan
pemekatan larutan sehingga didapat kristal
yang lebih besar. Proses kristalisasi ini
berlangsung sekitar 14 jam.
Kristal MSG yang dihasilkan dari proses ini
dipisahkan dengan metode sentrifusi dari
cairannya. Filtrat hasil penyacingan
dikembalikan pada proses pemucatan.
Kristal MSG yang dihasilkan setelah disaring
dikeringkan dengan vap panas dalam lorong,
pengering. Kemudian diayak dengan ayakan
bertingkat sehingga didapat tiga ukuran
Kristal, yaitu LLC (Long Large Crystal), LC
(Long Crystal), dan RC (Regular Crystal).
Sedangkan fine crystal yang merupakan
kristal yang kecil dikembalikan pada proses
sebagai umpan. Hasil MSG yang sudah
diayak dalam bentuk ering tersebut
sclanjutnya dimasukkan ke dalam karung
plastik kemudian disimpan sebelum di
distribusi ke penguna.
2.2, Mekanisme Kerja
Glutamat (MSG)
Monosodium
Glutamat termasuk kategori asam amino non
esensial yang diproduksi di dalam tubuh
manusia jika dibutuhkan dan mengambil
peranan penting dalam — metabolisme.
Glutamat mengambil posisi sentral dalam
tubuh manusia. Glutamat merupakan 10-
40% dari komponen berat protein dalam
tubuh Karena berfungsi menyediakan grup
asam amino untuk biosintesis bagi asam
amino lain, Glutamat adalah substrat untuk
pembentukan glutamin dan glutationin yang
merupakan kunci neurotransmitter di dalam
tak dan juga penting sebagai sumber energi
bagi jaringan yang ada. Meskipun glutamat
penting sebagai neurotransmiter dalam otak,
tetapi darah di dalam otak dapat menjadi
penghalang yang —secara—cfektif
mengeluarkan masuknya plasma glutamat
(Food Standards Australia New Zealand,
2003).
456
F Sri Nugraheni Setiawati
Asam glutamat bebas adalah asam glutamate
yang tidak terikat dengan protein.
Pembuatan asam glutamat bebas (MSG)
selalu menghasilkan D-asam glutamate, asam
piroglutamat dan berbagai kontaminan lain
selain L-asam glutamate, L-asam ghstamat
inilah inti dari MSG, yang berbentuk butiran
putih mirip garam, bila ditambahkan ke
dalam makanan, akan terbentuk asam
glutamat bebas yang ditangkap oleh reseptor
khusus di otak dan mempresentasikan rasa
dasar dalam makanan itu menjadi jauh lebih
lezat dan gurih.
Saat MSG memasuki otak melalui membran
dalam mulut dan kerongkongan dan juga
memasuki aliran darah bersama_makanan
untuk dicema. MSG mengelabui otak
dengan pemikiran bahwa otak telah
merasakan sesuatu yang lezat. Dampak inilah
yang disebut dengan eksitoksin atau
neurotoksin,
Hanya komponen asam glutamate yang
-berbentuk L-glutamat yang ~— dapat
menguatkan rasa asli dari makanan sehingga
terasa lebih lezat. Hanya jumiah sedikit MSG
saja yang diperlukan untuk mencapai cita
rasa optimum. Penambahan MSG lebih
banyak lagi justru tidak memiliki efek yang
menguntungkan, | MSG tidak dapat
memperbaiki rasa makanan yang pada
dasarnya memang tidak enak. Kadar MSG
yang diperlukan untuk meningkatkan rasa
iezat biasanya sekitar 0.2% sampai 0.8%.
3. Kontroversi Dampak Penggunaan
MSG
Asam glutamat buatan (MSG) dapat
menyebabkan kerusakan otak dan
neuroendokrin pada hewan. MSG juga dapat
menyebabkan reaksi lanjutan seperti ruam
kulit, tachycardia, depresi dan migraine.
MSG juga merupakan cksitoksin, suatu
substansi yang dapat mempengaruhi sel-sel
syaraf, menyebabkan kerusakan sel-sel otak
dan bahkan dapat mengakibatkan kematian.C@RBITH Vol.4 No.3 Nopember 2008 : 453 - 459
Eksotoksin ini dapat memasuki dan
menyebabkan Kerusakan otak — manusia
karena manusia kekurangan penghalang
darah di hipotalamus. MSG kemudian dapat
mengakibatkan luka di-_hipotalamus
menyebabkan terjadinya perkembangan yang
abnormal, termasuk reproduksi seksual dan
obesitas.
Di akhir tahun 1968 dr. Ho Man Kwok
(Sedap Sekejap, 2000), menemukan
penyakit pada pasiennya yang gejalanya
cukup unik. Leher dan dada panas, sesak
napas, disertai pusing-pusing. Pasien itu
mengalami kondisi ini schabis menyantap
masakan cina di restoran, Masakan cina
memang dituding paling banyak
menggunakan MSG. Karena itulah gejala
serupa yang dialami seseorang sehabis
menyantap banyak MSG disebut Chinese
Restaurant Syndrome. Tetapi diperkirakan
penyebabnya adalah terjadinya defisiensi
vitamin B6 karena pembentukan alanin dari
glutamat mengalami hambatan ketika
diserap. Konon menyantap 2 - 12 gram MSG
sekali makan sudah bisa menimbulkan gejala
ini. Akibatnya memang tidak fatal betul
karena dalam 2 jam Chinese Restaurant
Syndrome sudah hilang. Laporan penelitian
juga gagal membuktikan bahwa kesemua
gangguan Sindrom Restoran Cina disebabkan
secara langsung oleh MSG. Sebaliknya
terdapat kesan bahwa hal tersebut hanya
dialami oleh 1-2% dari seluruh populasi
(Food Standards Australia New Zealand,
2003).
Tetapi dari suatu penelitian ditemukan bahwa
MSG merupakan racun saraf yang kuat dan
dapat menghambat —pertumbuhan pada
individu-individu muda. Dalam subu tinggi
MSG dapat berubah menjadi senyawa-
senyawa yang berbahaya, yaitu amino-metil-
dipiridoimidozol dan amino-dipiridoimidozol
yang bersifat mutagen atau menyebabkan
kelainan genetik dan karsinogen atau
menyebabkan kanker. Atas dasar preventif
terhadap kemungkinan bahaya MSG pada
manusia, WHO menetapkan ADI (Acceptable
Daily Intake) untuk MSG sebesar 120 mg/kg.
Meskipun demikian belum banyak penelitian
langsung terhadap manusia. Hasil dari
penelitian dari hewan, memang diupayakan
untuk dicoba pada manusia. Tetapi hasil-
hasilnya masih bervariasi. Sebagian
menunjukkan efek negatif MSG seperti pada
hewan, tetapi sebagian juga tidak berhasil
membuktikan. Yang sudah cukup jelas
adalah efek terjadinya migren terutama pada
usia anak-anak dan remaja (Ardyanto, 2004).
Sementara untuk efek terjadinya kejang dan
urtikaria (gatal-gatal dan bengkak di kulit
seperti pada kasus alergi makanan), masih
belum bisa dibuktikan..
Pada dasamya mungkin benar bahwa
konsumsi MSG yang meningkat drastis dapat
meningkatkan kadar glutamat dalam darah.
Secara hipotesis, kadar glutamat yang
berlebihan dalam darah dapat secara kuat
merangsang beberapa bagian otak, sehingga
berakibat timbulnya reaksi-reaksi yang tidak
dikehendaki bahkan hal tersebut dapat
menyebabkan kerusakan tenunan tak.
Namun demikian tidak ada satupun bukti
hasil penelitian yang mampu meyakinkan
dan mendukung hipotesis bahwa MSG yang
dikonsumsi pada kadar yang wajar dalam
makanan, dapat menyebabkan kerusakan
tenunan otak.
Berdasarkan berbagai hasil penelitian di atas
yang masih diliputi berbagai kontroversi, ada
satu kekhawatiran bahwa efek MSG memang
bersifat lambat. Seperti pada penelitian
terhadap hewan, efek tidak terjadi dalam
Jangka pendek, tetapi setelah konsumsi
Jangka panjang meski dalam dosis rendah.
Penelitian jangka panjang tent saja sulit
dilakukan pada manusia. Berusaha beralih ke
penyedap rasa alami, memang lebih baik,
namun bagi yang sudah terbiasa memang
tidak mudah, karena ada semacam kecanduan
terhadap efek MSG ini tethadap reseptor di
otak pemberi rasa sedap.
457Dampak Penggunaan Monosodium Glutamat (MSG) Terhadap ..
Selain dampak dari MSG, hal lain yang perlu
diperhatikan adalah dampak dari limbah cair
hasil pengolahan MSG yang tenyata cukup
berbahaya bagi hewan air. Menurut Astuti
(2004), bahwa dengan kadar 6,56 % temyata
limbah MSG mampu mematikan separuh
hewan uji, berarti air limbah tersebut
mempunyai daya racun (toksisitas) dalam
golongan tinggi schingga masyarakat dan
pabrik peru mendapatkan pengetahuan
tentang hasil penelitian ini disebabkan
limbah tersebut sudah berbahaya jika
mencemari lingkungan sekitarnya.
Penelitian yang sudah dilakukan tentang
pengaruh MSG terhadap burung dan
mamatia, sisa atau limbahnya teryata masih
mempunyai daya racun yang tinggi, sehingga,
dapat dimungkinkan bahwa kematian yang
pada ikan-ikan pada uji toksisitas
disebabkan pula Karena keracunan saraf,
perdarahan pada otak dan hati, rusaknya sel-
sel organ terutama sel saraf, kerasakan dan
gangguan fungsi_ sistem —_endokrinal,
tesjadinya penurunan erat glandula
suprarenalis, uterus, dan glandula pituitaria,
‘gangguan pertumbuhan serta perkembangan
fubuh. Untuk penentuan konsentrasi atau
dosis aman limbah bisa dicari dengan cara
menghitung jumlah bahan uji sebanyak 10%
dari LC50-48 (Kematian separuh hewan uji
pada saat uji mencapai waktu 48 jam).
Berdasarkan penelitian tersebut, limbah
produksi MSG yang bersifat toksis sebelum
dibuang ke lingkungan harus diolah dengan
sistem pengolahan lengkap —sehingga
parameter yang terukur tidak melebihi
ambang batas yang sudah ditentukan dan
setelah dibuang tidak mencemari badan air
penerima limbah,
4. Kebijakan dan Peraturan terkait
Penggunaan MSG
Melihat hasil penclitian untuk batasan
metabolisme (30 mg/kg/hari) berarti rata-rata
dalam schari dibatasi penambahan maksimal
2,5 - 3,5 g MSG (perat badan 50 - 70 kg),
458
F’Sri Nugraheni Setiawati
dan tidak boleh dalam dosis tinggi sekaligus.
Sumber penambahan MSG ering tidak
disadari_ pada beberapa sajian_ berkuah,
sehingga penambahan MSG terkadang tidak
saja berasal dari yang sengaja ditambahkan
tetapi juga berasal dari makanan lain yang
dikonsumsi.
Peraturan mengenai penggunaan MSG di
berbagai negara telah banyak. Walaupun
masih menimbulkan kontroversi. Beberapa
peraturan di dunia yang mengatur mengenai
MSG adalah sebagai berikut: 1) Amerika
Serikat, < 2 gram, tetapi akhit-akhir ini
memasukkan MSG sebagai bahan yang aman
dikonsumsi (GRAS = generally regarded as
safe, 2) WHO menyatakan bahwa batas aman
asupan MSG per hari sekitar 0-120mg/kg
berat badan, berlaku pada orang dewasa,
dilarang untuk bayi di bawah 12 minggu.
Di Indonesia sendiribatasan aman
pemakaian MSG belum ada. Beberapa
peraturan yang ada lebih mengatur pada
penggunaan Bahan Tambahan Makanan
sebagai berikut: 1) _Undang-Undang
Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan, 2) PP No. 28 Tahun
2004, mengenai Mutu dan Gizi Pangan. 3)
Permenkes. No.722/Menkes/Per/IX/88. tahun
1988 tentang Bahan Tambahan Makanan,
dan 4) Keputusan Dirjen POM No.
02592/B/SK/VII/91 tahun 1991 tentang
Penggunaan Bahan Tambahan Makanan.
Berkaitan dengan _peraturan-peraturan
tersebut yang tidak secara jelas mensyaratkan
ambang penggunaan MSG, maka konsumen
sebaiknya teliti dalam membeli makanan
terutama produk industri rumah tangga.
Sebaiknya hati-hati dalam penggunaan MSG
dalam pembuatan makanan di rumah tangga.
Lebih baik menggunakan asam glutamat
alami yang telah terdapat di dalam bahan-
bahan makanan yang sering digunakan,
misalnya terasi.@RBITH Vol.4 No.3 Nopember 2008 : 453 - 459
Keberadaan pabrik MSG di Indonesia yang
cukup banyak sepertinya sulit mengharapkan
peraturan yang secara tegas menetapkan
ambang batas yang aman dalam pemakaian
MSG. Indonesia merupakan negara produsen
dan eksportir terbesar MSG di dunia setelah
RRC, sehingga banyak mendatangkan devisa
pula.
5. Peautap
Demikian sekelumit tulisan tentang MSG,
para pembaca diharapkan lebih kritis dalam
mencermati dan mencerdasi kelezatan
masakan yang dibumbui bahan_tersebut.
Penggunaan secara wajar, tidak berlebihan
sangat dianjurkan untuk menjaga kesehatan
dalam jangka panjang.
Pola hidup masyarakat dan produk yang
dikonsumsi_ masyarakat dalam mencapai
kualitas hidup yang lebih baik terkait dengan
hubungan = manusia dan __lingkungan.
Teknologi membantu manusia untuk hidup
lebih nyaman, lebih makmur dan lebih
sejahtera. Makanan berkualitas baik yang
dikonsumsi mengalir dalam darah, proses
metabolisme menyusun —sel-sel_ dan
membentuk jaringan dalam tubuh hingga
terbentuk manusia yang berkualitas baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ardyanto, T.D. 2004, MSG dan Kesehatan,
Sejarah, Efek dan Kontroversinya,
Jurnal INOVASI
Vol.1/XVI/Agustus 2004.
Astuti, D. 2004. Uji Toksisitas Limbah Cair
MSG (Mono Sodium Ghutamat)
terhadap Ikan Nila (Tillapia
nilotica) di Palur Karanganyar,
Infokes Vol 8 No. 1 Maret-
September 2004.
FAO/WHO. 1979. Guide to the safe use of
‘food additives (CAC/FAL 5-1979).
Rome: Food and Agriculture
Organization of the United Nations,
World Health Organization.
Food Standards Australia New Zealand.
2003. Monosodium Glutamate A
Safety Assessment. Food Standards
Australia New Zealand, Australia.
Jenie, Umar Anggara,
Penjelasan Pembuatan
Monosodium Glutamat (MSG).
http://media isnet.org/islam/Etc/MS,
G.html
Tanpa Tahun.
Said, E. Gumbira. 1987. Bioindustri.
Penerapan Teknologi Fermentasi.
Perkasa,
Mediyatama — Sarana
Jakarta.
Wikipedia
hitp://en.wiki,
renhancer
459