Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan Makalah


Matematika sebagai ilmu dasar merupakan ilmu universal yang berperan
penting dalam perkembangan tekonologi. Karena dalam perkembangan teknologi
modern yang kita gunakan pada saat ini, sangat dipengaruhi oleh perkembangan
matematika. Oleh karena itu, agar dapat menciptakan bahkan mengembangkan
teknologi, dibutuhkan pemahaman matematika yang baik. Selain itu, matematika
juga mempunyai peran penting pada berbagai disiplin ilmu.

Mengingat pentingnya ilmu matematika ini, maka mata pelajaran matematika


telah diberikan mulai dari kelas satu SD hingga di perguruan tinggi. Hal ini
dilakukan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif.

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir


logis, analitis, sistematis, dan kritis pada peserta didik adalah model pembelajaran
peningkatan kemampuan berpikir. Menurut Doni Swadarma (2013:73)
pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah pembelajaran yang
menitikberatkan pada pengembangan kemampuan berpikir peserta didik melalui
pengungkapan fakta-fakta dan pengalaman peserta didik sebagai bekal untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.

Suatu model pembelajaran tidak akan terimplementasi dengan baik jika peserta
didik yang akan diajarkan telah beranggapan bahwa matematika merupakan
pelajaran yang menakutkan, menegangkan, dan sulit untuk dipahami karena
memiliki banyak rumus yang harus diingat. Salah satu alasan terbentuknya pola
pikir seperti ini adalah karena kebanyakan guru matematika mengajar dalam
suasana yang menegangkan dan tidak memperhatikan metode pembelajaran yang
digunakan.

Oleh karena itu, langkah awal yang harus dilakukan guru adalah mengubah
pola pikir peserta didik yang menjadikan matematika sebagai sesuatu yang
1
menakutkan, menjadi mata pelajaran yang menyenangkan untuk mempersiapkan
generasi muda Indonesia yang dapat menguasai teknologi guna menjawab
tantangan globalisasi.

Perubahan pola pikir ini dapat dilakukan dengan menyeimbangkan penggunaan


otak kiri yang berfungsi sebagai pusat perkembangan intelegensi, pusat
perkembangan logika dan rasio seperti matematika, berpikir secara sistematis,
bahasa verbal, berpikir linear dan terstruktur, berpikir analisis dan bertahap, dengan
otak kanan yang berfungsi sebagai  pusat perkembangan emosi, hubungan antar
manusia (sosialisasi), fungsi komunikasi (perkembangan bahasa non verbal),
perkembangan intuitif seni, mengendalikan ekspresi manusia, pusat khayalan dan
pusat kreativitas.

Salah satu metode yang sesuai dengan penyeimbangan kinerja otak kanan dan
kiri ini adalah metode mind mapping. Hal ini dikarenakan cara kerja mind
mapping menggunakan tiga prinsip brain management, yakni pelibatan dua belahan
otak, cara belajar efektif dan efisien, serta memfasilitasi kinerja otak secara alami.

Dengan mind mapping, belahan otak kiri cenderung pada penyelesaian soal-


soal matematika analitis, induktif, logika, aritmetik, sedangkan belahan otak kanan
lebih kepada tugas-tugas sintetis, sudut dan spasial seperti geometri. Mind map
adalah sebuah teknik mencatat yang menyediakan suatu kunci yang universal untuk
membuka seluruh potensi otak manusia sehingga dapat menggunakan seluruh
kemampuan yang ada di kedua belah otak seperti gambar, kata, angka, logika, ritme
dan warna dalam suatu cara yang unik. 

Pada dasarnya siswa selalu menginginkan materi pelajaran yang diterima


dalam proses belajar menjadi sebuah ingatan jangka panjang. Mencatat merupakan
salah satu usaha untuk meningkatkan daya ingat dalam bentuk ingatan jangka
panjang. Otak manusia dapat menyimpan segala sesuatu yang dilihat, didengar dan
dirasakan. Umumnya siswa membuat catatan tradisional dalam bentuk tulisan linier
panjang yang mencakup seluruh isi materi pelajaran, sehingga catatan terlihat
sangat monoton dan membosankan. Melalui metode mind mapping, suatu materi,
khususnya dalam matematika dapat dipahami oleh siswa secara lebih mudah dan
2
dapat diingat dalam memori jangka panjang, serta dapat meningkatkan kreativitas
siswa melalui pembuatan mind mapping itu sendiri.

Perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku merupakan sub materi yang


terdapat pada pelajaran matematika kelas X SMA. Pada sub materi ini siswa akan
mempelajari definisi dari sinus, cosinus, tangen, cotangen, secan, dan cosecan dari
suatu sudut segitiga siku-siku. Berbagai definisi ini merupakan definisi yang sangat
penting dalam trigonometri, karena dalam menentukan nilai sinus, cosinus, tangen,
cotangen, secan, dan cosecan dari suatu sudut segitiga siku-siku peserta didik harus
mengetahui definisinya terlebih dahulu. Selain itu, definisi ini akan selalu
digunakan untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang berhubungan dengan
trigonometri.

Oleh karena itu, peserta didik perlu menyimpan ingatannya terhadap definisi
ini dalam memori jangka panjang. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru
adalah dengan menerapkan metode mind mapping pada saat pembelajaran.

Selain mengingat dalam memori jangka panjang, peserta didik juga harus
memahami definisi dari sinus, cosinus, tangen, cotangen, secan, dan cosecan dari
suatu sudut segitiga siku-siku. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru
adalah dengan cara mengarahkan peserta didik untuk menemukan sendiri konsep
dari perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku melalui pengalaman
belajarnya dengan cara menganalisis dan menkontruksinya hingga terbentuk
pemahaman yang baru. Usaha ini dapat dilakukan dengan menerapkan model
pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir.

Untuk itu, penulis tertarik membuat makalah yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir dengan Metode Mind Mapping
(Peta Pikiran) pada Sub Materi Perbandingan Trigonometri pada Segitiga Siku-Siku di
Kelas X SMA”.

3
1.2 Masalah atau Topik Pembahasan
Dalam makalah ini penulis mengangkat topik pembahasan mengenai
bagaimana penerapan model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
dengan metode mind mapping pada sub materi perbandingan trigonometri pada
segitiga siku-siku di kelas X SMA?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui cara penerapan model
pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir dengan metode mind mapping di
kelas X SMA pada pada sub materi perbandingan trigonometri pada segitiga siku-
siku.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir

Endis Firdaus (2010:4) menyatakan bahwa pada hakekatnya Model


Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (MP PKB) adalah salah satu
model pembelajaran yang berpusat pada pengembangan kemampuan berpikir
melalui telaahan berbagai fakta atau pengalaman siswa sebagai bahan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi siswa itu sendiri. MP PKB nantinya adalah:

1. PKB adalah model pembelajaran yang berpusat pada pengembangan


kemampuan berpikir.
2. Pengalaman sosial adalah pasar pengembangan kemampuan berpikir dengan
jalan menelaah fakta-fakta sosial.
3. Kemampuan anak untuk memecahkan masalah sosial adalah sasaran teknik
MK PKB dengan cara menyesuaikan pada tahapan perkembangan anaknya
masing-masing

Menurut Doni Swadarma (2013:73), pembelajaran peningkatan kemampuan


berpikir adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada pengembangan
kemampuan berpikir peserta didik melalui pengungkapan fakta-fakta dan
pengalaman peserta didik sebagai bekal untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Dalam model pembelajaran ini, materi pelajaran tidak begitu saja diterangkan
kepada peserta didik tetapi mereka diarahkan untuk menemukan sendiri konsep
yang dimaksud melalui pengalaman belajar peserta didik dengan cara menganalisis
dan mengonstruksinya hingga terbentuk pemahaman baru dalam diri mereka.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka diperoleh tiga hal fundamental


pada MP PKB ini, yaitu pengembangan kemampuan berpikir, pengalaman siswa,
dan pemecahan masalah. Sehingga penulis menyimpulkan definisi MP PKB
sebagai suatu model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan
berpikir peserta didik melalui pengalamannya untuk memecahkan permasalahan
yang dihadapi.
5
Lebih lanjut Swadarma (2013:75-76), mengungkapkan bahwa agar
pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir dapat melibatkan peserta didik
secara penuh dalam proses belajar, ada enam tahap yang harus dilalui, yaitu:
A. Tahap Orientasi
Guru memberikan penjelasan tentang tujuan dan hal-hal yang harus dilakukan
oleh peserta didik dalam pembelajaran ini. Kegiatan awal seharusnya mampu
menggugah dan menumbuhkan minat dan semangat belajar.
B. Tahap Pelacakan
Tahapan saat guru mencoba mencari tahu melalui dialog dan tanya jawab
mengenai pemahaman, pengalaman dan kemampuan dasar peserta didik akan
persoalan yang akan dibahas.
C. Tahap Konfrontasi
Guru harus mengonfrontasikan atau menyajikan persoalan pokok yang harus
dipecahkan peserta didik sesuai dengan kemampuannya.
D. Tahap Inkuiri
Peserta didik mengerahkan segenap pengetahuan, pemahaman dan
pengalamannya untuk memecahkan persoalan yang disajikan guru.
E. Tahap Akomodasi
Tahap pembentukan pengetahuan baru, karena ditahap ini peserta didik mulai
menyimpulkan dan mengakomodir pengetahuan beserta dengan kata-kata
kuncinya.
F. Tahap Transfer
Tahapan saat guru menyajikan masalah baru yang sepadan dengan masalah
yang telah diberikan sebelumnya seperti penugasan, PR, maupun proyek
dengan maksud agar peserta didik mampu mentransfer kemampuan berpikirnya
untuk memecahkan masalah-masalah baru.

Adapun kelebihan dari model pembelajaran ini, yaitu siswa lebih siap


menghadapi setiap persoalan yang disajikan oleh guru, prioritas pembelajaran
menekankan pada keterampilan siswa, dan model pembelajaran ini memberikan
kebebasan untuk mengeksplor kemampuan siswa dengan berbagai media yang ada
(Nisa, 2013).

6
2.2 Metode Mind Mapping

Secara etimologis, istilah metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu metodos.
Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati
dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan untuk mencapai
tujuan. Dengan begitu dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus
dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran
(Kamsinah, 2008:102).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Metode adalah cara teratur yang
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki; cara kerja yg bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yg ditentukan”.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode


pembelajaran adalah suatu cara yang tersistem untuk menyajikan materi pelajaran
agar tercapai tujuan yang di kehendaki oleh pengajar. Penggunaan metode
pembelajaran yang tepat akan memotivasi peserta didik untuk belajar sehingga
nantinya akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar peserta didik.

Selama ini, pelajaran matematika di anggap sebagai pelajaran yang sulit,


membosankan, dan menegangkan karena ketika belajar matematika peserta didik
hanya menggunakan belahan otak kirinya saja. Jika mindset seperti ini telah
tertanam pada peserta didik sebelum mereka mempelajari matematika, maka ia
tidak akan tertarik untuk belajar, akibatnya peserta didik tidak dapat memahami
materi yang di ajarkan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode yang dapat
membuat peserta didik tertarik untuk belajar dan memahami matematika dengan
mengoptimalkan penggunaaan belahan otak kiri dan belahan otak kanan.

Tony Buzan dalam bukunya yang berjudul Brain Child (2005:15)


mengemukakan bahwa pada umumnya, belahan otak kiri menjadi aktif ketika otak
harus berurusan dengan logika, daftar, garis, kata, angka, dan analisis. Belahan otak
kanan menjadi aktif pada saat otak berurusan dengan irama, warna, citra
(imajinasi), angan-angan, dan “melihat gambaran secara menyeluruh”. Selanjutnya,

7
penelitian yang dilakukan oleh Profesor Robert Ornstern, Doktor Robert Bloch, dan
yang lainnya menunjukkan bahwa mengembangkan kedua kelompok aktivitas
dengan selaras akan menghasilkan penggandaan kemampuan dasar secara sinergis.

Leonardo da Vinci, pengguna penuh “kedua belahan” otak berkata bahwa


dalam rangka mengembangkan otak yang baik dan keahlian berpikir yang hebat,
anda harus “mempelajari seni dari ilmu dan ilmu dari seni”. Genius super tersebut
menyimpulkan bahwa untuk mewujudkan kemampuan otak yang maksimal, Anda
benar-benar harus menggunakan seluruh keahlian korteks serebrum yang telah
dianugrahkan kepada Anda (Buzan, 2005 : 16).

Pada umumnya, peserta didik mengalami kesulitan dalam mengingat berbagai


rumus maupun konsep matematika. Hal ini dikarenakan dalam pembuatan catatan
dari suatu materi, peserta didik masih menggunakan cara konvensional dengan
membuatnya secara linier. Ini berarti peserta didik hanya menggunakan otak
kirinya yang menyimpan memori dalam jangka pendek. Oleh karena itu dibutuhkan
suatu metode yang dapat memaksimalkan penggunaan kedua belahan otak dalam
proses pembelajaran. Metode yang memperhatikan keseimbangan kerja kedua
belahan otak adalah metode mind mapping.

Swadarma (2013:5) menyatakan bahwa penerapan mind mapping dalam dunia


pendidikan pertama kali dikembangkan oleh Allan M. Collins dan M. Ross Quillian
dengan menggunakan diagram yang sistematis dengan kata kunci sebagai pusat
tema yang ditempatkan di tengah-tengahnya. Selanjutnya Tony Buzan, seorang ahli
matematika, psikolog dan peneliti otak mempelajari bahwa sebenarnya manusia
dilahirkan dengan jutaan kali lebih canggih dari komputer. Ia mengaitkan teknik
peta konsep ala mind mapping dengan teori radiant thinking pada otak manusia.

Lebih lanjut Swadarma mengungkapkan bahwa radiant thinking merupakan


cara berpikir yang sesuai dengan kerja sel otak yang saling terhubung satu sama
lainnya. Berdasarkan penelitian para ilmuwan diketahui bahwa otak mengambil
informasi campuran gambar, bunyi, pikiran, aroma, perasaan, dan memisahkannya
dalam bentuk linear. Mind mapping bekerja dengan memadukan dan
mengembangkan potensi kerja dua belahan otak dalam proses belajar sehingga
8
menjadi mudah untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik yang
didapat melalui tulisan maupun secara lisan.

Mind Mapping adalah cara mencatat yang efektif, efisien, kreatif, menarik,
mudah dan berdayaguna karena dilakukan dengan cara memetakan pikiran-pikiran
kita (Swadarma, 2013:3).

Metode mind mapping adalah metode baru untuk mencatat yang bekerjanya
disesuaikan dengan bekerjanya dua belah otak (otak kiri dan otak kanan). Secara
umum otak kiri manusia memproses logika, kata-kata, matematika, analitik
dan urutan, yang disebut pembelajaran akademis. Otak kanan memproses
irama, rima, musik, gambar atau imajinasi, dan global yang disebut dengan
aktivitas kreatif (Mustangin, 2009:297).

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode mind
mapping adalah metode pembelajaran yang memadukan fungsi kinerja kedua
belahan otak manusia dengan cara memetakan pikiran untuk memudahkan dalam
mengingat informasi yang diterima.

Sebuah mind map dibuat oleh kata-kata, warna, garis, dan gambar. Mind map
bisa membantu untuk lebih baik dalam mengingat, mendapatkan ide brilian,
menghemat waktu dan memanfaatkan waktu yang dimiliki dengan sebaik-baiknya,
mendapatkan nilai yang bagus, serta mengatur pikiran, hobi, dan hidup (Buzan,
2007:4).

Menurut Tony Buzan (2007:6), mind map membuat kita tetap fokus kepada ide
utama dan semua ide tambahan lainnya. Mind map membantu kita untuk
menggunakan kedua belah otak sehingga malah ingin terus-terusan belajar.

“The visual argument theory mentioned above also posits that graphics such
as mind maps make material more memorable but for a different reason: because
they convey information more efficiently than text, through both their individual
elements and the spatial arrangement of those elements. Specifically, they require
less working memory and fewer cognitive transformations” (Biktimirov, 2006:75).
Ini berarti bahwa grafis seperti mind map membuat materi lebih mudah diingat
9
karena mereka menyampaikan informasi lebih efisien daripada teks, baik melalui
elemen masing-masing dan pengaturan tata ruang dari elemen-elemen.

Menurut Swadarma (2013:9) unsur pembentuk mind map terdiri dari tema
besar, sub tema, urutan, dan garis hirarki. Tema besar berisi topik yang akan
dijadikan sebagai pokok pembahasan dan terletak di tengah-tengah. Sub tema
merupakan cabang dari tema besar yang telah dikelompokkan secara sistematis
berdasarkan kategori tertentu. Sub tema dapat dikembangkan lagi menjadi sub-
subtema yang lebih spesifik. Urutan menghubungkan antar tema besar, subtema,
dan sub-subtema yang terjalin berdasarkan analisis yang dilakukan. Garis hirarki
menandakan adanya hubungan sebab-akibat, waktu, tempat, atau pelaksanaan.

Ada beberapa aturan dalam pembuatan mind mapping. Pertama, kertas yang
diguankan adalah kertas putih polos berorientasi landscape. Kedua, menggunakan
spidol warna-warni dengan jumlah warna sekitar 2-7 warna, dan tiap cabang
berbeda warna. Ketiga, buatlah garis lengkung yang bentuknya mengecil dari
pangkal menuju ujung. Keempat, pada cabang utama dimulai dari central image
menggunakan huruf kapital, sedangkan pada cabang menggunakan huruf kecil,
dengan posisi garis dan huruf yang sama panjang. Kelima, keyword yang digunakan
jangan terlalu panjang, sebab hal-hal yang penting saja yang dituliskan. Keenam,
penggunaan key image atau kata bergambar untuk mempermudah kita dalam
mengingat. Dan yang terakhir, tema besar diletakkan di tengah kertas yang akan
memancar melalui sub tema yang terdiri dari 2-7 garis dan dimulai dari kanan atas
sesuai arah jarum jam. (Swadarma 2013:10-13)

Selanjutnya keunggulan mind map dijabarkan oleh Swadarma sebagai berikut:

1. Meningkatkan kinerja manajemen pengetahuan


2. Memaksimalkan sistem kerja otak
3. Saling berhubungan satu sama lain sehingga makin banyak ide dan informasi
yang dapat disajikan
4. Memacu kreativitas, sederhana dan mudah dikerjakan
5. Sewaktu-waktu dapat me-recall data yang ada dengan mudah
6. Menarik dan mudah tertangkap mata
10
7. Dapat melihat sejumlah besar data dengan mudah
8. Dapat melihat sejumlah besar data dengan mudah

2.3 Penerapan Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir dengan


Metode Mind Mapping dalam Pembelajaran Matematika
Adapun langkah-langkah dalam penerapan mapping pada model peningkatan
kemampuan berpikir, yaitu:
1. Guru menjelaskan dengan detail tujuan dan hasil yang diharapkan dari
pembelajaran hari ini.
2. Guru melakukan tanya jawab dan dialog dengan peserta didik guna
mengkondisikan peserta didik agar tetap fokus dengan topik yang dibahas.
Disini terjadi proses mengamati pada pendekatan saintifik ketika siswa
nantinya dihadapkan pada persoalan mengenai materi prasyarat dalam
pembelajaran perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku yaitu
kesebangunan pada segitiga.
3. Guru menyajikan permasalahan yang nantinya dapat menggiring siswa
untuk menemukan definisi sinus, kosinus, dan tangen pada segitiga siku-
siku.
4. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, dengan pembagian yang
heterogen berdasarkan tingkat kemampuan kognitifnya.
5. Setiap kelompok ditugaskan untuk mencari definisi sinus, kosinus, dan
tangen pada segitiga siku-siku melalui ilustrasi permasalahan dengan
menggunakan konsep kesebangunan pada segitiga yang disajikan dalam
bentuk mind map. Dalam kegiatan ini, proses menanya, menalar dan
mencoba pada pendekatan saintifik terjadi.
6. Setiap kelompok melakukan presentasi dengan bantuan mind mapping.
Pada kegiatan ini siswa mengkomunikasikan hasil diskusinya yang
merupakan unsur membentuk jejaring pada pendekatan saintifik.
7. Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan belajar hari ino
8. Guru memberikan penugasan.
Dalam pembelajaran matematika, peranan mind mapping sangat
penting. Karena matematika sebagai jaringan konsep memuat beberapa
11
konsep yang saling terkait dan merupakan hubungan sebab akibat, maka
peta pikiran yang akan dibuat tidak berbeda jauh dengan peta konsep
sebagai catatan linier. Tanda atau simbol-simbol yang digunakan serta warna
sangat mempengaruhi dalam penguatan pemahaman dan memorinya. Tiap
konsep dapat dinyatakan dengan satu kata gagasan dan sedapat mungkin
divisualkan dengan satu lambang atau gambar (Mustangin, 2009:303).
Pembuatan mind map dapat mengikuti langkah berikut:
1. Tentukan tema yang akan anda tulis pada bagian tengah kertas. Kemudian
wadahi kata ini dalam sebuah gambar/simbol
2. Tentukan subtema dari tema yang ditulis, wadahi dengan gambar/simbol
lalu hubungkan dengan tema tadi
3. Tuliskan unsur-unsur dari subtema itu sebagai penjelas. Misalnya tulisan,
gambar, simbol.
4. Berikan warna yang berbeda-beda untuk subtema. Semakin banyak warna,
akan semakin baik untuk merangsang kerja otak (Pradana, 2013).

Ernest N. Biktimirov (2006:76) mengungkapkan bahwa “Mind mapping


is pretty intuitive. Once students see a mind map, they know how to design one.
So we suggest introducing students to mind mapping by showing them a
completed. Then students can start designing one themselves-perhaps first as a
whole class, then in small groups”. Hal ini berarti bahwa pemetaan pikiran
cukup intuitif. Setelah siswa melihat peta pikiran, mereka tahu bagaimana
merancangnya. Biktimirov menyarankan untuk memperkenalkan siswa pada
mind mapping dengan menunjukkan mereka mind map yang utuh. Kemudian
siswa dapat mulai merancang sebagai seluruh kelas, kemudian dalam kelompok
kecil
Secara singkat metode mind mapping meliputi tahap (1) mempelajari konsep
suatu materi pelajaran, (2) menentukan ide-ide pokok, (3) membuat peta pikiran,
dan (4) mempresentasikan didepan kelas. Dalam penerapan metode ini siswa
diajarkan untuk secara mandiri dapat memahami konsep yang diberikan dengan
mengoptimalkan penggunaan otak kanan dan otak kiri, sehingga materi yang
diajarkan dapat di ingat dalam jangka waktu yang lama.
12
2.4 Pendekatan Scientific
Menurut Kemendikbud (2013:4-8), proses pembelajaran pada Kurikulum 2013
untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah
(saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses
pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya,
percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau
informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan,
dan mencipta. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:
A. Mengamati (observasi)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran
sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru
membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk
melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan
membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan,
melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal
yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan
adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

B. Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas
kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak,
dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat
mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang
konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur,
atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai
kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik
dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru
untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu
mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan
13
sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu
peserta didik.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah
mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang
diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa
yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang
bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini
adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan
belajar sepanjang hayat.

C. Mengumpulkan Informasi
Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari
bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik
dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek
yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut
terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013,
aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca
sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara
dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan
adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang
lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan
informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan
belajar dan belajar sepanjang hayat.

D. Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar


Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a
Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari
14
kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan
informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan
kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi
dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada
yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu
informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan
informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta
deduktif dalam menyimpulkan.
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses
berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas
menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan
ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif.
Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk
kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer
peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi
dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di
memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang
sudah tersedia.

E. Menarik kesimpulan
Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik
merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah
menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari
keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan
kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan.

15
F. Mengkomunikasikan
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari.
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang
ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan
menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru
sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.
Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah
menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara
lisan, tertulis, atau media lainnya.
Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

2.5 Langkah–Langkah Penerapan Model Peningkatan Kemampuan Berpikir


dengan Metode Mind Mapping pada Sub Materi Perbandingan Trigonometri pada
Segitiga Siku-Siku
Dalam penerapan model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
dengan metode mind mapping, pada sub materi perbandingan trigonometri pada
segitiga siku-siku dilakukan melalui tahap-tahap berikut, yaitu:

A. Tahap Orientasi
Pada tahap ini, guru memberikan penjelasan tentang tujuan dan hal-hal yang
harus dilakukan oleh peserta didik dalam pembelajaran ini. Kegiatan awal
seharusnya mampu menggugah dan menumbuhkan minat dan semangat belajar.
B. Tahap Pelacakan
Tahapan saat guru mencoba mencari tahu melalui dialog dan tanya jawab
mengenai pemahaman, pengalaman dan kemampuan dasar peserta didik akan
persoalan yang akan dibahas. Pada tahap ini, guru mengajak siswa mengingat
kembali materi kesebangunan pada segitiga melalui ilustrasi gambar. Pada tahap ini
pendekatan scientific yang muncul adalah mengamati.
16
C. Tahap Konfrontasi
Guru harus mengonfrontasikan atau menyajikan persoalan pokok yang harus
dipecahkan peserta didik sesuai dengan kemampuannya.
D. Tahap Inkuiri
Peserta didik mengerahkan segenap pengetahuan, pemahaman dan
pengalamannya untuk memecahkan persoalan yang disajikan guru. Di tahap ini
muncullah proses menanya, mengumpulkan informasi, dan menalar siswa, serta
langkah mempelajari konsep suatu materi pada metode mind mapping.
Selanjutnya, Siswa akan menentukan ide pokok dan menjawab permasalahan yang
diberikan dengan bantuan mind mapping, berarti siswa menentukan ide-ide pokok
dan membuat peta pikiran yang merupakan langkah pada metode mind mapping.
E. Tahap Akomodasi
Tahap pembentukan pengetahuan baru, karena ditahap ini peserta didik mulai
menyimpulkan dan mengakomodir pengetahuan beserta dengan kata-kata
kuncinya. Sebelum memasuki tahap ini, siswa terlebih dahulu mempresentasikan
hasil mind mapping yang telah dibuat oleh kelompoknya yang merupakan
langkah terakhir pada metode mind mapping, serta proses membentuk jejaring
pada pendekatan scientific.
F. Tahap Transfer
Tahapan saat guru menyajikan masalah baru yang sepadan dengan masalah yang
telah diberikan sebelumnya seperti penugasan, PR, maupun proyek dengan
maksud agar peserta didik mampu mentransfer kemampuan berpikirnya untuk
memecahkan masalah-masalah baru.

2.6 Karakteristik Materi


Pada sub materi perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku, siswa akan
mempelajari definisi dari sinus, cosinus, tangen, cotangen, secan, dan cosecan dari
suatu sudut segitiga siku-siku. Untuk mendapatkan definisi tersebut, siswa
diberikan suatu masalah, yaitu:

Pak Yahya adalah seorang penjaga sekolah. Tinggi pak Yahya adalah 1,6 m.
Dia mempunyai seorang anak, namanya Dani. Dani masih kelas II Sekolah Dasar.

17
Tinggi badannya 1,2 m. Dani adalah anak yang baik dan suka bertanya. Dia pernah
bertanya kepada ayahnya tentang tinggi tiang bendera di lapangan itu. Dengan
senyum, Ayahnya menjawab 8 m. Suatu sore, disaat dia menemani ayahnya
membersihkan rumput liar di lapangan, Dani melihat bayangan setiap benda
ditanah. Dia mengambil tali meteran dan mengukur panjang bayangan ayahnya dan
panjang bayangan tiang bendera, yaitu 3 m dan 15 m. Tetapi dia tidak dapat
mengukur panjang bayangannya sendiri karena bayangannya mengikuti
pergerakannya. Jika kamu sebagai Dani, dapatkah kamu mengukur bayangan
kamu sendiri?.

Selanjutnya guru memberikan ilustrasi untuk menyelesaikan masalah diatas


sebagai berikut:

Dimana:
AB = tinggi tiang bendera (8 m)
BC = panjang bayangan tiang (15 m)
DE = tinggi pak Yahya (1,6 m)
EC = panjang bayangan pak Yahya (3 m)
FG = tinggi Dani (1,2 m)
GC = panjang bayangan Dani

Siswa diharapkan dapat mencari definisi dari sinus, cosinus, tangen, cotangen,
secan, dan cosecan dari suatu sudut segitiga siku-siku dengan cara seperti berikut
ini:
Berdasarkan gambar segitiga di atas terdapat tiga segitiga, yaitu ∆ABC, ∆DEC, dan
∆FGC sebagai berikut.

18
Karena ∆ABC, ∆DEC, dan ∆FGC adalah sebangun, maka berlaku:
FG GC 1,2 f
= = = , sehingga diperoleh f= 2,25
DC EC 1,6 3
Dengan menggunakan Teorema Phytagoras diperoleh nilai FC = g = √ 6,5025 =
2,55
Berdasarkan kesebangunan ∆ABC, ∆DEC, dan ∆FGC diperoleh perbandingan
sebagai berikut.
FG DE AB 1,2 1,6 8 sisi didepan sudut
a. = = = = = = = 0,47
FC DC AC 2,55 3,4 17 sisi miring segitiga
8
Perbandingan ini disebut sinus sudut C, ditulis sin x0 atau sin C =
17

GC EC BC 2,25 3 15 sisi di samping sudut


b. = = = = = = = 0,88
FC DC AC 2,55 3,4 17 sisi miring segitiga
15
Perbandingan ini disebut cosinus sudut C, ditulis cos x0 atau cos C =
17

FG DE AB 1,2 1,6 8 sisi di depan sudut


c. = = = = = = = 0,53
GC EC BC 2,25 3 15 sisi di samping sudut
8
Perbandingan ini disebut tangen sudut C, ditulis tan x0 atau tan C =
15
(Sumber: Buku Matematika Guru SMA Kelas X Kurikulum 2013)

19
BAB III
PEMBAHASAN
Model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan suatu model
pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik melalui
pengalamannya untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Kemampuan anak
untuk memecahkan masalah sosial adalah sasaran teknik dari model pembelajaran ini,
dengan cara menyesuaikan pada tahapan perkembangan anaknya masing-masing

Metode mind mapping merupakan suatu metode dalam pembelajaran dimana siswa
dapat mengoptimalisasikan kedua fungsi belahan otak melalui catatan yang menarik
sehingga dapat menyimpan suatu ingatan dalam memori jangka panjang. Metode mind
mapping di kembangkan bertujuan untuk menjadikan siswa yang diajarkan secara
mandiri dapat memahami konsep yang diberikan dengan mengoptimalkan penggunaan
otak kanan dan otak kiri.

3.1 Kegiatan Pendahuluan


Kegiatan pendahuluan merupakan tahap awal yang dilakukan sebelum
memasuki penyajian materi yang akan diajarkan. Kegiatan ini diawali dengan
mempersiapkan siswa untuk siap menerima pelajaran, yaitu dengan merapikan
posisi kursi dan meja siswa, sehingga siswa belajar dalam kondisi yang nyaman dan
teratur. Selanjutnya guru meminta ketua kelas untuk memimpin do’a sesuai dengan
kepercayaan masing-masing. Kegiatan ini dilakukan sebagai wujud dari ketaatan
serta ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian guru menanyakan
kabar siswa, misalnya: Bagaimana kabarnya hari ini anak-anak?. Selanjutnya guru
melakukan absen kehadiran siswa untuk mengetahui siswa yang tidak mengikuti
pembelajaran sehingga nantinya akan diberikan penugasan untuk siswa yang
mengalami ketertinggalan materi ajar. Setelah itu guru memberikan deskripsi
singkat mengenai materi pelajaran yang akan disampaikan, yaitu: Pada pertemuan
kali ini kita akan mempelajari sub materi perbandingan trigonometri pada segitiga
siku-siku.
20
Selanjutnya guru memberitahukan manfaat dan relevansi materi ini pada siswa,
yaitu: perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku sangat dibutuhkan ketika
kita ingin membuat rancangan suatu bangunan atau rumah untuk mengetahui
hubungan besar sudut dan panjang sisi-sisinya agar nantinya bangunan tersebut
dapat berdiri dengan kokoh. Manfaat dan relevansi yang diberikan guru dapat
menumbuhkan motivasi siswa untuk mempelajari perbandingan trigonometri pada
segitiga siku-siku. Motivasi sangat penting dalam suatu pembelajaran, karena
motivasi merupakan modal awal dalam memahami suatu materi yang disajikan.
Bagian akhir dalam kegiatan pendahuluan adalah penyampaian tujuan
pembalajaran, yaitu: siswa dapat mendeskripsikan konsep perbandingan
trigonometri pada segitiga siku-siku melalui penyelidikan dan diskusi tentang
hubungan perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian dalam segitiga siku-siku
sebangun. Penyampaian tujuan ini merupakan tahap orientasi pada model
pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir.
Selanjutnya guru melakukan tanya jawab dan dialog dengan peserta didik
mengenai materi prasyarat dalam pembelajaran perbandingan trigonometri pada
segitiga siku-siku yaitu kesebangunan pada segitiga. Kegiatan tanya jawab dan
dialog merupakan tahap pelacakan pada model pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir. Pertanyaan yang diberikan guru disajikan melalui gambar
berikut:

Kedua gambar diatas memiliki bentuk yang sama, namun ukurannya berbeda.
Dari gambar di atas guru memberikan ilustrasi dengan memberikan ukuran dari
setiap sisi pada gambar,sebagai berikut:

G 2cm H M

C 1cm D ? 3cm

21
2cm 1c m O
A B E F K N L
1cm ?
Dari ilustrasi diatas, siswa diberi pertanyaan: Bagaimana cara mendapatkan
panjang EG pada persegi panjang dan panjang KL pada segitiga ?
Dalam kegiatan ini siswa diarahkan untuk mengingat materi kesebangunan.

3.2 Kegiatan Inti


Kegiatan inti merupakan proses belajar mengajar yang utama dalam suatu
pembelajaran. Kegiatan ini diawali dengan pengenalan mind mapping kepada
peserta didik. Guru memberikan salah satu contoh mind mapping, yaitu:

Lalu guru menjelaskan langkah-langkah pembuatan mind mapping, yaitu:


1. Tentukan tema yang akan anda tulis pada bagian tengah kertas. Kemudian
wadahi kata ini dalam sebuah gambar/simbol. Dalam penyelesaian soal pada
LKS yang menjadi tema adalah permasalahannya.
2. Tentukan subtema dari tema yang ditulis, wadahi dengan gambar/simbol lalu
hubungkan dengan tema tadi. Subtema dalam penyelesaian soal pada LKS
22
adalah langkah-langkah untuk menemukan defniisi sinus, cosinus, dan tangen
pada segitiga siku-siku.
3. Tuliskan unsur-unsur dari subtema itu sebagai penjelas. Misalnya tulisan,
gambar, simbol.
4. Berikan warna yang berbeda-beda untuk subtema. Semakin banyak warna,
akan semakin baik untuk merangsang kerja otak .

Selanjutnya guru menyajikan permasalahan melalui media LKS yang nantinya


dapat menggiring siswa untuk menemukan definisi sinus, kosinus, dan tangen pada
segitiga siku-siku, yaitu:

Pak Yahya adalah seorang penjaga sekolah. Tinggi pak Yahya adalah 1,6 m.
Dia mempunyai seorang anak, namanya Dani. Dani masih kelas II Sekolah Dasar.
Tinggi badannya 1,2 m. Dani adalah anak yang baik dan suka bertanya. Dia pernah
bertanya kepada ayahnya tentang tinggi tiang bendera di lapangan itu. Dengan
senyum, Ayahnya menjawab 8 m. Suatu sore, disaat dia menemani ayahnya
membersihkan rumput liar di lapangan, Dani melihat bayangan setiap benda
ditanah. Dia mengambil tali meteran dan mengukur panjang bayangan ayahnya dan
panjang bayangan tiang bendera, yaitu 3 m dan 15 m. Tetapi dia tidak dapat
mengukur panjang bayangannya sendiri karena bayangannya mengikuti
pergerakannya. Jika kamu sebagai Dani, dapatkah kamu mengukur bayangan
kamu sendiri?.

Penyajian permasalahan ini merupakan tahap konfrontasi pada model


pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Untuk menyelesaikan
permasalahan ini siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, yang setiap
kelompoknya beranggotakan 4-5 orang dengan pembagian yang heterogen.
Pembagian heterogen ini bertujuan agar dalam setiap kelompok terdiri dari siswa
yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah, sehingga siswa yang
berkemampuan tinggi dapat membantu siswa yang berkemampuan sedang atau
siswa yang berkemampuan tinggi maupun sedang dapat membantu siswa yang
berkemampuan rendah. Setiap kelompok ditugaskan untuk mencari definisi sinus,
kosinus, dan tangen pada segitiga siku-siku melalui ilustrasi permasalahan dengan
23
menggunakan konsep kesebangunan pada segitiga yang disajikan dalam bentuk
mind map. Kegiatan ini merupakan tahap inkuiri.

Setelah semua peserta didik berada pada kelompoknya, guru akan membagikan
kertas HVS kepada setiap kelompok. Guru akan menginstruksikan kepada setiap
kelompok untuk mendiskusikan permasalahan yang terdapat dalam LKS dan
membuat mind mapping untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan
membuat langkah-langkahnya.

Setelah proses diskusi kelompok selesai, guru akan menunjuk 2 kelompok


untuk mempresentasikan hasil diskusinya dalam bentuk mind mapping.
Penunjukkan kelompok ini dilakukan secara acak dengan tujuan agar semua
kelompok siap untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Ketika
presentasi, kelompok lain diberikan kesempatan untuk menanggapi mind mapping
hasil diskusi dari kelompok yang presentasi. Setelah semua siswa memahami sub
materi perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku ini, guru mengakhiri
kegiatan diskusi kelompok dengan mengumpulkan laporan dari setiap kelompok.

Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap materi yang
telah dipelajari, maka guru memberikan kuis dengan satu pertanyaan yang
berkaitan dengan sub materi perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku.
Pada akhir kegiatan ini, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik yang
ingin bertanya mengenai sub materi perbandingan trigonometri pada segitiga siku-
siku, sehingga nantinya peserta didik dapat mengikuti materi selanjutnya dengan
maksimal.

3.3 Kegiatan Penutup


Kegiatan penutup merupakan tahap akhir dalam kegiatan belajar mengajar.
Pada tahap ini guru bersama siswa menyimpulkan definisi sinus, kosinus, dan
tangen pada segitiga siku-siku yang merupakan tahap akomodasi. Selanjutnya guru
mengumumkan kelompok dengan mind mapping terbaik. Mind mapping terbaik
dari kelompok diskusi akan dipajang di kelas tersebut sebagai apresiasi bagi
kelompok pemenang dan untuk memotivasi peserta didik yang lain agar lebih giat
belajar pada materi-materi selanjutnya.
24
Setelah itu, guru memberikan penugasan berupa Pekerjaan Rumah (PR) kepada
peserta didik untuk melatih pemahaman terhadap materi yang telah dipelajari.
Selanjutnya Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan mengingatkan kepada siswa untuk
terus belajar dan memberikan pesan moral “ Belajar adalah investasi tercerdas yang
bisa anak-anak lakukan. Karena investasi akan kembali dengan jumlah yang ratusan
bahkan ribuan kali lebih besar dari sebelumnya”. Terakhir, guru menginformasikan
kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya yaitu nilai perbandingan trigonometri
di berbagai kuadran.

25
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan suatu model
pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik
melalui pengalamannya untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Model
pembelajaran ini bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya
tujuan yang ingin dicapai adalah bagaimana peserta didik dapat mengembangkan
gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal. Sasaran
akhirnya adalah kemampuan peserta didik untuk memecahkan suatu permasalahan
sesuai dengan taraf perkembangannya.
Metode mind mapping merupakan metode pembelajaran yang memadukan
fungsi kinerja kedua belahan otak manusia dengan cara memetakan pikiran untuk
memudahkan dalam mengingat informasi yang diterima dalam jangka waktu yang
lama. Belahan otak kiri menjadi aktif ketika otak harus berurusan dengan logika,
daftar, garis, kata, angka, dan analisis. Sementara itu belahan otak kanan menjadi
aktif pada saat otak berurusan dengan irama, warna, citra (imajinasi), angan-angan,
dan “melihat gambaran secara menyeluruh”.
Penyelarasan fungsi kedua belahan otak ini, dapat menarik perhatian dan
motivasi siswa untuk belajar dan memahami konsep-konsep dalam matematika.
Mind map terdiri dari kata-kata, warna, garis, dan gambar. Secara singkat metode
mind mapping meliputi tahap (1) mempelajari konsep suatu materi pelajaran, (2)
menentukan ide-ide pokok, (3) membuat peta pikiran, dan (4) mempresentasikan
didepan kelas.

4.2 Saran
1. Diharapkan guru dapat menerapkan model pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir dengan metode mind mapping sebagai alternatif ataupun
variasi dari model dan metode pembelajaran yang digunakan, guna menarik
motivasi siswa untuk belajar matematika dan mebentuk pemahaman pada

26
peserta didik dengan cara menganalisis dan menkontruksi pengalaman yang
dimilikinya.
2. Bagi calon guru, makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi pembelajaran
untuk di praktekkan dilapangan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Biktimirov, Ernest.2006. “Show Them The Money: Using Mind Mapping In The
Introductory Finance Course “. Journal of financial education, No. 32 Fall: 72-86

Buzan, Tony. 2005. Brain Child. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Buzan, Tony. 2007. Buku Pintar Mind Map untuk Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Firdaus, Endis. 2010. Implementasi Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan


Berpikir. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional oleh Himpunan Mahasiswa
Pengembangan Kurikulum Pascasarjana Universitas Indonesia, 14 Februari 2010.

Kamsinah. 2008. “Metode dalam Proses Pembelajaran: Studi Tentang Ragam dan
Implementasinya”. Jurnal Lentera Pendidikan, Vol. 11. No. 1: 101-114

Kemendikbud. 2013. Pendekatan dan Strategi pembelajaran dalam Kurikulum 2013.


(http://www.academia.edu/5934154/Pendekatan_dan_Strategi_Pembelajaran
_Kurikulum_2013, diakses 28 Desember 2014)

Kemdikbud. 2014.”Kamus Besar Bahasa Indonesia”. (www.kbbi.web.id/metode,


diakses pada 5 Oktober 2014).

Mestangin & A. Debora. 2009. Penerapan Global Learning dan Mind Mapping dalam
Pembelajaran Matematika sebagai Jaringan Konsep. Makalah disajikan dalam
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan
Matematika FMIPA UNY, Yogyakarta, 5 Desember.

Nisa, Khairun. 2013. Makalah Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan


Berfikir (SPPKB). Blogspot.com. (online).
(http://nisabumkhairun.blogspot.com/2013/10/makalah-strategipembelajaran.html,
diakses pada 26 Desember 2014).

28
Pradana, Arya. 2013. ”Cara Mmembuat Mind Map”.
(http://prezi.com/4krwlq4ztsyx/cara-membuat-mind-map/, diakses pada 5
Oktober 2014).

Swadarma, Doni. 2013. Penerapan Mind Mapping dalam Kurikulum Pembelajaran.


Jakarta: Gramedia

29
LAMPIRAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA

Kelas / Semester :X/I

Mata pelajaran : Matematika Wajib

Topik : Trigonometri (Perbandingan Trigonometri Pada Segitiga Siku-


Siku)

Pertemuan ke :1

Alokasi waktu : 2 x 45 menit

A. KOMPETENSI INTI
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara

30
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. KOMPETENSI DASAR
2.2 Mampu mentransformasi diri dalam berpilaku jujur, tangguh mengadapi
masalah, kritis dan disiplin dalam melakukan tugas belajar matematika.
2.3 Menunjukkan sikap bertanggung jawab, rasa ingin tahu, jujur dan perilaku
peduli lingkungan.
3.15 Memahami konsep perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku
melalui penyelidikan dan diskusi tentang hubungan perbandingan sisi-sisi
yang bersesuaian dalam beberapa segitiga siku- siku sebangun.
4.14 Menerapkan perbandingan trigonometri dalam menyelesaikan masalah.

C. INDIKATOR
1. Berpikir kritis, bertanggung jawab, dan terlibat aktif dalam menyelesaikan
masalah pada pembelajaran perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku.
2. Menjelaskan kembali konsep perbandingan trigonometri pada segitiga siku-
siku melalui penyelidikan dan diskusi tentang hubungan perbandingan sisi-sisi
yang bersesuaian dalam beberapa segitiga siku- siku sebangun.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui kegiatan diskusi dan tanya jawab dalam pembelajaran perbandingan
trigonometri pada segitiga siku-siku ini, siswa diharapkan dapat terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan bertanggungjawab dalam menyampaikan mendapat dan
menjawab pertanyaan, serta dapat:
1. Menjelaskan kembali konsep perbandingan trigonometri pada segitiga siku-
siku melalui penyelidikan dan diskusi tentang hubungan perbandingan sisi-sisi
yang bersesuaian dalam beberapa segitiga siku- siku sebangun.
E. MATERI PEMBELAJARAN
1. Mengingatkan kembali materi kesebangunan pada segitiga melalui gambar
berikut:

31
Kedua gambar diatas memiliki bentuk yang sama, namun ukurannya berbeda.
Dari gambar di atas guru memberikan ilustrasi dengan memberikan ukuran dari
setiap sisi pada gambar,sebagai berikut:

G 2cm H M

C 1cm D ? 3cm

2cm ? 1c m O

A B E F K N N L
1cm N
?
Dari ilustrasi diatas, siswa diberi pertanyaan: Bagaimana cara mendapatkan
panjang EG pada persegi panjang dan panjang KL pada segitiga ?

Jawaban:

a. Panjang EG pada persegi panjang EFGH


Karena kedua persegi panjang sebangun, maka berlaku perbandingan:
AC CD 2 1
= = =
EG GH EG 2
 1 x EG = 2 x 2
 EG = 4 cm

b. Panjang KL pada segitiga KLM


Karena kedua segitiga sebangun, maka berlaku perbandingan:

32
KN KO 1 1
KL
= KM = KL = 3

 1 x KL = 1 x 3
 KL = 3 cm

2. Memberikan suatu masalah yang berhubungan dengan perbandingan


trigonometri pada segitiga siku-siku dengan media LKS

Siswa diberikan suatu masalah: Pak Yahya adalah seorang penjaga sekolah.
Tinggi pak Yahya adalah 1,6 m. Dia mempunyai seorang anak, namanya Dani.
Dani masih kelas II Sekolah Dasar. Tinggi badannya 1,2 m. Dani adalah anak
yang baik dan suka bertanya. Dia pernah bertanya kepada ayahnya tentang tinggi
tiang bendera di lapangan itu. Dengan senyum, Ayahnya menjawab 8 m. Suatu
sore, disaat dia menemani ayahnya membersihkan rumput liar di lapangan, Dani
melihat bayangan setiap benda ditanah. Dia mengambil tali meteran dan
mengukur panjang bayangan ayahnya dan panjang bayangan tiang bendera,
yaitu 3 m dan 15 m. Tetapi dia tidak dapat mengukur panjang bayangannya
sendiri karena bayangannya mengikuti pergerakannya. Jika kamu sebagai Dani,
dapatkah kamu mengukur bayangan kamu sendiri?.

Selanjutnya guru memberikan ilustrasi untuk menyelesaikan masalah diatas


sebagai berikut:

Dimana:
AB = tinggi tiang bendera (8 m)
BC = panjang bayangan tiang (15 m)
DE = tinggi pak Yahya (1,6 m)
EC = panjang bayangan pak Yahya (3 m)

33
FG = tinggi Dani (1,2 m)
GC = panjang bayangan Dani
Jawaban:
Berdasarkan gambar segitiga di atas terdapat tiga segitiga, yaitu ∆ABC, ∆DEC,
dan ∆FGC sebagai berikut.

Karena ∆ABC, ∆DEC, dan ∆FGC adalah sebangun, maka berlaku:


FG GC 1,2 f
= = = , sehingga diperoleh f= 2,25
DC EC 1,6 3
Dengan menggunakan Teorema Phytagoras diperoleh nilai FC = g = √ 6,5025 =
2,55
Berdasarkan kesebangunan ∆ABC, ∆DEC, dan ∆FGC diperoleh perbandingan
sebagai berikut.
FG DE AB 1,2 1,6 8 sisi di depan sudut
a. = = = = = = = 0,47
FC DC AC 2,55 3,4 17 sisi miring segitiga
8
Perbandingan ini disebut sinus sudut C, ditulis sin x0 atau sin C =
17

GC EC BC 2,25 3 15 sisi di samping sudut


b. = = = = = = = 0,88
FC DC AC 2,55 3,4 17 sisi miring segitiga
15
Perbandingan ini disebut cosinus sudut C, ditulis cos x0 atau cos C =
17

FG DE AB 1,2 1,6 8 sisi di depan sudut


c. = = = = = = = 0,53
GC EC BC 2,25 3 15 sisi di samping sudut
8
Perbandingan ini disebut tangen sudut C, ditulis tan x0 atau tan C =
15

F. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan pembelajaran adalah pendekatan saintifik. Model pembelajaran
peningkatan kemampuan berpikir dengan metode mind mapping, diskusi dan tanya

34
jawab.

G. MEDIA, ALAT, DAN SUMBER PEMBELAJARAN


 Media : Bahan tayang (ppt) dan LKS
 Alat/Bahan : Infokus dan leptop
 Sumber belajar : Buku Matematika pegangan siswa kelas X, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan RI 2013, halaman 356.

H. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Tahap Deskripsi Alokasi Waktu


Guru Siswa
Pendahuluan: 20 menit
1. Guru mempersiapkan siswa 1. Siswa mempersiapkan
untuk siap menerima dirinya untuk menerima
pelajaran pelajaran
2. Guru meminta seorang siswa 2. Salah seorang siswa
untuk memimpin do’a memimpin do’a dan
semua siswa berdo’a
Tahap-1 3. Guru memberikan gambaran 3. Siswa mendengarkan
Orientasi tentang manfaat dan penjelasan dari guru
relevansi perbandingan
trigonometri pada segitiga
siku-sikuyaitu: perbandingan
trigonometri pada segitiga
siku-siku sangat dibutuhkan
ketika kita ingin membuat
rancangan suatu bangunan
atau rumah untuk
mengetahui hubungan besar
sudut dan panjang sisi-
sisinya agar nantinya
bangunan tersebut dapat

35
berdiri dengan kokoh
4. Guru menyampaikan tujuan 4. Siswa mendengarkan
pembelajaran. penjelasan dari guru
Tahap-2 5. Sebagai apersepsi untuk 5. Siswa berpikir dan
Pelacaka mendorong rasa ingin tahu berusaha untuk mengingat
n dan berpikir kritis, guru konsep yang telah
mengajak siswa mengingat diketahui sebelumnya
kembali materi
kesebangunan pada segitiga
melalui gambar berikut:
Ilustrasi 1

Ilustrasi 2

6. Guru memberikan penguatan 6. Siswa mendengarkan


terhadap jawaban siswa atau penjelasan dari guru
pemberian scaffolding jika
tidak ada siswa yang
menjawab benar.
7. Guru membagi kedalam 7. Siswa mengatur posisi
beberapa kelompok yang duduknya sesuai dengan

36
masing-masing kelompok kelompok
terdiri dari 4-5 orang.

Inti 60 menit
1. Guru memberikan salah satu 1. Siswa memperhatikan
contoh mind mapping dan penjelasan dari guru
menjelaskan langkah-
langkah pembuatan mind
mapping.
Langka 2. Guru memberikan LKS 2. Siswa mengamati LKS
h-1 (Lembar Kerja Siswa) yang diberikan guru. Siswa
Mempel kepada tiap kelompok akan diberikan suatu
ajari permasalahan yang
konsep nantinya dapat menggiring
Tahap- siswa untuk menemukan
3&4 definisi sinus, kosinus, dan
Konfront tangen pada segitiga siku-
asi & siku (menanya dan menalar)
Inkuiri
Langka 3. Guru memperhatikan dan 3. Siswa menentukan ide
h-2 & 3 mendorong siswa untuk pokok dan menjawab
Menentu berpartisipasi dalam diskusi, permasalahan yang
kan ide dan membimbing siswa diberikan dengan bantuan
pokok mind mappig
dan
membua
t mind
mapping
4. Guru menginstruksikan siswa 4. Siswa menuliskan
untuk menuliskan kesimpulan berdasarkan
kesimpulan definisi sinus, mind mapping yang telah
kosinus, dan tangen pada dibuat
segitiga siku-siku

37
Langka 5. Guru menunjuk dua 5. Siswa memperhatikan dan
h-4 kelompok untuk menanggapi apa yang
Mempre mempresentasikan mind dipresentasikan oleh
sentasika mappingnya di depan kelas. temannya. (membentuk
n mind jejaring)
mapping
6. Guru mengumpulkan semua 6. Siswa mengumpulkan
laporan kelompok laporan kelompoknya
7. Guru memberikan kuis yang 7. Siswa mengerjakan kuis.
terdiri dari 1 soal untuk
dikerjakan tiap siswa dan
dikumpulkan.
Penutup 10 menit
Tahap-5 1. Dengan bantuan mind 1. Siswa membacakan definisi
Akomod mapping, guru menyajikan relasi yang bersifat
asi kesimpulan definisi sinus, antisimetris dan ekuivalensi
kosinus, dan tangen pada bersama-sama
segitiga siku-siku.
2. Guru mengumumkan 2. Siswa mendengarkan
kelompok dengan mind pengumuman dari guru
mapping terbaik yang
nantinya akan dipajang di
kelas
Tahap-6 3. Guru memberikan penugasan 3. Siswa mendengarkan
Transfer berupa Pekerjaan Rumah penjelasan guru
(PR) pada uji kompetensi 8.2
nomor 3 sampai 7
4. Guru mengakhiri kegiatan 4. Siswa menyimak penjelasan
belajar dengan mengingatkan dan pesan dari guru
kepada siswa untuk terus
belajar mengingatkan kepada
siswa untuk terus belajar dan
memberikan pesan moral

38
“Belajar adalah investasi
tercerdas yang bisa anak-
anak lakukan. Karena
investasi akan kembali
dengan jumlah yang ratusan
bahkan ribuan kali lebih
besar dari sebelumnya”
5. Guru menginformasikan 5. Siswa menyimak informasi
kegiatan pembelajaran untuk dari guru
pertemuan berikutnya yaitu
yaitu nilai perbandingan
trigonometri di berbagai
kuadran.

I. PENILAIAN
1. Teknik Penilaian : pengamatan dan tes tertulis (kuis)
2. Prosedur penilaian

No. Aspek yang dinilai Teknik penilaian Waktu penilaian


1. Sikap
a) Kritis dalam berpendapat dan Pengamatan Selama proses
mengomentari hasil diskusi dengan lembar pembelajaran
kelompok lain pengamatan

b) Tanggung jawab dalam Pengamatan Selama proses


kelompok: membantu teman dengan lembar diskusi kelompok
sekelompok yang kurang pengamatan
mengerti

c) Terlibat aktif dalam Pengamatan Selama proses


pembelajaran dengan lembar pembelajaran
pengamatan

39
2. Pengetahuan
Menjelaskan kembali konsep Tes tertulis Penyelesaian
perbandingan trigonometri pada (kuis) tugas individu
segitiga siku-siku

3. Keterampilan
Dapat membuat mind maping Pengamatan Selama proses
dengan kreatif dan optimal dengan lembar diskusi kelompok
pengamatan

3. Instrumen penilaian hasil belajar


 Tes tertulis (kuis)
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan cermat dan tepat!
1. Tentukanlah nilai sinus, kosinus, dan tangen untuk sudut P pada setiap
segitiga siku-siku di bawah ini. Nyatakanlah jawabannya dalam bentuk
yang paling sederhana.
a) Q 8 R

4
Q
b) Q 6
P R
10
2. Diketahui suatu segitiga siku-siku, dengan nilai sinus salah satu sudut

√3
lancipnya adalah . Tentukanlah nilai kosinus dan tangen sudut
2
tersebut!

 Kunci Jawaban
QR PQ QR
1. a) Sin P = Cos P = Tan P =
RP RP PQ
4 8
RP2 = PQ2 + QR2 Cos P = Tan P =
4 √5 4

40
√5
= 42 + 8 2 Cos P = Tan P = 2
5
= 16 + 64
= 80
RP = 4√ 5
8
 Sin P =
4 √5
2√5
 Sin P =
5
QR PQ QR
b) Sin P = Cos P = Tan P =
RP RP PQ
8 6
PQ2 = PR2 - QR2 Cos P = Tan P =
10 8
= 102 - 62 Cos P = 0,8 Tan P = 0,75
= 100 - 36
= 64
PQ = 8
6
 Sin P =
10
 Sin P = 0,6

2. Misalkan segitiga ABC: C

A B
√3
Misalkan Sin B = , maka :
2
1 √3
AB2 = BC2 - AC2 Cos B = Tan B =
2 1
= 22 –( √ 3)2 Cos B = 0,5 Tan B = √ 3
=4-3
=1
AB = 1

41
 Rubrik Penilaian Kuis

No. Bobot Skor


Aspek Penilaian Rubrik Penilaian
Soal Skor Maksimum
1.a Penentuan nilai sinus,  Mengetahui panjang 40 40
kosinus, dan tangen RP serta nilai sinus,
pada sudut P kosinus, dan tangen
pada sudut P
 Hanya mengetahui 10
panjang RP nya saja
atau nilai sinusnya saja
atau kosinusnya saja
atau tangennya saja
pada sudut P
 Tidak tahu sama sekali 0
1.b Penentuan nilai sinus,  Mengetahui panjang 40 40
kosinus, dan tangen PQ serta nilai sinus,
pada sudut P kosinus, dan tangen
pada sudut P
 Hanya mengetahui
panjang RP nya saja 10

atau nilai sinusnya saja


atau kosinusnya saja
atau tangennya saja
pada sudut P
 Tidak tahu sama sekali 0
2. Penentuan nilai 20 20
 Mengetahui nilai
kosinus dan tangen
kosinus dan tangen
pada suatu sudut
pada suatu sudut lancip
lancip.
 Hanya mengetahui nilai
10
kosinusnya saja atau

42
tangennya saja
 Tidak tahu sama sekali 0
Total Skor 100

43
LEMBAR KERJA SISWA

Satuan pendidikan : SMA

Kelas :X

Mata pelajaran : Matematika Wajib

Topik : Trigonometri (Perbandingan Trigonometri Pada Segitiga Siku-


Siku)

Kelompok :

Nama : 1. ……………………

2. ……………………

3. …………………….

4. …………………….

5. …………………….

Petunjuk kerja :

1. Amatilah ilustrasi yang diberikan


2. Berdiskusilah dengan teman sekelompokmu untuk menyelesaikan permasalahan
yang diberikan.
3. Apabila ada yang kurang jelas, tanyakan pada guru.
4. Laporkan hasil diskusi kelompokmu dalam bentuk mind mapping yang dibuat pada
kertas HVS yang telah diberikan.

Amatilah permasalahan di bawah ini dan jawab sesuai dengan pertanyaan melalui
diskusi kelompok !

Pak Yahya adalah seorang penjaga sekolah. Tinggi pak Yahya adalah 1,6 m. Dia
mempunyai seorang anak, namanya Dani. Dani masih kelas II Sekolah Dasar. Tinggi
badannya 1,2 m. Dani adalah anak yang baik dan suka bertanya. Dia pernah bertanya
kepada ayahnya tentang tinggi tiang bendera di lapangan itu. Dengan senyum, Ayahnya
menjawab 8 m. Suatu sore, disaat dia menemani ayahnya membersihkan rumput liar di
lapangan, Dani melihat bayangan setiap benda ditanah. Dia mengambil tali meteran dan
mengukur panjang bayangan ayahnya dan panjang bayangan tiang bendera, yaitu 3 m

44
dan 15 m. Tetapi dia tidak dapat mengukur panjang bayangannya sendiri karena
bayangannya mengikuti pergerakannya. Jika kamu sebagai Dani, dapatkah kamu
mengukur bayangan kamu sendiri?.

Pemecahan Masalah:

Amatilah ilustrasi di bawah ini!. Ilustrasi ini merupakan model tiang bendera, ayah
Dani, dan Dani.

A. Tulislah permasalahan di atas sebagai tema besar pada mind map.


B. Berdasarkan ilustrasi, bagilah segitiga ABC menjadi tiga segitiga, yaitu ∆ABC, ∆
DEC, dan ∆FGC .
C. Gunakanlah konsep kesebangunan dan Teorema Phytagoras untuk menemukan
konsep sinus, kosinus, dan tangen sudut C.
D. Kerjakanlah setiap langkah untuk menemukan konsep sinus, kosinus, dan tangen
sudut C pada mind map. Dimana perbandingan yang menghasilkan nilai 0,47
disebut sebagai sinus, 0,88 disebut sebagai cosinus, dan 0,53 disebut sebagai
tangen.
E. Definisikanlah pengertian sinus, cosinus, dan tangen, dari suatu sudut segitiga siku-
siku.
F. Definisikanlah pengertian cosecan, secan, dan cotangen, jika cosecan, secan, dan
cotangen dirumuskan sebagai berikut:
1
Cosecan C =
sin C
1
Secan C =
cos C
1
Cotangen C =
tan C

. . . Selamat bekerja . . .

45
PEMBAHASAN OLEH PARA PEMBAHAS

Pembahas 1 (Novika Anggrieni)

1. Tolong diperhatikan penulisan Anda, karena masih ada beberapa penulisan yang
tidak sesuai.
2. Pada landasan teori, saya menemukan nama penulis Mestangin, namun di bagian
lain yang ditulis adalah Mustangin. Tolong diklarifikasi nama yang benar yang
mana?
3. Jelaskan karakteristik materi untuk metode mind mapping?
4. Salah satu tahapan metode mind mapping adalah menentukan ide-ide pokok.
Bagaimana teknis penentuan ide-ide pokok tersebut?

Pembahas 2 (Putri Ramadhani)

1. Latar belakang yang Anda tulis terlalu luas.


2. Ada beberapa penulisan yang tidak sesuai dengan aturan.
3. Salah satu keunggulan metode mind mapping adalah merecall data, mengapa
demikian?
4. Apakah metode ini sudah cukup efektif dan apakan metode ini sudah sesuai dengan
Kurikulum 2013?

Pembahas Spontan (Utami Putri K)


1. Dalam pembahasan Anda, siswa akan dibagi kedalam beberapa kelompok.
Bukankah pembuatan mind map dalam kelompok akan sulit dilakukan? Lalu
penilaian nya hasil mapping nya secara individu atau kelompok?
2. Bukankah mengecek kebenaran mind mapping membutuhkan waktu yang lama,
lalu bagaimana Anda menentukan kelompok dengan mind mapping terbaik?

46
REFERENSI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang (halaman 1)

(Swadarma, 2013:73)

47
BAB II

LANDASAN TEORI

2.4 Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (halaman 5)


Endis Firdaus (2010:4)

48
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (halaman 5-6)

Doni Swadarma (2013:73, 75-76)

49
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (halaman 6)


(Nisa, 2013)

50
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Metode Mind Mapping (halaman 4)


Tony Buzan Brain Child (2005:15)

51
BAB II

LANDASAN TEORI

2.2 Metode Mind Mapping (halaman 7)


(Kamsinah, 2008:102).

52
BAB II

LANDASAN TEORI

2.2 Metode Mind Mapping (halaman 7-8)


Tony Buzan Brain Child (2005:15-16)

53
BAB II

LANDASAN TEORI

2.2 Metode Mind Mapping (halaman 8-9)

Swadarma (2013:5,3)

54
BAB II

LANDASAN TEORI

2.2 Metode Mind Mapping (halaman 9)

(Mustangin, 2009:297).

55
BAB II

LANDASAN TEORI

2.2 Metode Mind Mapping (halaman 9)

(Buzan, 2007:4 dan 6).

56
BAB II

LANDASAN TEORI

2.2 Metode Mind Mapping (halaman 9)

(Biktimirov, 2006:75)

57
BAB II

LANDASAN TEORI

2.2 Metode Mind Mapping (halaman 10)

Swadarma (2013:9 -13)

58
BAB II

LANDASAN TEORI

2.3 Penerapan Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir dengan


Metode Mind Mapping dalam Pembelajaran Matematika (halaman 12)

(Mustangin, 2009:303).

59
BAB II

LANDASAN TEORI

2.3 Penerapan Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir dengan


Metode Mind Mapping dalam Pembelajaran Matematika (halaman 12)

Ernest N. Biktimirov (2006:76)

60
BAB II

LANDASAN TEORI

2.7 Pendekatan Scientific


Kemendikbud (2013:4-8)

61
62

Anda mungkin juga menyukai