Cristin Natalia Sinaga - 201711156 - Metlit - B

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

METODOLOGI PENELITIAN

Disusun Oleh :

Nama : Cristin Natalia Sinaga

Nim : 201711156

Matkul : Metodologi Penelitian

Kelas :B

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

INSTITUT TEKNOLOGI PLN

JAKARTA

2020
1. PENELITIAN EKSPERIMEN
a. Posttest-only Equivalent-group design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara
random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak.
Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok
yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol.
Contoh :
Dilakukan penelitian untuk mencari pengaruh perlakuan senam pagi terhadap
derajat kesehatan karyawan. Desain penelitian dipilih satu kelompok karyawan.
Selanjutnya dari satu kelompok tersebut yang setengah diberi perlakuan senam
pagi setiap hari dan yang setengah lagi tidak. O1 dan O3 merupakan derajat
kesehatan karyawan sebelum ada perlakuan senam pagi. O2 adalah derajat
kesehatan karyawan setelah senam pagi selama 1 tahun. O4, adalah derajat
kesehatan karyawan yang tidak diberi perlakuan senam pagi. Pengaruh senam
pagi terhadap derajat kesehatan karyawan adalah (02-O1) – (O4 O3).

b. Pretest-posttest Equivalent-group design


Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random,
kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Contoh :
Pada waktu penataran, pengetahuan, dan keterampilannya meningkat, tetapi
setelah kembali ke tempat kerja kemampuannya kembali seperti semula. Grafik C
memperlihatkan pengaruh luar lebih berperan dari pada pengaruh perlakuan,
sehingga grafiknya naik terus. Graflk D menunjukkan keadaan kelompok tidak
menentu.

c. Solomon Four-Group Design


Desain empat kelompok Solomon adalah desain eksperimental yang menilai
masuk akal efek sensitisasi pretes, yaitu, apakah tindakan mengambil pretest
mempengaruhi skor pada administrasi tes selanjutnya.
Contoh :
Dua kelompok pertama dari desain empat
kelompok Solomon dirancang dan
diinterpretasikan dengan cara yang persis
sama seperti dalam desain pretest-post-test,
dan memberikan pemeriksaan yang sama
pada pengacakan.


Perbandingan antara hasil posttest
kelompok C dan D, yang ditandai
dengan garis 'D', memungkinkan
peneliti untuk menentukan apakah
tindakan pretest yang sebenarnya
mempengaruhi hasil. Jika perbedaan
antara hasil posttest kelompok C dan D berbeda dengan perbedaan
kelompok A dan B, maka peneliti dapat berasumsi bahwa pretest
berpengaruh terhadap hasil.
 Perbandingan antara pretest Grup B dan posttest Grup D memungkinkan
peneliti untuk menentukan apakah ada faktor eksternal yang menyebabkan
distorsi temporal. Misalnya, ini menunjukkan jika ada hal lain yang dapat
menyebabkan hasil ditampilkan dan merupakan pemeriksaan atas
kausalitas.
 Perbandingan antara posttest Grup A dan posttest Grup C memungkinkan
peneliti untuk menentukan pengaruh pretes terhadap pengobatan. Jika hasil
posttest untuk kedua kelompok ini berbeda, maka pretest memiliki
beberapa pengaruh pada perlakuan dan percobaannya cacat.
 Perbandingan antara posttest Grup B dan posttest Grup D menunjukkan
apakah pretest itu sendiri telah mempengaruhi perilaku, terlepas dari
perlakuan. Jika hasilnya berbeda secara signifikan, maka tindakan
pretesting telah mempengaruhi hasil secara keseluruhan dan perlu
penyempurnaan.

d. Desain Quasi-Experimental
Bentuk desain eksperimental ini adalah pengembangan nyata dari desain
eksperimental dan sulit untuk diterapkan. Desain memiliki grup kontrol tetapi
tidak berfungsi penuh untuk mengontrol variabel eksternal yang mempengaruhi
pelaksanaan percobaan. Namun, desain ini lebih baik daripada desain pra-
eksperimental. Desain quasi-eksperimental digunakan karena sebenarnya sulit
untuk mendapatkan kelompok kontrol untuk penelitian ini.
Contoh :
Misalnya, dalam kegiatan administrasi atau manajemen, sering kali tidak
mungkin untuk menggunakan beberapa karyawan mereka untuk eksperimen,
sementara yang lain tidak. Beberapa menggunakan prosedur kerja baru, sementara
yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan menentukan kelompok
kontrol dalam penelitian ini, desain pseudo-eksperimental dikembangkan.

e. Casual Comparatif
Penelitian causal comperative atau causal comperative research adalah salah
satu dari jenis penlitian kuantitatif. Penelitian causal comperative merupakan salah
satu metode penelitian yang erat dengan metode penelitian korelasi. Penelitian ini
bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan melalui
pengamatan terhadap akibat yang ada kemudian menelusuri kembali faktor yang
mungkin menjadi penyebabnya dengan melalui sebuah data tertentu
Contoh :
“Perbedaan Prestasi Siswa berdasar Kemandirian Belajar”; atau penelitian
yang berjudul ”Pengaruh Kegiatan Bimbingan Belajar terhadap Prestasi Siswa”.

2. TEKNIK SAMPLING
a. Populasi dan sample
 Populasi
Populasi adalah objek atau Subyek yang berada pada suatu wilayah
dan memenuhi syarat-syarat tertentu bekaitan dengan masalah penelitian.
Populasi ini yang nantinya digunakan sebagai obyek dalam penelitian.
Contoh :
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs
Assyafi’iyah Gondang Tahun Ajaran 2017/2018. Pada kelas VII MTs
Assyafi’iyah Gondang ini terdapat 5 kelas yaitu kelas VIIA , kelas VIIB,
kelas VIIC, kelas VIID , dan kelas VIIE. Masing-masing berjumlah 29
siswa setiap kelasnya, hanya saja kelas VIID hanya berjumlah 27 siswa.
 Sampel
Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang
dianggapdapat menggambarkan populasinya. Penelitian pada sampel
hanya merupakan pendekatan pada populasinya. Mengingat keterbatasan
waktu, tenaga, biaya, dan kemampuan yang tidak memungkinkan peneliti
untuk meneliti seluruh populasi yang ada, peneliti sangat membutuhkan
pengambilan sampel.
Contoh :
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIA
dengan jumlah 29 siswa dan kelas VII B sebanyak 29 siswa di MTs
Asyyafi’iyah Gondang tahun ajaran 2017/2018.

b. Prosedur sampling
Prosedur sampling secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu Sampling Probabilitas dan Sampling Non-Probabilitas.
1) Prosedur Sampling Probabilitas
Dalam teknik ini, masing-masing elemen populasi memiliki
kesempatan untuk menjadi elemen sampel.
Prosedur ini dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok teknik
sampling, yaitu:
a. Teknik Simple Random Sampling
Sampel diambil secara acak tanpa memperhatikan strata
(jenjang) Elemen populasi berpeluang sama untuk menjadi elemen
sampel cocok untuk populasi yang homogen
b. Teknik Stratified Random Sampling
Populasi dibagi ke dalam strata atau jenjang (misal: tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, dsb.) Untuk tiap strata, dilakukan
pemilihan sampel dengan simple random sampling. Cocok untuk
populasi yang berstrata atau berjenjang.
c. Teknik Clustered (Area) Random Sampling
Populasi dibagi ke dalam kelompok, area atau cluster (wilayah
propinsi, pegawai negeri, swasta, karyawan swasta, TNI/POLRI,
petani, dsb.) Untuk tiap cluster, dilakukan pemilihan sampel
dengan simple random sampling. Cocok untuk populasi yang
memiliki cluster/kelompok/area.
d. Teknik Systematic Sampling
Pada teknik systematic sampling, pengambilan sampel
didasarkan pada urutan populasi yang telah diberi nomor urut atau
anggota sampel diambil dari populasi pada jarak interval waktu
atau ruang tertentu dengan urutan yang seragam.
Sebagai contoh:
Sampel diambil dari daftar populasi yang bernomor genap atau ganjil
saja. Pengambilan sampel tanah pada kedalaman 0 m, 5 m, 10 m, 15 m, dst
(pada interval 5 meter).

2) Prosedur Sampling Non-Probabilitas


Pengambilan sampel didasarkan pada kebijaksanaan peneliti sendiri,
antara lain :
a. Teknik Convenience Sampling
Sampel diambil berdasarkan kesukaan peneliti Misalnya
dengan menghadang pengunjung yang baru keluar belanja.
b. Teknik Accidental Sampling
Teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dijadikan sampel
jika dipandang cocok. Teknik ini cocok untuk survei pemasaran,
kepuasan pelanggan dan sejenisnya, di mana kita tidak mengetahui
dengan jelas jumlah populasinya.
c. Teknik Judgment/Purposive Sampling
Didasarkan pada pendapat/pertimbangan pakar. Didasarkan
pada pertimbangan-pertimbangan tertentu yang diberikan oleh
pakar atau ahli untuk pengambilan sampelnya. Cocok untuk studi
kasus, misalnya: Peneliti ingin mengetahui model kurikulum SMA
yang cocok. Maka sampel yang dipilih adalah para guru dan ahli-
ahli pendidikan dan manajemen pendidikan, warga masyarakat
yang berpengalaman.
Kasus bumbu masak yang dinyatakan haram. Peneliti ingin
mengetahui penyebabnya dengan cara mencari sampel (responden)
yang ahli di bidang pembuatan bumbu masak, responden dari
kalangan ulama yang dapat memberikan fatwa.
d. Teknik Quota Sampling
Penentuan sampel dari populasi yang memiliki ciri tertentu
sampai jumlah (kuota) yang diinginkan, yang didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti. Contohnya:
Peneliti ingin mengetahui informasi tentang penempatan karyawan
yang tinggal di Perum Pondok Hijau, dalam kategori jabatan
tertentu dan pendapatan tertentu. Pemilihan sampel akan ditentukan
pertimbangan oleh peneliti sendiri.
e. Teknik Snowball Sampling
Teknik sampling berangkat dari sejumlah sampel (responden)
yang kemudian mereka mengajak para temannya untuk dijadikan
sampel dan seterusnya sehingga jumlah sampel semakin besar
seperti bola salju yang menggelinding. Contohnya: Akan diteliti
siapa dalang pengedar Narkoba di SMP Mekarsari, siapa yang
menjadi otak pembunuhan murid di SD Kuasa Mandiri, siapa yang
membocorkan rahasia soal ujian negara, dsb.

c. Random sampling
Ada beberapa nama untuk menyebutkan teknik pemilihan sampling ini. Nama
tersebut termasuk di antaranya: random sampling atau teknik acak. Apa pun
namanya teknik ini sangat populer dan banyak dianjurkan penggunaannya dalam
proses penelitian. Pada teknik acak ini, secara teoritis, semua anggota dalam
populasi mempunyai probabilitas atau kesempatan yang sama untuk dipilih
menjadi sampel.
Contoh :
Memilih Sampel dengan Sampling Acak Seorang kepala sekolah ingin
melakukan studi terhadap para siswa yang ada di sekolah. Populasi siswa SMK
ternyata jumlahnya 600 orang. Sampel yang diinginkan adalah 10% dari populasi.
Dia ingin menggunakan teknik acak, untuk mencapai hal itu, dia menggunakan
langkah-langkah untuk memilih sampel seperti berikut. Populasi yang jumlahnya
600 orang diidentifikasi. Sampel yang diinginkan 10% x 600 = 60 orang. Populasi
didaftar dengan diberikan kode dari 000-599. Tabel acak yang berisi angka
random digunakan untuk memilih data dengan menggerakkan data sepanjang
kolom atau baris dari tabel. Misalnya diperoleh sederet angka seperti berikut: 058
710 859 942 634 278 708 899 Oleh karena jumlah populasi 600 orang maka dua
angka terpilih menjadi sampel yaitu: 058 dan 278. Coba langkah d sampai
diperoleh semua jumlah 60 responden.

d. Simple random sampling


Simple Random Sampling dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan
sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang
ada dalam populasi itu.
Simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang
langsung dilakukan pada unit sampling. Maka setiap unit sampling sebagai unsur
populasi yang terpencil memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel
atau untuk mewakili populasinya. Cara tersebut dilakukan bila anggota populasi
dianggap homogen.
Teknik tersebut dapat dipergunakan bila jumlah unit sampling dalam suatu
populasi tidak terlalu besar. Cara pengambilan sampel dengan simple random
sampling dapat dilakukan dengan metode undian, ordinal, maupun tabel bilangan
random. Untuk penentuan sample dengan cara ini cukup sederhana, tetapi dalam
prakteknya akan menyita waktu. Apalagi jika jumlahnya besar, sampelnya besar.
Contoh :
Missal seorang peneliti memiliki daftar 100 orang populasi dan ingin memilih
10 orang untuk menjadi sampel. Pertama, semua orang dalam populasi ditandai
dengan nomor 1-100. Nomor tersebut lalu diacak. Pengacakan bisa meniru model
arisan atau sekarang bisa menggunakan aplikasi acak nomor. 10 individu yang
nomornya keluar menjadi sampel penelitiannya. Teknik ini biasanya digunakan
pada populasi yang homogen. Misal seseorang ingin meneliti tentang proses
belajar di kelas dalam satu kelas. Total muridnya berjumlah 100 orang. Peneliti
tersebut bisa mewawancarai secara mendalam 10 orang sebagai sampel.

e. Stratified random sampling


Teknik sampling ini juga mirip random sampling. Bedanya, peneliti membagi
populasi ke dalam beberapa strata atau tingkatan. Setelah populasi terbagi ke
dalam beberapa strata, random sampling dilakukan pada masing-masing strata
atau tingkatan. Sampel yang diambil di masing-masing tingkatan jumlahnya
proporsional.
Contoh :
Penelitian tentang pentingnya agama dikalangan mahasiswa Universitas
Hayam Wuruk. Peneliti membuat strata, mana mahasiswa baru, mana mahasiwa
tahun kedua, mana tahun ketiga, dan mana mahasiswa tahun akhir. Masing-
masing strata atau tingkatan diambil sampelnya secara proporsional menggunakan
random sampling. Misalnya, jumlah sampel mahasiswa baru 100 orang, jumlah
sampel mahasiswa tingkat lainnya sama atau mendekati 100 orang. Apabila hanya
1 mahasiswa tingkat akhir yang dijadikan sampel, misalnya, maka sampling tidak
proporsional.

f. Cluster random sampling


Cluster Sampling (Area Sampling) juga cluster random sampling. Teknik
pengambilan sampel ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-
individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster.
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang
akan diteliti atau sumber data sangat luas.
Kelemahan teknik pengambilan sampel ini dapat dilihat dari tingkat error
samplingnya. Jika lebih banyak di bandingkan dengan pengambilan sampel
berdasarkan strata karena sangat sulit memperoleh cluster yang benar-benar sama
tingkat heterogenitasnya dengan cluster yang lain di dalam populasi.
Contoh :
Survey tentang tingkat kepercayaan warga NU dan Muhammadiyah tentang
pernyataan bahwa ”Borobudur peninggalan Raja Sulaiman”. Daftar keseluruhan
populasi warga NU dan Muhammadiyah tidak tersedia. Tidak mungkin pula
membuatnya. Maka, peneliti memilih organisasi NU dan Muhamadiyah cabang
mana yang akan dijadikan sampel. Setiap organisasi diperoleh daftar anggota-
anggotanya. Cluster sampling artinya memilih klaster yang tersedia karena tidak
ada data yang menunjukkan semua populasinya.

g. Non random sampling


Teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan yang sama pada setiap
anggota populasi untuk dijadikan sampel penelitian. Sedangkan ciri khusus
sengaja dibuat oleh peneliti agar sampel yang diambil nantinya dapat memenuhi
kriteria-kriteria yang mendukung atau sesuai dengan penelitian.
Contoh : 
Seseorang melakukan penelitian untuk tujuan tertentu, peneliti memiliki daftar
100 orang populasi di suatu daerah, dan ingin memilih beberapa orang untuk jadi
sampel, semisal 50. Dengan cara pengacakan dengan metode model arisan,
pertama-tama dengan menandani semua daftar populuasi 1-100. Setelah itu
mengacak dengan aplikasi atau manual mengeluarkan satu persatu. 50 orang yang
keluar maka akan menjadi sampel penelitian tersebut.

h. Systematical sampling
Teknik sampling ini dilakukan secara sistematis dengan proses awal yang
random. Pada mulanya, mirip dengan random sampling, peneliti memberi nomor
seluruh populasi. Daftar nomor populasi tersebut diurutkan, lalu urutan nomor
dalam daftar diacak. Setelah diacak, pada setiap perhitungan tertentu, satu sampel
diambil, dihitung lagi, satu sampel diambil lagi untuk diteliti. Begitu seterusnya
sampai jumlah sampel sesuai dengan rencana awal.
Contoh :
Seorang peneliti ingin meneliti pola konsumsi mahasiswa Fakultas Ekonomi
di suatu universitas. Jumlah total populasinya 1000 mahasiswa. Peneliti ingin
melakukan survei pada 100 mahasiswa saja. Teknik sampling yang dilakukan,
pertama-tama peneliti merencanakan, misal sampel yang diambil adalah daftar
nomor urut ke 10 dan kelipatannya (20,30,40, dst sampai 1000), lalu peneliti
mengacak daftar 1000 nomor yang semula berurutan. Setelah diacak, dilihat
kembali, mereka yang namanya berada di urutan nomor 10 dan kelipatannya
diambil sebagai sampel.

i. Convenience sampling
Teknik ini dilakukan karena peneliti dihadapkan pada keberadaan subjek
penelitian yang sangat dinamis. Biasanya peneliti tidak mempunyai kontrol atas
jumlah populasi yang diteliti. Selain karena memang tidak ada datanya, sangat
mustahil menentukan jumlah populasi karena sangat dinamis, berubah-ubah dan
fleksibel.
Contoh :
Teknik ini adalah menghentikan orang dijalan untuk dimintai pendapatanya
atau dilakukan survei kecil-kecilan. Misal penelitian tentang preferensi fashion
pengunjung event Java Jazz pada akhir taun ini. Survei dilakukan pada
pengunjung setempat ketika event diselenggarakan. Waktu survei juga relatif
singkat sehingga tidak mungkin dilakukan kepada semuanya. Jumlah pengunjung
juga tidak bisa diketahui karena tidak ada tiket masuk. Teknik sampling ini
biasanya dilakukan sebagai penelitian awal untuk mematangkan penelitian awal
yang lebih besar, misal hubungan antara penikmat Jazz dan selera terhadap
fashion.

j. Menentukan ukuran sample


Untuk menentukan sampel dari populasi digunakan perhitungan maupun
acuan tabel yang dikembangkan para ahli.  Secara umum, untuk penelitian
korelasional jumlah sampel minimal untuk memperoleh hasil yang baik adalah 30,
sedangkan dalam penelitian eksperimen jumlah sampel minimum 15 dari masing-
masing kelompok dan untuk penelitian survey jumlah sampel minimum adalah
100.
Roscoe (1975) yang dikutip Uma Sekaran (2006) memberikan acuan umum untuk
menentukan ukuran sampel :
 Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian
 Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan
sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat
 Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran
sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian
 Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen
yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel
kecil antara 10 sampai dengan 20
 Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung dari besaran
tingkat ketelitian atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam
hal tingkat kesalahan, pada penelitian sosial maksimal tingkat
kesalahannya adalah 5% (0,05). Makin besar tingkat kesalahan maka
makin kecil jumlah sampel. Namun yang perlu diperhatikan adalah
semakin besar jumlah sampel (semakin mendekati populasi) maka semakin
kecil peluang kesalahan generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil jumlah
sampel (menjauhi jumlah populasi) maka semakin besar peluang kesalahan
generalisasi.

Beberapa rumus untuk menentukan jumlah sampel antara lain :


a. Rumus Slovin (dalam Riduwan, 2005:65)
n = N/N(d)2 + 1
n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang
dikehendaki adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
N = 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95

b. Formula Jacob Cohen (dalam Suharsimi Arikunto, 2010:179)


N = L / F^2 + u + 1
Keterangan :
N = Ukuran sampel
F^2 = Effect Size
u = Banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian
L = Fungsi Power dari u, diperoleh dari table
Power (p) = 0.95 dan Effect size (f^2) = 0.1
Harga L tabel dengan t.s 1% power 0.95 dan u = 5 adalah 19.76
maka dengan formula tsb diperoleh ukuran sampel
N = 19.76 / 0.1 + 5 + 1 = 203,6, dibulatkan 203

c. Rumus berdasarkan Proporsi atau Tabel Isaac dan Michael


Tabel penentuan jumlah sampel dari Isaac dan Michael memberikan
kemudahan penentuan jumlah sampel berdasarkan tingkat kesalahan 1%,
5% dan 10%. Dengan tabel ini, peneliti dapat secara langsung menentukan
besaran sampel berdasarkan jumlah populasi dan tingkat kesalahan yang
dikehendaki.

Anda mungkin juga menyukai