Anda di halaman 1dari 37

TUGAS BIOLOGI MANUSIA

MEMBUAT RESUME PATOFISIOLOGI

Disusun oleh :

Ayu Martini (061911062)

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS BINAWAN
2019
 PATOFIOLOGI KELAINAN DARAH:
1. Anemia
Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah
yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, organ tubuh
tidak mendapat cukup oksigen, sehingga membuat penderita anemia pucat dan mudah lelah.
Anemia dapat terjadi sementara atau dalam jangka panjang, dengan tingkat keparahan
yang bisa ringan sampai berat. Anemia terjadi ketika kadar hemoglobin (bagian utama
dari sel darah merah yang mengikat oksigen) berada di bawah normal.
Penyebab Anemia
Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau hemoglobin.
Akibatnya, sel-sel dalam tubuh tidak mendapat cukup oksigen dan tidak berfungsi secara
normal (hipoksemia). Secara garis besar, anemia terjadi akibat tiga kondisi berikut ini:
1. Produksi sel darah merah yang kurang.
2. Kehilangan darah secara berlebihan.
3. Hancurnya sel darah merah yang terlalu cepat.

Berikut ini adalah jenis-jenis anemia yang umum terjadi berdasarkan


penyebabnya:
1. Anemia akibat kekurangan zat besi
Kekurangan zat besi membuat tubuh tidak mampu menghasilkan hemoglobin
(Hb). Kondisi ini bisa terjadi akibat kurangnya asupan zat besi dalam makanan,
atau karena tubuh tidak mampu menyerap zat besi.
2. Anemia pada masa kehamilan
Ibu hamil memiliki nilai hemoglobin yang lebih rendah dan hal ini normal.
Meskipun demikian, kebutuhan hemoglobin meningkat saat hamil, sehingga
dibutuhkan lebih banyak zat pembentuk hemoglobin, yaitu zat besi, vitamin B12,
dan asam folat. Bila asupan ketiga nutrisi tersebut kurang, dapat membahayakan
ibu hamil maupun janin.
3. Anemia akibat perdarahan
Anemia dapat disebabkan oleh perdarahan berat yang terjadi secara perlahan
dalam waktu lama atau terjadi seketika.
4. Anemia aplastic
Anemia aplastik terjadi ketika kerusakan pada sumsum tulang membuat tubuh
tidak mampu lagi menghasilkan sel darah merah dengan optimal.
5. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi ketika penghancuran sel darah merah lebih cepat dari
pada pembentukannya.
6. Anemia akibat penyakit kronis
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses pembentukan sel darah merah,
terutama bila berlangsung dalam jangka panjang. Beberapa di antaranya
adalah penyakit Crohn, penyakit ginjal, kanker, rheumatoid arthritis,
dan HIV/AIDS.
7. Anemia sel sabit (sickle cell anemia)
Anemia sel sabit disebabkan oleh mutasi (perubahan) genetik pada
hemoglobin. Akibatnya, hemoglobin menjadi lengket dan berbentuk tidak normal,
yaitu seperti bulan sabitt
8. Thalasemia
Thalasemia disebabkan oleh mutasi gen yang memengaruhi produksi hemoglobin.

Gejala Anemia
Gejala anemia sangat bervariasi, tergantung pada penyebabnya. Penderita anemia bisa
mengalami gejala berupa:
a) Lemas dan cepat lelah
b) Sakit kepala dan pusing
c) Kulit terlihat pucat atau kekuningan
d) Detak jantung tidak teratur
e) Napas pendek
f) Nyeri dada
g) Dingin di tangan dan kaki

2.Leukemia  
Leukemia adalah kanker darah akibat tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah
putih abnormal. Leukemia dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-anak.Sel darah putih
merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh yang diproduksi di dalam sumsum tulang.
Ketika fungsi sumsum tulang terganggu, maka sel darah putih yang dihasilkan akan
mengalami perubahan dan tidak lagi menjalani perannya secara efektif.
Ciri-Ciri Leukemia
a) Demam dan menggigil.
b) Tubuh terasa lelah.

c) Berat badan turun drastis.


d) Gejala anemia.
e) Bintik merah pada kulit.
f) Mimisan dan Tubuh mudah memar.
g) Keringat berlebihan (terutama pada malam hari).
h) Mudah terkena infeksi.
i) Muncul benjolan di leher.
j) hati dan limpa membengkak.

Gejala leukimia
a) Sakit kepala hebat
b) Mual dan muntah
c) Nyeri tulang, Linglung, dan Kejang.

Penyebab Leukemia

Penyakit leukemia disebabkan oleh kelainan sel darah putih di dalam tubuh dan tumbuh
secara tidak terkendali. Faktor risiko dapat meliputi:

a) Memiliki anggota keluarga yang pernah menderita leukemia.


b) Menderita kelainan genetika, seperti Down Syndrome.
c) Menderita kelainan darah, seperti sindrom mielodisplasia.
d) Memiliki kebiasaan merokok.
e) Pernah menjalani pengobatan kanker dengan kemoterapi atau radioterapi.
f) Bekerja di lingkungan yang terpapar bahan kimia, misalnya benzena.

Jenis Leukemia
Berdasarkan jenis sel darah putih yang terlibat, leukemia terbagi menjadi empat jenis
utama, yaitu:
a. Leukemia limfoblastik akut
Acute lymphoblastic leukemia (ALL) atau leukemia limfoblastik akut terjadi
ketika sumsum tulang terlalu banyak memproduksi sel darah putih jenis limfosit
yang belum matang atau limfoblas.
b. Leukemia limfositik kronis
Chronic lymphocytic leukemia (CLL) atau leukemia limfositik kronis terjadi
ketika sumsum tulang terlalu banyak memproduksi limfosit yang tidak normal
dan secara perlahan menyebabkan kanker.
c. Leukemia mieloblastik akut
Acute myeloblastic leukemia (AML) atau leukemia mieloblastik akut terjadi
ketika sumsum tulang terlalu banyak memproduksi sel mieloid yang tidak matang
atau mieloblas.
d. Leukemia mielositik kronis
Chronic myelocytic leukemia (CML) atau leukemia mielositik kronis terjadi
ketika sumsum tulang tidak mampu memproduksi sel mieloid yang matang.
Selain keempat jenis leukemia di atas, ada beberapa jenis leukemia lain yang jarang
terjadi, di antaranya:
a) Leukemia sel rambut (hairy cell leukemia).
b) Leukemia mielomonositik kronis (chronic myelomonocytic leukemia).
c) Leukemia promielositik akut (promyelocytic acute leukemia).
d) Leukemia limfositik granular besar (large granular lymphocytic leukemia).
e) Juvenile myelomonocytic leukemia, yaitu jenis leukemia mielomonositik yang
menyerang anak usia di bawah 6 tahun.

3.Hemofilia  

Hemofilia adalah suatu  penyakit yang menyebabkan gangguan


perdarahan karena kekurangan faktor pembekuan darah. Akibatnya,
perdarahan berlangsung lebih lama saat tubuh mengalami luka.Dalam
keadaan normal, protein yang menjadi faktor pembeku darah
membentuk jaring penahan di sekitar platelet (sel darah) sehingga
dapat membekukan darah dan pada akhirnya menghentikan
perdarahan. Pada penderita hemofilia, kekurangan protein yang
menjadi faktor pembeku darah tersebut mengakibatkan perdarahan
terjadi secara berkepanjangan.

Gejala Hemofilia
Gejala utama hemofilia adalah perdarahan yang sulit berhenti atau berlangsung lebih
lama, termasuk perdarahan pada hidung (mimisan), otot, gusi, atau sendi. Tingkat
keparahan perdarahan tergantung dari jumlah faktor pembeku dalam darah.
1. Pada hemofilia ringan, jumlah faktor pembekuan berkisar antara 5-50%. Gejala berupa
perdarahan berkepanjangan baru muncul saat penderita mengalami luka atau pasca
prosedur medis, seperti operasi.
2. Pada hemofilia sedang, jumlah faktor pembekuan berkisar antara 1-5%. Gejala yang
dapat muncul meliputi:
a) Kulit mudah memar.
b) Perdarahan di area sekitar sendi.
c) Kesemutan dan nyeri ringan pada lutut, siku dan pergelangan kaki.

3. Pada hemofilia hemofilia berat dengan jumlah faktor pembekuan kurang dari 1%.
Penderita biasanya sering mengalami perdarahan secara spontan, seperti gusi
berdarah, mimisan, atau perdarahan sendi dan otot tanpa sebab yang jelas. Gejala
perdarahan yang perlu diwaspadai adalah perdarahan di dalam tengkorak kepala
(perdarahan intracranial)

Penyebab Hemofilia
Proses pembekuan darah membutuhkan unsur-unsur dalam darah, seperti platelet dan
protein plasma darah.Di dalam kasus hemofilia, terdapat mutasi gen yang menyebabkan
tubuh kekurangan faktor pembekuan tertentu dalam darah. Penyebab hemofilia A adalah
mutasi gen yang terjadi pada faktor pembekuan VII Sedangkan hemofilia B disebabkan
oleh mutasi yang terjadi pada faktor pembekuan IX (9) dalam darah.
Mutasi gen pada hemofilia A dan B terjadi pada kromoson X dan bisa diturunkan dari
ayah, ibu, atau kedua orang tua.

 PATOFISIOLOGI PEMBULUH DARAH:

1.Aterosklerosis 
Atherosclerosis atau aterosklerosis adalah penyempitan dan pengerasan pembuluh darah
arteri akibat penumpukan plak pada dinding pembuluh darah. Kondisi ini merupakan
penyebab umum penyakit jantung koroner (atherosclerosis heart disease). Pada awalnya,
aterosklerosis tidak menimbulkan gejala. Gejala baru muncul ketika aliran darah ke organ
atau jaringan terhambat. Penumpukan plak hingga menimbulkan gejala bisa memakan
waktu hingga bertahun-tahun.

Gejala dan Komplikasi Aterosklerosis


Aterosklerosis awalnya tidak menimbulkan gejala, sampai pembuluh darah arteri sudah
sangat menyempit bahkan tertutup hingga tidak lagi dapat menyalurkan darah dalam
jumlah cukup ke organ-organ tubuh.
Akibatnya, banyak orang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita aterosklerosis
hingga timbul komplikasi. Komplikasi ini bisa beragam, tergantung lokasi terjadinya
aterosklerosis, antara lain:

1. Aterosklerosis pada jantung

Aterosklerosis pada jantung bisa menyebabkan penyakit jantung


koroner dan serangan jantung. Gejala yang serupa, yaitu:
a) Nyeri dada seperti ditekan atau diremas (angina).
b) Nyeri atau tekanan pada pundak, lengan, rahang, atau punggung.
c) Gangguan irama jantung (aritmia).
d) Sesak napas, berkeringat, dan gelisah.
2. Aterosklerosis pada tungkai

Aterosklerosis pada area tungkai kaki maupun lengan bisa menyebabkan penyakit


arteri perifer. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut:
a) Nyeri, kram, hingga mati rasa pada area lengan maupun tungkai.
b) Nyeri saat berjalan dan mereda setelah beristirahat (klaudikasio
intermiten).
c) Tungkai bagian bawah terasa dingin.
d) Luka di jempol, telapak, atau kaki tak kunjung sembuh.

3. Aterosklerosis pada otak


Bila terjadi pada pembuluh darah di otak, aterosklerosis bisa
menyebabkan stroke yang ditandai dengan gejala berupa:
a) Mati rasa hingga lumpuh pada salah satu sisi wajah, lengan, atau tungkai.
b) Kebingungan dan sulit berbicara dengan jelas.
c) Kehilangan penglihatan pada salah satu mata atau kedua mata.
d) Kehilangan koordinasi dan keseimbangan.
e) Pusing dan sakit kepala berat.
f) Sulit bernapas dan kehilangan kesadaran.

4. Aterosklerosis pada ginjal


Penumpukan plak pada pembuluh arteri di ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal.
Gangguan ini bisa dikenali dari sejumlah gejala, seperti:
a) Jarang buang air kecil.
b) Terus menerus merasa mual.
c) Merasa sangat lelah dan mengantuk.
d) Tungkai membengkak.
e) Bingung dan sulit berkonsentrasi.
f) Sesak napas dan dada terasa nyeri.

5. Penyebab Aterosklerosis
Penyebab pasti aterosklerosis belum diketahui, namun penyakit ini dimulai saat
terjadi kerusakan atau cedera pada lapisan dalam arteri dapat disebabkan oleh:
a) Kolesterol dan Tekanan darah yang tinggi.
b) Diabetes dan Obesitas.
c) Peradangan akibat penyakit tertentu, seperti lupus.
d) Kebiasaan merokok.

2.Arteriosklerosis
Arteriosklerosis adalah pengerasan pembuluh darah arteri yang membawa darah dari
jantung untuk dialirkan ke seluruh tubuh. Kondisi ini tidak normal karena pembuluh
darah yang sehat seharusnya bersifat lentur, fleksibel, dan elastis. Arteriosklerosis
menyebabkan aliran darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi dari jantung menuju
berbagai jaringan tubuh menjadi terganggu. Aterosklerosis dan arteriolosklerosis
merupakan turunan dari arteriosklerosis, sehingga gejala dan pengobatan ketiganya tidak
jauh berbeda. Ketiganya sama-sama terjadi di pembuluh darah arteri.

Gejala Arteriosklerosis
a) Mati rasa di tangan atau kaki, sulit berbicara, penglihatan terganggu, dan otot
wajah melemah atau bahkan lumpuh, jika penyumbatan terjadi di arteri yang
menuju ke otak.
b) Muncul rasa nyeri di dada yang disebut angina, jika penyumbatan terjadi di
arteri yang menuju ke jantung.
c) Kaki terasa nyeri ketika berjalan, jika penyumbatan terjadi di arteri yang
menuju ke tungkai dan kaki.
d) Tekanan darah tinggi hingga gagal ginjal, jika penyumbatan terjadi di arteri
yang menuju ke ginjal.

Penyebab Arteriosklerosis
Arteriosklerosis disebabkan oleh pengerasan dinding arteri. Hal ini bisa terjadi karena
penumpukkan lemak di lapisan dalam arteri (aterosklerosis) atau karena penebalan otot
dinding arteri akibat tekanan darah tinggi (hipertensi). Ketika lapisan dalam arteri rusak,
sel darah dan lainnya akan menggumpal di area yang rusak. Lama kelamaan, plak yang
terbentuk dari kolesterol juga akan menumpuk dan mengeras di area yang rusak. Risiko
arteriosklerosis bisa meningkat karena beberapa hal berikut ini:
a) Sering merokok dan jarang berolahraga.
b) Obesitas dan melakukan diet yang tidak sehat.
c) Tekanan darah dan kolesterol tinggi.
d) Stres dan mengonsumsi alkohol berlebihan.
e) Kurang asupan nutrisi dari buah dan sayur.
3.Aneurisma Otak
Aneurisma otak adalah pembesaran pembuluh darah pada otak akibat dinding pembuluh
darah yang lemah. Saat aliran darah menekan dinding pembuluh darah, pembuluh darah
akan menggembung seperti balon. Kondisi ini dapat berkembang menjadi sangat serius
ketika aneurisma otak pecah dan terjadi perdarahan subarachnoid.
Aneurisma otak merupakan penyakit yang tergolong serius karena dapat menimbulkan
kerusakan otak atau bahkan kematian. Siapa pun bisa mengalami aneurisma otak.
Namun, kondisi ini umumnya diderita oleh wanita berusia di atas 40 tahun.

Gejala Aneurisma Otak


Gejala aneurisma otak pada tiap penderitanya berbeda-beda, tergantung dari tingkat
keparahannya. Pada kasus aneurisma otak yang belum pecah, gejala baru ditunjukkan
saat aneurisma sudah begitu besar hingga menekan jaringan atau saraf pada otak. Ada
pun gejala tersebut berupa:
a) Pusing.
b) Nyeri di sekitar mata.
c) Sulit berbicara.
d) Keseimbangan terganggu.
e) Sulit berkonsentrasi atau memiliki daya ingat yang pendek.
f) Kelumpuhan pada salah satu sisi wajah.
g) Gangguan penglihatan.
h) Kelopak mata turun.

Patofisiologi Aneurisma

Aneurisma terjadi karena pembuluh darah kekurangan elastin, kolagen dan


matriks ekstraseluler yang menyebabkan melemahnya dinding aorta. Kekurangan
komponen tersebut bisa diakibatkan oleh
(arterosklerosis). Sel radang pada dinding pembuluh darahyang mengalami aterosklerosis
mengeluarkan matriks metalloproteinase. Matrik tersebutakan menghancurkan elastin dan
kolagen sehingga persediaannya menjadi berkurang. Selainmatriks metalloproteinase
factor yang berperan terjadinya aneurisma adalah
plasminogenactivator dan serin elastase.

Selain itu, interaksi dari banyak factor lain dapat menjadi predisposisi
pembentukananeurisma pada dinding aorta. Aliran turbulen pada daerah bifurkasio dapat
ikutmeningkatkaninsiden aneurisma ditempat tempat tertentu. Suplai darah ke pembuluh
darahmelalui vasa vasorum diduga dapat terganggu pada usia lanjut, memperlemah
tunika mediadan menjadi factor predisposisi terbentuknya aneurisma. Apapun
penyebabnya perkembangan aneurisma selalu progresif. Tegangan atau tekanan pada din
ding berkaitanlangsung dengan radius pembuluh darah dan tekanan intra arteri. Dengan
melebarnya dan bertambahnya radiuspembuluh
darah tekanan dinding juga meningkat sehinggamenyebabkan dilatasi pembuluh darah

Penyebab Aneurisma Otak


Aneurisma otak terjadi saat dinding pembuluh darah melemah atau menipis. Darah yang
dibutuhkan otak disalurkan melalui empat pembuluh darah yang melalui leher hingga
mencapai otak. Aneurisma sering kali terjadi pada percabangan pembuluh darah yang
lemah.
Penyebab pasti di balik melemahnya dinding pembuluh darah belum dapat dipastikan.
Kendati demikian, beberapa faktor diduga dapat melemahkan dinding pembuluh darah
sehingga memicu aneurisma otak. Faktor tersebut meliputi:
a) Tekanan darah tinggi. Kondisi ini meningkatkan tekanan pada dinding
pembuluh darah sehingga memicu aneurisma otak.
b) Usia di atas 40 tahun. Aneurisma otak lebih banyak ditemukan pada orang-
orang berusia di atas 40 tahun. Hal ini disebabkan kondisi dinding
pembuluh darah yang melemah seiring waktu akibat tekanan darah yang
melewati dinding tersebut.
c) Berjenis kelamin perempuan. Sebagian besar penderita aneurisma otak
adalah wanita. Hal ini diduga berkaitan dengan penurunan hormon
estrogen yang menjaga elastisitas pembuluh darah. Penurunan ini biasanya
terjadi pasca menopause.
d) Cedera pada kepala. Meski jarang terjadi, cedera parah pada otak dapat
meningkatkan risiko aneurisma otak.
e) Konsumsi alkohol dan penyalahgunaan narkoba (terutama kokain).
f) Kondisi medis yang bukan bawaan, misalnya infeksi darah
tertentu, arteriosklerosis (pengerasan arteri), dan penurunan kadar hormon
estrogen pasca menopause.
g) Kondisi medis bawaan, misalnya penyakit ginjal polikistik, koartasio aorta,
malformasi arteri-vena, serta gangguan pada jaringan tubuh (misalnya pada
kasus sindrom Ehlers-Danlos dan sindrom Marfan).
h) Riwayat aneurisma otak di keluarga.

 PATOFISIOLOGI KELISTRIKAN JANTUNG:

1. Aritmia
Aritmia adalah gangguan yang terjadi pada irama jantung. Penderita aritmia bisa
merasakan irama jantungnya terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur.Sebenarnya
aritmia normal terjadi pada kondisi jantung yang sehat. Namun bila terjadi terus
menerus atau berulang, aritmia bisa menandakan adanya masalah pada organ jantung.
Ada beberapa jenis aritmia yang paling sering dijumpai, yaitu:
a) Atrial fibrilasi, yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih cepat dan tidak
teratur.
b) AV blok, yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat.

c) Supraventrikular takikardi, yaitu kondisi ketika denyut jantung terlalu cepat.


d) Ventrikel ekstra sistol, yaitu kondisi ketika ada denyutan lain di luar denyut.
e) Ventrikel fibrilasi, yaitu kondisi ketika jantung hanya bergetar.

Faktor Risiko Aritmia

a) Meskipun bisa terjadi pada siapa saja, terdapat beberapa faktor yang
meningkatkan seseorang untuk terkena penyakit aritmia. Berikut ini adalah
beberapa faktor risiko tersebut, yaitu:
b) Pengunaan narkoba atau zat-zat tertentu. Seseorang berisiko mengidap aritmia
jika menggunakan narkoba atau zat zat lainnya. Hal ini karena kerja jantung
bisa terpengaruh, terutama penggunaan narkoba jenis amfetamin dan kokain.
c) Konsumsi alkohol yang berlebihan. Risiko seseorang untuk mengidap aritmia
juga meningkat jika mengonsumsi alkohol secara berlebihan. Hal tersebut
timbul karena pengaruh dari impuls listrik di jantung.
d) Mengonsumsi obat-obatan tertentu. Beragam jenis obat dapat menyebabkan
efek samping tertentu, salah satunya adalah penyakit aritmia. Bahkan, dari
obat-obatan untuk penyakit ringan, seperti obat batuk dan pilek, juga dapat
menyebabkan kelainan pada irama jantung ini terjadi.
e) Merokok dan mengonsumsi kafein berlebihan. Baik merokok dan
mengonsumsi kafein jika dilakukan secara berlebihan, maka meningkatkan
risiko seseorang untuk mengidap aritmia. Hal ini dikarenakan merokok dan
kafein menyebabkan detak jantung menjadi lebih cepat.

Gejala Aritmia
Aritmia bisa terjadi tanpa menimbulkan gejala, sehingga kadang tidak disadari oleh
penderitanya. Gejala aritmia yang dapat muncul antara lain:
a) Jantung berdetak lebih cepat dari normal (takikardia)
b) Jantung berdetak lebih lambat dari normal (bradikardia)
c) Pusing
d) Pingsan
e) Cepat lelah
f) Sesak napas
g) Nyeri dada

Perlu diketahui, seseorang yang mengalami gejala di atas belum tentu mengalami aritmia.
Oleh karena itu, pemeriksaan oleh dokter diperlukan agar dapat diketahui apa yang
memicu gejala tersebut.

Penyebab Aritmia
Aritmia terjadi ketika impuls listrik yang berfungsi mengatur detak jantung tidak bekerja
dengan baik. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh sejumlah kondisi di bawah ini:
a) Konsumsi obat pilek atau obat alergi
b) Sleep apnea
c) Hipertensi
d) Diabetes
e) Gangguan elektrolit, seperti kelebihan atau kekurangan kalium.
f) Gangguan tiroid, misalnya hipertiroidisme
g) Kelainan katup jantung
h) Penyakit jantung bawaan
i) Penyakit jantung koroner
j) Serangan jantung

Selain kondisi medis, aritmia juga dapat dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti:
a) Tidak dapat mengelola stres dengan baik
b) Kurang tidur
c) Merokok
d) Konsumsi minuman beralkohol atau berkafein secara berlebihan
e) Penyalahgunaan NAPZA

 GANGGUAN ACUTE

1.Miokard infark
Infark Miokard adalah kerusakan otot jantung pada bagian tertentu yang
menetap akibat kurangnya pasokan aliran darah yang kaya oksigen. Otot-otot jantung
yang sudah mati tersebut tidak dapat berfungsi seperti semula. Dalam istilah sehari-hari,
Infark Miokard (Myocard Infarction) sering disebut juga serangan jantung. Infark
miokard sendiri dalam istilah medis berarti ada kerusakan jaringan otot jantung menetap
karena kurangnya pasokan oksigen. Ketika otot-otot jantung rusak maka tidak dapat
kembali ke fungsi semula, dan kemampuan jantung untuk memompa darah menjadi
berkurang.

Penyebab Infark Miokard?


Penyebab utama dari terjadinya infark miokard adalah ketidakseimbangan antara
pasokan dan kebutuhan oksigen di jaringan otot jantung. Kebutuhan oksigen di jaringan
otot jantung yang tinggi, tetapi pasokan (supply) oksigen ke daerah tersebut kurang. Otot-
otot jantung membutuhkan pasokan oksigen agar dapat terus memompa darah ke seluruh
tubuh. Apabila aktivitas otot jantung meningkat, maka kebutuhan akan oksigen juga
meningkat. Jika tidak mendapatkan oksigen dalam waktu yang cukup lama, lama
kelamaan jaringan otot jantung dapat rusak dan bersifat menetap. Pembuluh darah
jantung yang memasok darah ke otot-otot jantung disebut dengan arteri koroner.
Merurunnya pasokan oksigen ke jaringan otot jantung dapat disebabkan oleh sumbatan
pada arteri coroner yang disebut atherosclerosis, yaitu adanya plaque di
dalam lubang pembuluh darah jantung. Sehingga darah yang membawa oksigen tidak
dapat mencapai otot jantung.  Infark miokard yang lebih sering terjadi karena disebabkan
sumbatan pembuluh darah jantung atau ischemia.

Siapa yang lebih beresiko terkena penyakit jantung ini?


Ada faktor resiko yang tidak dapat diubah dan dapat meningkatkan terjadinya infark
miokard seperti usia lanjut, jenis kelamin laki-laki lebih beresiko, dan juga faktor
keturunan. Akan tetapi ada banyak faktor resiko lain yang masih dapat dikontrol agar
terhindar dari infark miokard, seperti :

a) Merokok
b) Hiperkolessterolemia (kadar kolesterol darah diatas normal)

c) Penyakit diabetes mellitus

d) Hipertensi

e) Obesitas

f) Stress
g) Kurang berolahraga

h) Kurang mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran

i) Kecanduan alcohol

j) Dan sebagainya

Ciri-ciri dan Gejala Infark Miokard yang bisa diamati?


Pasien yang mengalami serangan jantung biasanya mendadak tanpa ada tanda-
tanda sebelumnya. Akan tetapi pada beberapa kasus, pasien dapat saja
merasakan gejala pendahuluan sebelum terjadinya serangan, seperti :

a) Lemas
b) Rasa tidak nyaman di dada

c) Gelisah

d) Nafas pendek-pendek

e) Mual

f) Pusing

Pada saat terjadi serangan jantung, rasa nyeri di dada sangat khas dengan karakteristik
sebagai berikut :

a) Nyeri dada yang hebat dan tidak berkurang selama 30 – 60 menit


b) Lokasi nyeri dirasakan di belakang tulang dada dan seringkali menjalar ke
daerah leher, bahu, rahang dan juga lengan kiri.

c) Sensasi dada seperti tertekan, sakit, panas atau terbakar, dan tertusuk-tusuk

d) Pada beberapa pasien dapat timbul keluhan pada ulu hati,


seperti kembung dan banyak gas di dalam lambung.
Kondisi umum pasien pada saat serangan, dapat ditemukan pemeriksaan tanda-tanda vital
sebagai berikut :

a) Denyut nadi meningkat dengan irama yang tidak teratur


b) Tekanan darah meningkat

c) Frekuensi nafas meningkat

d) Batuk-batuk, terdengar suara mengi, terdapat produksi sputum

Penegakan Diagnosis
Pada saat pasien mengalami serangan jantung, pasien akan merasa sangat kesakitan
sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan anamnesa untuk mengetahui riwayat
penyakitnya. Dokter dapat melakukan anamnesis singkat ke keluarga pasien, kemudian
melakukan pertolongan pertama untuk menstabilkan kondisi pasien. Beberapa pemeriksaan
yang dapat dilakukan untuk membantu menegakan diagnose antara lain :

a) Pemeriksaan laboratorium darah. Komponen yang diperiksa antara lain


kadar troponin, creatinine kinase (CK), myoglobin, kadar lemak darah,
penanda inflamasi, dan juga pemeriksaan darah lengkap.
b) Elektrokardiografi (EKG). EKG berfungsi merekam aktivitas listrik di
jantung. Merupakan pemeriksaan utama yang penting dilakukan untuk
menegakan diagnosis serangan jantung.

c) Cardiac imaging. Pemeriksaan rontgen atau CT scan jantung dapat dilakukan


setelah kondisi pasien stabil.

2.Angina Pektoris
Angina pectoris adalah nyeri dada akibat penyakit jantung koroner. Angin duduk atau angina
pectoris terjadi saat otot jantung tidak mendapatkan suplai darah yang cukup karena pembuluh
darah arteri pada jantung menyempit atau tersumbat.Angina pectoris ini bisa terjadi kapan saja
dan pada siapa saja. Nyeri akibat angina pectoris ini sering disalahartikan sebagai gejala dari
kondisi lain, seperti naiknya asam lambung dan peradangan pada paru-paru.
Gejala Angina Pectoris
Angina pectoris ditandai dengan nyeri dada seperti tertindih, terbakar, tertusuk ataupun
terasa penuh. Rasa sakitnya dapat menjalar ke lengan, bahu, punggung, leher, dan rahang.
Gejala lain yang dapat menyertai rasa nyeri tersebut antara lain:
a) Keringat yang muncul berlebihan, meski cuaca tidak panas.
b) Mual.
c) Lelah.
d) Pusing.
e) Sesak napas.

Berdasarkan karakteristik gejalanya, angina pectoris dapat dibedakan menjadi:


a) Stable angina
b) Stable angina atau angina stabil sering muncul ketika penderitanya melakukan
aktivitas yang berat atau saat mengalami tekanan emosional. Stable angina ini
memiliki pola yang teratur, dengan durasi yang singkat, biasanya tidak lebih dari
5 menit. Istirahat dan obat-obatan biasanya akan mengurangi keluhan.
c) Unstable angina
d) Unstable angina merupakan jenis angina yang lebih berbahaya. Angina jenis ini
biasanya muncul tiba-tiba, tidak bergantung pada aktivitas yang dilakukan, dan
bisa berlanjut meskipun penderitanya sudah beristirahat.
e) Rentang waktu terjadinya unstable angina lebih panjang dengan intensitas nyeri
yang lebih parah daripada stable angina.
f) Gejala yang ditimbulkan angina jenis ini juga tidak hilang walau penderita sudah
beristirahat atau minum obat. Unstable angina umumnya merupakan pertanda
dari serangan jantung.
g) Prinzmetal’s angina
h) Berbeda dengan kedua jenis angina yang dijelaskan sebelumnya, Prinzmetal’s
angina disebabkan oleh adanya kekakuan di arteri jantung, sehingga terjadi
penurunan jumlah aliran darah untuk sementara waktu. Prinzmetal’s
angina merupakan jenis angina yang cukup jarang terjadi. Angina jenis ini
biasanya muncul saat istirahat, pada malam hari, ataupun di pagi hari. Intensitas
nyerinya cukup berat namun biasanya bisa mereda dengan pemberian obat-
obatan.
Penyebab dan Faktor Risiko Angina Pectoris
Angina pectoris paling sering disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Penyakit
jantung koroner terjadi akibat adanya penumpukkan plak di arteri (ateroskilerosis). Beberapa
faktor risiko terjadinya memuculkan angina adalah:
a) Kebiasaan merokok.
b) Riwayat tekanan darah tinggi atau hipertensi.
c) Kadar kolestrol jahat (LDL) dan trigliserida yang tinggi.
d) Menderita diabetes.
e) Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga.
f) Jarang berolahraga dan tidak aktif bergerak.
g) Mengalami obesitas.
h) Berusia di atas 45 tahun untuk laki-laki dan di atas 55 tahun untuk wanita.

3.Acute coronary syndrom


Sindrom koroner akut adalah istilah medis yang menggambarkan kondisi di mana
aliran darah menuju ke jantung berkurang secara drastis atau tiba-tiba. Gejalanya berupa
nyeri dada berat, nyeri dapat menjalar ke lengan kiri, dan mual muntah. Ini
merupakan kondisi medis darurat yang memerlukan penanganan segera. Yuk, kenali
gejala, penyebab serta penanganannya berikut ini!
Sindrom koroner akut kerap menyebabkan nyeri dada yang parah dan
ketidaknyamanan. Serangan jantung dan serangan angina tidak stabil adalah bentuk lain
dari sindrom koroner akut, di mana terjadi penyumbatan yang signifikan pada arteri
koroner (pembuluh darah jantung). Aliran darah yang berkurang akan mengganggu
fungsi jantung dan mengindikasikan adanya risiko serangan jantung yang tinggi.
Terdapat tiga tipe sindrom koroner akut, yakni:
1. Serangan angina tidak stabil, yakni kondisi di mana suplai darah ke jantung masih
sangat terbatas, namun tidak ada kerusakan permanen, sehingga otot jantung tetap
terjaga. Kendati merupakan tipe sindrom koroner akut yang paling ringan, namun
tipe ini tetap dianggap sebagai kondisi medis darurat, karena dapat meningkat
menjadi kerusakan jantung atau STEMI.
2. Non-ST segment elevation myocardial infarction (NSTEMI). Kendati dalam
kondisi ini suplai darah ke jantung tidak sepenuhnya tersumbat, namun sindrom
koroner akut tipe ini masih dianggap sebagai kondisi medis darurat serius.
3. ST segment elevation myocardial infarction (STEMI) adalah jenis serangan
jantung yang paling serius, di mana ada gangguan pada suplai darah. Hal ini
disebabkan oleh penyumbatan total arteri koroner, yang dapat menyebabkan
meluasnya kerusakan pada area jantung.

Penyebab dan Faktor Risiko Sindrom Koroner Akut


Kebanyakan kasus sindrom koroner akut ini disebabkan oleh adanya penyempitan
pembuluh darah yang memasok jantung. Hal ini biasanya disebabkan aterosklerosis atau
adanya plak yang terbentuk pada dinding dalam arteri dan menyumbat aliran darah.
Pembentukan plak biasanya secara bertahap selama beberapa tahun di satu tempat atau
lebih di arteri koroner.
Adapun beragam kondisi lain yang dapat menyumbat arteri koroner antara lain:
a) Bekuan darah dari organ lain di tubuh, misalnya di ruang jantung, dan terbawa
hingga arteri koroner dan terjebak.
b) Komplikasi dari operasi jantung.

c) Peradangan pada arteri koroner.


d) Tusukan luka ke jantung.
e) Mengonsumsi kokain, yang bisa menyebabkan arteri koroner mengalami kejang.
f) Beberapa gangguan jantung langka lainnya.

Sementara itu, faktor risiko yang dapat memicu terjadinya sindrom koroner akut antara
lain:
a) Orang yang berusia lebih dari 45 tahun.
b) Menderita tekanan darah tinggi.
c) Kadar kolosterol dalam darah yang tinggi.
d) Merokok.
e) Mengonsumsi menu makanan tidak sehat.
f) Obesitas atau kelebihan berat badan.
g) Menderita diabetes.
h) Riwayat keluarga dengan sakit dada, penyakit jantung atau stroke.
i) Kurang olahraga atau aktivitas fisik.

Gejala Sindrom Koroner Akut yang Perlu Anda Waspadai


Gejala sindrom koroner akut yang paling umum adalah nyeri dada parah. Anda
seperti merasakan tekanan berat pada dada. Rasa sakit juga bisa menjalar hingga ke
rahang dan lengan kiri, atau bahkan ke kedua lengan Anda. Gejala lainnya antara lain
berkeringat, sesak napas, pusing, terasa mau pingsan, mual, gelisah, dan denyut jantung
tidak teratur.
Rasa sakitnya bisa jadi serupa dengan serangan angina normal (stabil). Namun,
biasanya lebih parah dan berlangsung lebih lama. Rasa sakit pada orang dengan serangan
angina stabil, biasanya akan reda setelah beberapa menit. Namun, rasa sakit pada orang
yang menderita sindrom koroner akut biasanya berlangsung lebih dari 15 menit, atau
bahkan hingga berjam-jam. Namun yang perlu diwaspadai, lansia dan penderita diabetes
yang juga memiliki sindrom koroner akut sering kali tidak mengalami nyeri dada.
4.Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah berada pada
nilai 130/80 mmHg atau lebih. Kondisi ini dapat menjadi berbahaya, karena jantung dipaksa
memompa darah lebih keras ke seluruh tubuh, hingga bisa mengakibatkan timbulnya
berbagai penyakit, seperti gagal ginjal, stroke, dan gagal jantung.

Cara Mengukur Tekanan Darah


Tekanan darah dibagi 2 menjadi tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik. Tekanan darah sistolik adalah tekanan saat jantung memompa darah ke seluruh
tubuh. Sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan saat otot jantung relaksasi,
sebelum kembali memompa darah.
Dalam pencatatannya, tekanan darah sistolik ditulis lebih dahulu dari tekanan darah
diastolik, dan memiliki angka yang lebih tinggi. Menurut perkumpulan dokter jantung di
Amerika Serikat, AHA, pada tahun 2017, tekanan darah diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Normal: berada di bawah 120/80 mmHg.
b) Meningkat: berkisar antara 120-129 untuk tekanan sistolik dan < 80 mmHg
untuk tekanan diastolik.
c) Hipertensi tingkat 1: 130/80 mmHg hingga 139/89 mmHg.
d) Hipertensi tingkat 2: 140/90 atau lebih tinggi.

Penyebab dan Faktor Risiko Hipertensi


Tekanan darah tinggi seringkali tidak diketahui penyebabnya. Tetapi, ada beberapa
kondisi yang dapat memicu tekanan darah tinggi, di antaranya:
a) Kehamilan
b) Kecanduan alkohol
c) Penyalahgunaan NAPZA
d) Gangguan ginjal
e) Gangguan pernapasan saat tidur.

Meskipun bisa terjadi pada semua orang, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan
risiko seseorang mengalami tekanan darah tinggi, seperti:
a) Lanjut usia
b) Memiliki keluarga yang menderita hipertensi
c) Memiliki kebiasaan merokok
d) Jarang berolahraga.
Gejala Hipertensi
Hipertensi bisa dikatakan penyakit yang berbahaya karena dapat terjadi tanpa gejala,
sehingga bisa ditemukan saat sudah muncul komplikasi. Namun gejala bisa muncul bila
tekanan darah sudah sangat tinggi. Gejala yang mungkin ditimbulkan, antara lain:
a) Sakit kepala
b) Lemas
c) Masalah dalam penglihatan
d) Nyeri dada
e) Sesak napas
f) Aritmia
g) Adanya darah dalam urine

Penyebab Hipertensi
Hipertensi terbagi atas hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi primer tidak diketahui
penyebabnya secara pasti. Sedangkan hipertensi sekunder umumnya disebabkan oleh
berbagai kondisi seperti:
a) Penyakit ginjal
b) Kehamilan
c) Penyakit kelenjar tiroid
d) Tumor kelenjar adrenal
e) Kelainan bawaan pada pembuluh darah
f) Kecanduan alkohol
g) Penyalahgunaan NAPZA
h) Gangguan pernapasan yang terjadi saat tidur (sleep  apnea).
i) Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat penurun panas, pereda rasa sakit, obat
batuk pilek, atau pil KB.

Sebagian besar penderita hipertensi menderita hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita
hipertensi, antara lain:
a) Usia. Seiring bertambahnya usia, risiko seseorang terserang hipertensi semakin
besar. Hipertensi pada pria umumnya terjadi pada usia 45 tahun, sedangkan pada
wanita biasanya terjadi di atas usia 65 tahun.
b) Keturunan. Hipertensi rentan terjadi pada orang dari keluarga yang memiliki
riwayat darah tinggi
c) Obesitas. Meningkatnya berat badan mengakibatkan nutrisi dan oksigen yang
dialirkan ke dalam sel melalui pembuluh darah juga meningkat. Hal ini
mengakibatkan peningkatan tekanan di dalam pembuluh darah dan jantung.
d) Terlalu banyak makan garam atau terlalu sedikit mengonsumsi makanan
yang mengandung kalium. Hal ini dapat mengakibatkan tingginya natrium
dalam darah, sehingga cairan tertahan dan meningkatkan tekanan dalam
pembuluh darah.
e) Kurang aktivitas fisik dan olahraga. Keadaan ini dapat mengakibatkan
meningkatnya denyut jantung, sehingga jantung harus bekerja lebih keras untuk
memompa darah. Kurang aktivitas dan olahraga juga dapat mengakibatkan
peningkatan berat badan, yang merupakan faktor risiko hipertensi.
f) Merokok. Zat kimia dalam rokok bisa membuat pembuluh darah menyempit,
yang berdampak pada meningkatnya tekanan dalam pembuluh darah dan jantung.

5.Gagal Jantung
Heart failure atau gagal jantung adalah kondisi saat pompa jantung melemah,
sehingga tidak mampu mengalirkan darah yang cukup ke seluruh tubuh. Kondisi ini juga
dikenal dengan istilah gagal jantung kongestif. Gagal jantung dapat disebabkan oleh
hipertensi, anemia, dan penyakit jantung.  
Gejala Gagal Jantung
Gejala utama yang dialami penderita gagal jantung adalah:
a) Sesak napas
b) Cepat merasa lelah
c) Pembengkakan pada tungkai

Selain itu, ada beberapa gejala lain yang dapat muncul, seperti:
a) Batuk terus-menerus dan memburuk pada malam hari
b) Berat badan naik atau turun secara drastis
c) Cemas
d) Gelisah
e) Nafsu makan berkurang
f) Perut kembung

Gejala ini dapat muncul secara tiba-tiba (akut) atau berkembang secara perlahan
selama hitungan minggu atau bulan (kronis). Segera hubungi dokter atau pergi ke rumah
sakit terdekat, jika gejala yang dirasakan bertambah buruk atau muncul kondisi sebagai
berikut:
a) Nyeri dada.
b) Lemas, seperti ingin pingsan.
c) Jantung berdebar.
d) Batuk yang disertai lendir berwarna merah muda.
e) Sesak napas yang tidak mereda dengan istirahat.

Pada gagal jantung ringan, umumnya gejala tidak dirasakan dan penderita dapat
menjalani aktivitas seperti biasa. Namun pada gagal jantung yang parah, gejala akan
muncul saat penderita beraktivitas atau bahkan ketika sedang beristirahat.
Penyebab Gagal Jantung
Banyak kondisi atau penyakit yang dapat menjadi penyebab gagal jantung, antara lain:
a) Penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab gagal
jantung yang paling sering. Penyakit ini terjadi akibat penyempitan pada
pembuluh darah yang memasok darah ke jantung.
b) Hipertensi menyebabkan jantung bekerja lebih keras dalam memompa dan
mengedarkan darah ke seluruh tubuh, sehingga menimbulkan penebalan otot
jantung. Jika dibiarkan, otot jantung akan melemah dan jantung tidak lagi mampu
memompa darah secara efektif.
c) Diabetes. Selain penderita diabetes rentan terkena penyakit jantung koroner yang
merupakan penyebab utama gagal jantung, gula darah yang tinggi juga dapat
merusak jantung.
d) Kelainan atau kerusakan otot jantung (kardiomiopati). Otot jantung memiliki
peran penting dalam memompa darah. Jika otot jantung mengalami kerusakan
atau kelainan, maka pemompaan darah juga akan terganggu.
e) Radang otot jantung (miokarditis). Peradangan pada otot jantung menyebabkan
otot jantung tidak bekerja secara maksimal dalam memompa darah ke seluruh
tubuh. Kondisi ini paling sering disebabkan oleh infeksi virus.
f) Penyakit katup jantung. Katup jantung berfungsi mengatur aliran darah di
dalam jantung, sehingga jantung bisa memompa darah dengan efektif. Jika katup
jantung rusak, aliran darah akan terganggu. Kondisi ini akan menyebabkan
peningkatan beban kerja otot jantung.
g) Gangguan irama jantung (aritmia). Kondisi ini dapat menyebabkan detak
jantung menjadi terlalu lambat atau terlalu cepat, dan tidak teratur. Aritmia
membuat kerja jantung menjadi tidak efektif. Lama kelamaan, kondisi ini akan
mengubah struktur jantung dan akhirnya menimbulkan gagal jantung.
h) Penyakit jantung bawaan. Sebagian bayi terlahir dengan sekat ruang jantung
atau katup jantung yang tidak sempurna. Kondisi ini menyebabkan bagian jantung
yang sehat harus bekerja lebih keras dalam memompa darah, dan berpotensi
menimbulkan gagal jantung.
i) Kadar hormon tiroid yang tinggi (hipertiroidisme). Tingginya kadar hormon
tiroid di dalam darah akan meningkatkan denyut jantung, sehingga membuat
jantung bekerja ekstra. Lama kelamaan, jantung akan menjadi lelah dan gagal
berfungsi.
j) Anemia atau kurang darah. Seseorang yang menderita anemia kekurangan alat
transportasi dalam darah untuk menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Alat
transportasi ini disebut hemoglobin (Hb). Kondisi ini akan membuat jantung
bekerja lebih keras untuk mempercepat aliran darah, sehingga kebutuhan oksigen
dalam tubuh tetap terpenuhi. Hal inilah yang memicu terjadinya gagal jantung,
akibat kelelahan pada otot jantung.

Selain sejumlah penyakit di atas, ada beberapa hal yang juga membuat seseorang lebih
berisiko mengalami gagal jantung, yaitu:
a) Memiliki berat badan berlebih.
b) Memiliki kebiasaan merokok.
c) Hobi mengonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol.
d) Kurang olahraga.
e) Mengonsumsi alkohol secara berlebihan.

Penyakit jantung bawaan pada bayi

Penyakit jantung bawaan atau congenital heart disease adalah kelainan pada


struktur jantung yang dialami sejak lahir. Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan
pada aliran darah dari dan ke jantung, baik yang tergolong ringan ataupun kompleks,
sehingga berpotensi membahayakan nyawa.
Penderita penyakit jantung bawaan disarankan untuk memantau kondisi
jantungnya seumur hidup, walaupun sudah pernah diobati saat masih kecil. Hal ini
dilakukan untuk mendeteksi jika terdapat gejala atau tanda-tanda yang membahayakan
sejak dini.
Penyebab Penyakit Jantung Bawaan
Penyakit jantung bawaan terjadi karena adanya gangguan pada proses
pembentukan dan perkembangan jantung saat janin berada di dalam kandungan.Secara
umum, struktur jantung manusia dibagi menjadi empat ruang, yaitu 2 serambi jantung
(atrium) dan 2 bilik jantung (ventrikel), masing-masing terbagi kanan dan kiri. Atrium
dan ventrikel kanan jantung berfungsi menerima darah dari seluruh tubuh dan memompa
darah ke paru-paru. Setelah mengikat oksigen di paru-paru, darah lalu kembali jantung,
yaitu ke atrium dan ventrikel kiri. Selanjutnya, ventrikel kiri jantung akan memompa
darah yang kaya akan oksigen tadi ke seluruh tubuh melalui aorta.
Bagi penderita penyakit jantung bawaan, putaran darah ini dapat terganggu
dikarenakan adanya struktur jantung yang abnormal, termasuk struktur katup, ruang
jantung, septum (dinding penyekat yang memisahkan ruang jantung), serta arteri.
Hingga saat ini, belum ada yang dapat memastikan apa penyebab utama gangguan
pembentukan jantung tersebut, khususnya pada minggu ke-5 masa kehamilan, atau saat
proses pembentukan jantung terjadi. Namun, terdapat beberapa faktor yang diduga dapat
meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini, di antaranya:
a) Genetika, yang diturunkan baik dari salah satu atau kedua orang tua, atau anggota
keluarga lainnya. Penyakit jantung bawaan juga dapat dialami pada anak yang
lahir dengan sindrom Down, sindrom Turner, dan sindrom Noonan.
b) Diabetes. Sebanyak 3-6% wanita yang menderita diabetes tipe 1 dan 2 berpotensi
melahirkan bayi dengan kelainan jantung, khususnya pada bagian arteri. Hal ini
terjadi dikarenakan tingginya kadar insulin dalam darah yang dapat mengganggu
pertumbuhan janin.
c) Alkohol. Wanita hamil yang mengonsumsi minuman alkohol berlebih berpotensi
melahirkan bayi dengan kelainan struktur arteri atau ventriklel jantung. Selain itu,
paparan alkohol yang terdapat pada kosmetik seperti cat dan pembersih kuku, atau
pada lem serta produk lainnya, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi
ini.
d) Flu. Meskipun penjelasannya secara medis belum dipastikan, terdapat beberapa
kasus dimana wanita hamil yang mengalami flu pada trimester pertama, dua kali
lebih berisiko melahirkan bayi dengan kelainan jantung. Dalam hal ini, vaksinasi
flu sangat disarankan.
e) Infeksi rubella atau campak Jerman. Infeksi virus ini berisiko membahayakan
pertumbuhan janin jika dialami oleh wanita yang hamil pada 8-10 minggu
pertama kehamilan, termasuk organ jantung.
f) Merokok. Enam puluh persen kasus bayi dengan penyakit jantung bawaan dipicu
oleh kandungan rokok yang dapat mempengaruhi perkembangan janin dalam
kandungan.
g) Obat-obatan. Obat antikejang, obat anti jerawat, dan ibuprofen yang dikonsumsi
tanpa petujuk dokter dapat membahayakan pertumbuhan janin, khususnya pada
trimester pertama kehamilan.
Jenis-jenis Penyakit Jantung Bawaan
Terdapat beberapa jenis penyakit jantung bawaan, di antaranya adalah:
a) Stenosis katup aorta. Sekitar 5% penderita penyakit jantung bawaan
dikategorikan ke dalam jenis ini. Dalam kasus ini, katup aorta yang berfungsi
untuk mengalirkan darah ke aorta dan kemudian ke seluruh tubuh, mengalami
penyempitan, sehingga menghambat aliran darah dan oksigen ke seluruh tubuh.
Hal tersebut juga menyebabkan otot ventrikel kiri menebal dan membesar akibat
beban kerja yang meningkat.
b) Stenosis katup pulmoner. 10% penderita penyakit jantung bawaan mengalami
penyempitan pada katup pulmoner, yang berfungsi sebagai pengontrol aliran
darah dari jantung kanan menuju paru-paru.
c) Anomali Ebstein (AE). Ini terjadi ketika katup trikuspid jantung yang membatasi
atrium dengan ventrikel kanan tidak berfungsi dengan baik, mengakibatkan aliran
darah pada jantung kanan menjadi kacau dan ventrikel kanan mengecil. Anomali
ini dapat terjadi dengan atau tanpa adanya kecacatan lain pada jantung. AE
tergolong sangat jarang terjadi, yakni 1% dari penderita penyakit jantung bawaan.
d) Transposisi arteri besar (TAB), merupakan kelainan yang ditemukan pada 5%
penderita kelainan jantung bawaan, di mana terjadi gangguan pada pembentukan
arteri jantung dan paru. Pada kondisi ini, kedua arteri tersebut “bertukar posisi”
sehingga darah yang miskin oksigenlah yang dipompakan ke seluruh tubuh.
e) Koartktasio aorta, umumnya terjadi pada 10% penderita penyakit jantung
bawaan dan beberapa kasus parah perlu ditangani segera setelah lahir. Dalam
kelainan ini, aorta atau pembuluh darah utama mengalami penyempitan sehingga
pengaliran darah dari jantung ke seluruh tubuh mengalami hambatan.
f) Patent ductus arteriosus (PDA). Ini termasuk penyakit jantung bawaan langka
yang menyerang sekitar 5 dari 100.000 bayi. Kondisi ini tergolong sangat
berbahaya dikarenakan lubang yang menghubungkan arteri pulmonal dengan
aorta pada janin tidak  menutup setelah bayi lahir, sebagaimana mestinya.
Akibatnya sebagian darah yang seharusnya dialirkan ke seluruh tubuh melalui
aorta, masuk ke arteri pulmonal dan kembali ke paru-paru. Kondisi ini
menyebabkan darah yang masuk ke paru-paru menjadi berlebihan, sekaligus juga
menambah beban kerja jantung.
g) Truncus arteriosus, jenis ini termasuk penyakit yang cukup fatal jika tidak
ditangani secara dini dikarenakan kedua arteri utama, yaitu arteri pulmonal dan
aorta, terbentuk sebagai satu kesatuan. Hal ini mengakibatkan aliran darah ke
paru-paru menjadi sangat berlebih, yang akan menyebabkan kesulitan bernapas
serta kerusakan pada pembuluh darah dalam paru-paru.
h) Defek atau kecacatan pada septum, atau disebut juga dengan kebocoran jantung,
adalah kondisi dimana terdapat lubang di antara atrium jantung atau di antara
ventrikel jantung. Jika lubang berada pada septum atrium, maka darah akan
mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan jantung dan mengakibatkan pembesaran
sisi kanan jantung. Sementara, jika lubang atau defek terdapat pada septum
ventrikel, maka akan terjadi peningkatan tekanan pada paru-paru dan pembesaran
pada ventrikel kiri. Defek pada septum sering menyebabkan sindrom
Eisenmenger, yaitu bila aliran darah pada lubang septum berbalik dari bagian
kanan ke bagian kiri jantung karena tekanan di paru-paru sudah sangat tinggi,
sehingga darah yang miskin oksigen ikut dialirkan ke seluruh tubuh. Keadaan ini
akan mengakibatkan organ-organ serta jaringan tubuh mengalami kekurangan
oksigen, dan membutuhkan penanganan segera.
i) Cacat ventrikel tunggal, adalah kondisi dimana salah satu dari ventrikel jantung
tidak berkembang dan berfungsi dengan baik. Kondisi ini fatal dan memerlukan
penanganan segera melalui operasi, dalam minggu-minggu awal setelah lahir.
Terdapat 2 jenis cacat ventrikel tunggal yang dapat terjadi, yaitu hypoplastic left
heart syndrome  (HLHS) dan tricuspid atresia.
j) Hypoplastic left heart syndrome (HLHS) adalah penyakit jantung bawaan yang
cukup langka, dimana bagian kiri jantung tidak berkembang dengan normal dan
berukuran kecil, mengakibatkan pemompaan darah tidak dapat menggapai seluruh
tubuh. Sedangkan tricuspid atresia merupakan kondisi dimana katup trikuspid
tidak terbentuk dengan sempurna, mengakibatkan aliran darah dari atrium tidak
mengalir ke ventrikel kanan, sehingga ventrikel kanan tidak berkembang dan
mengecil.
k) Tetralogy of Fallot (ToF), merupakan kombinasi dari berbagai penyakit jantung
bawaan, yang terdiri dari defek septrum ventrikel (lubang di antara kedua
ventrikel jantung), stenosis pulmonal (penyempitan pada katup pulmonal),
kelainan posisi aorta, serta hipertrofi ventrikel kanan (penebalan pada otot
ventrikel kanan). Kondisi ini sangat jarang terjadi, dan dapat mengakibatkan
percampuran antara darah kotor dan darah bersih, sehingga menyebabkan sianosis
pada bayi.
l) Total or partial anomalous pulmonary venous return (TAPVR), adalah kondisi di
rmana keempat pembuluh darah vena yang membawa darah dari paru-paru justru
mengarah ke bagian kanan jantung. Dalam kondisi tertentu, kelainan ini juga
dapat terjadi secara parsial, yaitu hanya beberapa pembuluh vena yang terbentuk
dalam posisi keliru. Terkadang kondisi ini juga disertai dengan penyempitan pada
pembuluh vena yang mengalami kelainan tersebut, dan dapat mengakibatkan
kematian dalam waktu kurang dari satu bulan setelah lahir.

Gejala Penyakit Jantung Bawaan


Terdapat berbagai macam gejala yang dapat terlihat atau dirasakan pada penyakit jantung
bawaan, tergantung jenis dan berat ringannya kelainan, antara lain:
a) Mengeluarkan keringat berlebihan.
b) Mudah lelah.
c) Tidak nafsu makan.
d) Berat badan menurun.
e) Kesulitan berolahraga atau melakukan aktivitas tertentu.
f) Detak jantung yang tidak beraturan (aritmia)
g) Napas terasa cepat dan pendek.
h) Terasa sakit pada dada.
i) Sianosis atau kulit menjadi kebiruan.
j) Kelainan bentuk ujung jari dan kuku yang dikenal dengan jari tabuh (clubbing
fingers).
k) Pembengkakan pada jaringan atau organ tubuh (edema).

Pada sebagian kasus, gejala bisa tidak terlihat pada waktu bayi lahir, dan baru muncul
saat mencapai usia remaja atau menjelang dewasa

 Patofiologi sistem respirasi:

1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik : Peradangan kronis pada paru-paru yang


menyebabkan terjadinya obstruksi aliran udara pada jalan napas.

Faktor :

a. Paparan debu dan bahan kimia

b. Paparan asap dari pembakaran bahan bakar

c. Kekurangan genetik yang tidak biasa

Penyebab PPOK :

a. Emfisema

b. Bronkitis kronis

c. Merokok dan Iritasi lain

d. Kekurangan alfa-1 antitripsin

Gejala PPOK :

a. Sesak napas

b. Produksi dahak yang banyak

c. Batuk kronik

d. Mudah lelah
e. Penurunan berat badan

Diagnosis PPOK :

a. Tes fungsi paru-paru

b. X-ray

c. CT-Scan

Pengobatan PPOK :

a. Berhenti merokok

b. Pemberian obat-obatan

c. Terapi paru-paru

d. Operasi

Pencegahan PPOK :

a. Berhenti merokok

b. Mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi

2. Hiperventilasi : Kondisi saat Anda mungkin akan lebih banyak mengeluarkan karbon
dioksida daripada menghirupnya.

Penyebab Hiperventilasi :

a. Perdarahan

b. Penggunaan obat stimulan

c. Sakit yang parah

d. Kehamilan

e. Infeksi pada paru-paru

f. Sakit jantung

Gejala Hiperventilasi :

a. Merasa cemas, gugup dan tekanan


b. Sering mendesah dan menghirup

c. Detak jantung yang berdebar-debar

d. Mati rasa atau kesemutan

e. Dada terasa sesak

Pengobatan Hiperventilasi :

a. Pengobatan rumahan

b. Menurunkan stress

c. Akupuntur

d. Obat-obatan

Pencegahan Hiperventilasi : Olahraga teratur

3. Hipoventilasi : Gangguan ketika seseorang bernapas terlalu pendek atau terlalu lambat
sehingga pemenuhan oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh terjadi sangat lambat

Gejala Hipoventilasi :

a. Rasa lelah

b. Sering mengantuk

c. Sakit kepala di pagi hari

d. Pembengkakan pada kaki

e. Tidak merasa bertenaga

f.

Penanggulangan Hipoventilasi :

a. Ventilasi mekanik

b. Terapi Oksigen

c. Pembuatan lubang disekitar


4. Gagal Nafas

Kondisi kegawatan medis yang terjadi akibat gangguan serius pada sistem
pernapasan, sehingga menyebabkan tubuh kekurangan oksigen.

Penyebab :

a. Penyakit paru-paru

b. Gangguan pada otak atau syaraf yang mengatur pernafasan

c. Penyakit atau kondisi tertentu seperti syok

d. Cedera pada otot tulang dada

e. Cedera paru akut

f. Efek samping obat-obatan

Gejala :

a. Sesak nafas

b. Nafas cepat

c. Dada berdebar

d. Batuk-batuk

e. Nafas berbunyi dan Lemas

Penanganan :

a. Terapi oksigen

b. . Trakeostomi

c. Ventilasi mekanik

 Patofisiologi Sistem Perkemihan :

1. Ginjal Akut

Kondisi ketika ginjal mengalami kerusakan secara mendadak.

Faktor ginjal akut :

a. Mengidap penyakit tertentu


b. Mengidap penyakit ginjal

c. Mengidap penyakit arteri perifer

d. Mengidap penyakit autoimun

e. Berusia 65 tahun atau lebih

f. Sedang menjalani perawatan intensif

Penyebab ginjal akut :

a. Infeksi saluran kemih akut

b. Kerusakan ginjal

c. Gagal jantung bawaan

d. Tekanan darah tinggi

e. Gangguan ginjal bawaan

Gejala ginjal akut :

a. Berkurang nya produksi urin

b. Mual dan muntah

c. Nafsu makan berkurang

d. Bau napas menjadi tidak sedap

e. Sesak napas

Diagnosis :

a. Pemeriksaan darah meliputi kadar kreatinin dan ureum

b. Pemeriksaan urine

c. Pemindaian dengan USG ginjal atau CT-Scan

d. Biopsi Ginjal

Pengobatan ginjal akut :

a. Mencukupi kebutuhan cairan tubuh pasien

b. Menghentikan konsumsi obat-obatan


c. Merekomendasikan cuci darah

Pencegahan ginjal akut :

a. Selalu gunakan obat-obatan sesuai dosis

b. Jaga kesehatan tubuh

2. Ginjal Kronik :Kondisi saat fungsi ginjal menurun secara bertahap karena kerusakan ginjal.

Gejala ginjal kronik :

a. Kemunculan darah dalam urine

b. Pembengkakan pada tungkai

c. Tekanan darah tinggi yang tidak terkendali

Pengobatan ginjal kronis :

a. Cuci darah

b. Pemberian obat-obatan

c. Transplantasi ginjal

Pencegahan : Jalani pola hidup sehat

3. Gangguan Saluran Perkemihan :Kondisi ketika organ yang termasuk dalam sistem kemih,
yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra, mengalami infeksi.

Gejala :

a. Demam

b. Sakit di perut dan panggul

c. Nyeri saat buang air kecil

d. Muncul darah dalam urine

Pengobatan dan Pencegahan :

a. Memperbanyak konsumsi air putih


b. Membersihkan organ vital

c. Memakai pakaian dalam yang longgar

4. Gangguan Keseimbangan Asam Basa (dengan kompensasi paru-paru dan


ginjal) :Kondisi ketika kadar asam dan basa dalam darah tidak seimbang.

Gejala gangguan keseimbangan asam basa :

a) Asidosis Respiratorik : Asma, Edema paru, PPOK


b) Asidosis Metabolik : Asidosis Diabetik, Asidosis Laktat
c) Alkalosis Respiratorik : Demam tinggi, Penyakit liver, penyakit hati
d) Alkalis Metabolik : Muntah berkepanjangan, Penggunaan obat diuretik
berlebihan, Penyakit kelenjar adrenal
Diagnosis :

a) Analisa gas darah : Ph darah, Bikarbonat, Saturasi oksigen, Tekanan parsial


oksigen, Tekanan parsial karbondioksida
b) Tes darah metabolik
c) Pemeriksaan paru-paru
Pengobatan :

a) Asidosis Respiratorik : Antibitok, Bronkodilator, Diuretik, Kortikosteroid


b) Asidosis Metabolik : Infus natrium bikarbonat, Suntik insulin, Pemberian
pengganti cairan tubuh, Detoksifikasi
c) Alkalosis Respiratorik : Buang napas dalam kantong kertas kemudian hirup
karbondioksida dalam kantong tadi
d) Alkalosis Metabolik : Diuretik, Diuretik hemat kalium, ACE Inhibitor,
Kortikosteroid

Pencegahan :

a) Berhenti merokok
b) Menjaga berat badan ideal
c) Mengontrol gula darah
d) Menjaga cairan tubuh
e) Minum 8-10 gelas sehari
f) Rutin minum sebelum, saat dan setelah olahraga
g) Batasi minuman berkafein
 INFLAMASI

Inflamasi :Kondisi luka tubuh bagian luar seperti pembengkakan atau luka terbuka.

Inflamasi dibagi menjadi dua :

1. Infalamasi akut : Bronkitis akut, Kulit lecet, Cedera, Olahraga berat,


Dermatitis akut
2. Inflamasi kronis : Asma, Tuberkulosis, Sinusitis kronis, Hepatitis kronis

1. .Respon Inflamasi :
Respon inflamasi ditandai dengan adanya pelebaran pembuluh darah serta
sekresi cairan dan leukosit di daerah sekitar inflamasi. Akibat respon tersebut
memunculkan gejala area nyeri berwarna kemerahan atau biasa disebtu erythema).

Selama proses inflamasi berlangsung, terdapat 3 hal penting yang terjadi yaitu:

a) Adanya peningkatan suplai aliran darah ke tempat benda asing,


mikroorganisme atau jaringan yang rusak.
b) Terjadi peningkatan permeabilitas kapiler akibat pengerutan sel endotel
c) Fagosit keluar dari pembuluh darah menuju area rangsangan benda asing
tersebut.
Ketika inflamasi terjadi, rangsang iritan atau cidera jaringan akan memicu
pelepasan mediator-mediator inflamasi. Respon yang muncul dari senyawa
mediator tersebut mengakibatkan vasokontriksi/penyempitan sementara pada
arteriola yang diikuti oleh pelebaran pembuluh darah, venula dan pembuluh limfa
serta dapat meningkatkan permeabilitas vaskuler pada membran sel.

2. Mediator Inflamasi :

Mediator-mediator inflamasi dalam keadaan normal akan didegradasi setelah


dilepaskan dan diproduksi secara serempak jika ada picuan. Selama proses inflamasi
berlangsung, diproduksi sinyal untuk menghentikan reaksi inflamasi. Mekanisme ini
meliputi perubahan produksi mediator proinflamasi menjadi mediator antiinflamasi
antara lain antiinflamasi lipoxin, antiinflamasi sitokin, transforming growth factor-β
(TGF-β) dan perubahan kolinergik yang menghambat produksi TNF pada makrofag.
Sistem tersebut dibutuhkan untuk mencegah terjadinya inflamasi yang berlebihan
yang dapat memicu kerusakan jaringan.

3. Reaksi Anti Inflamasi :

Anti Inflamasi Steroid :


Obat anti inflamasi golongan steroida bekerja menghambat sintesis prostaglandin
dengan cara menghambat enzim fosfolipase, sehingga fosfolipid yang berada pada
membran sel tidak dapat diubah menjadi asam arakidonat.Contoh obat anti inflamasi
steroid adalah deksametason, betametason dan hidrokortison.

Anti Inflamasi Non Steroid (NSAID) :

Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID)


merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat
berbeda secara kimiawi.Obat anti inflamasi jenis non steroid dibagi menjadi
beberapa jenis, yaitu:

a) Derivat asam propionat


b) Derivat indol
c) Derivat asam fenamat
d) Derivat asam piroklakonat
e) Derivat piirazolon
f) Derivat Oksasikam
g) Derivat asam salisilat

Sistem Komplemen :

Pusat dari perkembangan reaksi inflammatory dan salah satu bentuk dari system
imunitas atau pertahanan tubuh.

Manfaat sistem komplemen :

Komplemen bertujuan untuk melabelkan patogen dan zat-zat toksik yang


terdapat dalam tubuh untuk segera dieliminasi dari dalam tubuh.

Jenis Immunoglobulin yang dapat mengaktifkan sistem komplemen :

1. Imunoglobulin-G (IgG)

2. immunoglobulin-M (IgM)

Komponen sistem komplemen :

Terdiri dari fragmen-fragmen komplemen (C1-C9) dimana masing-masing


fragmen tersebut memiliki fungsi biologisnya masing-masing. Selain itu, suatu system
komplemen terdiri dari reseptor komplemen (CR1-CR4) yang dapat berikatan dengan
fragmen dan membentuk suatu reaksi. Anafilatoksin juga merupakan bagian dari system
komplemen yang merupakn suatu peptida komplemen dapat menyebabkan sel mast
mengalami degranulasi dan kontraksi otot halus. Dalam system komplemen juga terdapat
enzim-enzim yang dapat merubah dan menstimulasi pemecahan fragmen-fragmen
komplemen, dan membrane attack complex (MAC) yang dapat memberikan dampak
langsung terhadap bakteri dan virus.

Daftar pustaka

https://www.sehatq.com/penyakit/kelainan-darah

https://www.alodokter.com/anemia
https://www.academia.edu/19637167/Pendekatan_Klinis_dan_Diagnosis_Anemia
https://www.alodokter.com/leukemia
https://www.alodokter.com/hemofilia
https://www.alodokter.com/aterosklerosis
https://www.alodokter.com/arteriosklerosis

https://www.academia.edu/35787393/PATOFISIOLOGI.docx

https://www.alodokter.com/aneurisma-otak
https://www.alodokter.com/aritmiahttps://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/heart-
arrhythmia/diagnosis-treatment/drc-20350674
https://www.honestdocs.id/infark-miokard
https://www.alodokter.com/angina-pektoris
https://www.alodokter.com/sindrom-koroner-akut-kenali-gejala-penyebab-dan-penanganannya
https://www.alodokter.com/hipertensi
https://www.alodokter.com/gagal-jantung/penyebab
https://www.alodokter.com/penyakit-jantung-bawaan

https://www.alodokter.com/penyakit-paru-obstruktif-kronis
https://www.honestdocs.id/hiperventilasi
https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/mengenal-gangguan-hipoventilasi/
https://www.klikdokter.com/penyakit/gagal-napas
https://www.alodokter.com/gagal-ginjal-akut
https://www.alodokter.com/gagal-ginjal-kronis
https://www.alodokter.com/infeksi-saluran-kemih/diagnosis
https://www.alodokter.com/gangguan-keseimbangan-asam-basa
https://www.alodokter.com/asidosis-metabolik-dan-respiratorik
https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/proses-inflamasi-tubuh/
https://www.academia.edu/24737197/Mediator_inflamasi
http://blog.ub.ac.id/azizah061/2014/09/02/sistem-komplemen/

Anda mungkin juga menyukai