Proposal Jamhari
Proposal Jamhari
sosial yang paling efektif untuk menyiapkan suatu bentuk masyarakat masa depan.
Indonesia yang berkarakter santun dan luhur, berbagai terobosan dilakukan mulai
dari mengganti kurikulum sampai pada gagasan yang sangat kontraversial “fullday
school”namun permasalahan yang terjadi justru semakin rumit ketika sampai pada
Inovator dan kreator haruslah memadukan dua komponen penting yaitu iman
dan takwa (imtak) dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni (ipteks)
perpaduan dari imtak dan ipteks itulah yang menjadi wawasan ulul albab maka
wajarlah Allah akan mengangkat derajat atas keterpaduan tersebut seperti dalam
firmannya
ٍ يرفَ ِع اللَّه الَّ ِذين آمنُوا ِمْن ُكم والَّ ِذين أُوتُوا الْعِْلم درج
ۚ ات َ ََ َ َ َْ َ َ ُ ْ
Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang orang yang beriman dan orang-
orang yang berilmu beberapa derajat.2
1
Mulkam Abdul Munir, Paradigma Intelektual Muslim (Yogyakarta: sipress, 2013) 21.
2
al-Qur’an, 58:11.
3
Pendidikan dalam Islam, tidak hanya menekankan pada aspek akal dan
jasmani saja, sebagaimana yang umum terjadi dalam pendidikan Barat, tetapi
Hal tersebut selaras dengan pernyataan Ahmad Tafsir ketika berbicara tentang
manusia dan perilakunya. Menurut beliau, bahwa berbicara tentang manusia yang
baik berarti berbicara tentang budi pekerti atau akhlak. Akhlak ialah kepribadian,
tingkah laku atau budi pekerti. Karena akhlak itu adalah kepribadian maka isi
menjadi core kurikulum (kurikulum inti). Akhlak yang baik harus memiliki
penjamin, dan penjamin terkuat adalah iman yang kuat. 3 Maka karakteristik lulusan
yang diharapkan yaitu memiliki tiga ciri sebagai berikut: Pertama, badan sehat dan
kuat. Kedua, otaknya cerdas dan pandai. Ketiga, lulusan mesti beriman kuat.
yang dipilih bukan hanya sekolah yang lulusannya hanya unggul dalam menguasai
generasi (lulusan-lulusan) yang memiliki ilmu yang mumpuni, sehat akalnya, kuat
fisiknya dan keimanannya. Sehingga, dengan adanya bimbingan para guru mereka
3
Ahmad Tafsir, Filasafat Pendidikan Islam (Bandung: PT Rosda, 2010), 100.
4
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2013), 110.
4
berorientasi kepada lima pilar agama, yaitu (1) keimanan, (2) adab, (3) akhlak, (4)
ibadah, dan (5) muamalat. Dua pilar berkaitan erat dengan urusan akhirat yaitu
keimanan dan ibadah. Sedangkan tiga pilar yang lain berkaitan dengan urusan dunia,
yaitu akhlak, adab, dan muamalat. Jika kelima pilar tersebut diperhatikan dalam
imannya, benar ibadahnya, baik akhlak dan adabnya, serta mampu berinteraksi
dengan masyarakat, dan bisa terlibat dalam kehidupan sesuai dengan skill (keahlian)
yang dimilikinya.
hamba Allah maupun sebagai khalifah di bumi. Sebagai hamba Allah memiliki
ِ وما خلَ ْقت اجْلِ َّن واإْلِ نْس إِاَّل لِيعب ُد
ون ُْ َ َ ُ َ ََ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mengabdi
kepadaKu”7
5
Abul Hasan al-Nadawi, Pemikiran Pendidikan Islam (Beirut: Dar al-Irsyad, 1969), 23.
6
Tobroni, The Spiritual Leadhersip (Malang: UMM Press, 2008), 13.
7
al-Qur’an, 51: 56.
5
rangka menyempurnakan tugas hidup, dan menunaikan amanat sebagai rahmat bagi
ِ ِ
َ اك إِاَّل َرمْح َةً ل ْل َعالَم
ني َ ََو َما أ َْر َس ْلن
“Dan tiadalah kami mengutus kamu melainkan untuk menjadi rohmat bagi semesta
alam” 8
selain memberi manfaat juga menimbulkan akses negatif di bidang budaya, etika, dan
moral yang menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan. 9 Kemajuan ilmu
kepada kenyamanan dan kesejahteraan, namun pada kenyataannya selalu ada salah
guna dan pemanfaatan yang justru menjerumuskan sebagian manusia kepada perilaku
Krisis moral dikalangan pelajar dan mahasiswa yang terjadi dewasa ini, telah
menunjukkan betapa dahsyatnya krisis moral yang terjadi di Indonesia dewasa ini.
Survei mengenai seks bebas di kalangan remaja Indonesia yang dilakukan oleh
bebas atau telah melakukan hubungan layaknya suami istri di luar nikah. Sementara
8
al-Qur’an, 21 : 107.
9
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di
Sekolah (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2013), 15-16.
10
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di
Sekolah (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2013), 16.
6
wabah korupsi terus menggerogoti tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang
hingga saat ini masih menjadi permasalahan yang tak kunjung terselesaikan.11
perilaku anarkis, tawuran, dan lain-lain bukan lagi merupakan hal yang sulit untuk
tindak kekerasan mahasiswa yang terjadi di berbagai wilayah dan penjuru tanah air
turut menandai betapa rendahnya moral mahasiswa di era sekarang ini. Kekerasan
yang terjadi bahkan sampai menimbulkan korban jiwa, sering kali hanya disebabkan
oleh hal-hal sepele. Misalnya saja tawuran mahasiswa yang terjadi di salah satu
11
Kesuma, dkk, Penddika Karakter: Kajian Teori dan Praktek di Sekolah (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), 2-4.
12
Wibowo, Agus dan Sigit Purnama, Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013), 4-6.
13
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di
Sekolah (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2013), 169.
7
menciptakan peserta didik yang benar-benar menjadi generasi ulul albab, yaitu
yang terwujud dalam iman dan amal saleh di tengah-tengah kehidupan masyarakat.14
tidak hanya melahirkan generasi yang tidak menghargai kemuliaan budi pekerti
(hard skill) atau kecerdasan intelektual hanya berperan 20% dalam menentukan
sukses hidup seseorang. Selebihnya dari itu kesuksesan hidup seseorang 80% justru
sangat ditentukan oleh kecerdasan emosional dan spiritual (soft skill). Hal demikian
karena orang yang cerdas secara emosional, dan spiritual akan memiliki kemampuan
mengelola diri, dan orang lain, pandai menempatkan diri, dan beradaptasi dalam
sebuah lingkungan sosial, dan hidupnya bermanfaat bagi orang lain atau sesamanya.
pendidikan karakter akan menjadi benteng yang kokoh bagi masyarakat dan bangsa,
untuk menghindari dampak buruk dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Implementasi nilai-nilai Islam melalui pendidikan karakter dalam hal ini merupakan
cakupan yang menarik untuk diteliti dalam mengatasi permasalahan krisis moral
ِِ
ْ ني إِميَانًا أ
َح َس ُنه ْم ُخلُ ًقا َ أَ ْك َم ُل املُْؤمن
“Mukmin yang sempurna imannya adalah orang yang paling bagus akhlaknya” 18
Pondok pesantren adalah model pendidikan tertua di Indonesia, yang hingga
saat ini masih bertahan. Sebagai lembaga Pendidikan keagamaan khas Indonesia,
karakter santri. Hal itu dikarenakan: pertama, adanya jiwa dan falsafah. Kedua,
pendidikan.
18
HR. Tirmidzi no. 1162. al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 284.
19
Zamakhsyari dhofir, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3S,1982).
9
persoalan- persoalan tersebut, khususnya krisis moral yang sedang melanda bangsa
Indonesia.
yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa
berdasarkan Pancasila.20
penerapan suatu kegiatan atau metode secara terus-menerus yang dilakukan oleh para
kiai, ustadz, pengurus, santri sebagai upaya pembentukan karakter santri menjadi
Pendidikan islam tradisional21 yang lebih menekankan aspek moralitas dalam sejarah
kontribusi nyata dalam melahirkan pemimpin yang berkarakter kuat, militan, penuh
integritas, gigih, visioner, pantang menyerah dan ikhlas dalam berjuang. Kontribusi
tersebut tidak berhenti pada masa perjuangan bangsa, melainkan hingga dewasa ini,
pimpinan institusi tertinggi negara banyak yang dipimpin oleh tokoh nasional dengan
karakter secara efektif, terbukti di pondok pesantren tidak hanya diajarkan tentang
nilai- nilai agama saja, melainkan juga diajarkan tentang nilai etika, nilai moral, nilai
estetika dan nilai seni budaya yang membawa santri menjadi manusia yang
berkepribadian sempurna.22
Dalam hal ini, pondok pesantren Manba’ul Qur’an Kota Mojokerto adalah
termasuk lembaga pendidikan yang masih bertahan dalam pendidikan hingga sistem
“Menjaga dan melestarikan nilai-nilai lama yang masih baik dan mengambil nilai-
nilai baru yang lebih baik”23
kandungannya)
dan menganggap urgen untuk meneliti konsep pendidikan karakter dalam kitab al-
(tematik) corak tafsir adabi al ijtima’i (Tafsir yang berorientasi pada pendidikan
22
Dawam Raharjo, Pesantren Dan Perubahan yang dimuat Dalam Jurnal LP3ES, (Jakarta, 1983) Cet
II, 9.
23
Ibnu Abdissalam, Qawaid al-Akhkam Fi Masholih al-Anam (Dar Fikr, 2017) 170.
11
Ketiga, mendidik dan memberi motivasi pada ranah aplikatif menuju kesholehan
B. Rumusan Masalah
Mojokerto?
Mojokerto?
C. Tujuan Penelitian
Mojokerto.
Kota Mojokerto.
D. Kegunaan Penelitian
penelitian diatas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
1. Manfaat teoritis
lembaga pendidikan
2. Manfaat praktis
13
b. Menjadi bahan evaluasi bagi kepala pondok pesantren, pengurus dan santri
Kota Mojokerto serta dapat menjadi acuan dasar dalam kajian penelitian lebih
lanjut.
E. Definisi Istilah
yang lebih jelas secara komprehensif mengenai judul tesis yang penulis susun, maka
dalam hal ini akan di jelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul ini.
1. Implementasi
memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan budi pekerti,
24
Nuruddin Usman, Konteks Implementasi berbasis Kurikulum (Jakarta: Grasindo, 2002), 70.
25
Ahmad Tafsir, Pendidikan budi pekerti (Bandung: Maestro, 2009), 33.
14
yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang
dapat menilai perbuatannya baik atau buruk untuk kemudian melakukan atau
meninggalkannya.29
dengan Tuhan yang maha esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan
adat istiadat.30
26
Fathurrohman, dkk, Pengembangan Pendidikan Karakter (Bandung: Refika Aditama, 2013), 67.
27
Samani Muhlas & Hariyanto, Pendidikan Karakter Konsep dan Moral (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), 46.
28
Al-Ghozali, Ikhya’ Ulumuddin (Darul Minhaj, 2011), 318.
29
Abdul Karim Zaidan, al-Mustafad Min Qoshosh al-Qur’an (ar-Risalah, 2017), 28.
30
Arfan Muamar, Pendidikan Karakter Strategi Internalisasi Values dan kajian Teoritis (Depok:
Rajawali Press PT. Raja Grafindo Persada, 2019), 6.
15
artinya orang yang belajar kalimat suci dan indah. Para wali songo kemudian
dan seterusnya. Jadi, “shastri” atau “santri” adalah orang yang belajar
kalimat suci dan indah, yang menurut pandangan para wali songo berarti
3. Kitab
Atau wahyu Tuhan yang dibukukan dan dijadikan pedoman oleh seluruh umat
Islam. Adapun dalam istilah pondok pesantren kitab adalah sebuah kitab
al-Shalih, yang dijadikan panduan oleh para kiai, bunyai, dan santri untuk
Qur’an berarti mempunyai arti faedah atau nilai-nilai yang diambil dari cerita
dalam al-Qur’an.
31
Sid Aqil Siroj, Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren (Jakarta: Renebook, 2014), 3.
32
Syauqi Dhaif, al-Mu’jam al-Wasit (Dar al-Fkar, 2017) 57.
16
sehari-hari, dan mempunyai unsur penting di dalamnya, yaitu kiai, santri, dan
F. Penelitian Terdahulu
1. Tesis yang ditulis oleh Siti Ayamil Choliyah 2017 “Model Pendidikan
santri.
4. Tesis yang ditulis oleh Safaruddin Yahya 2016 di Universitas Islam Negeri
sedangkan yang penulis teliti adalah Pesantren Salaf klasik yang mendalami
G. Metode Penelitian
mendalam dalam situasi yang wajar (natural setting) maka pendekatan yang
yang dihasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis, atau lisan dari orang-
yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subyek penelitian (Emic View)
yang tidak dapat dipisahkan dari latar alamiahnya, tanpa ada rekayasa serta
pengaruh dari luar disini penulis hanyalah orang yang belajar mengenai apa
al-Qur’an.
pondok pesantren bukanlah tindakan yang diakibatkan oleh satu atau dua
34
L. J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), 3.
20
faktor, akan tetapi adalah melibatkan sekian banyak faktor yang saling
berkait.
sehingga perlu dipahami dari kerangka penelitian kualitatif. Hal ini senada
yang menghasilkan data kualitatif berupa kata kata tertulis maupun lisan dari
penelitian ini adalah etnografi sebagai salah satu varian dalam penelitian
kepercayaan, norma, dan sistem nilai kelompok yang diteliti.36 Esensi dari
penelitian ini memahami secara mendalam proses dan makna peristiwa dalam
35
L. J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), 3.
36
Deddy Mulyana, Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), 29.
37
Spradley James P, Metode Etnografi, penerjemah Misbah Zulfa Elizabeth (Yogyakarta: Tiara
wacana, 1997), 12.
38
Emzir, metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),
28.
21
dari para in forman tentang apa yang peneliti rasakan, lakukan, dan peneliti
berusaha memusatkan perhatian pada suatu karakter santri secara intensif dan
meliputi subyek yang sempit tetapi sifatnya lebih mendalam. Hal ini
kelompok sosial, atau sistem. Meskipun makna budaya itu sangat luas, tetapi
kepercayaan, ritual dan cara-cara hidup.40 Etnografi adalah salah satu jenis
39
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
118.
40
Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Rosdakarya, v), 62.
22
2. Subjek Penelitian
Qur’an jln. Bancang II/28 Wates Kota Mojokerto dengan alasan bahwa
3. Kehadiran Peneliti
pengamat dan pengumpul data apa yang akan diteliti mencoba menentukan
informan kunci yang nantinya bisa menjawab fokus penelitian. Dan mudah
41
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012), 235.
42
James P. Spradley, Metode Etnografi (Tiara Wacana, 2007), 3.
23
Manba’ul Qur’an Pada saat kegiatan berperan serta inilah peneliti akan
4. Sumber Data
penelitian kualitatif ialah kata- kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen atau lain-lain".44 Data primer dalam penelitian ini
Dengan demikian, jenis data yang ingin digali dalam penelitian adalah kata-
a. Observasi
lain.
juga buku tentang teori, pendapat, dan lain- lain yang berhubungan
45
Nana Sudjana, Penelitian Hasil Belajar mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), 84.
46
Wiratna Sujarweni, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014), 34.
47
Nurul Zuhriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori, Aplikasi (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), 191.
25
b. Wawancara
peneliti yaitu; (1) Pengasuh Pondok Pesantren (2) Ustadz (3) Pengurus
(4) Santri.
c. Dokumentasi
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
hidup, dan lain- lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya
seni, berupa gambar, patung, film dan lain- lain. Studi dokumen
48
L. J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), 217.
49
Sugiono, Metodologi Penelitian Kualitatif Kuantitatif R & D (Bandung: Alfabeta, 2013), 240.
26
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
berikut:
H. Sistematika Pembahasan
50
Bogdan & Biklen 1982: 145 dalam Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2010), 248.
51
Miles, M.B & Huberman, Qualitative Data Analysis a sourcebook of New Methods (London: Sage
Publication, 1995), 10-14.
27
Penelitian ini ditulis secara sistematis dalam lima bab penyusunan sistematis
dilakukan agar pembahasan ditiap-tiap bab tidak hanya mendalam, tetapi juga dapat
Bab Kesatu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
penelitan, subjek penelitian, sumber data, metode pengumpulan data dan metode
analisis data.
organisasi, keadaan guru dan keadaan santri. Hasil penelitian meliputi nilai-nilai
tesis. Pada bab ini juga terdiri dari rekomendasi penulis bagi pihak yang terkait pada
I. Kerangka Tesis
28
BAB I : PENDAHULUAN
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penelitian
E. Penelitian Terdahulu
F. Definisi Istilah
G. Metode Penelitian
H. Sistematika Pembahasan
C. Kerangka Berfikir
A. Jenis Penelitian
C. Subyek Penelitian
D. Prosedur Penelitian
E. Instrumen Penelitian
Pembahasan
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Muhammad Ahmad. Metode Cepat & Efektif Menghafal al-Qur’an al-
karim. Yogyakarta: Garailmu. 2009.
Al-Hilali, Majid. Agar al-Qur’an Menjadi Teman Rahasia Menghayati Kitab Suci
untuk Perubahan Diri. Jakarta: Zaman. 2011.
Alfiah dan Zalyana AU, Hadis Tarbawi. Pekanbaru: Zanafa Publishing. 2011.
Elzaky, Jamal. Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah. Jakarta: Zaman. 2011.
Hafidz, Ahsin Wijaya Al. Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’an. Jakarta: Amzah.
2008.
Hamzah, Amir. Dinamika Pembelajaran Karakter Perspektif pesantren. Malang:
Literasi Nusantara Abadi. 2017.
Kesuma, Dharma. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktek di Sekolah.
Bandung: Remaja Rosdakarya. 2012.
Kusaeri. Acuan & Teknik Penilaian Proses & Hasil Belajar dalam Kurikulum. 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2014.
Nucci, Larry P, dan Durcia Narvaez. Handbook Pendidikan Moral dan Karakter,
terj. Imam Baehaqie dan Derta Sri Widowati. Bandung: Nusa Pratama. 2014.
Sadi dan M. Nasikin. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Jakarta: Erlangga.
2013.
Samani, Muhlas dan Hariyanto. Pendidikan Karakter: Konsep dan Model. Bandung:
Remaja Rosdakarya. 2013.
_____. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2013.
Ulwan, Abdullah Nashih. Tarbiyatul Aulad Fil Islam (Pendidiakn Anak Dalam
Islam). Solo: Insan Kamil. 2015.
Wajdi, Muhammad Fafid. Pesan dan Amalan Kekasih Allah. Jakarta: Qalam. 2016.
Zuhriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori Aplikasi. Jakarta:
Bumi Aksara. 2006.