Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM PENGEMASAN

Disusun Oleh:

Nama : Man Afrisal


NPM : E1G019043
Prodi : Teknologi Industri Pertanian
Hari/Tanggal : Rabu, 21 April 2021
Dosen Pembimbing : 1. Ir.,Wuri Marsigit, M.AppSc
2. Ir., Hasanuddin, M.Sc
Ko-Ass : Metri Hani Utari (E1G018095)
Objek Praktikum : PREPACKING BUAH DAN SAYUR

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengolahan pangan pada industri komersial umumnya bertujuan
memperpanjang masa simpan, mengubah atau meningkatkan karakteristik produk
(warna, cita rasa, tekstur), mempermudah penanganan dan distribusi, memberikan
lebih banyak pilihan dan ragam produk pangan di pasaran, meningkatkan nilai
ekonomis bahan baku, serta mempertahankan atau meningkatkan mutu, terutama
mutu gizi, daya cerna, dan ketersediaan gizi. Salah satu cara memperpanjang umur
simpan bahan pangan adalah dengan mengemasnya.
Penggunaan plastik sebagai kemasan dapat berupa kemasan bentuk (flexible)
atau kemasan kaku, Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai
keunggulan dibanding bahan pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan,
kuat, termoplastis, dan efektif dalam permeabilitasnya terhadap uap air, O2, CO2.
Sifat permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu
berperan memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan.
Oleh karena itu, penting dilakukannya praktikum ini agar dapat mengetahui
pengaruh penggunaan kemasan plastik pada pengemasan buah dan sayur. Selain itu,
kita dapat mengetahui pengaruh pemberian ventilasi pada kemasan plastik pada
pengemasan buah dan sayur.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui pengaruh penggunaan kemasan plastik pada
pengemasan buah dan sayur segar.
2. Mahasiswa memahami pengaruh pemberian ventilasi pada kemasan plastik
pada pengemasan buah dan sayur segar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan, dan


merupakan salah satu cara pengawetan bahan hasil pertanian, karena pengemasan
dapat memperpanjang umur simpan bahan. Pengemasan adalah wadah atau
pembungkus yang dapat membantu mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan-
kerusakan pada bahan yang dikemas atau dibungkusnya. (Julianti et.al., 2006).
Pada dasarnya, kemasan memiliki peranan awal dan utama sebagai
perlindungan kepada produk yang dikemasnya. Hal ini harus selalu diperhitungkan,
terutama ketika menyangkut kemasan untuk produk makanan. Menurut Practical
Action, kemasan seharusnya mampu menjaga produknya dari faktor-faktor, seperti
kontaminasi (agar produk tetap terjaga kehigenisannya); kerusakan ketika dibawa dan
didistribusikan; serta unsur-unsur lain, seperti cuaca, panas, dan air. Selain fungsi
perlindungan ini, ditambahkan pula fungsi kemasan sebagai pemberi identifikasi dan
informasi terkait dengan produknya (Karina, 2014).
Kemasan yang dapat digunakan sebagai wadah penyimpanan harus memenuhi
beberapa persyaratan, yakni dapat mempertahankan mutu produk supaya tetap bersih
serta mampu memberi perlindungan terhadap produk dari kotoran, pencemaran, dan
kerusakan fisik, serta dapat menahan perpindahan gas dan uap air. Salah satu jenis
kemasan bahan pangan yaitu plastik. Faktor yang mempengaruhi konstanta
permeabilitas pada kemasan plastik antara lain adalah jenis permeabilitas, ada
tidaknya ikatan silang (cross linking), suhu, bahan tambahan elastis (plasticer), jenis
polimer film, sifat dan besar molekul gas, serta kelarutan bahan. (Herawaty, 2008).
Kemasan plastik saat ini mendominasi industri makanan di Indonesia,
menggeser penggunaan kemasan logam dan gelas. Hal ini disebabkan karena
kelebihan dari kemasan plastik yaitu ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak bereaksi,
tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat seal), dapat diberi warna dan harganya
yang murah. Kelemahan dari plastik karena adanya zat monomer dan molekul kecil
dari plastik yang mungkin bermigrasi ke dalam bahan pangan yang dikemas. Plastik
sering dibedakan dengan resin, karena antara plastik dan resin tidak jelas
perbedaannya. Secara alami, resin dapat berasal dari tanaman seperti balsam, damar,
terpentin. Oleoresin dan lain lain. Tetapi kini resin sintesis 5 sudah dapat diproduksi
misalnya selofan, akrilik seluloid, formika, nilon, fenol formaldehida resin dan
sebagainya (Julianti et.al,, 2006).
Intensitas penggunaan plastik sebagai kemasan pangan makin meningkat. Hal
ini disebabkan oleh banyaknya keunggulan plastik dibandingkan bahan kemasan
yang lain. Plastik jauh lebih ringan dibandingkan gelas atau logam dan tidak mudah
pecah. Bahan ini bisa dibentuk lembaran sehingga dapat dibuat kantong atau dibuat
kaku sehingga bisa dibentuk sesuai desain dan ukuran yang diinginkan. Penggunaan
plastik sebagai bahan pengemas menghadapi berbagai persoalan lingkungan, yaitu
tidak dapat didaur ulang dan tidak dapat diuraikan secara alami oleh mikroba di
dalam tanah, sehingga terjadi penumpukan sampah plastik yang menyebabkan
pencemaran dan kerusakan bagi lingkungan. Kelemahan lain adalah bahan utama
pembuat plastik yang berasal dari minyak bumi, yang keberadaannya semakin
menipis dan tidak dapat diperbaharui (Akbar, 2013).
Pendingin ialah penyimpanan dengan suhu rata-rata yang digunakan masih di
atas titik beku bahan. Kisaran suhu yang digunakan biasanya antara -1Oc sampai -4Oc.
Pada suhu tersebut, pertumbuhan bakteri dan proses biokimia akan terhambat
sehingga perubahan yang terjadi pada produk yang disimpan dapat diminimalisir atau
diperlambat. Pendinginan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap perubahan mutu
bahan pangan secara keseluruhan. Namun pendinginan hanya dapat mengawetkan
bahan pangan selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada jenis
bahan pangannya (Winarno, 2009).
Seleksi bahan pengemas yang digunakan untuk mengemas buah dan sayur
harus memenuhi persyaratan yaitu permeabilitas oksigen dan karbon dioksida tidak
menghambat respirasi dan memperpanjang daya simpan, tetapi tidak menjadikan
proses anaerobik di dalamnya. Tidak menghambat keluarnya uap air dan transparan.
Memiliki sifat fisik cukup baik sehingga kuat selama transpor dan handling. Karena
umumnya plastik memiliki sifat permeabilitas kurang sempurna, untuk hal tersebut
ventilasi perlu dibuat (Tim Dosen, 2018).
Kemasan adalah salah satu bidang dalam desain komunikasi visual yang
mempunyai banyak tuntutan khusus karena fungsinya yang langsung berhadapan
dengan konsumen, antara lain tuntutan tekhnis, kreatif, komunikatif dan pemasaran
yang harus diwujudkan kedalam bahasa visual. Sebenarnya Kemasan itu memiliki 2
fungsi, yaitu Fungsi Protektif, yang berkenaan dengan proteksi produk, perbedaan
iklim, prasarana transportasi, dan saluran distribusi yang semua berimbas pada
pengemasan. Dengan pengemasan protektif, para konsumen tidak perlu harus
menanggung risiko pembelian produk rusak atau cacat dan Fungsi Promosional,
bahwa kemasan berperan sebagai sarana promosional, dimana perusahaan
mempertimbangkan preferensi konsumen menyangkut warna, ukuran, dan
penampilan. Pada saat ini, sebaiknya agar tetap eksis didunia usaha maka perusahaan
harus mampu memberikan kemasan terbaik dan menarik atas produknya agar dapat
memikat hati para konsumennya sehingga mampu memenangkan persaingan yang
sangat ketat (Azhari, 2016).
Peningkatan jumlah kadar air pada produk pangan, berbanding lurus pada
peningkatan jumlah mikroba yang terdapat pada produk. Kerusakan yang terjadi pada
produk dapat dikurangi dengan mengemas produk dengan kemasan. Kemasan
memiliki peranan penting, antara lain untuk membantu mencegah atau mengurangi
kerusakan dan melindungi produk dari cemaran dan gangguan fisik lainnya.
Kerusakan pangan selama penyimpanan dapat diminimalkan dengan memberikan
kondisi tertentu, seperti jenis kemasan (Johnrencius, 2017).
Penyimpanan dengan udara terkendali merupakan salah satu dari teknologi
yang paling penting dalam penyimpanan buah-buahan. Teknologi modifikasi atmosfir
merupakan satu dari cara penyimpanan dimana tingkat konsentrasi O2 lebih rendah
dan tingkat konsentrasi CO2 lebih tinggi, bila dibandingkan dengan udara normal.
Metode penyimpanan buah dan sayuran segar banyak dikembangkan untuk
memperpanjang umur simpan buah dan sayur segar adalah metode penyimpanan
dengan sistem kemasan modifikasi atmosfir (Marisi dkk, 2016).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


1. Plastik ukuran ½ kilogram.
2. Buah-buahan dan sayuran segar.

3.2 Prosedur Kerja


1. Memilih buah atau sayur yang mutunya baik, membuang bagian yang tidak
diperlukan, kemudian mencuci bersih dan mengeringkan atau meniriskan
dan mengangin-anginkan supaya kering.
2. Memberi ventilasi pada 6 buah kantong plastik berupa lubang-lubang dengan
bantuan jarum sebanyak 5 buah pada permukaan plastik, 6 buah kantong
lainnya tidak.
3. Memasukkan sayur ke dalam masing-masing kantong dan merekatkannya
dengan plastic sealer, selain itu menyediakan juga sampel untuk kontrol.
4. Meletakkan bahan pada suhu kamar/dingin.
5. Mengamati perubahan yang terjadi setiap hari, sampai akhirnya sampel tidak
dapat dipakai lagi. Misalnya plastik berkeringat, buah atau sayur berakar dan
sebagainya.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 Keadaan Buah Atau Sayur Selama Penyimpanan (Visual)


Hari Penyimpanan
1 2 3 4 5 6
Keadaan Buah Pisang Suhu Dingin
Tanpa
Ventilasi

sedikit KuningKuning Kuning Kuning


Hijau
kuning dan dan keras
kekunin dan keras keras dan keras
dan keras
gan dan
keras
Berventilasi

Sedikit Hijau kuning Kuning Kuning Kuning


dan keras
kuning kekunin hijau dan dan dan keras

dan keras gan dan keras keras


keras
Keadaaan Buah Pisang Suhu Ruang
Tanpa
Ventilasi

Kuning Kunin cokelat cokelat


Segar Kuning
dan keras dan dan agak dan
dan keras dan
keras lembek lembek
keras
Berventilasi

kuning Sedikit
Kuning Kuning
Sedikit cokelat Cokelat
dan dan keras dan
kuning dan agak dan
keras keras
dan keras lembek lembek

Keadaan Labusiam Suhu Dingin


Tanpa
ventilasi

Hijau Hijau tua Hijau


Hijau tua Hijau tua Hijau tua
tua dan dan keras tua dan
dan keras dan keras dan keras
keras keras

Berventilasi

Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau


muda muda muda muda muda muda
dan keras dan dan keras dan
dan keras dan keras
keras keras

Keadaan Labusiam Suhu Ruang


Tanpa
Ventilasi

Hijau
Hijau tua Hijau tua Hijau tua
Hijau tua Hijau tua tua
dan keras
dan keras dan keras dan keras dan keras dan
keras
Berventilasi

Hijau
Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau
muda
muda muda muda muda muda
dan
dan keras dan keras dan keras dan keras dan keras
keras

4.2 Keadaan Kemasan Selama Penyimpanan


Hari Penyimpanan
1 2 3 4 5 6
Keadaan Kemasan Pada Buah Pisang Suhu Dingin
Tanpa - + ++ +++ ++++ ++++
Ventilasi
Berventilasi - ++ +++ +++ ++++ ++++

Keadaan Kemasan Pada Buah Pisang Suhu Ruang


Tanpa - ++ +++ ++++ +++++ +++++
Ventilasi
Berventilasi - ++ +++ ++++ +++++ +++++

Keadaan Kemasan Pada Labu Siam Suhu Dingin


Tanpa - - +++ ++++ +++++ ++++++
Ventilasi
Berventilasi - - ++ +++ ++++ +++++
Keadaan Kemasan Pada Labu Siam Suhu Ruang
Tanpa - ++ +++ ++++ +++++ ++++++
Ventilasi
Berventilasi - ++ +++ +++ ++++ +++++
4.3 Perubahan Berat Bahan selama Penyimpanan
Hari Penyimpanan
1 2 3 4 5 6
Perubahan Berat Pada buah Pisang Suhu Dingin
Tanpa 42,6 gr 43,3 gr 43,46 gr 43,42 gr 43,3 gr 43,0 gr
Ventilasi

Berventilasi 43,3 gr 43,4 gr 43,2 gr 43, 1 gr 43,11gr 43,0 gr

Perubahan Berat Pada Buah Pisang Suhu Ruang


Tanpa 44,2 gr 43,9 gr 43,6 gr 43,5 gr 43,1 gr 43 gr
Ventilasi
Berventilasi 44,0 gr 43,9 gr 43,4 gr 43,2 gr 43,00 gr 42,9
gr

Perubahan Berat Pada Labu Siam Suhu Dingin


Tanpa 104, 79 106,89 106,26 106,8 gr 106, 7 gr 106,2
Ventilasi gr gr gr gr

Berventilasi 121,39 121,3 gr 121,58 121,60 121, 28 121,


gr gr gr gr 20 gr
Perubahan Berat Pada Labu Siam Suhu Ruang
Tanpa 96,9 gr 96,7 gr 95, 4 gr 95, 30 gr 94,54 gr 94.40
Ventilasi gr

Berventilasi 98,5 gr 98,32 gr 98, 31 gr 98, 3 gr 97,54 gr 97,44


gr
4.4 Gambar Grafik Perubahan Berat Selama Penyimpanan
Perubahan Berat Pada buah Pisang Suhu Dingin

43,6
43,4
43,2
Berat (gram)

Tanpa ventilasi
43
42,8 Berventilasi
42,6
42,4
42,2
42
1 2 3 4 5 6
Hari

Perubahan Berat Pada Buah Pisang Suhu Ruang

44,5

44
Berat (gram)

43,5

43 Tanpa ventilasi
Berventilasi
42,5

42
1 2 3 4 5 6
Hari

Perubahan Berat Pada Labu Siam Suhu Dingin

130

120
Berat (gram)

110
Tanpa ventilasi
100
Berventilasi
90
1 2 3 4 5 6
Hari
Perubahan Berat Pada Labu Siam Suhu Ruang

99

98

97
Berat (gram)

96

95
Tanpa ventilasi
94
Berventilasi
93

92
1 2 3 4 5 6
Hari

Catatan Selama Pengamatan

Pada praktikum ini dilakukan pengamatan selama enam hari. Hal


yang diamati yaitu berat bahan, tekstur, warna, keadaan kemasan yang
digunakan dengan menggunakan suhu ruang dan suhu dingin dengan masing
masing bahan menggunakan kemasan plastik. Kemasan plastiknya ada yang
berventilasi dan ada yang tanpa ventilasi. Bahan yang saya gunakan yaitu
buah pisang dan labusiam. Untuk berat bahan dari kedua bahan rata-rata tiap
hari berkurang dan ada yang tetap. Untuk warna pada buah pisang disuhu
ruang baik berventilasi maupun tidak sama saja semakin lama semakin
membusuk. Sedangkan buah pisang pada suhu dingin tidak mengalami
pembusukan. Labusiam pada suhu ruang dan dingin yang berventilasi dan
tanpa ventilasi sama saja untuk warna tidak mengalami perubahan. Tapi
untuk keadaan kemasan yang berventilasi lebih sedikit uapnya sedangkan
yang tanpa ventilasi semakin hari semakin banyak uap airnya.
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini membahas tentang prepacking buah dan sayur. Pada
dasarnya, kemasan memiliki peranan awal dan utama sebagai perlindungan kepada
produk yang dikemasnya. Hal ini harus selalu diperhitungkan, terutama ketika
menyangkut kemasan untuk produk makanan. Menurut Practical Action, kemasan
seharusnya mampu menjaga produknya dari faktor-faktor, seperti kontaminasi (agar
produk tetap terjaga kehigenisannya); kerusakan ketika dibawa dan didistribusikan;
serta unsur-unsur lain, seperti cuaca, panas, dan air. Selain fungsi perlindungan ini,
ditambahkan pula fungsi kemasan sebagai pemberi identifikasi dan informasi terkait
dengan produknya (Karina, 2014). Akbar (2013) mengatakan bahwa Intensitas
penggunaan plastik sebagai kemasan pangan makin meningkat. Hal ini disebabkan
oleh banyaknya keunggulan plastik dibandingkan bahan kemasan yang lain. Plastik
jauh lebih ringan dibandingkan gelas atau logam dan tidak mudah pecah. Bahan ini
bisa dibentuk lembaran sehingga dapat dibuat kantong atau dibuat kaku sehingga bisa
dibentuk sesuai desain dan ukuran yang diinginkan.
Plastik yang digunakan dalam praktikum ini berukuran ½ kg. Bahan yang
diamati yaitu labusiam. Bahan dimasukkan kedalam dua plastik yang diberi ventilasi
dan dua plastik tidak diberi ventilasi dengan masing-masing satu disimpan pasa suhu
ruang dan suhu dingin. Menurut Anggraini dan Permatasari (2017) Lubang perforasi
digunakan agar tidak terjadi penumpukan gas CO2 maupun penyusutan gas O2 dalam
kemasan. Pelubangan pada plastik kemas bertujuan untuk menghindari kemungkinan
kerusakan akibat akumulasi CO2 dan penyusutan O2 atau kemungkinan aroma yang
tidak diinginkan karena dalam kemasan yang rapat, oksigen bebas akan terpakai habis
dalam waktu singkat dan respirasi menjadi anaerob sehingga terbentuklah zat-zat
menguap seperti alkohol dan CO2.
Pada praktikum prepacking buah dan sayur kali ini, praktikan melakukan
pengamatan terhadap buah dan sayur yang dikemas menggunakan plastik. Ada dua
perlakuan dalam pengamatan ini yaitu bahan yang dikemas plastik tanpa ventilasi dan
berventilasi. Ada tiga parameter yang kami amati yaitu keadaan bahan selama
penyimpanan seperti tekstur, warna, keadaan kemasan selama penyimpanan (ada atau
tidaknya keringat/embun pada plastik), dan perubahan berat selama penyimpanan.
Bahan yang saya amati yaitu pisang dan labusiam. Masing-masing bahan disimpan
pada suhu ruang dan suhu dingin yang diamati selama 6 hari.
Pada komoditas pisang, keadaan buah selama penyimpanan hari pertama
sampai hari keenam baik yang berventilasi maupun tanpa ventilasi pada suhu dingin,
masih bagus mulai dari tekstur, warna dan aromanya. Keadaan kemasan tiap hari
terdapat uap air dan semakin bertambah. Untuk berat semakin hari semakin
berkurang.
Pada buah pisang suhu ruang baik berventilasi dan tanpa ventilasi semakin
hari keadaan pisang mengalami penurunan mutu seperti tekstur mulai melunak, warna
semakin tidak segar dan terdapat sedikit uap air pada kemasan. Pada hari keenam
keadaan buah telah mengalami pembusukan yang dicirikan teksturnya lembut/sangat
lembut, warna kuning kehitaman bahkan ada yang hitam dan bau busuk. Pada
perlakuan ini, yang cepat mengalami penurunan mutu adalah bahan yang dikemas
berventilasi. Hal ini disebabkan karena bahan mengalami respirasi cepat jika terdapat
ventilasi karena ada oksigen sehingga mempercepat proses pembusukan.
Pada komoditas labusiam pada suhu dingin dan suhu ruang tidak mengalami
perubahan baik yang berventilasi maupun tanpa ventilasi tekstur dan warna sama
selama pengamatan enam hari begitu juga pada labusiam suhu ruang. Sedangkan
keadaan kemasan pada suhu dingin lebih lama ada penguapan sedangkan pada suhu
ruang lebih cepat yaitu pada hari kedua sudah ada embun atau uap air yang muncul
sedangkan yang pada suhu dingin dihari ketiga baru muncul uap pada kemasan.
Untuk berat semakin hari semakin berkurang baik pada suhu dingin dan suhu ruang
yang berventilasi maupun tanpa ventilasi.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
1. Pengaruh penggunaan plastik pada pengemasan buah dan sayur segar yaitu
untuk mempertahankan dan menjaga kesegaran bahan dan memperpanjang
umur simpan buah dan sayuran. Adapun plastik yang biasa dikemas untuk
buah dan sayur adalah plastik.
2. Pengaruh pemberian ventilasi pada kemasan plastik, buah atau sayuran akan
mengalami penurunan mutu lebih cepat seperti mengalami pencokelatan
bahkan terjadi pembusukan dan menimbulkan bau tidak sedap. Hal ini
dikarenakan banyaknya lubang yang terdapat pada kemasan dapat
mempercepat transpirasi maupun respirasi. sehinga terjadi pematangan dini
dan susut bobot. Sampel juga mengalami reaksi enzimatis sehingga terjadi
diskolorasi berupa pencokelatan, cita rasa yang menyipang dan pelunakan
jaringan pembusukan.

6.2 Saran
Sebaiknya praktikan harus benar-benar teliti dalam mengamati bahan agar
data yang diperoleh akurat dan jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, F., Anita, Z., & Harahap, H. 2013. Pengaruh waktu simpan film plastik
biodegradasi dari pati kulit singkong terhadap sifat mekanikalnya. Jurnal
Teknik Kimia USU, 2(2).
Handayani, RT. 2008. Pengemasan Atmosfer Termodifikasi Jamur Tiram Putih
(Pleurotus Ostreatus). Skripsi, Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Herawati, H. (2008). Penentuan umur simpan pada produk pangan. Jurnal Litbang
Pertanian, 27(4), 124-130.
Johnrencius. M, Herawati. N dan Vonny. S.J. 2017. Pengaruh Penggunaan Kemasan
Terhadap Mutu Kukis Sukun Influence The Use Of Packaging For The
Quality Cookies Breadfruit. Jom Faperta Ur. Vol 4 No 1. Hal 1-15.
Julianti, E., & Nurminah, M. 2006. Teknologi Pengemasan. Universitas Sumatra
Utara, Medan.
Karina, Y. A., Hartanto, D. D., & Sylvia, M. 2014. Perancangan Kemasan Inovatif
Sate Ayam Lisidu Surabaya. Jurnal DKV Adiwarna, 1(4), 12.
Kusumiyati, Nurjanah. R, Wawan. S. 2017. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan
terhadap Kualitas Kentang Olahan (Solanum tuberosum L.) Kultivar
Atlantik. Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian. Vol. 1 No. 2. Hal 1-12.
Marisi, Rona. J. N dan Elisa. J. 2016. Pengaruh Komposisi Udara Ruang
Penyimpanan Terhadap Mutu Jeruk Siam Brastagi (Citrus Nobilis Lour Var
Microcarpa) Selama Penyimpanan Suhu Ruang. Jurnal Rekayasa Pangan
dan Pert.Vol. 4 No. 3. Hal 332-340.
Tim Dosen. 2018. Penuntun praktikum pengemasan. Bengkulu: Laboratorium
Teknologi Pertanian Universitas Bengkulu
Winarno, F.G, 2009. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta :PT Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai