I. PENDAHULUAN proses fotosintesis dan mengubahnya
Isu perubahan iklim dunia yang menjadi senyawa karbon organik. Lewis merupakan dampak dari fenomena et al. dalam Murray et al. (2011) pemanasan global selalu menjadi mengungkapkan bahwa ekosistem perhatian dari berbagai kalangan ilmuan, mangrove mampu menyerap rata-rata 8 pengambil kebijakan, aktivis dan ton CO2e/ha/tahun, nilai ini kurang praktisi lingkungan. Pemanasan global lebih 4 kali lebih besar daripada nilai adalah sebuah kondisi dimana pengamatan secara global terhadap meningkatnya suhu permukaan bumi hutan tropis yang lebat (1,8–2,7 ton yang disebabkan oleh emisi gas-gas CO2e/ha/tahun). Fakta ini seharusnya (CO2, O3, CH4, N2O, CFC, dan lain- dapat dijadikan landasan untuk turut lain) yang dilepas ke atmosfer sehingga melindungi dan mencegah kerusakan menyebabkan timbulnya efek rumah laut serta ekosistem yang terdapat di kaca. Gas-gas tersebut menahan cahaya dalamnya. matahari yang akan keluar dari atmosfer Desa Kawal merupakan salah satu desa setelah terpantul ke bumi (Bozdoğan, yang terdapat di Kabupaten Bintan, 2009). Menurut Manik dalam Provinsi Kepulauan Riau. Desa Kawal Latuconsina (2010), emisi CO2 terutama memiliki ekosistem mangrove yang berasal dari pembakaran bahan bakar terletak di daerah pantai berpasir dan fosil (minyak bumi, gas alam dan batu daerah muara, dimana ekosistem bara). Sedangkan sumber emisi NOx mangrove di daerah muara masih terlihat dan CH4 terutama bersal dari bahan asri dan lokasinya masih jauh dari bakar fosil dan pembakaran bahan daerah pemukiman masyarakat, organik. Sementara itu CFC merupakan sedangkan ekosistem di pantai berpasir zat kimia ciptaan manusia yang banyak mendapatkan pengaruh langsung dari digunakan sebagai zat pendingin dalam aktivitas masnusia yakni berdekatan kulkas dan AC, industri plastik busa, gas dengan pemukiman masyarakat, kantor pendorong pada kemasan aerosol instansi milik pemerintah, berdekatan (pewangi, hairspray, pembersih kaca dengan jalan utama dan juga ditemukan dan lainnya) yang berperan terhadap tumpukan sampah yang tersebar di penipisan lapisan Ozon pada atmosfer ekosistem mangrove pantai berpasir. bumi. Penelitian tersebut bertujuan untuk Perhatian dunia selama ini lebih terarah memperoleh informasi mengenai kepada kemampuan ekosistem terrestrial kerapatan vegetasi mangrove, biomassa yang sejak lama diyakini sebagai dan potensi hutan mangrove dalam penyerap CO2 di atmosfer, Ekosistem menyimpan karbon pada ekosistem laut diketahui memainkan peran krusial mangrove di pantai berpasir Desa di dalam siklus karbon global dengan Kawal, sehingga nantinya data tersebut menyerap sejumlah karbon dioksida dapat bermanfaat sebagai bahan rujukan yang bersumber dari aktifitas untuk membuat kebijakan dan antropogenik dari atmosfer (Canu et al., perencanaan dalam kegiatan konservasi 2015).Tumbuh-tumbuhan diketahui ekosistem hutan mangrove. memiliki peran positif dalam II. METODOLOGI mengurangi emisi gas CO2 yakni Penelitian ini telah dilaksanakan pada dengan cara menyerap gas CO2 dalam bulan April 2016. Pengambilan data dilakukan pada ekosistem hutan serta dideskripsikan berdasarkan mangrove di Desa Kawal, Kabupaten literature terkait. Bintan, Provinsi Kepulauan Riau III. HASIL DAN PEMBAHASAN (Gambar 1). Spesies mangrove yang ditemukan pada plot di tiap lokasi penelitian terdapat perbedaan spesies dan jumlah seperti terlihat pada Gambar 2. Pada ekosistem mangrove di Desa Anak Setatah ditemukan 3 spesies mangrove yakni, A. alba, R. mucronata dan R. stylosa. Jumlah tegakan mangrove yang ditemukan pada plot juga tidak terlalu berbeda tiap jenisnya, yakni S. alba Gambar 1. Lokasi Penelitian dengan jumlah 6 individu, R. mucronata Alat yang digunakan untuk pengambilan dengan jumlah 5 individu dan R. stylosa data di lapangan yakni, meteran, tali dengan jumlah 6 individu. raffia, plastik, spidol permanen dan buku panduan identifikasi mangrove. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data diameter setinggi dada (DBH) dari mangrove. Pada penelitian ini dilakukan metode purposive dalam menentukan lokasi stasiun penelitan serta meotde survey dalam mengambil data. Pengukuran biomassa mangrove dilakukan dengan cara menggunakan persamaan allometrik (Sutaryo, 2009) sesuai dengan tuntunan dan Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Nomor : P.01/VIII-P3KR/2012. Pengukuran Gambar 2. Spesies Mangrove pada cadangan karbon pada mangrove SNI Lokasi Penelitian 7724 (Badan Standardisasi Nasional, 3.1. Kerapatan Tegakan Mangrove 2011). Untuk data biomassa dibedakan Kerapatan tegakan mangrove pada berdasarkan letak biomassa tersebut lokasi penelitian tersebut yakni Above Ground Biomass (AGB) menggambarkan jumlah individu atau biomassa di atas tanah dan Below mangrove dalam satuan luas area Ground Biomass (BGB) atau biomassa tertentu (Tabel 1). Nilai kerapatan di bawah tanah. Untuk nilai cadangan tegakan mangrove di setiap lokasi karbon juga dibedakan berdasarkan letak penelitian berkisar antara 0,00 – 0,11 cadangan tersebut yakni Above Ground individu/m2, dimana kerapatan tertinggi Carbon (AGC) atau cadangan karbon di terdapat pada transek 2 plot 1 dan plot 2, atas tanah dan Below Ground Carbon transek 3 plot 3 sedangkan kerapatan (BGC) atau cadangan karbon di bawah terendah terdapat pada transek 1 plot 1, tanah. Data yang diperoleh kemudian plot 2, plot 3, transek 2 plot 3, transek 3 dianalisis dengan Uji Independen-T plot 1 dan plot 2. Dari data kerapatan tegakan mangrove di atas terlihat bahwa Tabel 2. Rata-rata Biomassa dan sangat sedikit vegetasi mangrove yang Cadangan Karbon Mangrove pada hidup di lokasi penelitian ini. Lokasi Penelitian Tabel 1. Kerapatan Tegakan Tra P Rata-Rata Rata-Rata Mangrove di Lokasi Penelitian nse l Biomassa Cadangan Karbon Transek Plot Kerapatan k o (Kg/m2) (Kg/m2) 1 1 0,07 t 2 0,07 1 1 1,95 0,92 3 0,07 2 3,22 1,51 2 1 0,11 3 164,84 77,48 2 0,11 2 1 4,17 1,96 3 0,07 2 5,42 2,54 3 1 0,00 3 104,17 48,96 2 0,00 3 1 0,00 0,00 3 0,11 2 0,00 0,00 3.2. Biomassa dan Cadangan Karbon 3 66,29 31,16 Nilai biomassa dan cadangan karbon di Biomassa mangrove berasal dari lokasi penelitian secara sederhana dapat vegetasi mangrove yang terdiri dari dilihat pada Tabel 2. Nilai total biomassa daun, biomassa cabang, biomassa dan cadangan karbon biomassa batang dan biomassa akar. mangrove yang diperoleh berturut-turut Biomassa yang ditemukan pada adalah 10.501,80 ton/ha dan 4.935,84 komponen pohon berasal dari proses ton/ha. Nilai biomassa dan cadangan yang kompleks sebelum didistribusikan karbon tertinggi terdapat pada transek 1 dan disimpan oleh tanaman, yakni plot 3 dengan nilai rata-rata biomassa melalui proses fotosintesis, CO2 di dan cadangan karbon berturut-turut udara diserap oleh tanaman dan diubah adalah 164,84 Kg/m2 dan 77,48 Kg/m2, menjadi karbohidrat, kemudian sedangkan nilai rata-rata biomassa dan disebarkan ke seluruh tubuh tanaman cadangan karbon terendah terdapat pada dan akhirnya ditimbun dalam tubuh transek 3 plot 1 dan plot 2. Hal ini tanaman berupa daun, batang, ranting, disebabkan karena di sub plot tersebut bunga dan buah (Hairiah dan Rahayu, tidak terdapat vegetasi mangrove. 2007). Banyak faktor yang Walaupun kerapatan tegakan mangrove mempengaruhi cadangan karbon di tertinggi terdapat pada transek transek 2 setiap kawasan. Faktor yang plot 1 dan plot 2 serta transek 3 plot 3, mempengaruhi biomassa juga akan tidak menjamin nilai biomassa dan mempengaruhi kandungan karbon, cadangan karbon di titik tersebut tinggi karena 47 persen dari biomassa karena nilai DBH vegetasi mangrove mangrove tersusun atas karbon (Badan berkisar antara 4,14 – 7,96 cm. Pada Standardisasi Nasional, 2011). Menurut titik transek 1 plot 3 terdapat hanya 1 Rusolono (2006) Kandungan karbon individu mangrove, namun terdapat pada vegetasi hutan dipengaruhi oleh vegetas mangrove dengan ukuran besar beberapa faktor yaitu diantaranya iklim, dengan nilai DBH yang berkisar antara topografi, karakteristik lahan, komposisi 28,34 – 43,95 cm, sehingga dan jenis tanaman dan perbedaan siklus menyumbang nilai biomassa dan pertumbuhan tanaman. cadangan karbon yang besar. 3.3. Biomassa Mangrove Nilai biomassa mangrove di lokasi Tabel 3. Rata-Rata Biomassa penelitian dibedakan berdasarkan letak Mangrove di Lokasi Penelitian biomassa tersebut, yakni biomassa di atas permukaan tanah atau above ground biomass (AGB) dan biomassa di bawah permukaan tanah atau below ground biomass (BGB), nilai biomassa AGB dan BGB secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3. Nilai biomassamangrove di lokasi penelitian memiliki nilai total AGB 7.625,75 ton/ha dengan nilai rata- rata 282,44 ton/ha dan nilai total BGB 2.876,04 ton/ha dengan nilai rata-rata 106,52 ton/ha, nilai AGB > BGB. Berdasarkan hasil uji T-independen diketahui bahwa nilai AGB ≠ BGB (P <0,003) atau nilai AGB berbeda signifikan dengan nilai BGB. Pada umunya, nilai AGB memang lebih tinggi daripada nilai AGB karena AGB memiliki sumber biomassa yang lebih banyak yakni biomassa daun, biomassa cabang dan biomassa batang, berbeda dengan nilai BGB yang hanya bersumber dari biomassa akar. Lubis (2011) mengungkapkan bagian terbesar dari biomassa hutan adalah berupa batang-batang pohon yang menyusun tegakan pohon tersebut. Besarnya kandungan kadar air pada setiap bagian pohon (batang, cabang, ranting dan daun) dapat mempengaruhi secara langsung terhadap potensi biomassa atau berat kering setiap bagian pohon disamping berat basahnya. Sedangkan rendahnya kadar air pada bagian batang dikarenakan pada umumnya bagian batang mempunyai zat penyusun kayu yang lebih banyak dibandingkan dengan bagian pohon lainnya (cabang, ranting dan daun). Zat penyusun kayu tersebut dapat menyebabkan bagian rongga sel pada batang banyak oleh komponen penyusun kayu dibandingkan air, sehingga bobot biomassa batang menjadi besar (Widyasari, 2010).