Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH
Kampus 1 Jl Raya Pekajangan No. 87 Pekalongan, Tlp/Fax (0285) 785783, 7901632, 785179
2020 / 2021
Modul 5
Diksi dan Kosakata Bahasa Indonesia
Kata merupakan suatu unit dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan
mobilitas posisional, yang berarti ia memiliki komposisi tertentu (entah fonologis
maupun morfologis) dan secara relatif memiliki distribusi yang bebas. Distribusi yang
bebas misalnya dapat dilihat dalam kalimat, “saya memukul anjing itu”, “anjing itu ku
pukul”, “ku pukul anjing itu”.
Dalam kegiatan komunikasi, kata-kata dijalin-satukan dalam suatu konstruksi yang
lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis yang ada dalam suatu bahasa. Yang
paling penting dari rangkaian kata-kata tadi adalah pengertian yang tersirat di balik kata
yang digunakan itu. Setiap anggota masyarakat yang terlibat dalam kegiatan
komunikasi, selalu berusaha agar orang lain dapat memahaminya dan di samping itu ia
harus bisa memahami orang lain. Dengan cara ini terjalinlah komunikasi dua arah yang
baik dan harmonis.
Pengertian yang tersirat dalam sebuah kata itu mengandung makna bahwa tiap kata
mengungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide. Atau dengan kata lain, kata-kata
adalah alat penyalur gagasan yang akan disampaikan kepada orang lain. Kata-kata
ibarat “pakaian” yang dipakai oleh pikiran kita. Tiap kata memiliki jiwa, setiap anggota
masyarakat harus mengetahui “jiwa” setiap kata, agar ia dapat menggerakkan orang lain
dengan “jiwa” dari kata-kata yang dipergunakannya.
Bila kita menyadari bahwa kata merupakan alat penyalur gagasan maka hal itu
berarti semakin banyak kata yang dikuasi seseorang, semakin banyak pula ide atau
gagasan yang dikuasainya dan yang sanggup diungkapkannya. Mereka yang menguasai
banyak gagasan atau dengan kata lain mereka yang luas kosakatanya dapat dengan
mudah dan lancar mengadakan komunikasi dengan orang lain. Betapa sering kita tidak
dapat memahami orang lain, hanya karna kita tidak cukup memiliki kata atau
gagasannya, atau karena orang yang diajak bicara tidak cukup memiliki gagasan, atau
kosakata, sehingga tidak sanggup mengungkapkan maksudnya secara jelas kepada kita.
1. Pengertian Diksi (Pilihan Kata)
Dalam bahasa Indonesia diksi berasal dari kata dictionary (bahasa Inggris yang kata
dasarnya diction) berarti perihal pemilihan kata. (Keraf, 2010: 22-23), mengemukakan
bahwa istilah pilihan kata atau diksi sebenarnya bukan saja digunakan untuk masyarakat,
kata-kata yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga
meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Lanjut Keraf (1996:24)
berpendapat diksi atau pilihan kata merupakan kata yang dipakai untuk menyampaikan
gagasan dengan ungkapan dan situasi yang tepat. Pemilihan kata yang tepat ini menuntut
kemampuan untuk membedakan nuansa makna dari gagasan dan menemukan bentuk
yang tepat berdasarkan kemampuan pendengar atau pembaca. Dengan demikian,
pemilihan kata yang tepat juga sangat bergantung pada penguasaan jumlah kosakata
yang dimilikinya.
Diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat
nuansa-nuansa makna sesuai gagasan yang ingin disampaikannya, dan kemampuan
tersebut hendaknya disesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh
sekelompok masyarakat, pendengar, dan pembaca (Widya Martaya, 1990: 45).
Pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih suas dari apa yang dipantulkan oleh
jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata
mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi
persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Fraseologi mencakup persoalan kata-
kata dalam pengelompokan atau susunannya, atau yang menyangkut cara-cara yang
khusus berbentuk ungkapan-ungkapan. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi bertalian
dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau karakteristik, atau yang memiliki nilai
artistik yang tinggi.
Adalah suatu kekhilafan yang besar untuk menganggap bahwa persoalan pilihan
kata adalah persoalan yang sederhana, persoalan yang tidak perlu dibicarakan atau
dipelajari karena akan terjadi dengan sendirinya secara wajar pada setiap manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari kita berjumpa dengan orang-orang yang sulit sekali
mengungkapkan maksudnya dan sangat miskin variasi bahasanya. Tetapi kita juga
berjumpa dengan orang-orang yang sangat boros dan mewah mengobralkan
perbendaharaan katanya, namun tidak ada isi yang tersirat dibalik kata-kata itu. Untuk
tidak sampai terseret ke dalam kedua ekstrim itu, tiap anggota masyarakat harus
mengetahui bagaimana pentingnya peranan kata dalam komunikasi sehari-hari.
Di pihak lain, semata-mata memperhatikan ketepatan tidak selalu membawa hasil
yang diinginkan. Pilihan kata tidak hanya mempersoalkan ketepatan pemakaian kata,
tetapi juga mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat juga diterima atau tidak
merusak suasana yang ada. Sebuah kata yang tepat untuk menyatakan suatu maksud
tertentu, belum tentu dapat diterima oleh para hadirin atau orang yang diajak bicara.
Masyarakat yang diikat oleh berbagai norma, menghendaki pula agar setiap kata yang
dipergunakan harus cocok atau serasi dengan norma-norma masyarakat, harus sesuai
dengan situasi yang dihadapi.
Sejumlah syarat di atas menunjukkan bahwa diksi sangat berkaitan erat dengan
makna karena setiap kata mengandung dua aspek yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan
aspek isi atau makna. Pembahasan pada wilayah ini sering berfokus pada masalah (a)
makna konotatif dan denotatif, (b) homonim, homofon, homograf, dan polisemi, (c)
hipernim dan hiponim, (d) makna menyempit dan meluas, (e) peyorasi dan ameliorasi,
serta (f) makna umum dan khusus. Meskipun demikian, persoalan sinonim mendapat
perhatian yang cukup besar dari sejumlah pakar penulisan karena sifatnya yang khas.
Wijana (2008:66) menyebutkan bahwa kata-kata yang bersinonim pada dasarnya
memiliki perbedaan. Diantara perbedaan itu disebabkan kata tertentu memiliki :
a) Makna yang lebih umum dibandingkan dengan kata yang lain, misalnya melihat
lebih umum dibandingkan dengan menonton, mengintip, menjenguk, dsb.
b) Makna yang lebih intensif dibandingkan dengan kata yang lain, misalnya menatap
dengan melihat.
c) Makna yang lebih halus dibandingkan yang lain, misalnya santap dengan makan,
wafat dengan meninggal, dsb.
d) Bersifat kedaerahan atau dialektal dibandingkan yang lain, misalnya suami dengan
laki, istri dengan bini, dsb.
e) Lebih bergaya kesastraan dibandingkan yang lain, misalnya matahari dengan
mentari, bulan dengan rembulan, dsb.
f) Lazim digunakan untuk anak-anak, misalnya pipis dengan buang air, pakpung
dengan mandi, dsb.
Untuk mempertajam pemahaman ini dapat diamati perbedaan makna pada kata-kata
berikut ini.
a) Segenap mahasiswa mengikuti pemilwa.
b) Semua keputusan rapat telah direalisasikan.
c) Penduduk di seluruh Indonesia wajib memiliki KTP.
Meskipun bersinonim, kata segenap, semua, dan seluruh di atas belum tentu sesuai
jika dipertukarkan. Kata segenap tepat untuk menunjuk sejumlah manusia dalam sebuah
komunitas, semua menunjuk pada benda maupun masalah, sedangkan seluruh menunjuk
sesuatu yang menyebar.
b. Kesesuaian Diksi
Selain ketepatan diksi, pengguna bahasa harus pula memperhatikan kesesuaian diksi
agar kata-kata yang digunakan tidak akan mengganggu suasana, dan tidak akan
menimbulkan ketegangan antara pembicara dengan pendengar.
(Keraf, 2008:103-104) mengemukakan syarat-syarat kesesuaian diksi tersebut
sebagai berikut:
(1)Hindari sejauh mungkin penggunaan bahasa substandar (bahasa yang tidak baku)
dalam situsi yang formal.
(2)Gunakan kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang
umum hendaknya digunakan kata-kata yang popular.
(3)Hindari penggunaan jargon (suatu bahasa, dialek, atau tutur yang dinggap kurang
sopan atau aneh) dalam tulisan untuk pembaca umum.
(4)Jangan menggunakan kata-kata percakapan dalam penulisan. Kata percakapan
diartikan sebagai kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan atau pergaulan
orang-orang yang terdidik.
(5)Hindari ungkapan-ungkapan usang. Misalnya ungkapan makan tangan, makan
garam, pahit lidah, adat dan pusaka yang tak lekang oleh panas, dan lapuk oleh
hujan.
(6)Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artificial (bahasa buatan yang disusun secara
seni)
3. Jenis Kata
Penutur asli bahasa Indonesia dapat dengan mudah membedakan jenis-jenis kata
sehingga ia pun mudah menempatkannya dalam satuan yang lebih besar. Namun, kata-
kata yang merupakan serapan dari bahasa lain sering digunakan secara salah karena
pengguna bahasa itu tidak memahami ciri-ciri setiap jenis kata. Berdasarkan
penggolongan secara struktural, jenis kata dibagi dalam empat bagian besar :
a. Kata Benda, yaitu kata yang menyebut benda maupun yang dibendakan, contoh :
a) Universitas, skripsi, gereja, dan gedung (kata benda konkret)
b) Pengalaman, pelajaran, kemanusiaan, dan perhatian (kata benda abstrak)
Kata ini mudah dikenali dengan menambahkan kata yang diikuti sifat.
Misalnya : Universitas yang terkenal, Pengalaman yang berharga
b. Kata Kerja, bermakna melakukan suatu aktivitas kegiatan, contoh : meneliti,
menganalisis, mempresentasikan, dsb. Kata ini mudah dikenali dengan
menambahkan kata yang diikuti sifat. Misalnya : Ia meneliti dengan tekun.
c. Kata Sifat, merupakan penjelas tentang suatu benda. Contoh : baik, pandai, jelas,
komunikatif, natural, dsb.
Kata ini mudah dicirikan dengan mengubahnya menjadi bentuk reduplikasi atau
didahului oleh kata sangat.
Misalnya : sebaik-baiknya, sepandai-pandainya, sejelas-jelasnya, sangat
komunikatif, sangat natural, dsb.
d. Kata Tugas yang merupakan kata depan dan kata penghubung. Seperti di, ke, dari,
tentang, demi, agar, bagi, kepada, untuk, daripada, walaupun, tetapi, bahkan, dsb.
Selain pembagian besar secara struktural di atas, terdapat pula penggolongan
tradisional. Penggolongan jenis kata secara tradisional membagi jenis kata menjadi kata
benda, kata kerja, kata sifat, kata ganti, kata keterangan, kata bilangan, kata sambung,
kata depan, kata sandang, dan kata seru. Namun, kesalahan umum pada penulisan karya
ilmiah ialah pembedaan antara jenis kata benda dengan kata sifat.
8. Pembentukan Istilah
Dalam pedoman pembentukan istilah yang disahkan oleh Mendikbud RI pada 1988,
disebut bahwa istilah merupakan kata atau gabungan kata yang dengan cermat
mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang
tertentu. Istilah ini terdiri atas istilah khusus dan istilah umum.
Istilah khusus ialah istilah yang pemakaian maupun maknanya terbatas pada bidang
tertentu, misalnya diagnosis dan pidana. Sementara itu, istilah umum ialah istilah yang
menjadi unsur bahasa yang digunakan secara umum, misalnya daya dan penilaian.
Pembentukan istilah ini berasal dari kosakata umum bahasa Indonesia, bahasa
serumpun, dan bahasa asing.
Istilah yang berasal dari kosakata umum bahasa Indonesia, misalnya adalah
tumbuhan pengganggu menjadi gulma, perlindungan (politik) menjadi suaka (politik),
dsb. Istilah tumbuhan pengganggu di atas lebih panjang dan berkonotasi negatif, maka
gulma lebih disarankan. Alasan yang sama juga diberikan pada istilah perlindungan
politik, istilah suaka politik lebih disarankan.
Sementara itu, yang dimaksud dengan bahasa serumpun adalah bahasa-bahasa
daerah yang ada di Indonesia, yaitu bahasa Jawa, Sunda, Betawi, dll. Contoh istilah dari
bahasa serumpun adalah gambut (Banjar) lebih tepat disarankan daripada peat (Ingris)
dan nyeri (Sunda) lebih disarankan daripada pain (Ingris).
Kosakata bahasa asing yang masuk dalam bahasa Indonesia, diantaranya bahasa
Belanda, bahasa Ingris, dan bahasa Arab. Misalnya ‘franko’ menjadi ‘prangko’, ‘system’
menjadi ‘sistem’, dan ‘khabar’ menjadi ‘kabar’. Kosakata dari bahasa asing di atas,
dipakai dengan beberapa syarat, diantaranya (a) berkonotasi baik, (b) lebih singkat
dibandingan dengan terjemahannya, (c) memudahkan pengalihan antarbahasa
(mengingat keperluan masa depan), (d) memudahkan kesepakatan, jika istilah bahasa
Indonesia terlalu banyak sinonimnya. Sebuah istilah baru dapat dibentuk dengan tiga
cara, yaitu penerjemahan, penyerapanm dan penyerapan sekaligus penerjemahan istilah
asing.
Berikut adalah contoh kata-kata yang perlu diperhatikan kebakuan dan
penggunaannya.