Anda di halaman 1dari 36

TANGGAL LAPORAN AWAL: 11 APRIL 2021

TANGGAL LAPORAN AKHIR: 18 APRIL 2021

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR SEMESTER 114

SIFAT LENSA DAN CACAT BAYANGAN

Nama : Nia Kurniasih

NIM : 1302620010

PRODI :Pendidikan Fisika A

DOSEN PENGAMPU : Lari Andres Sanjaya, S.Pd, M.Pd

NAMA ASLAB : 1. Adhiyaksa Tri Oktav Meliano

2. Benedikta Lorenza Dheanti

3. Nabila Farahmi

4. Prihartini Khoirun Nissa

NilaiLaporanAwal NilaiLaporanAkhir NilaiAkhir

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2021
A. Tujuan
1. Memahami sifat pembiasan cahaya pada lensa.
2. Menentukan jarak fokus lensa.
3. Mengamati cacat bayangan (aberasi) dan mengetahui penyebabnya.
4. Mengurangi terjadinya cacat bayangan.
5. Mengetahui serta memahami sifat lensa.

B. Alat dan Bahan


1. Lensa Positif Kuat (++) 6. Lampu Pijar
2. Lensa Positif Lemah (+) 7. Layar Penangkap Bayangan
3. Lensa Negatif (-) 8. Bangku Optik
4. Benda Berupa Anak Panah 9. Kabel Penghubung dan Sumber Tegangan
5. Diafragma dan Kaca Baur Listrik

C. Teori Dasar
Menentukan Jarak Fokus Lensa Positif (Konvergen).
yang terbentukSebuah benda O diletakkan disebelah kiri lensa positif, dan bayangan O
disebelah kanan lensa dan dapat diamati pada sebuah layar. Jika M merupakan
perbesaran ), dan L adalah jarak antara benda danbayangan (perbandingan panjang O
dan O bayangan, maka jarak fokus lensa f, dapat ditentukan dari persamaan berikut:

𝑠′
𝑓 = 1+𝑀 (1)

adalah jarak bayangan terhadap lensa.dimana s

Cara lain untuk menentukan jarak fokus lensa positif adalah sebagai berikut: Sebuah
benda O diletakkan pada jarak L dari layar. Kemudian lensa positif yang akan ditentukan
jarak fokusnya digeser-geser antara benda O dan layar sehingga diperoleh dua

2
kedudukan (misalnya kedudukan 1 dan kedudukan 2) dimana lensa memberikan
bayangan yang jelas pada layar. Bayangan yang satu diperbesar dan yang lain diperkecil.

Jika r adalah jarak antara dua kedudukan itu, jarak fokus lensa dapat ditentukan sebagai
berikut:

𝐿2 −𝑟 2
𝑓= (𝐵𝑒𝑠𝑠𝑒𝑙) (2)
4𝐿

Menentukan Jarak Fokus Lensa Negatif (Divergen)


Jarak fokus lensa negatif dapat ditentukan dengan bantuan lensa positif. Mula-mula
digunakna lensa positif untuk membentuk bayangan nyata pada layar. Kemudian antara
lensa positif dan layar dipasang lensa negatif.

Bayangan pada layar itu merupakan bayangan maya dari lensa negatif. Karenanya pada
keadaan ini, jarak dari layar ke lensa negatif disebut jarak benda s. Sekarang, layar
digeser ke belakang menjauhi lensa untuk memperoleh bayang baru. Dalam keadaan ini
jarak dari layar sampai lensa negatif disebut jarak bayangan s’. Jarak fokus lensa negatif
dapat ditentukan dengan persamaan:

𝑠 .𝑠′
𝑓 = 𝑠+𝑠 (3)

3
Jarak fokus lensa bersusun
Jika dua lensa tipis dengan jarak fokus masing-masing f1 dan f2 digabungkan
(dirapatkan), maka akan diperoleh satu lensa gabungan yang fokusnya adalah fgab, dan
dapat diperoleh dengan persamaan berikut:

1 1 1
= 𝑓 + 𝑓 (4)
𝑓𝑔𝑎𝑏 1 2

Cacat Bayangan
Rumus-rumus persamaan lensa yang telah diberikan di atas dapat diturunkan dengan
syarat hanya berlaku untuk sinar “paralaksial“. Jika syarat tersebut tidak dipenuhi, maka
akan terjadi cacat bayangan (aberasi).1

Teori Tambahan
Cermin datar menghasilkan gambar yang ukurannya sama dengan objek. Tapi disana.
Ada banyak aplikasi untuk cermin di mana gambar dan objek harus memiliki ukuran
yang berbeda. Cermin pembesar yang digunakan saat merias wajah memberikan gambar
yang lebih besar dari objek, dan cermin pengintai (digunakan di toko untuk membantu
perjelas sudut) memberikan gambar yang lebih kecil dari objek. Ada juga aplikasi cermin
di mana gambar nyata diinginkan, jadi sinar cahaya memang melewati titik gambar P ′.
Cermin datar dengan sendirinya tidak dapat melakukan apapun tugas-tugas ini. Sebagai
gantinya, cermin melengkung digunakan.2

Konsep cahaya yaitu sumber cahaya yang memberikan kecepatan pada sinar cahaya
tersebut. Bayangan merupakan sesuatu yang dimiliki atau berada di benda. Untuk dapat
melihat objek dalam cermin datar maka sumber cahaya harus bersinar di cermin. Cermin
dan objek harus diterangi untuk dapat melihat objek pada cermin datar di ruangan gelap.
Ketika cahaya melewati cermin cekung dan cermin cembung maka cahaya akan
dibiaskan masuk ke bagian belakang cermin.3

1
Tim Dosen. 2018.PANDUAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II. (Jakarta:Universitas Negeri Jakarta,). h. 13-15
2
Sears & zemansky, University Physics with Modern Physics, Edisi 14, 2016, hal. 1115.
3
L, Sri., dan R, Diki. (2018). PERBANDINGAN MISKONSEPSI MAHASISWA PGSD UHAMKA MATERI OPTIK
GEOMETRI. Jurnal Ilmiah “Pendidikan Dasar” Vol. V No. 1. h. 46-47

4
indikator utama pembiasan cahaya adalah adanya pembelokan cahaya di perbatasan dua
medium yang berbeda. Hubungan besar sudut bias dan medium ditunjukkan pada
persaaman

sin 𝜃2 𝑣
= 𝑣2 (5)
sin 𝜃1 1

Keterangan:
𝑣2 =kelajuan cahaya pada medium ke dua
𝑣1 =kelajuan cahaya pada medium pertama
sin 𝜃2 = besar sudut sinar bias
sin 𝜃1 =besar sudut sinar datang
Terdapat pendapat yang menyatakan bahwa sinar melewati dua medium berbeda
diteruskan karena cahaya memiliki sifat merambat lurus. Pemahaman yang kurang tepat
ini dapat terjadi karena ide dan anggapan yang telah dimiliki siswa sebelumnya
berdasarkan pengalaman dalam kehidupan sehari – hari.4
Polimer digunakan sebagai karet, plastik, botol dan lain-lain. Namun denan Seiring
perkembang waktu, polimer dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan lensa.
Lensa yang yang berbahan dasar polimer ini memiliki keunggulan dimana mampu
melakukan perbesaran 60 kali hingga 100 kali. PDMS dapat digunakan sebagai lensa
optik yang jernih, umumnya bersifat inert, tidak beracun dan tidak mudah terbakar.
Dimethicone adalah nama lain, merupakan salah satu dari beberapa jenis minyak silikon
(polymerised siloxane). Saat ini lensa yang terbuat dari bahan polimer memiliki
kekurangan yaitu tidak dapat dibuat dengan ukuran lebih dari 1 inchi, mudah meleleh
dan mudah terjadi degradasi apabila digunakan pada suhu tinggi (>100°C).5
Ada tiga sinar-sinar istimewa pada pembiasan lensa cembung, yaitu :
a. Sinar datang menuju lensa sejajar sumbu utama lensa akan dibiaskan melalui titik
fokus aktif F lensa
b. Sinar datang melalui titik fokus pasif F lensa akan dibiaskan sejajar sumbu utmam
lensa

4
A, Novi., Y, Lia., dan Sunaryono.2017. Eksplorasi Model Mental Siswa pada Materi Pembiasan. Jurnal Pros.
Seminar Pendidikan IPA Pascasarjana UM. Vol. 2. h. 232
5
M, Yenny., J, Andinnie., dan A, Juvitha. 2017. KARAKTERISASI SIFAT TERMAL DAN OPTIK
POLYDIMETHYLSILOXANE SEBAGAI LENSA INVERS. Jurnal Sains Materi indonesia. Vol. 18, No. 4. h. 156

5
c. Sinar datang menuju lensa melalui lensa melalui titik pusat optik lensa M dipantulkan
kembali seakan-akan datang dari titik pusat kelengkungan tersebut.
1 1 1
=𝑠 +𝑠
𝑓 0 𝑖
𝑠𝑖
[𝑀] = (6)
𝑠0
𝐻𝑖
[𝑀] = (7)
𝐻𝑜
1
𝑃 = 𝑓 (8)

Dengan:
So = jarak jarak benda (m)
Si = jarak bayangan (m)
Hi = tinggi bayangan
Ho = tinggi benda
f = jarak fokus (m)
M = perbesaran linier bayangan
P = kuat lensa (dioptri)6

D. Cara Kerja
Menentukan Jarak Fokus Lensa Positif
1. Mengukur tinggi anak panah yang digunakan sebagai benda.
2. Menyusun sistem optik berturut-turut sebaagai berikut:
a. Benta dengan lampu dibelakangnya
b. Lensa positif lemah (+), lensa positif kuat (++), dan
c. Layar
3. Mengambil jarak benda ke layar (L) lebih besar dari 1 meter. Dengan mengukur dan
mencatat jarak bendanya.
4. Memasang lensa positif (+) diantara benda dengan layar. Menggeser-geserkan lensa
hingga mendapat bayangan yang tegak dan jelas pada layar, kemudian mencatat
kedudukan lensanya dan mengukur tinggi bayangan pada layar.
5. Menggeserkan kembali kedudukan lensa hingga mendapatkan bayangan lain yang
jelas (dengan tanpa mengubah jarak benda dan layar).
6. Mengulangi langkah-langkah tersebut dengan L yang berbeda.

6
S, A, Aulia., dkk. 2017. Desain Prototype Sel Surya Terkonsentrasi Menggunakan Lensa Fresnel. Jurnal Online
Teknik Elektro. Vol.2 No.3. h. 3

6
7. Mengulangi langkah-langkah percobaan poin 4 untuk lensa positif kuat (++).

Menentukan Jarak Fokus Lensa Negatif

1. Membuat bayangan yang jelas dari benda O pada layar dengan pertolongan lensa
positif untuk menentukan jarak fokus lensa negatif. Kemudian meletakkan lensa
negatif diantara lensa positif dengan layar dan mengukur jarak dari lensa negatif ke
layar.
2. Menggeserkan layar sehingga membentuk bayangan baru yang jelas pada layar.
Mengukur kembali jarak lensa negatif ke layar.
3. Mengulangi langkah-langkah tersebut beberapa kali.

Menentukan jarak Fokus Lensa Bersusun

1. Merapatkan lensa positif kuat (++) dengan lensa positif lemah (+) serapat mungkin
dalam menentukan jarak fokus lensa bersusun. Menggunakan cara Bessel dalam
menentukan jarak fokus lensa bersusun tersebut.
2. Mengulanginya beberapa kali dengan L yang berubah-ubah.

Mengamati Cacat Bayangan

1. Menggunakan lensa positif kuat (++) dengan lampu pijar sebagai benda (tidak
menggunakan anak panah) dalam mengamati aberasi khormatik. Menggeser-
geserkan layar, mengamati serta mencatat keadaan bayangan dari tiap-tiap
kedudukan lensa.
2. Memasang diafragma didepan lampu pijar. Mengulangi langkah percobaan diatas
dan mencatat apa yang terjadi pada bayangan lampu.
3. Mengulangi percobaan diatas dengan diafragma yang berlainan.
4. Meletakkan lensa dengan posisi miring terhadap sumbu sistem benda dan layar
dalam mengamati astigmatisma, kemudian meletakkan kaca baur (benda) di depan
lampu.
5. Meletakkan diafragma di depan benda (kaca baur), dan menggeser-geserkan lagi
layar serta mencatat perubahan yang terjadi pada bayangan dari benda.

7
E. Pertanyaan Awal
1. Apa yang dimaksud dengan sinar paralaksial?
Jawab:
Sinar paraksila merupakan suatu pendekatan dalam menentukan panjang fous lensa
magnetik selenoid, dimana suatu berkas elektron di sekitar sumbu lensa di mana
vektor kecepatan elektron membentuk sudut yang sangat kecil terhadap sumbu
lensa.
2. Buktikan rumus (1) sampai dengan (4)!
Jawab:
1 1 1
= 𝑠 + 𝑠′
𝑓
1 𝑠+𝑠′
=
𝑓 𝑠.𝑠′

1 (𝑠+𝑠′ )2
= 𝑠.𝑠′ (𝑠+𝑠′ )
𝑓

1 𝑠2 +2𝑠𝑠′ +𝑠′𝑠′
=
𝑓 𝑠𝑠′ (𝑠+𝑠′ )
1 𝑠 2 𝑠′
= 𝑠′ (𝑠+𝑠′ ) + (𝑠+𝑠′ ) + 𝑠(𝑠+𝑠′ )
𝑓
1 1 2 𝑠′
= 𝑠′ + (𝑠+𝑠′ ) + 𝑠(𝑠+𝑠′ )
𝑓
𝑠(𝑠+𝑠′ )

1 1 2𝑚 𝑚2
= 𝑚𝑙 + 𝑚𝑙 + 𝑚𝑙
𝑓
1 𝑚𝑙
= (1+𝑚)2
𝑓

1 1 1
= 𝑠 + 𝑠′
𝑓
1 𝑚 1
= + 𝑠′
𝑓 𝑠′
1 𝑠′
= (𝑚+1)
𝑓

1 1
𝐿𝑒𝑛𝑠𝑎 1 = (𝑠−𝑠)2
𝑓
1 𝐿
𝐿𝑒𝑛𝑠𝑎 2 = (𝑒−𝑒 2−2𝑒)+(𝑠−𝑠′ )
𝑓

𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎
𝐿 𝐿
= (𝑒−𝑒 2−2𝑒)+(𝑠−𝑠′ )
(𝑠−𝑠′ )
𝐿−𝑒
𝑠= dengan 𝑠 ′ = 𝐿 − 𝑠
2

8
𝐿−𝑒
𝑠′ = 𝐿 − 2
1+𝑒 1 1 1
𝑠′ = sehingga deprolehlah 𝑓 = 𝑠 + 𝑠′
2

Sehingga jika ada dua lensa tipis dengan fokus f1 dan f2 maka perhitungan akan
mengasumsi bahwa lensa yang digunakan adalah lensa dengan fokus gabungan oleh
karena itu
1 1 1
= 𝑓1 + 𝑓2
𝑓𝑔𝑎𝑏

3. Dari rumus Bessel (2), bagaimana L dapat dipilih agar dapat terjadi 2 bayangan yang
diperbesar dan diperkecil pada layar?
Jawab:
𝑠
Dari rumus Bessel, dapat kita ketahui bahwa 𝑀 = 𝑠′ yang dalam hal ini dapat
𝑠1
diterapkan sebagai 𝑀 = 𝑠2 sedangkan s₁ = L - s₁ dengan kata ;ain kita mendapatkan
𝐿−𝑠1
bahwa 𝑀 = . Untuk mendapatkan bayangan diperbesar,L(jarak antara benda
𝑠1

dengan layar)harus semakin menjauhi layar dan untuk mendapatkan bayangan


diperkecil ,L harus didekatkan ke layar.
4. Mengapa untuk menentukan jarak fokus lensa negatif harus menggunakan bantuan
lensa positif?
Jawab:
karena lensa negatif akan memeberikan bayangan semu pada benda riil yang berarti
tak diperoleh gambarnya pada layar.untuk mengatasinya kita perlu menempatkan
pada lensa negatif itu sebuah lensa positif pada jarak fokusnya telah diketahui.
5. Apakah yang dimaksud dengan aberasi khromatis?
Jawab:
Aberasi yang terbentuk rumbai-rumbai berwarna karena pembiasan tiap warna
cahaya oleh lensa yang berbeda,hal ini disebabkan karena perbedaan jarak fokus tiap
warnanya.
6. Apakah yang disebut dengan astigmatisma?
Jawab:
Astigmatisma merupakan kelainan pembentukan bayangan dari suatu titik yang jauh
dari sumbu utama .Yang disebabkan oleh garis-garis horizontal dan vertikal
dikumpulkan pada jarak yang berbeda.

9
F. Data Pengamatan

Menentukan Jarak Fokus Lensa Positif

1. O = 1 cm

L = 50 cm

Lensa F +50

𝐿 = 50 𝑐𝑚
𝑂 = 1 𝑐𝑚
O’ (cm) S (cm) S’ (cm)
7,5 5,4 40,6
7,5 5,5 40,5
7,5 5,5 40,5
7,5 5,5 40,5
7,5 5,4 40,6

𝐿 = 60 𝑐𝑚
𝑂 = 1 𝑐𝑚
O1 (cm) S (cm) S1 (cm)
9,5 5,5 50,5
9,5 5,3 50,7
9,5 5,2 50,8
9,5 5,5 50,5
9,5 5,5 50,5

𝐿 = 70 𝑐𝑚
𝑂 = 1 𝑐𝑚
O1 (cm) S (cm) S1 (cm)
11,5 5,4 60,6
11,5 5,4 60,6
11,5 5,3 60,7

10
11,5 5,4 60,6
11,5 5,3 60,7

Menentukan Jarak Fokus Lensa Negatif

𝑂 = 7,5 𝑐𝑚
O1 (cm) S (cm) S1 (cm)
4 30,5 10,5
4 30,5 10,5
4 30,5 10,5
4 30,4 10,4
4 30,5 10,5

Menentukan Jarak fokus Lensa Bersusun

Lensa 1 F +100
Lensa 2 F +100
𝑂 = 1 𝑐𝑚
𝐿 = 50 𝑐𝑚
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑛𝑠𝑎 = 0 𝑐𝑚
O1 (cm) S (cm) S1 (cm)
7,5 5,4 60,6
7,5 5,4 60,6
7,5 5,4 60,6
7,5 5,4 60,6
7,5 5,3 60,7

Lensa 1 F +100
Lensa 2 F +100
𝑂 = 1 𝑐𝑚
𝐿 = 60 𝑐𝑚
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑛𝑠𝑎 = 0 𝑐𝑚

11
O1 (cm) S (cm) S1 (cm)
9,5 5,5 50,5
5,5 50,5
5,5 50,5
5,5 50,5
5,4 50,6

Mengamati Cacat Bayangan


1. Abrasi Kromatik
Hasil pengamatan: semakin dekat layar dengan lensa positifnya, terlihat cahaya yang
menembusnya semakin mencolok pada titik pusat (tengah). Ketika layar semakin
jauh dengan lensa, terlihat cahaya yang menembus semakin membaur.

2. Dipasang Diafragma didepan Lmapu Pijar


Hasil Pengamatan: semakin dekat layar dengan lensa positifnya, bayangan
dihasilkan hanya terlihat pada posisi pusat cahaya saja (tengah). Dengan keadaan
dimana bayangan pada bagian tengah terlihat melengkung.

3. Astigmatisma
Dengan memiringkan lensa

4. Meletakkan Kaca Baur didepan Lampu Pijar


Hasil pengamatan: Bayangan yang dihasilkan merata pada setiap celah yang terdapat
pada diafragma yang terpasang didepan lampu pijarnya, tidak terdapat lengkungan
pada tengahnya.

5. Meletakkan Kaca Baur didepan Benda (Diafragma)


Hasil Pengamatan: Bayangan yang dihasilkan, semakin merata daripada percobaan
sebelumnya.

G. Pengolahan Data
1. Data Tunggal
a. Nilai O

12
O = 1 cm
1 ∆𝑂
∆𝑂 = × 𝑛𝑠𝑡 𝐾𝑠𝑟 = × 100%
2 𝑂
1 0,05
∆𝑂 = × 0,1 𝐾𝑠𝑟 = × 100%
2 1
∆0 = 0,05 𝑐𝑚 𝐾𝑠𝑟 = 5% (3 𝐴𝑃)

𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝑂 = (𝑂 ± ∆𝑂)𝑐𝑚
𝑶 = (𝟏, 𝟎𝟎 ± 𝟎, 𝟎𝟓𝟎𝟎)𝒄𝒎

O = 7,5 cm
1 ∆𝑂
∆𝑂 = × 𝑛𝑠𝑡 𝐾𝑠𝑟 = × 100%
2 𝑂
1 0,05
∆𝑂 = × 0,1 𝐾𝑠𝑟 = × 100%
2 7,5
∆0 = 0,05 𝑐𝑚 𝐾𝑠𝑟 = 0,667% (4 𝐴𝑃)

𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝑂 = (𝑂 ± ∆𝑂)𝑐𝑚
𝑶 = (𝟕, 𝟓𝟎𝟎 ± 𝟎, 𝟎𝟓𝟎𝟎𝟎)𝒄𝒎

b. Nilai L

L = 40 cm
1 ∆𝐿
∆𝐿 = × 𝑛𝑠𝑡 𝐾𝑠𝑟 = × 100%
2 𝐿
1 0,05
∆𝐿 = × 0,1 𝐾𝑠𝑟 = × 100%
2 40
∆𝐿 = 0,05 𝑐𝑚 𝐾𝑠𝑟 = 0,125% (4 𝐴𝑃)

𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝐿 = (𝐿 ± ∆𝐿)𝑐𝑚
𝑳 = (𝟒𝟎, 𝟎𝟎 ± 𝟎, 𝟎𝟓𝟎𝟎𝟎)𝒄𝒎

L = 50 cm

13
1 ∆𝐿
∆𝐿 = × 𝑛𝑠𝑡 𝐾𝑠𝑟 = × 100%
2 𝐿
1 0,05
∆𝐿 = × 0,1 𝐾𝑠𝑟 = × 100%
2 50
∆𝐿 = 0,05 𝑐𝑚 𝐾𝑠𝑟 = 0,1% (4 𝐴𝑃)

𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝐿 = (𝐿 ± ∆𝐿)𝑐𝑚
𝑳 = (𝟓𝟎, 𝟎𝟎 ± 𝟎, 𝟎𝟓𝟎𝟎𝟎)𝒄𝒎

L = 60 cm
1 ∆𝐿
∆𝐿 = × 𝑛𝑠𝑡 𝐾𝑠𝑟 = × 100%
2 𝐿
1 0,05
∆𝐿 = × 0,1 𝐾𝑠𝑟 = × 100%
2 50
∆𝐿 = 0,05 𝑐𝑚 𝐾𝑠𝑟 = 0,083% (4 𝐴𝑃)

𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝐿 = (𝐿 ± ∆𝐿)𝑐𝑚
𝑳 = (𝟔𝟎, 𝟎𝟎 ± 𝟎, 𝟎𝟓𝟎𝟎𝟎)𝒄𝒎

L = 70 cm
1 ∆𝐿
∆𝐿 = × 𝑛𝑠𝑡 𝐾𝑠𝑟 = × 100%
2 𝐿
1 0,05
∆𝐿 = × 0,1 𝐾𝑠𝑟 = × 100%
2 70
∆𝐿 = 0,05 𝑐𝑚 𝐾𝑠𝑟 = 0,071% (4 𝐴𝑃)

𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝐿 = (𝐿 ± ∆𝐿)𝑐𝑚
𝑳 = (𝟕𝟎, 𝟎𝟎 ± 𝟎, 𝟎𝟓𝟎𝟎𝟎)𝒄𝒎

2. Data Majemuk
a. Menentukan Jarak Lensa Positif
Lensa F +50

L = 50 cm

14
Percobaan
𝑺 (𝒄𝒎) 𝑺𝟐 𝑺′(𝒄𝒎) 𝑺′𝟐 𝑶′(𝒄𝒎) 𝑶′𝟐
ke-

1 5,4 29,16 40,6 1648,36 7,5 56,25

2 5,5 30,25 40,5 1640,25 7,5 56,25

3 5,5 30,25 40,5 1640,25 7,5 56,25

4 5,5 30,25 40,5 1640,25 7,5 56,25

5 5,4 29,16 40,6 1648,36 7,5 56,25

∑ 𝟐𝟕, 𝟑 𝟏𝟒𝟗, 𝟎𝟕 𝟐𝟎𝟐, 𝟕 𝟖𝟐𝟏𝟕, 𝟒𝟕 𝟑𝟕, 𝟓 𝟐𝟖𝟏, 𝟐𝟓

∑ 𝑆 27,3 ∆𝑆
𝑆= = = 5,46 𝑐𝑚 𝐾𝑆𝑅 = × 100%
𝑛 5 𝑆
0,0245
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
5,46
1 𝑛(∑ 𝑆 2 ) − (∑ 𝑆)2 𝐾𝑆𝑅 = 0,449% (𝟒 𝑨𝑷)
∆𝑆 = √
𝑛 𝑛−1

1 5(149,07) − (27,3)2
∆𝑆 = √
5 5−1

1 745,35 − 745,29
∆𝑆 = √
5 4
1
∆𝑆 = √0,015
5
∆𝑆 = 0,0245 𝑐𝑚
(𝑺 ± ∆𝑺) = (𝟓, 𝟒𝟔𝟎 ± 𝟎, 𝟎𝟐𝟒𝟓𝟎) 𝒄𝒎

∑ 𝑆 ′ 202,7 ∆𝑆 ′
𝑆′ = = = 40,54 𝑐𝑚, 𝐾𝑆𝑅 = × 100%
𝑛 5 𝑆′
0,0245
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
40,54
2
1 𝑛(∑ 𝑆 ′ ) − (∑ 𝑆 ′ )2 𝐾𝑆𝑅 = 0,0604% (𝟒 𝑨𝑷)
∆𝑆 = √

𝑛 𝑛−1

15
1 5(8217,47) − (202,7)2
∆𝑆 ′ = √
5 5−1

1 41087,35 − 41087,29
∆𝑆 ′ = √
5 4
1
∆𝑆 ′ = √0,015
5
∆𝑆 ′ = 0,0245 𝑐𝑚
(𝑺′ ± ∆𝑺′) = (𝟒𝟎, 𝟓𝟒 ± 𝟎, 𝟎𝟐𝟒𝟓𝟎) 𝒄𝒎

∑ 𝑂′ 37,5 ∆𝑂′
𝑂′ = = = 7,5 𝑐𝑚 𝐾𝑆𝑅 = ′ × 100%
𝑛 5 𝑂
0
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
7,5
2

1 √𝑛(∑ 𝑂′ ) − (∑ 𝑂′ )2 𝐾𝑆𝑅 = 0 % ( 𝟒 𝑨𝑷)
∆𝑂 =
𝑛 𝑛−1


1 5(281,25) − (37,5)2
∆𝑂 = √
5 5−1

1 1406,25 − 1406,25
∆𝑂′ = √
5 4
1
∆𝑂′ = √0
5
∆𝑂′ = 0 𝑐𝑚
(𝑶′ ± ∆𝑶′) = (𝟕, 𝟓𝟎𝟎 ± 𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟎) 𝒄𝒎

L = 60 cm
Percobaan
S (cm) 𝑺𝟐 S'(cm) 𝑺′𝟐 O'(cm) 𝑶′𝟐
ke-

1 5,5 30,25 50,5 2550,25 9,5 90,25

2 5,3 28,09 50,7 2570,49 9,5 90,25

3 5,2 27,04 50,8 2580,64 9,5 90,25

16
4 5,5 30,25 50,5 2550,25 9,5 90,25

5 5,5 30,25 50,5 2550,25 9,5 90,25

∑ 𝟐𝟕 𝟏𝟒𝟓, 𝟖𝟖 𝟐𝟓𝟑 𝟏𝟐𝟖𝟎𝟏, 𝟖𝟖 𝟒𝟕, 𝟓 𝟒𝟓𝟏, 𝟐𝟓

∑ 𝑆 27 ∆𝑆
𝑆= = = 5,4 𝑐𝑚 𝐾𝑆𝑅 = × 100%
𝑛 5 𝑆
0,0632
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
5,4
1 𝑛(∑ 𝑆 2 ) − (∑ 𝑆)2 𝐾𝑆𝑅 = 1,170% (𝟑 𝑨𝑷)
∆𝑆 = √
𝑛 𝑛−1

1 5(145,88) − (27)2
∆𝑆 = √
5 5−1

1 729,4 − 729
∆𝑆 = √
5 4
1
∆𝑆 = √0,1
5
∆𝑆 = 0,0632 𝑐𝑚
(𝑺 ± ∆𝑺) = (𝟓, 𝟒𝟎 ± 𝟎, 𝟎𝟔𝟑𝟐) 𝒄𝒎

∑ 𝑆 ′ 253 ∆𝑆 ′
𝑆′ = = = 50,6 𝑐𝑚, 𝐾𝑆𝑅 = ′ × 100%
𝑛 5 𝑆
0,0632
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
50,6
2
1 𝑛(∑ 𝑆 ′ ) − (∑ 𝑆 ′ )2 𝐾𝑆𝑅 = 0,1249% (𝟒 𝑨𝑷)
∆𝑆 = √

𝑛 𝑛−1

1 5(12801,88) − (253)2
∆𝑆 ′ = √
5 5−1

1 64009,4 − 64009
∆𝑆 ′ = √
5 4
1
∆𝑆 ′ = √0,1
5
∆𝑆 ′ = 0,0632𝑐𝑚
(𝑺′ ± ∆𝑺′) = (𝟓𝟎, 𝟔 ± 𝟎, 𝟎𝟔𝟑𝟐𝟎) 𝒄𝒎

17
∑ 𝑂′ 47,5 ∆𝑂′
𝑂′ = = = 9,5 𝑐𝑚 𝐾𝑆𝑅 = ′ × 100%
𝑛 5 𝑂
9,5
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
0
2

1 √𝑛(∑ 𝑂′ ) − (∑ 𝑂′ )2 𝐾𝑆𝑅 = 0% (𝟒 𝑨𝑷)
∆𝑂 =
𝑛 𝑛−1


1 5(451,25) − (47,5)2
∆𝑂 = √
5 5−1

1 2256,25 − 2256,25
∆𝑂′ = √
5 4
1
∆𝑂′ = √0
5
∆𝑂′ = 0 𝑐𝑚
(𝑶′ ± ∆𝑶′) = (𝟗, 𝟓𝟎𝟎 ± 𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟎) 𝒄𝒎

L = 70 cm
Percobaan
S (cm) S^2 S'(cm) S'^2 O'(cm) O'^2
ke-

1 5,4 29,16 60,6 3672,36 11,5 132,25

2 5,4 29,16 60,6 3672,36 11,5 132,25

3 5,3 28,09 60,7 3684,49 11,5 132,25

4 5,4 29,16 60,6 3672,36 11,5 132,25

5 5,3 28,09 60,7 3684,49 11,5 132,25

∑ 26,8 143,66 303,2 18386,06 57,5 661,25

∑ 𝑆 26,8 ∆𝑆
𝑆= = = 5,36 𝑐𝑚 𝐾𝑆𝑅 = × 100%
𝑛 5 𝑆
0,0245
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
5,36
𝐾𝑆𝑅 = % ( 𝑨𝑷)

18
1 𝑛(∑ 𝑆 2 ) − (∑ 𝑆)2
∆𝑆 = √
𝑛 𝑛−1

1 5(143,66) − (26,8)2
∆𝑆 = √
5 5−1

1 718,3 − 718,24
∆𝑆 = √
5 4
1
∆𝑆 = √0,015
5
∆𝑆 = 0,0245 𝑐𝑚
(𝑺 ± ∆𝑺) = (𝟓, 𝟑𝟔𝟎 ± 𝟎, 𝟎𝟐𝟒𝟓𝟎) 𝒄𝒎

∑ 𝑆 ′ 303,2 ∆𝑆 ′
𝑆′ = = = 60,64 𝑐𝑚 𝐾𝑆𝑅 = × 100%
𝑛 5 𝑆′
0,0245
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
60,64
2

1 √𝑛(∑ 𝑆 ′ ) − (∑ 𝑆 ′ )2 𝐾𝑆𝑅 = 0,04189% (𝟒 𝑨𝑷)
∆𝑆 =
𝑛 𝑛−1


1 5(18386,06) − (303,2)2
∆𝑆 = √
5 5−1

1 91930,3 − 91930,24
∆𝑆 ′ = √
5 4
1
∆𝑆 ′ = √0,015
5
∆𝑆 ′ = 0,0245 𝑐𝑚
(𝑺′ ± ∆𝑺′) = (𝟔𝟎, 𝟔𝟒 ± 𝟎, 𝟎𝟐𝟒𝟓𝟎) 𝒄𝒎

∑ 𝑂′ 57,5 ∆𝑂′
𝑂′ = = = 11,5 𝑐𝑚 𝐾𝑆𝑅 = ′ × 100%
𝑛 5 𝑂
0
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
11,5
2
1 𝑛(∑ 𝑂′ ) − (∑ 𝑂′ )2 𝐾𝑆𝑅 = 0% (𝟒 𝑨𝑷)
∆𝑂 = √

𝑛 𝑛−1

1 5(661,25) − (57,5)2
∆𝑂′ = √
5 5−1

19
1 3306,25 − 3306,25
∆𝑂′ = √
5 4
1
∆𝑂′ = √0
5
∆𝑂′ = 0 𝑐𝑚
(𝑶′ ± ∆𝑶′) = (𝟏𝟏, 𝟓𝟎 ± 𝟎) 𝒄𝒎

b. Menentukan Jarak Lensa Negatif

𝑳 = 𝟒𝟎 𝒄𝒎
O = 7,5 cm
Percobaan
𝑺 (𝒄𝒎) 𝑺𝟐 𝑺′(𝒄𝒎) 𝑺′𝟐 𝑶′(𝒄𝒎) 𝑶′𝟐
ke-

1 30,5 930,25 10,5 110,25 4 16

2 30,5 930,25 10,5 110,25 4 16

3 30,5 930,25 10,5 110,25 4 16

4 30,4 924,16 10,4 108,16 4 16

5 30,5 930,25 10,5 110,25 4 16

∑ 𝟏𝟓𝟐, 𝟒 𝟒𝟔𝟒𝟓, 𝟏𝟔 𝟓𝟐, 𝟒 𝟓𝟒𝟗, 𝟏𝟔 𝟐𝟎 𝟖𝟎

∑ 𝑆 152,4 ∆𝑆
𝑆= = = 30,48 𝑐𝑚 𝐾𝑆𝑅 = × 100%
𝑛 5 𝑆
0,02
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
30,48
1 𝑛(∑ 𝑆 2 ) − (∑ 𝑆)2 𝐾𝑆𝑅 = 0,06562% (𝟒 𝑨𝑷)
∆𝑆 = √
𝑛 𝑛−1

1 5(4645,16) − (152,4)2
∆𝑆 = √
5 5−1

20
1 23225,8 − 23225,76
∆𝑆 = √
5 4
1
∆𝑆 = √0,01
5
∆𝑆 = 0,02 𝑐𝑚
(𝑺 ± ∆𝑺) = (𝟑𝟎, 𝟒𝟖 ± 𝟎, 𝟎𝟐𝟎𝟎𝟎) 𝒄𝒎


∑ 𝑆 ′ 52,4 ∆𝑆 ′
𝑆 = = = 10,48 𝑐𝑚, 𝐾𝑆𝑅 = ′ × 100%
𝑛 5 𝑆
0,02
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
10,48
2
1 𝑛(∑ 𝑆 ′ ) − (∑ 𝑆 ′ )2 𝐾𝑆𝑅 = 0,1908% ( 𝑨𝑷)
∆𝑆 = √

𝑛 𝑛−1

1 5(549,16) − (52,4)2
∆𝑆 ′ = √
5 5−1

1 2745,8 − 2745,76
∆𝑆 ′ = √
5 4
1
∆𝑆 ′ = √0,01
5
∆𝑆 ′ = 0,02 𝑐𝑚
(𝑺′ ± ∆𝑺′) = (𝟏𝟎, 𝟒𝟖 ± 𝟎, 𝟎𝟐𝟎𝟎𝟎) 𝒄𝒎

𝑂′ =
∑ 𝑂′
=
20
= 4 𝑐𝑚 ∆𝑂′
𝑛 5 𝐾𝑆𝑅 = ′ × 100%
𝑂
0
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
2 4
1 𝑛(∑ 𝑂′ ) − (∑ 𝑂′ )2
∆𝑂 = √′
𝐾𝑆𝑅 = 0% ( 𝑨𝑷)
𝑛 𝑛−1

1 5(80) − (20)2
∆𝑂′ = √
5 5−1

1 400 − 400
∆𝑂′ = √
5 4
1
∆𝑂′ = √0
5
∆𝑂′ = 0𝑐𝑚
(𝑶′ ± ∆𝑶′) = (𝟒, 𝟎𝟎𝟎 ± 𝟎) 𝒄𝒎

21
c. Menentukan Jarak Lensa Bersusun
Lensa 1 F +100 dan Lensa 2 F +100

L = 50 cm
Percobaan
𝑺 (𝒄𝒎) 𝑺𝟐 𝑺′(𝒄𝒎) 𝑺′𝟐 𝑶′(𝒄𝒎) 𝑶′𝟐
ke-

1 5,4 29,16 60,6 3672,36 7,5 56,25

2 5,4 29,16 60,6 3672,36 7,5 56,25

3 5,4 29,16 60,6 3672,36 7,5 56,25

4 5,4 29,16 60,6 3672,36 7,5 56,25

5 5,3 28,09 60,7 3684,49 7,5 56,25

∑ 𝟐𝟔, 𝟗 𝟏𝟒𝟒, 𝟕𝟑 𝟑𝟎𝟑, 𝟏 𝟏𝟖𝟑𝟕𝟑, 𝟗𝟑 𝟑𝟕, 𝟓 𝟐𝟖𝟏, 𝟐𝟓

∑ 𝑆 26,9 ∆𝑆
𝑆= = = 5,38 𝑐𝑚 𝐾𝑆𝑅 = × 100%
𝑛 5 𝑆
0,02
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
5,38
1 𝑛(∑ 𝑆 2 ) − (∑ 𝑆)2 𝐾𝑆𝑅 = 0,3717% ( 𝟒 𝑨𝑷)
∆𝑆 = √
𝑛 𝑛−1

1 5(144,73) − (26,9)2
∆𝑆 = √
5 5−1

1 723,65 − 723,61
∆𝑆 = √
5 4
1
∆𝑆 = √0,01
5
∆𝑆 = 0,02 𝑐𝑚
(𝑺 ± ∆𝑺) = (𝟓, 𝟑𝟖𝟎 ± 𝟎, 𝟎𝟐𝟎𝟎𝟎) 𝒄𝒎
∑ 𝑆 ′ 303,1 ∆𝑆 ′
𝑆′ = = = 60,62 𝑐𝑚, 𝐾𝑆𝑅 = × 100%
𝑛 5 𝑆′

22
0,02
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
60,61
2
1 𝑛(∑ 𝑆 ′ ) − (∑ 𝑆 ′ )2 𝐾𝑆𝑅 = 0,03299% ( 𝟒 𝑨𝑷)
∆𝑆 = √′
𝑛 𝑛−1

1 5(18373,93) − (303,1)2
∆𝑆 ′ = √
5 5−1

1 91869,65 − 91869,61
∆𝑆 ′ = √
5 4
1
∆𝑆 ′ = √0,01
5
∆𝑆 ′ = 0,02 𝑐𝑚
(𝑺′ ± ∆𝑺′) = (𝟔𝟎, 𝟔𝟐 ± 𝟎, 𝟎𝟐𝟎𝟎𝟎) 𝒄𝒎

𝑂′ =
∑ 𝑂′
=
37,5
= 7,5 𝑐𝑚 ∆𝑂′
𝑛 5 𝐾𝑆𝑅 = ′ × 100%
𝑂
0
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
2 7,5
1 𝑛(∑ 𝑂′ ) − (∑ 𝑂′ )2
∆𝑂 = √ ′
𝐾𝑆𝑅 = 0% (𝟒 𝑨𝑷)
𝑛 𝑛−1

1 5(281,25) − (37,5)2
∆𝑂′ = √
5 5−1

1 1406,25 − 1406,25
∆𝑂′ = √
5 4
1
∆𝑂′ = √0
5
∆𝑂′ = 0 𝑐𝑚
(𝑶′ ± ∆𝑶′) = (𝟕, 𝟓𝟎𝟎 ± 𝟎) 𝒄𝒎

L = 60 cm
Percobaan
𝑺 (𝒄𝒎) 𝑺𝟐 𝑺′(𝒄𝒎) 𝑺′𝟐 𝑶′(𝒄𝒎) 𝑶′𝟐
ke-

1 5,5 30,25 50,5 2550,25 9,5 90,25

2 5,5 30,25 50,5 2550,25 9,5 90,25

23
3 5,5 30,25 50,5 2550,25 9,5 90,25

4 5,5 30,25 50,5 2550,25 9,5 90,25

5 5,4 29,16 50,6 2560,36 9,5 90,25

∑ 𝟐𝟕, 𝟒 𝟏𝟓𝟎, 𝟏𝟔 𝟐𝟓𝟐, 𝟔 𝟏𝟐𝟕𝟔𝟏, 𝟑𝟔 𝟒𝟕, 𝟓 𝟒𝟓𝟏, 𝟐𝟓

∑ 𝑆 27,4 ∆𝑆
𝑆= = = 5,48 𝑐𝑚 𝐾𝑆𝑅 = × 100%
𝑛 5 𝑆
0,02
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
5,48
1 𝑛(∑ 𝑆 2 ) − (∑ 𝑆)2 𝐾𝑆𝑅 = 0,3496% ( 𝟒 𝑨𝑷)
∆𝑆 = √
𝑛 𝑛−1

1 5(150,16) − (27.4)2
∆𝑆 = √
5 5−1

1 750,8 − 750,76
∆𝑆 = √
5 4
1
∆𝑆 = √0,01
5
∆𝑆 = 0,02𝑐𝑚
(𝑺 ± ∆𝑺) = (𝟓, 𝟒𝟖𝟎 ± 𝟎, 𝟎𝟐𝟎𝟎𝟎) 𝒄𝒎
∑ 𝑆 ′ 252,6 ∆𝑆 ′
𝑆′ = = = 50,52 𝑐𝑚, 𝐾𝑆𝑅 = ′ × 100%
𝑛 5 𝑆
0,02
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
50,52
2
1 √𝑛(∑ 𝑆 ′ ) − (∑ 𝑆 ′ )2 𝐾𝑆𝑅 = 0,03959% (𝟒 𝑨𝑷)
∆𝑆 ′ =
𝑛 𝑛−1


1 5(12761,36) − (252,6)2
∆𝑆 = √
5 5−1

1 63806,8 − 63806,76
∆𝑆 ′ = √
5 4
1
∆𝑆 ′ = √0,01
5
∆𝑆 ′ = 0,02𝑐𝑚

24
(𝑺′ ± ∆𝑺′) = (𝟓𝟎, 𝟓𝟐 ± 𝟎, 𝟎𝟐𝟎𝟎𝟎) 𝒄𝒎

𝑂′ =
∑ 𝑂′
=
47,5
= 9,5 𝑐𝑚 ∆𝑂′
𝑛 5 𝐾𝑆𝑅 = × 100%
𝑂′
0
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
2 9,5
1 𝑛(∑ 𝑂′ ) − (∑ 𝑂′ )2
∆𝑂 = √′
𝐾𝑆𝑅 = 0% (𝟒 𝑨𝑷)
𝑛 𝑛−1

1 5(451,25) − (47,5)
∆𝑂′ = √
5 5−1

1 2256,25 − 2256,25
∆𝑂′ = √
5 4
1
∆𝑂′ = √0
5
∆𝑂′ = 0 𝑐𝑚
(𝑶′ ± ∆𝑶′) = (𝟗, 𝟓𝟎𝟎 ± 𝟎) 𝒄𝒎

H. Perhitungan
1. Menentukan Jarak Fokus Lensa Positif menggunakan Persamaan 2
𝐿 = 50 𝑐𝑚
𝐿2 −𝑟 2 𝐿2 −(𝑆 ′ −𝑆)
2
𝑓= 𝑓=
4𝐿 4𝐿

𝑟 =𝑆 −𝑆 (50)2 −(40,54−5,460)2
𝑓= 4(50)
𝐿2 −(𝑆 ′ −𝑆)2
𝑓= 2500−1230,606
4𝐿
𝑓= 200

𝑓 = 6,347 𝑐𝑚

𝜕𝑓 2 2 2 𝜕𝑓 2
∆𝑓 = √( ) (∆L)2 + (3∆r) ( )
∂L 𝜕𝑟

2 2
2𝐿 − 𝑟 2 2 𝐿2 − 2𝑟
2 + (2∆r) (
∆𝑓 = √(− ) (∆L) )
4𝐿2 3 4𝐿

(2(50))−(40,54−5,460)2 2 2 (50)2 −(2(40,54−5,460) 2


∆𝑓 = √(− ) (0,05)2 + (23(0,05)) ( )
4(50)2 4(50)

∆𝑓 = √(0,01278)(0,0025) + (0,001111)(147,603)

25
∆𝑓 = √0,00003195 + 0,16986933

∆𝑓 = √0,1699
∆𝑓 = 0,4122 𝑐𝑚

∆𝑓
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
𝑓

0,4122 𝒇 = (𝒇 ± ∆𝒇)
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
6,347 𝒇 = (𝟔, 𝟑𝟓 ± 𝟎, 𝟒𝟏𝟐) 𝒄𝒎

𝐾𝑆𝑅 = 6,4944% (𝟑 𝑨𝑷)

𝐿 = 60 𝑐𝑚
𝐿2 −𝑟 2 𝐿2 −(𝑆 ′ −𝑆)
2
𝑓= 𝑓=
4𝐿 4𝐿

𝑟 =𝑆 −𝑆 (60)2 −(50,6−5,4)2
𝑓= 4(60)
𝐿2 −(𝑆 ′ −𝑆)2
𝑓= 3600−2043,04
4𝐿
𝑓= 240

𝑓 = 6,4873 𝑐𝑚

𝜕𝑓 2 2 2 𝜕𝑓 2
√ 2
∆𝑓 = ( ) (∆L) + (3∆r) ( )
∂L 𝜕𝑟

2 2
2𝐿 − 𝑟 2 2 𝐿2 − 2𝑟
2 + (2∆r) (
∆𝑓 = √(− ) (∆L) )
4𝐿2 3 4𝐿

2 2
(2(60)) − (50,6 − 5,4)2 2 (60)2 − (2(50,6 − 5,4))
2 + (2(0,05)) (
∆𝑓 = √(− ) (0,05) )
4(60)2 3 4(60)

∆𝑓 = √(0,01783)(0,0025) + (0,001111)(213,8419)

∆𝑓 = √0,000044575 + 0,237578351

∆𝑓 = √0,23762
∆𝑓 = 0,5255 𝑐𝑚

∆𝑓 𝒇 = (𝒇 ± ∆𝒇)
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
𝑓 𝒇 = (𝟔, 𝟒𝟗 ± 𝟎, 𝟓𝟐𝟓) 𝒄𝒎

26
0,5255
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
6,4873

𝐾𝑆𝑅 = 8,1004% (𝟑 𝑨𝑷)

𝐿 = 70 𝑐𝑚
𝐿2 −𝑟 2 𝐿2 −(𝑆 ′ −𝑆)
2
𝑓= 𝑓=
4𝐿 4𝐿

𝑟 =𝑆 −𝑆 (70)2 −(60,64−5,36)2
𝑓= 4(70)
𝐿2 −(𝑆 ′ −𝑆)2
𝑓= 4900−3055,8784
4𝐿
𝑓= 280

𝑓 = 6,5861 𝑐𝑚

𝜕𝑓 2 2 2 𝜕𝑓 2
∆𝑓 = √( ) (∆L)2 + (3∆r) ( )
∂L 𝜕𝑟

2 2
2𝐿 − 𝑟 2 2 𝐿2 − 2𝑟
2 + (2∆r) (
∆𝑓 = √(− ) (∆L) )
4𝐿2 3 4𝐿

2 2
(2(70)) − (60,64 − 5,36)2 2 2 (70)2 − (2(60,64 − 5,36))
∆𝑓 = √(− 2
) (0,05)2 + (3(0,05)) ( )
4(70) 4(70)

∆𝑓 = √(0,0243)(0,0025) + (0,001111)(292,5859)

∆𝑓 = √0,00006075 + 0,32506

∆𝑓 = √0,32512
∆𝑓 = 0,5702

∆𝑓
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
𝑓

0,5702 𝒇 = (𝒇 ± ∆𝒇)
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
6,5861 𝒇 = (𝟔, 𝟓𝟗 ± 𝟎, 𝟓𝟕𝟎) 𝒄𝒎

𝐾𝑆𝑅 = 8,6576% (𝟑 𝑨𝑷)

2. Menentukan Jarak Lensa Positif Menggunakan Persamaan 1


𝐿 = 50 𝑐𝑚

27
𝑆′
Menggunakan 𝑆

𝑆′
𝑓= 𝑆′
1+ 𝑆

40,54
𝑓= 40,54
1+ 5,46

40,54
𝑓=
ℎ = 𝑂 = 1 𝑐𝑚 8,4249
ℎ’ = 𝑂’ 𝑓 = 4,8119 𝑐𝑚
∆ℎ = ∆𝑂 = 0,05 𝑂′
Menggunakan
𝑂
∆ℎ′ = ∆𝑂′
𝑆′
𝑓= 𝑂′
1+ 𝑂

40,54
𝑓= 7,5
1+ 1

40,54
𝑓=
8,5
𝑓 = 4,7694 𝑐𝑚

𝜕𝑓 2 𝜕𝑓 2 2 2
𝜕𝑓 2
∆𝑓 = √( ) (∆𝑆 ′ )2 + ( ) ( ∆ℎ) + ( ′ ) (∆ℎ′)2
𝜕𝑆′ 𝜕ℎ 3 𝜕ℎ

2
ℎ −𝑠 ′ 2
2 2
−𝑠 ′ . ℎ 2

∆𝑓 = ( ′ 2
) (∆𝑠 ) + ( ) ( ∆ℎ) + ( ) (∆ℎ′ )2
ℎ + ℎ′ (ℎ + ℎ′ )2 3 (ℎ + ℎ′ )2

1 2
−40,54 2 2 2
(−40,54) (1) 2
∆𝑓 = √( ) (0,0245)2 + ( ) ( (0,05)) + ( ) (0)2
1 + 7,5 (1 + 7,5)2 3 (1 + 7,5)2

∆𝑓 = √(0,01384)(0,0006) + (0,3148)(0,001111) + (0,3148)(0)

∆𝑓 = √0,000008304 + 0,0003497428

∆𝑓 = √0,0003580
∆𝑓 = 0,01892 𝑐𝑚
𝑆′
Menggunakan 𝑆
∆𝑓
𝐾𝑆𝑅 = × 100% 𝒇 = (𝒇 ± ∆𝒇)
𝑓
0,01892 𝒇 = (𝟒, 𝟖𝟏𝟐 ± 𝟎, 𝟎𝟏𝟖𝟗𝟐) 𝒄𝒎
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
4,8119

𝐾𝑆𝑅 = 0,3932% (𝟒 𝑨𝑷)

28
𝑂′
Menggunakan 𝑂
∆𝑓
𝐾𝑆𝑅 = × 100% 𝒇 = (𝒇 ± ∆𝒇)
𝑓
0,01892 𝒇 = (𝟒, 𝟕𝟔𝟗 ± 𝟎, 𝟎𝟏𝟖𝟗𝟐) 𝒄𝒎
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
4,7694

𝐾𝑆𝑅 = 0,3967% (𝟒 𝑨𝑷)

𝐿 = 60 𝑐𝑚
𝑆′
Menggunakan 𝑆

𝑆′
𝑓= 𝑆′
1+ 𝑆

50,6
𝑓= 50,5
1+ 5,4

50,6
𝑓=
ℎ = 𝑂 = 1 𝑐𝑚 10,3704
ℎ’ = 𝑂’ 𝑓 = 4,8792 𝑐𝑚
∆ℎ = ∆𝑂 = 0,05 𝑂′
Menggunakan 𝑂
∆ℎ′ = ∆𝑂′
𝑆′
𝑓= 𝑂′
1+ 𝑂

50,6
𝑓= 9,5
1+ 1

50,6
𝑓=
10,5
𝑓 = 4,8190 𝑐𝑚

𝜕𝑓 2 𝜕𝑓 2 2 2
𝜕𝑓 2

∆𝑓 = ( ) (∆𝑆 ) + ( ) ( ∆ℎ) + ( ′ ) (∆ℎ′)2
′ 2
𝜕𝑆′ 𝜕ℎ 3 𝜕ℎ

2
ℎ −𝑠 ′ 2
2 2
−𝑠 ′ . ℎ 2
∆𝑓 = √( ′ 2
) (∆𝑠 ) + ( ) ( ∆ℎ) + ( ) (∆ℎ′ )2
ℎ + ℎ′ (ℎ + ℎ′ )2 3 (ℎ + ℎ′ )2

1 2
−50,6 2 2 2
(−50,6) (1) 2
∆𝑓 = √( ) (0,0632)2 + ( ) ( (0,05)) + ( ) (0)2
1 + 9,5 (1 + 9,5)2 3 (1 + 9,5)2

∆𝑓 = √(0,00907)(0,003994) + (0,21064)(0,001111) + (0,21064)(0)

∆𝑓 = √0,000036225 + 0,00023402 + 0

29
∆𝑓 = √0,000270245
∆𝑓 = 0,01644 𝑐𝑚
𝑆′
Menggunakan 𝑆
∆𝑓
𝐾𝑆𝑅 = × 100% 𝒇 = (𝒇 ± ∆𝒇)
𝑓
0,01644 𝒇 = (𝟒, 𝟖𝟕𝟗 ± 𝟎, 𝟎𝟏𝟔𝟒𝟒) 𝒄𝒎
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
4,8792

𝐾𝑆𝑅 = 0,3369% (𝟒 𝑨𝑷)


𝑂′
Menggunakan 𝑂
∆𝑓
𝐾𝑆𝑅 = × 100% 𝒇 = (𝒇 ± ∆𝒇)
𝑓
0,01644 𝒇 = (𝟒, 𝟖𝟏𝟗 ± 𝟎, 𝟎𝟏𝟔𝟒𝟒) 𝒄𝒎
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
4,8190

𝐾𝑆𝑅 = 0,3411% (𝟒 𝑨𝑷)

𝐿 = 70 𝑐𝑚
𝑆′
Menggunakan 𝑆

𝑆′
𝑓= 𝑆′
1+ 𝑆
60,64
𝑓= 60,64
1+ 5,36

60,64
𝑓=
ℎ = 𝑂 = 1 𝑐𝑚 12,3134
ℎ’ = 𝑂’ 𝑓 = 4,9247 𝑐𝑚
∆ℎ = ∆𝑂 = 0,05 𝑂′
Menggunakan 𝑂
∆ℎ′ = ∆𝑂′
𝑂′
𝑓= 𝑂′
1+ 𝑂
60,64
𝑓= 11,5
1+ 1
60,64
𝑓=
12,5
𝑓 = 4,8512 𝑐𝑚

𝜕𝑓 2 𝜕𝑓 2 2 2
𝜕𝑓 2

∆𝑓 = ( ) (∆𝑆 ) + ( ) ( ∆ℎ) + ( ′ ) (∆ℎ′)2
′ 2
𝜕𝑆′ 𝜕ℎ 3 𝜕ℎ

30
2
ℎ −𝑠 ′ 2
2 2
−𝑠 ′ . ℎ 2

∆𝑓 = ( ′ 2
) (∆𝑠 ) + ( ) ( ∆ℎ) + ( ) (∆ℎ′ )2
ℎ + ℎ′ (ℎ + ℎ′ )2 3 (ℎ + ℎ′ )2

1 2
−60,64 2 2 2
(−60,64) (1) 2
∆𝑓 = √( ) (0,0245)2 +( ) ( (0,05)) + ( ) (0)2
1 + 11,5 (1 + 11,5)2 3 (1 + 11,5)2

∆𝑓 = √(0,0064)(0,00060025) + (0,388096)(0,001111) + (0,388096)(0)

∆𝑓 = √0,0000038416 − 0,00043117

∆𝑓 = √0,000435
∆𝑓 = 0,02086 𝑐𝑚
𝑆′
Menggunakan 𝑆
∆𝑓
𝐾𝑆𝑅 = × 100% 𝒇 = (𝒇 ± ∆𝒇)
𝑓
0,02086 𝒇 = (𝟒, 𝟗𝟐𝟓 ± 𝟎, 𝟎𝟐𝟎𝟖𝟔) 𝒄𝒎
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
4,9247

𝐾𝑆𝑅 = 0,4236% (𝟒 𝑨𝑷)


𝑂′
Menggunakan 𝑂
∆𝑓
𝐾𝑆𝑅 = × 100% 𝒇 = (𝒇 ± ∆𝒇)
𝑓
0,02086 𝒇 = (𝟒, 𝟖𝟓𝟏 ± 𝟎, 𝟎𝟐𝟎𝟖𝟔) 𝒄𝒎
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
4,8512

𝐾𝑆𝑅 = 0,42999% (𝟒 𝑨𝑷)

3. Analisis yang lebih teliti


Berdasarkan perhitungan yang telah praktikan lakukan, dapat diliat dari nilai KSR
yang dihasilkan dari tiap perhidungan pada tiap tiap metode persamaan. Dimana
ketika melakukan perhitungan menggunakan persamaan (2) didapatkan hasil KSR
nya kisaran 6,494% hingga 8,658%. Sedangkan pada perhitungan yang
menggunakan persamaan (1) didapatkan nilai KSR nya kisaran 0,337% hingga
0,424%. Sehingga dapat ditarik kesimpulan berdasarkan perhitungan tersebut, pada
praktikum yang dilakukan praktikan, perhitungan menggunakan persamaan (1) lah
yang paling teliti, karena nilai dari KSR nya mendekati 0.

4. Lensa Negatif
𝐿 = 40 𝑐𝑚

31
𝐿2 − 𝑟 2
𝑓=
4𝐿

(40)2 − (10,48 − 30,48)2


𝑓=
4(40)

(1600) − (400)
𝑓=
160
1200
𝑓=
160

𝑓 = 7,5 𝑐𝑚

𝜕𝑓 2 2 2 𝜕𝑓 2
√ 2
∆𝑓 = ( ) (∆L) + (3∆r) ( )
∂L 𝜕𝑟

2 2
2𝐿 − 𝑟 2 2 𝐿2 − 2𝑟
2 + (2∆r) (
∆𝑓 = √(− ) (∆L) )
4𝐿2 3 4𝐿

2 2
2(40) − (−20)2 2 (40)2 − (2(−20))
2 + (2(0,05)) (
∆𝑓 = √(− ) (0,05) )
4(40)2 3 4(40)

∆𝑓 = √(0,005625)(0,0025) + (0,001111)(105,0625)

∆𝑓 = √0,0000140625 + 0,116724

∆𝑓 = √0,116738062
∆𝑓 = 0,3416 cm
∆𝑓
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
𝑓
0,3416 𝒇 = (𝒇 ± ∆𝒇)
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
7,5 𝒇 = (𝟕, 𝟓𝟎 ± 𝟎, 𝟑𝟒𝟐) 𝒄𝒎
𝐾𝑆𝑅 = 4,555% (𝟑𝑨𝑷)

I. Analisis
Pada percobaan sifat lensa dan bayangan ini menggunakan 2 lensa yaitu lensa positif
dan lensa negatif. Bayangan yang dihasilkan oleh lensa positif adalah nyata,terbalik
diperbesar. Lensa ini identik dengan menyebarkan cahaya. Sedangkan lensa negatif

32
menghasilkan bayangan maya, tegak, diperkecil karena lensa ini identik dengan
menyatukan atau memusatkan cahaya.
Pada percobaan keduanya diukur juga tinggi bayangannya. Percobaan ini dilakukan
dengan cara menjauhkan atau mendekatkan lensa ke layar yang dihasilkan sebuah
bayangan jika di dekatkan kelayar maka bayangan akan mngecil, sedangkan jika lensa
dijauhkan dari layar maka bayangan akan membesar. Sifat bayangan yang tebentuk pada
lensa postif kuat adalah nyata, terbalik dan diperbesar. Dengan berberapa lensa yang
digunakan, memiliki titik focus lensa yang berbeda, dan tergantung dengan jarak yang
digunakan dari lampu pijar kelayar. Sifat bayangan yang tebentuk pada lensa negatif
adalah maya, tegak dan diperkecil.
Pada astigmatisma digunakan penghalang cahaya berupa bahan plastik kotak-kotak
yang berfungsi sebagai cacat bayangan. Lensa yang digunakan lensa positif yang
diletakan diantara kaca/plastik garis dan diatur lensa positifnya maka akan didapatkan
bayangan vertikal dan horizontal. Cacat bayangan disini disebabkan karena tidak
sanggupnya lensa membentuk bayangan dari sinar tengah dan sinar tepi. Diafragma
dapat mengurangi cacat bayangan Karena celah diafragma yang digunakan kecil, maka
bayangan akan terlihat lebih tajam dan jelas. Sehingga cacat bayangan akan
diminimalisasi atau diperkecil. Selain menggunakan diafragma, dalam mengurangi cacat
bayang dapat juga diatasi menggunakan kaca baur, dimana hasil bayangannya nyaris
sempurna.
Pada perhitungan jarak fokus diatas menggunakan persamaan 1 dan 2 dihasilkan
sebuah hasil untuk perhitungan menggunakan persamaan (2) didapatkan hasil KSR nya
kisaran 6,494% hingga 8,658%. Sedangkan pada perhitungan yang menggunakan
persamaan (1) didapatkan nilai KSR nya kisaran 0,337% hingga 0,424%.
Pada perhitungan Jarak fokus menggunakan lensa negatif didapatkan persentase
kesalahan sebesar 4,555%.
Dalam menentukan jarak fokus lensa gabungan (bersusun) dengan menggunakan
1 1 1
rumus Bessel dan rumus berikuta; =𝑓 +𝑓 dimana f+ dan f++, praktikan tidak
𝑓𝑔𝑎𝑏 + ++

dapat melangsungkan perhitungannya dikarenakan kekurangannya data yang diperoleh


oleh praktikan pada praktikum kali ini dimana tidak terdapatnya lensa positif lemah pada
percobaan kali ini.

33
Pada percobaan cacat bayang, dapat diketahui bahwa selain menggunakan
diafragma, ternyata kaca baur juga dapat meminimalisir terjadinya cacat bayangan yang
dihasilkan oleh lampu pijar.

J. Pertanyaan Akhir
7. Terangkan terjadinya cacat bayangan yang terjadi pada percobaan di atas!
Jawab:
Diawali dengan dipancarkannya cahaya dari lampu pijar kemudian diletakkannya
diafragma, dengan hasill gelap terang seperti kisi yang ditepi-tepi garisnya
melengkung saat diberikan kaca baur. Hal ini terjadi dikarenakan adanya difraksi
cahaya, sehingga menyebabkan cahaya melengkung dan peletakkanya jika posisinya
miring hasilnya akan semakin terdifraksi. Kemudian ketika diletakkan kaca baur
baik didepan sumber cahaya maupun diantara diafragma dengan lensa, bayangan
yang dihasilkan terlihat merata sesuai dengn celah tang terdapat pada diafragmanya.

8. Cacat bayangan dapat dikurangi dengan menggunakan diafragma yang kecil.


Mengapa? Adakah cara lain untuk mengurangi cacat bayangan? Terangkan!
Diafragma yang memiliki ukuran ditiap garisnya sangat kecil, mengakibatkan sinar
yang masuk terbatas dan dapat memfokuskan suatu bayangan. Aberasi juga dapat
meminimaslisirkannya dengan kombinasi lensa negatif dan positif dengan panjang
fokus lebih besar dapat digunnakan bersama-sama untuk menghasilkan sebuah
sistem lensa pengumpul yang memiliki aberasi jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan lensa tunggal dengan fokus yang sama. Cara lain yang dapat dilakukan
dalam mengurangi cacat bayangan yaitu dengan mengguakan kaca baur, dimaana
kaca baur ini daat dengan sempurna meminimalisir cacat bayangnya.

K. Kesimpulan
1. Jarak bayangan yang terbentuk berbanding terbalik dengan jarak benda. Semakin
besar jarak benda dari titik pusat optik (O) semakin kecil bayangan yang terbentuk.
2. Lensa cembung menghasilkan bayangan nyata, terbalik dan diperbesar karena lensa
cembung menyebarkan cahaya.
3. Lensa cekung menghasilkan bayangan maya, terbalik dan diperkecil karena lensa
cekung memusatkan cahaya.

34
4. Dalam menentukan jarak fokus lensa positif, persamaan (1) memiliki tingak
ketelitian yang cukup tinggi dibandingkan dengan menggunakan persamaan (2).
5. Cacat bayangan (aberasi) terjadi karena adanya penghalang cahaya seperti kaca garis
yang tidak meratakan bayangan diakibatkan permukaan kaca garis yang tidak
merata.
6. Kaca baur dapat meminimalisir cacat bayangan yang terjadi, dengan meletakkannya
didepan sumber cahaya maupun diantara diafragma dengan lensa positif.

DAFTAR PUSTAKA

A, Novi., Y, Lia., dan Sunaryono.(2017). Eksplorasi Model Mental Siswa pada Materi
Pembiasan. Jurnal Pros. Seminar Pendidikan IPA Pascasarjana UM.

L, Sri., dan R, Diki. (2018). PERBANDINGAN MISKONSEPSI MAHASISWA PGSD


UHAMKA MATERI OPTIK GEOMETRI. Jurnal Ilmiah “Pendidikan Dasar”.

M, Yenny., J, Andinnie., dan A, Juvitha. (2017). KARAKTERISASI SIFAT TERMAL DAN


OPTIK POLYDIMETHYLSILOXANE SEBAGAI LENSA INVERS. Jurnal Sains
Materi indonesia.

S, A, Aulia., dkk. 2017. Desain Prototype Sel Surya Terkonsentrasi Menggunakan Lensa
Fresnel. Jurnal Online Teknik Elektro.

Sears & zemansky. (2016).University Physics with Modern Physics, Edisi 14.

35
36

Anda mungkin juga menyukai