Anda di halaman 1dari 50
_Pembelajaran) Bahasa) Inggnis __SMAVISMK/IMA dengan /Kerangka\ _ | V / — J | a V a a ! mn y | | mm = 4 x } | a s i & Praktik | = a } 1 Teori Nur Arifah Drajati & Tim DAFTAR ISI Ha Daftar Isi .. aman Judul Biodata BABI KONSEP INTEGRASI TEKNOLOGI DAN KERANGKA TPACK PADA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS 1. Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Framework TPAC! Kesempatan dan Tantangan Guru Abad 21... Nur Arifah Drajati 2. Active Learning pada Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Kerangka TPACK 1B Hilda Rakerda 3. Inovasi Teknologi dalam Pembelajaran Bahasa Inggris From Stand- alone Computer to Mobile Phone .. 2 Gumawang Jati 4, Asesmen TPACK pada Pembelajaran Bahasa Inggris 35 Muchlas Suseno 5, Keyakinan Guru Terhadap Penerapan Kerangka TPACK dalam Pembelajaran Bahasa Inggris... 8 Lita Liviani Taopan BAB2 MENDESAIN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SMA/SMK/MA DENGAN KERANGKA TPACK . 3 1. Berkreasi dengan Puisi: Pembelajaran Bahasa Inggris SMA dengan Kerangka TPACK . 3 ‘Arni Ferra Sinatra dan Dewi Rochsantiningsih 61 Pembelajaran Bahasa Inggris SMK. dengan Kerangka TPACK Tri Wardati dan Dyah Setyowati Ciptaningrum a BAB3 APLIK, its 3; 14, ‘ASI PE |. Neo Study... - Poro... . Englsih Speaking Practice. ntuk Pembelajaran Tek: TED ED dan Google Suite for Education un Diki Riswandi dan Sri Haryati \DUKUNG PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS Socrativ Agustina Tyarakanita Speed Reading Amanda Ummu Haniah Learn English Through Story Giyaning Rahma 1000 Eng! Shin Puan Maharani Stories.. Newsela ... Surya Agung Wijaya Tinycards Surya Agung Wijaya Charades.. Anggun Mukti Prima Bakti Lingbe.. Ivan Rifai Babbel.. Nuzul Qutrota Sukma Shin Puan Maharani Yohana Eva Mau Kasi Endah Kurtianti Lingodeer. Aulia Rahma Eka Kusuma Dewi Remind: School Community... Aulia Rahma Eka Kusuma Dewi 93 94 95 97 98 99 100 101 102 a zis 22. . English Writing Book. 6. . Podcast British Council . Cambridge English Listening, |. Seesaw ... Fransiskus Dinang Raja English Grammar Ultimate. Amelia Adityas Farida TEDtube: Study English .. Nuzul Qurrota Sukma M. Yoga Oktama Fransiskus Dinang Raja Adi Irma Suryadi Storybird Amanda Ummu Haniah Kahoot. Amelia Adityas Farida Trello.. 106 107 109 110 ut 113 14 15 116 © 42, Dulin go evn ' 32. E-Learning App. ‘Yohana Eva Mau Kasi 33, Tandem .. Zahrotul Lutfiana 34. Clapp.. Dyah Retno Wulan 35. EWA: Learning EnglishLanguage.... Anggi Purwa Lestarina 36, Mondly Languages Anggun Mukti Prima Bakti 37. Improve English .. Dedy Yulianto 39. Quizlet... Latifah Fatmawati 40. Learn English Daily... Febry Khunto Sasongko 41. Besipaueben,. piso uw? ose 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 aL 49. Fun Easy Learn 142 Nito Majid Mujtahid 50. English Central.. 143 Adi Irma Suryadi BAB4 WEBSITE PENDUKUNG PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS 144 1, FluentU (www.fluentu.com 45 Nuzul Qurrota Sukma 2. Wordsmile (www.wordsmile.com) ase M. Yoga Oktama 3. Learn A Language (www.learnalanguage.com) 147 Nito Majid Mujtahid 4. Perfectly Spoken (perfectlyspoken.com).. 149 Amelia Adityas Farida 5. Speaky (www.speaky.com)... ae Zahrotul Lutfiana 152 6. Grammarly (www.grammarly.com)... ‘Amelia Adityas Farida 161 14, Esl-Lab (www.esllab.com) Surya Agung Wijaya 15. TED (www.ted.com) ... 182 Aulia Rahma Eka Kusuma D 16. Slideshare (www.slideshare.com)... 164 Febry Khunto Sasongko 17. Zenius (www-zenius.net). 165 Febry Khunto Sasongko 18. Futurelearn (www.futurelearn.com).. 166 Zahrotul Lutfiana 19. Englishpage (www.englishpage.com).. 167 Yohana Eva Mau Kasi 20. Memrise (www.memrise.com) 168 Pradhita Ramadhani 21. EWE (www.easyworldofenglish.com)... 169 Yohana Eva Mau Kasi 22. ESOL Courses (www.esolcourses.com.. 170 Latifah Fatmawati 23. Educreations (www.educreations.com).... 171 Latifah Fatmawatt 24. Hinative (www.hinative.com) .... 172 Joan Nofila Nurlinita 25. Khan Academy (id.khanacademiy.org) . 173 Joan Nofila Nurlinita 26. Open Culture (www.openculture.com.... 174 Ivan Rifai 27. Listen and Write (www.listen-and-write.com) ... 178 Franciskus Dinang Raja 176 28. Interpals (www.interpals.net) ... Ivan Rifai 29. Basic English Speaking (basicenglishspeaking.com) .... Franciskus Dinang Raja 31. 32. 34. 35. 36. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. . English Grammar (englishgramma . English Club (www.englishelub.com) Bra ly (brainly.com Fatimah Zahro Assidiq Learn En h Online (le: n-english-online.org).. Fatimah Zahro Assidiq VOA Learnii English (learningenglish.voanews.com) Anggun Mukti Prima Bakti ar.org). Dedy Yutianto Cloud School (www.cloudschool.com) Dedy Yulianto Transparent (education.transparent.com... Endah Kurtianti Seratch (scratch.mit.edu) Agustina Tyarakanita Agustina Tyarakanita Vocabulary (www.vocabulary.com)... Nito Majid Mujathid Classroom Google (classroggn-google.com).. Anggi Punwa Lestarina News in Levels (www.newsinlevels.com).. ‘Anggi Purwa Lestarina ESL Partyland (www.eslpartytown.com) Shin Puan Maharani Hot Potatoes (hotpot.uvic.ca) .~ Shin Puan Maharani English Grammar 101 (vww.englishgrammar!01.com).. ‘Amanda Ummu Haniah Islcollective (en.istcollective.com ‘Amanda Ummu Haniah Talk English (www.talkenglish.com Dyah Retno Walan Ttalki (www.italki.com).. Dyah Retno Wulan 178 179 180 183 184 186 187 188, 189 190 191 192 193 194 xi 47, Many Things (www.manythings.org) M. Yoga Oktama 48. BBC (www.bbe.co.tk) . Nuzul Qurrota Sukma 49. Egodu (www.egodu.com Giyaning Rahma 50. Alison (www.alison.com) . Adi Irma Suryadi BABI KONSEP INTEGRASI TEKNOLOGI DAN KERANGKA TPACK PADA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Framework TPACK: Kesempatan dan ‘Tantangan Guru Abad 21 Nur Arifah Drajati Universitas Sebelas Maret Ni arifah_drajati@staff.uns.ac.id Kerangka TPACK (Technological Pedagogical and Content Knowledge) untuk Pembelajaran Bermakna Banyak guru di Indonesia telah mendapatkan workshop pemanfaatan teknologi bagi pembelajaran, Namun banyak guru saat mendesain rencana pembelajaran dan juga dalam pelaksanaan pembelajaran mengalami kesulitan dalam mengajar dengan mengintegrasikan teknologi. Mengapa demikian? Memperkenalkan teknologi pada proses pendidikan saja tidak cukup untuk memastikan integrasi teknologi karena teknologi saja tidak mengarah pada perubahan pada proses pembelajaran. Namun guru memiliki kesempatan untuk mengubah proses pembelajaran dengan lebih menarik dan bermakna dengan memanfaatkan teknologi yang terintegrasi di proses pembelajaran. TPACK yaitu Technological Pedagogical and Content Knowledge merupakan framework atau kerangka untuk memberi pandangan dan pengetahuan pendidik dalam mendesain rencana pembelajaran sehingga terjadi proses perubahan yang dilakukan oleh guru yang berarti dan bermakna bagi siswa didik, Teknologi adalah pengetaluan yang perl dimiliki oleh para pendidik sebagai bekal untuk mengajar siswa sehingga siswa dapat memaknai proses pembelajaran dengan lebih mudah dan lebih baik dan tentu saja sesuai dengan jamannya. TPACK atau TPCK ini merupakan kerangka kerja yang menggambarkan pemahaman guru tentang ineraksi yang yang saling terkait antara teknologi. Peruski, 2004). Kerangka TPACK iii berawal dari pemikiran Shulman (1986, 1987) yang menggambarkan Penget penelitian berikutnya yang menek: Teknologi (TPCK) (Mishra&Kohler. konten, dan pedagogi (Koehler, Mishra, Hershey, & ahuan Konten Pedagogis, dan diteliti juga dengan ankan pentingnya Pengetahuan Konten Pedagogis 2005). ah tiga bidang pengetahuan yaitu pengetahy, Inti dari TRACK atau TPCK ada (C) adalah materi pelajaran yang han, Konten, Pedagogi dan Teknologi. Konten dipelajari / diajrkan. Bahasa Inggris, Sejarah, Matematika dan mata pelajaran jj, adalah konten yang berbeda satu sama Tain, Teknologi (1) mencakup_teknotog modem seperti komputer, internet, video digital, dan teknologi yang lebih umm termasuk proyekior overhead, papan tulis digital, aplikasi, website. Pedagogi (P) menggambarkan praktik yang dikumpulkan, proses, strategi, prosedur, dan metode pengajaran dan asesmen, Ini juga meneakup pengetahuan tentang (ujuan pengajaran penilaian, dan pembelajaran siswa, Pendekatan pembelajaran dengan Kerangks TPACK menekankan hubungan dan interaksi antara ketiga elemen ini. Misalnya, dengan mempertimbangkan T, P dan C bersama-sama, maka mendapatkan Pengetahuan Teknologi, Pedagogi dan konten bersama-sama pula. = Gambar 1. Komponen Pengetahuan Konten Pedagogis Teknologi sieeliean iirtente (image ©2012 by tpack.org) h penerapan teknologi (miss! jaran menjadikan adanya konsep- pengenalan teknologi dalam suatu proses pembel: embangan terhadap hubungan transaksional yang konsep baru dan membutuhkan pen dinamis antara ketiga komponen yang disarankan oleh kerangka kerja TPACK atau TPCK Konsep Mengajar Bahasa Inggris dengan Kerangka TPACK-21CL Menurut Mishra dan Koehler (2006), TPACK dapat muncul dari pengetahuan guru dari pengetahuan teknologi (TK), pengetahuan pedagogis (PK), dan pengetahuan konten (CK), serta pengetahuan yang berbentuk dari pengetahuan konten pedagogis (PCK), pengetahuan pedagogis teknologi (TPK), dan pengetahuan konten teknologi (TCK) yang muncul dari interkoneksi antara TK, PK, dan CK. Pengetahuan guru tentang integrasi ketiga pengetahuan sangat terkait dengan karakteristik mata pelajaran. Mata pelajaran berbasis pada pengetahuan sosial berbeda dengan mata pelajaran berbasis pada mata pelajaran science. Pembelajaran bahasa Inggris TPACK sesuai abad 21 telah diteliti oleh Koh, Chai dan Lim (2016) dan diaplikasikan sekolah-sekolah di Singapore. Konsep pembelajaran ini mengacu pada karakteristik pembelajaran abad 21 secara umum yaitu mengacu pada 4 keterampilan, kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis, dan kreatif, Pembelajaran abad ke 21 dapat dipahami sebagai pengalaman belajar yang dirancang untuk mendukung perolehan keterampilan abad 21 untuk kebermanfaatan sisws. Selain itu kerangka kerja keterampilan abad ke-21 mengacu pada lima kategori umum keterampilan abad ke-21: sosiokultural, kognitif, metakognitif, produktivitas, dan teknologi. Aspek- aspek ini menunjukkan bahwa pembelajaran abad ke-21 ditandai dengan pengalaman yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial untuk kolaborasi, menyelesaikan masalah, dan komunikasi multicultural; keterampilan kognitif untuk terlibat dalam pemikiran kritis untuk inovasi dan pemecahan masalah yang kompleks; keterampilan metakognitif untuk terlibat dalam refleksi diri dan belajar mandiri: Keterampilan produktivitas untuk pemerolehan pekerjaan secara ‘efektif dan efisien; dan keterampilan teknologi untuk memanfaatkan teknologi dengan tepat. Pembelajaran yang didukung teknologi merupakan aspek penting dari pembelajaran fabad ke-21. Untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial, kognitif, retakognitif; dan produktivtas melalui pengalaman yang didukung teknologi, gora font ay i, dan ‘menggunakan teknologi dan tidak hanya untuk transmisi 3. a informasi ketika menerapkan pembelajaran abad ke-21. Model pedagogis yang berfokus pada pembelajaran terintegrasi dengan teknologi yang berpusat pada sisw, dapat memberikan beberapa wawasan tentang bagaimana rupa pembelajaran abad ke. 21. Kozma dan Anderson (2002) mempelajari 174 hal dari sekolah di 28 negara dan Howland, Jonassen, dan Marra (2013) tentang pembelajaran yang bermakna dengan teknologi _memberikan dimensi pedagogis tentang bagaimana teknologi dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran abad ke-21. Dimensi pertama, guru dapat mendesain pembelajaran yang melibatkan siswa memiliki kesempatan untuk bereksperimen dan memanfaatkan informasi dengan teknologi. Dimensi kedua, pemanfaatan aplikasi teknologi perky mendukung siswa untuk memiliki makna proses pembelajaran dan memfasilitasi berpikir kritis Ketika siswa memanfaatkan informasi, Dimensi ketiga, aplikasi teknologi harus memberi dasar pengetahuan, keterampilan, sikap dan pengalaman mendukung siswa untuk mengarahkan dan memantau pencapaian tujuan pembelajaran mereka. Dimensi Keempat, aplikasi teknologi harus mendukung siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang terjadi di sekitar mereka, dan akhirnya, aplikasi teknologi harus mendukung pembelajaran melalui kolaborasi atau kerjasama. Ketika siswa menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran, terlibat dalam eksperimen aktif dan mendapatkan makna belajar yang konstruktif, siswa memiliki peluang untuk mengembangkan kompetensi kognitif, metakognitif, dan teknologi yang diartikulasikan dalam kerangka kerja abad ke-21. Siswa memiliki kesempatan untuk s untuk mengatur dan mengembangkan kompetensi sosiokultural dan produkti mengelola pekerjaan dalam Konteks berbasis tim ketika kegiatan belajar bahasa Inggris terintegrasi antara pedagogi, konten dan teknologi didasarkan pada pemecahan masalah riil atau otentik dalam suatu Kerjasama atau kolaboratif. Oleh karena itu TPACK-21CL mewujudkan pengetahuan guru untuk memanfaatkan teknologi dalam menyampaikan materi bahasa Inggris kepada para siswa. Rubrik yang dibuat oleh Koh (2013), pembelajaran dengan kerangka TPACK-21CL terdiri dari 5 dimensi yaitu keaktifan, konstruktif, keotentikan, intensionalitas, dar kolaborasi. Keaktifan siswa ini diukur dengan skala dimulai dari siswa jarang menggunakan teknologi sampai pada level siswa memanfaatkan teknologi di semut SaaS Untuk dimensi konstruktif diukur dengan skala dari sisv i untuk kegiatan sederhana sampai pada level sis? dan Konten baik secara lisan, tertulis, visual, 4 Konseptual serta merefleksikan dalam produk pembelajaran, Dimensi keotentikan diukur dengan skala dari siswa tidak memanfaatkan teknologi dalam terkait fenomena yang terjadi sampai pada skala siswa belajar dari masalah yang nyata atau otentik, menyelesaikan masalah, serta dapat menghadirkan refleksi dari pengalaman pribadi. Dimensi intensionalitas diukur dari skala siswa belum menggunakan teknologi di aspek evaluasi sampai pada skala siswa memanfaatkan teknologi secara kontinyu untuk evaluasi diri dan memanfaatkan umpan balik dari guru. Pada dimensi kolaborasi, aspek ini diukur dari level siswa memanfaatkan teknologi pada tahapan reproduksi konten sampai pada skala siswa belajar dan bekerja dalam kolaborasi yang sangat baik dengan memanfaatkan teknologi untuk mendapatkan hasil belajar yang interdisipliner. Menjadi suatu pertanyaan bagi kita bagaimana mendesain atau mengupayakan bahwa kelas kelas di Indonesia dapat memulai menggunakan kerangka belajar dan pembelajaran berbasis TPACK-21 CL ini. Selanjutnya bagaimana guru dapat memfasilitasi siswa belajar bahasa Inggris dengan kerangka TPACK-21 CL pengetahuan, keterampilan, sikap dan pengalaman belajar dengan menggali potensi siswa agar dapat berkomunikasi dengan baik, berpikir kritis, berkolaborasi_ dan memiliki daya kreatif tinggi? Berikut contoh desain kegiatan belajar yang dapat dilakukan oleh guru. Berikut adalah contoh dari design yang dikembangkan oleh penulis: ‘Aktifitas Belajar Siswa Pedagogi | Teknologi dengan TPACK-21 CL Tema dan Konten Making TIPS | Students view a video | Video viewing: | Youtube using Conditional | about travelling tips to | Guided Ted Ed followed by | Bali. Structured imperative and suggestion Students discuss the | Peer discussion: | Facebook content of video. Free group (private Structured group) Unstructured Dalam mendesain pembelajaran bahasa Inggris dengan TPACK-21CL perlu memperhatikan integrasi dari pedagogi, konten, dan teknologi dari berbagai aspek. Untuk aspek dari pedagogi dapat dipertimbangkan dari memulai_ kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran, aktifitas siswa yang diharapkan, asesmen dan evaluasi, Untuk konten, diperlukan pertimbangan sesuai dengan kurikulum atau silabus yang telah dikebangkan oleh pemerintah dan juga pengembangan dari silabus tersebut sehingga baik pengetahuan, keterampilan, sikap belajar dan pengalaman siswa bertambah seiring dengan aktifitas belajar yang dilakukan. Sedangkan untuk penggunaan teknologi dapat digunakan sebagai aktifitas untuk motivasi, proses pembelajaran atau aktifitas belajar, dan juga asesmen. Penggunaan teknologi ini dapat menggunakan aplikasi teknologi yang ada berupa berbagai model dari yang sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks, sebagai contoh platform pembelajaran berbasis LMS, aplikasi belajar berbasis teknologi baik di perangkat handphone, personal computer, atau laptop, sosial media, dan game. Pemilihan dan pemanfaatan teknologi pada pembelajaran bahasa Inggris perlu memperhatikan keterampilan siswa di masa depan, 4Cs yaitu critical thinking (berpikir kritis), communication (komunikasi), collaboration (kolaborasi), dan creative (kreatif). Kesempatan dan Tantangan bagi Guru dalam Mendesain Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Kerangka TPACK-21CL. Guru bahasa Inggris memiliki kesempatan untuk mengajar dengan kerangka TPACK- 21CL. Diharapkan dengan pembelajaran berbasis TPACK-21 tidak saja meningkatkan ‘profesionalisme guru, namun juga mempersiapkan siswa dengan pengetahuan dan “keterampilan abad 21. Memang tidak mudah dan memerlukan waktu karena banyak “hal yang perlu dipersiapkan dan dikembangkan baik dari aspek pengetahuan, -—__keterampilan, sikap dan juga terkait pada pengalaman guru dalam mengajar bahasa i g terintegrasi dengan teknologi. TPACK-21CL dapat dikembangkan n profesional guru dan Kerjasama dengan perguruan tinggi. profesional gunt sera program pengembangan profesional egrasi antara teknologi, p. TPACK-21CL, pola pembelajaran yang terint dan konten, Guru perlu diberikan ruang untuk berefleksi dan berinovasi unty, memikirkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman apa yang dibutuhkay oleh siswa di masa depan. Kegiatan refleksi dan berinovasi memberikay ura untuk meneipta pembelajaran yang bermakna den, kesempatan bagi suru dalam merefleksikan pengalaman kerangka TPACK. Keterlibatan mereka untuk pembelajaran abad ke-21 karenanya dapat digunakan bagi mereka untuk mengkonsolidasikan pembelajaran mereka dalam berbagai aspek TPACK. ICL. Penggunaan rubrik TPACK-21CL (Koh et. al, 2013) membantu guru untuk kermdahan dalam merencanakan, implementasi, dan merefleksi kegiatan pembelajaran bahasa Inggris. 2) Pentingnya memiliki pengalaman mendesain pembelajaran berbasis pada TPACK-21CL. Dalam mendesain pembelajaran ini perlu didampingi oleh guru yang telah berpengalaman membuat desain pembelajaran dengan kerangka TPACK dan prakteknya di kelas-kelas. Mendesain pembelajaran dengan kerangka ini tidak mudah diawalnya, namun seiring dengan waktu dan terus praktek serta berefleksi untuk memperbaiki di setiap proses pembelajaran, guru akan bertambah keterampilannya dalam mendesain pembelajaran dengan kerangka ini, Jika guru telah terampil, maka akan tumbuh kepercayaan diri untuk terus. berinovasi dan mengembangkan pembelajarannya secara_mandiri. Selanjutkan kerjasama antar kolega juga penting dilaksanakan seperti di MGMP bahasa Inggris. Dalam pengembangan profesional guru, peluang desain kolaboratif sangat penting bagi guru untuk membangun dan mengevaluasi praktik mengajar mereka, yang membantu membentuk perubshan pedagogis serta pertumbuhan profesional guru (Borko, 2004; Clarke & Hollingsworth, 2002). Peluang kolaborasi bisa tercipta juga melalui Kolaborasi dengan ahli dari perguruan tinggi. Pembelajaran dengan TPACK-21CL dihasilkan ketika gurt terlibat dalam desain dengan teman sejawat dan ahli (misalnya, Koehler, Mishra, & Yahya, 2007; Koh, Chai, Wong, & Hong, 2015b). Guru disini bekerjasama dengan ahli dari perguruan tinggi untuk menghasilkan strategi integrasi teknologi. pedagogi dan konten sesuai dengan situasi dan konteks sckolahnya. 3) Kerangka TPACK-21CL berbasis pada keterikatan den keterjalinan antal® pengetahuan teknologi, pedagogi dan konten serta bertujuan untuk membentuk pembelajaran berbasis abad 21 yaitu 4Cs (komunikasi, kolaborasi, berpikir kn" dan kreatif), Namun, diantara 3 faktor kerangka TPACK (teknologi, pedagogi, dan konten), faktor pedagogis memegang peran paling penting dalam proses keberhasilan pembelajaran dengan kerangka TPACK-21CL ini, Kejelasan tujuan pedagogis dipercaya sebagai faktor penentu keberhasilan untuk mengubah praktik pedagogis guru melalui integrasi teknologi oleh Le Fevre (2014) dan Somekh (2007). Guru perlu diberi kesempatan untuk memeriksa praktik pedagogis mereka saat ini tethadap program pengembangan profesional guru dan untuk memperjelas pemahaman mereka (Ertmer, Ottenbreit-Leftwich, Sadik, Sendurur, & Sendurur, 2012), Penelitian TPACK sebagian besar dikembangkan melalui keterlibatan guru dalam desain, kapasitas guru dalam mendesain pembelajaran dengan kerangka TPACK dapat menjadi penghalang yang berpotensi dalam pelaksanaannya (Tsai & Chai, 2012). Maka, dalam pelaksanaannya, guru berkolaborasi dengan peneliti perlu memperhatikan saran dari Koh (2016), yaitu: a. rubrik TPACK-21CL (intension, aktif, konstruktif, kooperatif, otentik) b. menetapkan tujuan TPACK-21CL dalam kompetensi yang diharapkan c. mendesain pembelajaran berbasis pada kerangka TPACK-21CL d. melaksanakan pembelajaran sesuai desain berbasis pada TPACK-21 fe, mereview dan refleksi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi 4) Dukungan stakeholders sekolah, kesiapan siswa dan orang tua dalam =o me implementasi pembelajaran bahasa Inggris dengan kerangka TPACK-21CL sangat diharapkan untuk terjadinya kolaborasi dan hasil belajar yang lebih baik. Stakeholder dapat memberikan kesempatan bagi guru untuk meningkatkan | profesionalisme guru dengan memberikan ruang bagi pengajar untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam mendesain dan juga age ea di kelas kelas. Melalui ae Kesimpulan saling terkait ant, aspengetahuan yal Konseptualisasipengetahuan guru atas pengetahua ogi dan konten men | guru, Pengetahuan tunggal tentang pengetahya, mberikan dampak pada proses pembelajaran sisy, an profesional dan_ pengemba teknologi tidaklah cukup untuk pembekalan bagi guru bi asi, Pemahaman tentang bagaimana tiga pengetahuan ini saling terintegray, proses pembelajaran y perl disampaikan dalam bentuk seminar dan workshop schingga guru akan lebip mudah mengimplementasikan di kelas kelas. Dalam mengembangkan proses pembelajaran dengan kerangka TPACK atau TPCK memerlukan desain yang saling terintegrasi bukan dalam bentuk satuan pengetahuan yang tidak saling terkait. Namun demikian diperlukan waktu dan pemikiran yang mendalam dalam menyusun pembelajaran dengan kerangka TPACK sehingga ful learning). Perubahan nakna (meanii menghasilkan pembelajaran yang bei mindset guru, pelatihan dalam mendesain pembelajaran yang bermakna dengan pemanfaatan teknologi, penguatan dari stakeholder, siswa dan orangtua diperlukan untuk mencapai hasil yang diharapkan yaitu pembelajaran bermakna untuk mencapai generasi emas Indonesia. Daftar Pustaka: Borko, H. (2004). Professional development and teacher learning: Mapping the terrain. Educational Researcher, 33(8), 3-15. https://educationaltechnology.net/technological-pedagogical-content-knowledge- tpack-framework/ Ertmer, P. A., & Ottenbreit-Leftwich, A. (2013). Removing obstacles to the pedagogical changes required by Jonassen’s vision of authentic technology. enabled learning. Computers & Education, 64, 175-182, Howland, J. L., Jonassen, D., & Marra, R. M, (2013). Meaningful learning with technology (4th ed.). NJ: Pearson Higher Education, Koehler, M. J., Mishra, P., Hershey, K., & Peruski, L. (2004), With a little help from your students: A new model for faculty development and online course design. Journal of Technology and Teacher Education, 12(1), 25-55. Koehler, M. J, Mishra, P., & Yahya, K. (2004). Content, pedagogy, and technology Testing a model of technology integration. Paper presented at the annue! meeting of the American Educational Research Association, April 2004, San Diego. Joyce Hwee Ling Kohl, Ching Sing Chail, and Wei Ying Lim2Teacher Professional Development for TPACK-21CL: Effects on Teacher ICT Integration and Student Outcome. Journal of Educational Computing Research 0(0) 1-25 ! The Author(s) -2016-———Reprit issions: prints and—_permi Sagepub.comijournalsPermissions.nay DOL: 10.1177/073563311 6656848 Jee.sagepub.com Koh, J. H. L., Chai, C. S., Wong, B., & Hong, H. Y. (20156). Design thinking for education; Conceptions and applications in teaching and learning. Singapore: Springer Le Fevre, D. M. (2014). Barriers to implementing pedagogical change: The role of teachers’ perceptions of risk. Teaching and Teacher Education, 38, 56-64. Mishra, P., & Koehler, M. J. (2006). Technological Pedagogical Content Knowledge: ‘A framework for teacher knowledge. Teachers College Record, 108(6), 1017-1054.), Mishra, P, & Koehler, M.J (2006). Teachers’ Technological Pedagogical Content Knowledge: Curriculum-based Technology Integration Reframed. Educational Computing Research. Michigan Statue University. Shulman, L. (1986). Those who understand: Knowledge growth in teaching. Educational Researcher, 15(2), 4-14, Shulman, L. S. (1987). Knowledge and teaching: Foundations of the new reform. Harvard Educational Review, $7(1), 1-22. C., & Chai, C. S. (2012). The “third”-order barrier for technology-integration str Pp ‘for teacher education. Building the ICT capacity of ‘teachers in Asia, Australasian Journal of Educational 12 2 Active Learning pada Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Kerangka TP4¢, etive Li Hilda Rakerda Universitas Sebelas Maret hildamenulis@gm Konsep Active Learning Sistem pendidikan dunia saat ini telah mengarah pada sistem pembelajaran abad ke 2) dimana pendidik dituntut untuk dapat berinovasi dan memiliki pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhay cukup dalam mendesain proses belajar_mengajar pengetahuan, keterampilan dan karakterisitik belajar yang dibutuhkan oleh siswa untuk di sekolah, Karakteristik pelajar pada era ke 21 yang tidak bisa lepas dari penggunaan tekhologi menuntut pendidik untuk memiliki pengetahuan dalam mendesain pembelajaran terintegrasi antara teknologi, pedagogi dan konten (disebut TPACK/Technology Pedagogy And Content Knowledge) (Mishra dan Koehler, 2006) yang dapat _membuat siswa terlibat langsung secara aktif dalam proses. belajar mengajar menggunakan teknologi efisien dalam pembelajaran karena siswa aktif mengingat dan memahami lebih banyak isi materi yang disampaikan dari pada siswa yang terlibat pasif dalam proses pembelajaran tersebut (Ranjanie, 2008). Desain proses pembelajaran yang di bangun (pedagogi) juga haruslah mengarahkan siswa luntuk dapat mengatur sendiri proses pengambilan keputusan dan berperan aktif pada tugas-tugas akademik yang diberikan oleh pendidik sehingga siswa belajar dengan meneiptakan makna dari materi yang di pelajari daripada hanya sekedar menghafalkan informasi yang dikirimkan oleh pendidik (Haack, 2008) Selain memiliki pengetahuan mengenai konten pembelajaran dan penggunaan teknologi yang sesuai, seorang pendidik juga harus mampu menemukan metode Pembelajaran yang tepat untuk dapat dikolaborasikan dengan konten dan teknolosi yang digunakan sehingga menghasilkan system pembelajaran yang efektif dan efisien Pembelajaran aktif’ Active Learning adalah salah satu metode pembelajaran (Pedagogi) yang menjadi perhatian dunia pendidikan di era 21 dan bisa di terapkan dalam proses belajar mengajar di kelas sebab dengan pembelajaran aktif proses Pendekatan pembelajaran dipusatkan pada siswa bukan lagi pada gura dalam prose Penyampainanya (Mustafa et. al, 2012). Model pembelajaran aktif /Active learning dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip teori_ konstruktivis dimana siswa aung jawab dengan membangun pemahamannya ketika mereka aktif dan be! pembelajarannya di bawah asuhan pendidiknya. Teori Konstruktivis sering disebut sebagai “instruksi yang berpusat pada siswa” dimana siswa dititik beratkan untuk terlibat aktif daripada mendengarkan secara pasif agar mereka belajar lebih efektif (Bell dan Kahrhoff, 2006). Dampak terbesar konstruktivisme terhadap pendidikan adalah memindahkan fokus belajar dari guru ke siswa (Adams and Burns, 1999). Dalam teori konstruktivis, pembelajaran terjadi ketika siswa terlibat dalam suatu s kegiatan yang memanfaatkan materi dan keterampilan yang mereka pelajari. Adams and Bums (1999) menambahkan bahwa pengetahuan baru terbangun ketika siswa menggabungkan informasi baru dengan pengetahuan yang ada melalui proses reflekst sehingga teori konstruktivis muncul sebagai metafora pembelajaran manusia yang terkemuka pada tahun 1980-an dan 1990-an ketika minat terhadap konsep behavioris berkurang (Liu dan Matthews, 2005). Dalam konteks ini, pembelajaran aktif adalah sisi praktis dari teori konstruktivisme yang menegaskan peran aktif pelajar dan menggeser fokus pemberi pengetahuan dari guru dan konten kepada siswa dan keterlibatan aktifnya dalam materi pembelajaran Pembelajaran aktif didefinisikan sebagai kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk melakukan serta memikirkan apa yang sedang mereka lakukan (Bonwell dan Eison, 1991). Meyers and Jones (1993) mengasumsikan bahwa pembelajaran aktiffactive learning mengacu pada teknik di mana siswa melakukan sesuatu tindakan dari pada sekadar mendengarkan materi dari pendidik. Pembelajaran aktif berasal dari dua asumsi dasar yaitu: (1) belajar pada dasarnya adalah upaya aktif dan (2) setiap orang belajar dengan cara yang berbeda (Meyers and Jones, 1993), Pembelajaran aktif memungkinkan siswa untuk lebih banyak terlibat aktif dengan berbicara, mendengarkan, menulis, membaca, serta merenungkan isi dari gagasan dan masalah pada materi akademik yang sedang dipelajari. Salem (2001) juga mendefinisikan pembelajaran aktif sebagai prosedur-prosedur pembelajaran yang dilakukan peserta didik ketika berada di dalam kelompok belajar, kegiatan-kegiatan belajar dan kerja Kelompok, Ta juga menjelaskan bahwa clemen dasar dalam pembelajaran atif adalah ‘menemukan, meneart mengasumsikan bahwa_ tnelibatkan’ siswa dalam proses pembelajaran. Singkatnys, pembelajaran aktif makna, menjelaskan dan observasi. Prince (2004) juga pembelajaran aktif adalah apa Saja metode pembelajaran yang 13 menuntut siwa untuk melakukan kegiatan belajar yang bermakma dan menuntyy si, untuk memikirkan apa yang mereka lakukan. Menurutnya, elemen dasar pembelajaran aktif adalah aktivitas dan keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaray, Karakteristik dan Prosedur Pembelajaran Active Learning Karakteristik yang menjadi dasar pembelajaran aktif dirangkum oleh Natalie (2p), sebagai berikut: 1) Siswa bertanggung jawab terhadap pembelajarannya 2) Terjadi kolaborasi antara siswa dan siswa 3) Siswa terlibat dalam pembelajaran kooperatif’ 4) Berpikir kritis 5) Belajar dan mengembangkan keterampilan 6) Melibatkan siswa dalam proses pembelajaran 7) Siswa terlibat dalam kegiatan (proyek, permainan peran, diskusi, dll.) Peran instruktur atau fasiltator sangatlah penting selama proses pembelajaran aktit agar kegiatan yang di desain menjadi efisien. Agar program pembelajaran aktif yang di rancang efektif dalam proses pembelajarannya, (Salhi, 2013) menyajikan beberapa Procedure yang bisa digunakan guru dalam merancang pembelajaran acktif sebagai berikut: Memilih strategi pembelajaran aktif yang sesuai dengan konten, usia dan kemahiran kebahasaan siswa. "i; 2) Memberikan Kekuatan spiritual dan fisik untuk motivasi siswa dalam F pembelajarannya. 3) Mendorong siswa untuk aktif bertanya, 4) Mempertimbangkan perbedaan ee =e Menugaskan tugas pekerjaan rumah dari pembelajarannya, terlibat dalam studi kasus, mengambil bagian dalam pembelajaran kooperatif, atau menghasilkan tertulis singkat. Salhi (2014) merangkum banyak kegiatan pembelajaran aktif yang dapat diraneang untuk mendorong pembelajaran aktif bagi siswa di ruang kelas seperti: 1) Metode Ceramah yang Dimodifikasi Salah satu metode ceramah yang bisa dimodifikasi untuk meningkatkan partisipast siswa adalah "berhenti untuk meningkatkan retensi dan pemahaman”. Instruktur berhenti setiap 12-18 menit dan memberikan siswa dengan 2-3 menit waktu untuk bekerja, mengklarifikasi dan berasimilasi tentang materi yang baru saja disajikan. Proses ini diperkuat oleh periode 3 menit di akhir pertemuan dimana siswa diminta untuk mencatat semua yang mereka pahami dan ingat. 2) Mengumpulkan Tulisan Singkat di Kelas Mengumpulkan tulisan singkat di kelas dapat digunakan untuk meningkatkan keterlibatan siswa selama berada di kelas. Kegiatan seperti ini dapat membantu (a) merangsang lebih banyak siswa untuk melakukan persiapan membaca (b) memfokuskan perhatian siswa pada informasi selektif yang disajikan selama penjelasan singkat guru, (c) merangsang siswe untuk melakukan refleksi dan / atau pemecahan masalah melalui tulisan, dan (c) meningkatkan proporsi kesediaan siswa untuk menjadi sukarelawan dalam kontribusi terhadap diskusi Kelas berikutnya. 3) Brainstorming Duangjai (2008) mendefinisikan brainstorming sebagai aktivitasaktivitas. yang mendorong siswa untuk fokus pada suatu topik dan berkontribusi pada ide yang mengalir bebas. Guru dapat_memulai dengan mengajukan pertanyaan atau masalah, atau dengan memperkenalkan suatu topik kemudian siswa mengungkapkan kemungkinan jawaban yang relevan dengan menggunakan kata- kata dan gagasannya. Kontribusi siswa dalam ‘menjawab pertanyaan diterima ‘Dengan mengekspresikan ide dan mendengarkan a kan pengetahuan atau pemahaman smusa ide disambut, 2) Setiap kelompok bertujuan untuk menambah kuantita, bukan kualitas ide. 3) Menilai ide tidak diperbolehkan. 4) Gagasan adalah mij tersama; menggabungkan atau meningkatkan ide sebclumnys sangat di anjurkan, 4) ercagubah pun baa ened tek Berbeda dengan menyelesaikan pekerjaan yang membosankan dari perintah yang monoton dan kemudian menghafal materi yang ditransfer dari buku pelajaran day catatan ke panduan belajar kertas dan pensil, penggunaan komputer yang memilik perangkat lunak teka teki dan mengubah instruksi pembelajaran menjadi teka tek yang relatif mudah dipecahkan dapat mengubah materi menjadi berisi hal-hal seperti istilah penting, orang, fakta, dil menjadi teka-teki silang yang menarik. 5) Tugas dan proyek Tugas adalah sebuah latihan atau serangkaian latihan bagi siswa untuk bekerja bersama — biasanya secara individu tetapi kadang-kadang dalam kelompok. Para siswa dapat mengerjakan latihan tersebut di mana pun, kapanpun dan dalam ‘urutan apa pun tugas-tugas tersebut dilakukan, Proyek biasanya lebih terbuka daripada penugasan. 6) Ringkasan siswa dari jawaban siswa lain ‘Untuk mempromosikan mendengarkan secara aktif, seteloh satu siswa dengan ge en ore see ee | merangkum tanggapan siswa pertama. Banyak siswa tidak banyak mendengarkan apa yang dikatakan teman sekelas mereka, alih-alih menunggu guru untuk aoe mengulangi jawabannya. Menyuruh siswa untuk merangkum 8) Bermain peran/role play Ketika dirancang dan difasilitasi dengan terampil, role play di kelas adalah suatu strategi pembelajaran aktif utama yang di gunakan untuk (a) membangkitkan minat dan keterlibatan siswa, (b) memberikan cara yang realistis dan relevan bagi siswa untuk mengbubungkan konten an pribadi mereka dan 2 penting deng: atau Kehidupan mereka, (c) mengajar siswa untuk mengembangkan dan menerapkan keterampilan berpikir kritis, (d) menciptakan peluang untuk transfer pengetahuan juga mengembangkan kesadaran diri dan pemahaman yang lebih dalam, dan (e) membantu siswa mengembangkan peningkatan empati tethadap orang lain dan menghargai keanekaragaman budaya. Role play memiliki daya tarik bagi siswa karena memungkinkan siswa untuk kreatif. 9) Simulasi Simulasi sangat mirip dengan permainan peran namun didalam simulasi siswa dapat membawa item yang lebih mirip dengan realistis ke dalam kelas. 10) Pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran di mana tim kecil yang terdiri dari siswa-siswa dari berbagai tingkat kemampuan, menggunakan beragam kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang suatu subjek Setiap anggota dari sebuah tim bertanggung jawab tidak hanya untuk mempelajari apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan tim belajar, sehingga meneiptakan suasana prestasi. Siswa mengerjakan tugas sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan melengkapi tugas-tugasnya. 11) Pertanyaan Kuis/Tes Siswa diminta untuk terlibat aktif dalam menciptakan kuis dan tes dengan menyusun beberapa (atau semua) pertanyaan untuk ujian, Latihan ini dapat ditugaskan sebagai pekerjaan rumah dan dievaluasi sebagai penilaian materi Dalam meminta siswa untuk berpikir mengenai pertanyaan-pertanyaan ujian, guru mendorong mereka untuk berpikir lebih dalam tentang materi yang dipelajari dan untuk mengeksplorasi tema utama, perbandingan pandangan yang disajikan, aplikasi, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi lainnya, Setelah pertanyaan yang dibuat oleh siswa dikumpulkan, gua dapat menggunakan pertanaan tersebut sebagai dasar permainan ulasan. 7 2) Mengundanj . 2) ndang pembicara tamu yang fel Mengundang pembicara tamu yang ¢fek if dapat membangkitkan minat sj. ygundang is diskusi (TAPS) (pemecahan masalah berpasangan Jas yang hidup dalam suatu topik dan merangsang di dalam kelas y% problem solving s. masalah kompleks, atau menafsirkan tek, 13) Thinking-aloud paii Untuk menyelesaikan studi kasus ei siswa dapat dipasangkan dengan siswa Iainnya yang ditunjuk sebagai pembes penjelasan dan yang lainnya sebagai penanya, Pemberi penjelasan menjelaskan i in kemudian tentang bagaimana menguraikan masalah yang ada da miki rmendeskripsikan bagaimana mereka akan menyelesaikan kasus, masala, atay interpretasi yang mereka miliki, Para penanya akan mendengarkan penjelasannya dan mereka juga dapat mengajukan pertanyaan atau menawarkan ide lainnya Pada titik tertentu, para siswa membalikkan peran, dan proses itu berlanjut sampai latihan diakhiri 14) Think-Pair-Share Dalam strategi ini, yang dikembangkan oleh Frank Lyman (1981), instruktur memberikan pertanyaan, analisis, evaluasi, atau sintesis, dan memberi siswa waktu 30 detik atau lebih untuk memikirkan tanggapan yang sesuai dengan pertanyaan tersebut (Waktu berpikir). Waktu berpikir juga dapat digunakan untuk menulis respons. Setelah itu, siswa akan masuk ke sesi “waktu menunggu,” pada sesi ini siswa beralih ke pasangan kelompok mereka dan membagikan tanggapan mereka, dengan memberikan umpan balik langsung pada ide-ide mereka (dilakukan secara berpasangan). Selama tahap ketiga dan terakhir, tanggapan siswa dapat dibagikan dalam tim belajar, dalam kelompok yang lebih besar, atau dalam seluruh kelas selama diskusi tindak lanjut (membagikan hasil diskusi. Kablan (2009) menyatakan "Aplikasi game yang terorg: dengan baik sesuai dengan tujuannya, dapat meningkat proses pembelajaran, memperkuat retensi dan memasok pembelajaran yang efektif dengan kesenangan di tempat pelajaran yang membosankan serta meningkatkan motivasi belajar” 17) Menggunakan strategi penilaian sumatif Memberikan tes atau kuis untuk mengukur pembelajaran siswa untuk tujuan penilaian merangsang siswa aktif untuk terlibat dalam proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Kuis atau tes tradisional yang dirancang dengan baik dan hati-hati (misalnya, pilihan ganda, esai) dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran ketika mereka mengetahui dengan jelas fokus tujuan pembelajaran yang penting. 18) Menggunakan film dan video yang sedang popular Menggunakan kutipan ilustratif dari film-film populer sudah pasti meningkatkan minat siswa, dan dapat merangsang pemikiran kritis yang terfokus dan refleksi pribadi siswa. Video menyediakan konteks siap pakai untuk presentasi kosa kata baru, struktur, dan fungsi serta memberikan stimulus untuk berbicara. Video atau film menyediakan sumber yang sangat baik untuk input pekerjaan pada topic atau materi yang di bahas. 19) Mengintegrasikan teknik debat ke dalam tugas kelas Tugas debat Kelas membantu siswa (a) belajar mencari lokasi informasi, (b) berpikir kritis, (c) merumuskan argumen persuasif dan kontra-argumen, dan (d) abpenesiepsce diri dalam bentuk lisan dan tulisan, iat Kunjungan lapangan (nyata, disimulasikan, atau virtual) -siswa ke uar ruang kelas untuk melakukan kunjungan lapangan adalah pembelajaran aktif, Pada tingkat dasar, kunjungan lapangan jelas bagi siswa untuk membuat hubungan otentik ik yang. seringkaliabstrak dengan Kchidupan Referensi: Learning Handbook: Institute for Excellence 1, Bell & Kahroof, 1.( 2006) ty Development Center: Webster University Teaching and Learning Facult Jsit Instructional Strategies to Creat, v ison, J. ( 2010). Using Active Learning 7 Eh ee and. Enhance Learning. Retreived on 3-3-2013 From yww.cte.cornell.edu,../Active6T Leaming Lyman, F. (1987). Think-Pair-Share: An Ending Teaching Technique: MAA-CIE Cooperative News. V. 1. p- 1-2 Haack K. (2008). UN Studies and the Curriculum as Active Learning Tool International Studies Perspectives, 9, 395-410. Harb, A. (2007), The Effectiveness of Educational Games on Sixth Graders Achievement in English Language in Gaza Southern Governorate” Unpublished MA Thesis, Islamic university, Gaza. Liu, C. & Mattews,R. ( 2005). Vygotsky's Philosophy: Constructivism and its Criticisms Examined. International Education Journal, vol. 6(3): PP 386- 399, Kablan, Z. (2010),The Effect of Exercise Based on Computer Games During the Process of Learning on Academic Achievement among Education Majors. Unpublished M.A thesis, Faculty of Education, Izmit, Kocaeli, Turkey. Meyers, C. &Thomas B. Jones, (1993) . Promoting Active Learning: Strategies at The College Classroom. San Francisco: Jossey-Bass Publishers. Mustafa. Watters, Natalie, (2014) An exploration of the concept and practice of active learning in higher education. Unpublished PhD thesis, School of Education, University of Glasglow. Petty,G. (200) Teaching Today: A Practical Guide. 4Pth P edition. Nelson Thoms, Prince, M. (2004). Does Active ng Work? A Review of the Rese: ' xs 7 arch, Journal OF gineering Edenton, 93), 223-281. P School Teachers Towards Active Leaning Tamil Nadu. International Journal Of 3. Inovasi Teknologi dalam Pembelajaran Bahasa Inggris From Stand-alone Computer to Mobile Phone A Gumawang Jati Institut Teknologi Bandung Gumawang.Jati@gmail,com Pendahuluan Dengan berkembangnya teknologi yang sangat pesat terutama dalam bidang Internet Communication Technology (ICT), inovasi pengembangan pembelajaran bahasa Inggris juga dilakukan seiring dengan tuntutan jaman. Dalam tulisan ini, yang dimaksud dengan inovasi adalah upaya untuk mewujudkan peningkatan pendidikan dengan melakukan sesuatu yang dianggap oleh pelaksana sebagai sesuatu yang baru atau berbeda. Inovasi dalam bidang pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan computer, dimulai dari tahun 1980-an, kontribusi yang signifikan disumbangkan oleh Kennedy (1988) dari Inggris dan Henrichsen (1989) dari Amerika Serikat. Dalam beberapa dekade terakhir, minat terhadap topik inovasi telah tumbuh secara substansial, khususnya dalam dunia pendidikan secara umum dalam hasil penelitian oleh Michael Fullan (misalnya, Fullan, 2001) dan Andy Hargreaves (misalnya, Hargreaves, 2003), dan dalam pendidikan bahasa , sebagaimana dipublikasikan dalam buku-buku: Murray (2008), Alderson (2009), dan Wedell (2009). Inovasi di bidang pengajaran dan pembelajaran bahasa terkait erat dengan perkembangan ilmu komputer, diikuti dengan penemuan internet yang dikenal dengan World Wide Web dan kemudian disusul dengan mobile Apps. Pada awal abad 21, berbagai teknologi yang tersedia untuk digunakan dalam pembelajaran dan pengajaran bahasa telah ‘menjadi sangat beragam dan cara penggunaannya juga beragam, baik untuk kegiatan_ di dalam kelas maupun untuk kegiatan manditi di luar kelas. jini, penulis mengulas perkembangan teknologi dalam pembelajaran dan ? ngaruh 1 dan pendekatan dalam pembelajaran ae ae dan berbicara, gan teknologi audio seperti pita magnetic, fo if, dan disusul dens é aera & Bramoulle’, 2000). perta que, Annan, media digital yang lain. (Delco Computer Assisted language Learning (CALL) pembelajaran Bahasa Berbasis Komputer dan Instruks! Bahasa Berbantuan Komputg ddan siswa sebagai alat bantu untuk meningkatkan pembelajaray ditujukan untuk guru Istilah Computer Assisted Language Learning muncul pada tahun 1980-an dan berasa) dari jstlan yang digunakan sebelurmya yaitu Computer Assisted Language Instruction. Salah satu alasan untuk perubahan ini Karena pergeseran. paradigm pendekatan pembelajaran dari eacher centered ke student centered. Sementara CALL dianggap pendekatan yang melibatkan "latihan bahasa berulang” dan disebut sebags “latihan dan Jatihan” (Warschauer, 1996: 3), CALL memperluas cakupannya, ‘merangkul pendekatan komunikatif dan berbagai teknologi baru, Banyak penelitian menunjukkan bahwa teknologi jika diterapkan secara tepat dapat _memberikan kontribusi yang signifikan untuk: 1) Pembelajaran Eksperiensial World Wide Web memungkinkan siswa untuk mengakses berbagai informasi yang ibutukannya secara mandiri, Mereka juga bisa menulis berbagai hal sesuai dengan keinginamya, Mereka menjadi peneipta bukan hanya penerima pengetahuan, Dengan semakin berkembangnya web 2.0, maka siswa bisa berpartisipasi dalam berbagai forum baik yang sifatnya akademis maupun sosial. 2) Motivasi dan Peningkatan Kompetensi Siswa { Kegiatan_belgjar yang menggunakan ‘computer atau internet akan aula motivas sa dalam bear. Pembelajaran berbasis Intemet dapat - 4) Interaksi Lebih Luas Akses yang sangat lebar untuk menjelajah halaman web bisa membust instruksi linier di dalam kelas membosankan, Dengan mengirim E-mail dan bergabung dengan newsgroup, siswa dapat berkomunikasi dengan orang yang belum pernah mereka temui, Siswa juga dapat berinteraksi dengan teman sekelas mereka sendiri di luar jam pelajaran misalnya melalui kanal-kanal sosial media. Selain itu banyak latihan interaktif yang berhubungan dengan pelajaran sekolah yang biasanya memberikan umpan balik instan. a }) Individualisasi Siswa yang pemalu atau /ate blommers akan mempunyai kesempatan untuk mencoba secara individu tanpa harus mengikuti kecepatan teman teman lainnya. Dengan demikian ada kesempatan untuk membangun kepercayaan diri. Hal ini sangat sulit jika tidak difasilitasi dengan kegitan interaktif dengan komputer atau website. 6) Pemahaman Global Bahasa asing dipelajari dalam konteks budaya. Dengan menggunakan koneksi Internet, seorang’ guru bahasa Inggris bisa memfasilitasi siswanya untuk berselancar di dunia maya, berkomunikasi global, baik dalam bentuk tulisan seperti menulis email atau berkomentar pada diskusi online maupun mengadakan percakapan dengan menggunakan fasilitas ICT. Setelah_membahas kontribusi signifikan dari CALL, perlu untuk mengetahui hubungannya dengan teori pedagogis. Menurut Warschauer & Healey (1998), ada ~ tiga tahapan utama: CALL behavioris, CALL komunikatif, dan CALL integratit. “Setiap tahap sesuai dengan tingkat teknologi tertentu dan teori pedagogis tertentu, i date gminss weC! oes & dijalankan di Universitas Illinois. Program int digunakan untuk latihan ekstensif, tata bahasa, dan tes terjemahan (Ahmad, et al., 1985). Penolakan terhadap CALL Behaviorist muncul dari pemikiran model pembelajaray bahasa model behaviorist Skinner yang dasarnya pada perilaku hewan atau popuje, dengan istilah carrot and stick. Dorongan untuk perubahan mendasar ini berasal day karya Chomsky, dalam ulasannya (1957) tentang Perilaku Verbal Skinner. Kritik lain dari behaviouristic CALL menyatakan bahwa semua CALL courseware dan aktivitasnya harus membangun motivasi intrinsik dan harus mendorong interaksi . baik siswa-komputer dan siswa-siswa (Stevens 1989). Communicative CALL Communicative CALL muncul pada tahun 1970-an dan 1980-an sebagai reaksi tethadap pendekatan behavioris dalam pembelajaran bahasa, Para pendukung pendekatan komunikatif menekankan bahwa CALL harus lebih fokus pada penggunaan bentuk daripada pada formula itu sendiri, Sebagaimana dinyatakan oleh Warschauer (1996: 4), John Underwood, yang pada tahun 1984 mengusulkan serangkaian pandangan untuk ‘Communicative’ CALL" (Underwood, 1984: 52), Pandangan ini antara lain: 1) Lebih fokus pada penggunaan bentuk daripada pada formula itu sendiri: 2) mengajar tata bahasa secara implisit daripada secara eksplisit: 3) 3. mendorong siswa untuk menghasilkan ujaransenditi daripada hanya memanipulasi bahasa yang telah diajarkan; 4) 4. tidak menilai atau mengevaluasi semua tindakan siswa dan tidak memberi Pujian yang berlebihan; 5) 5. menghindari amy bahwa mereka berbegal responsisyay | ece j salah dan fleksibel terhadap 1) Komputer sebagai tutor model masih banyak digunakan, meskipun penekanannya pada latihan keterampilan daripada drilling (Taylor, 1980) 2) Komputer sebagai alat kerja atau komputer sebagai alat yang tidak secara khusus dibuat dengan tujuan untuk pembelajaran bahasa melainkan sebagai alat_ yang sudah ada seperti kamus digital, pengolah kata, pemeriksa ejaan dan tata bahasa, desktop publishing, dan konkordansi. Dengan demikian secara tidak langsung, Komputer membantu pembelajar dalam memahami bahasa (Taylor, 1980) Komputer sebagai stimulus (Taylor, 1980) melibatkan penggunaan aplikasi untuk berkomunikasi antar siswa, Sekali lagi, bukan alat yang dirancang kluusus untuk pembelajaran bahasa. 3 Dari penjabaran diatas terlihat bahwa komputer belum digunakan secara maksimal untuk pembelajaran dan perlu digali kemampuannya secara maksimal. Misalnya program seperti microsoftword bisa dijadikan alat untuk diskusi awal antar siswa. Dalam hal ini komputer dijadikan_ alat stimulus. Pada akhir 1980-an, pendekatan ini smenerima banyak kritik. Tampaknya seolah-olah CALL gagal menggali potensinya dan komputer digunakan secara ad hoc dan terpisah, yang berarti bahwa itu tidak berkontribusi pada inti dari pengajaran, tetapi lebih berfungsi sebagai alat marjinal. Kritik terhadap CALL melahirkan kajian ulang terhadap communicative CALL sehingga lebih terintegrasi mengingat banyaknya program baru yang bermunculan dengan cepat (Warschauer 1996: 6). -karena menggunakan komputer terpisah dari kegunaan pembelajran bahasa saja. Guru telah berpindah dari komunikatif ke pandangan sosio-kognitif yang aoa dalam konteks yang otentik dan Komputer yang tersambung ke jaringan internet mempunya! berbagai aplikasi omy dapat digunakan di kelas bahasa asing. Ini termasuk kamus dan ensiklopedi, tay untuk gura, ruang diskusi, tutor untuk pengueapan, kuis tata bahasa dan Kosakata, dy cekstrak karya sastra, World Wide Web (WWW) merupakan perpustakaan virtual yang dapat diakses oleh setiap pengguna kapan saja dan dimana saja. Kegiatan EFL berbasis jaringan dapat berupa penulisan proyek. Sebagai conto seorang siswa dapat mengembangkan pengetahuan secara aktif: Dalam hal ini sisy, dapat bekerja sendiri, atau dalam kelompok, sesuai dengan tujuan yang ditetapkay oleh guru, Berbagai sumber selain internet seperti perpustakaan sekolah, ensiklopedi, buku referensi, dan lain-lain dapat juga digunakan, Hasil akhir dari hasil kerja mere dapat diketik menggunakan word processor. Word processor dapat digunakan dalam menulis Komposisi, untuk mempersiapkan buletin kelas ateu untuk membuat web sekolah. Dalam suatu halaman Web, siswa dapat mempublikasikan hasil kerja merekz schingga dapat menjangkau khalayak yang lebih luas. Web 2.0 Setelah mendiskusikan integrative CALL, kita perlu menelaah perkembangan teknologi website terutama Web 2.0. Istilah Web 2.0 digunakan untuk mendeskripsikan generasi_ kedua World Wide Web yang terfokus pada Kemampuannya dalam memfasilitasi pengguna untuk berkolaborasi dan berbagi informasi secara online. Web 2.0 pada dasarnya mengacu pada transisi dari halaman Web HTML statis ke Web yang lebih dinamis dan lebih terorganisasi, Perkembangan ini didasarkan pada penerapan aplikasi Web yang sifatnya melayani pengguna dalam berkomunikasi dan berkolaborasi. Fungsi lain yang disempurnakan dari Web 2.0 ini mencakup komunikasi terbuka antar individu dalam komunitas penggunt berbasis web, dan berbagi informasi dalam komunitasnya. Blog, wiki, dan layanct ‘Web sermuanya dlhat sebagai Komponen Web 2.0, (Tim OReilly, 2015), YouTube, Teach em fet Tube, dan situs jejaring sosial seperti Facebook, MySpace, dan Twitter. Alat Web 4 at technology integration, Preston (2004), ia reacts development complemented with it acsenansenss's case studies at with professional Geis has instrument yang dipakai pada tiga Jems Pengukura, a penilaian artifak pembelajaran, ruby jlaian atribut afektif. Satu pe, Selanjutnya, bab ini memb: ‘ sebagaimana dibahas di atas, yaitu rubrik 7 : , pengamatan kegiatan pembelajaran, dan kuesioner P anaes satu instrument tersebut dibahas dan diuraikan dengan harapan dapat igunakan unt keperiuan praktis mengevaluasi kompetensi TPACK para guru di SMA dan SMK. 1) Rubrik penilaian artifak pembelajaran Instrument dalam bentuk rubrik untuk mengukur artifak pembelajaran masih tergolong langka. Namun demikian, dari penelusuran di berbagai jurnal dapa, ditemukan satu instrument yang sering digunakan untuk mengevaluasi persiapan integrasi TIK dalam pembelajaran, yaitu rubrik yang dikembangkan oleh Britten dan Cassady pada tahun 2005 yang dikenal dengan nama Technology Integration Assessment Instrument (TIAL) dan telah direvisi oleh Haris, Grandgenett dan Hofer (2010). Selanjutnya dalam buku ini rubrik TIAI diterjemahkan menjadi Rubrik Penilaian Integrasi TIK pada kurikulum atu rencana pembelajaran, Namun demikian, istilah tersebut tidak menghasilkan akronim yang mudah untuk diingat sehingga istilah TIAI tetap dipergunakan dalam pembahasan selanjutnya. Rubrik ini digunakan untuk mengukur secara kualitatif kompetensi guru dalam ‘mengintegrasikan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) pada kegiatan pembelajaran yang tampak pada rencana pembelajaran. Dengan kata lain, rubrik ini digunakan untuk mengukur kompetensi guru dalam merencanakan integrasi TIK sebagai media pembelajaran dan belum mengukur kompetensi praktik tentang pemanfaatan TIK. sebagai media pembelajaran, Rubrik TIAT pada versi pertama terdiri dari tujuh komponen, yaitu (1) perencanaan Penggunaan TIK, (2) Standar isi atau jenis TIK, (3) Standar TIK, (4) Diferensiasi, (5) Pemanfaatan TIK untuk Pembelajaran, (6) Pemanfaatan TIK untuk Pengajaran, (7) Pemanfaatan TIK untuk 2) engetahuan tentang pedag P g pedagogi dan materi ajar (PCK), serta pengetahuan tentang pedag ‘ogi, materi ajar dan te ae jar dan teknologi (TPACK). Di samping itu, dalam rubrik tersebut juga din ga dimasukkan pengukuran keterkaitan antara tujuan instruksional dengan teknolog dengan teknologi. Rubrik TIAL versi adaptasi dapat dilihat pada lampiran brik penila la A Rubrik penilaian TIAI telah dibakukan oleh para pengembangnya melalui ingkaian pei kaalitati 2 Pengujian kualitatif maupun empiris kuantitatif. Pengujian kualitatif dilakukan deng lengan cara meminta masukan atau feedback dari sejumlah guru yang telah mempraktikkan pemanfaatan TIK dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, mereka diundang pada diskusi terpumpun (Focus Group Discussion) untuk mempelajari lebih lanjut tentang tata cara menggunakan TIAI sebelum mereka diminta mempraktekkan penggunaan rubrik TIAT untuk mengevaluasi reneana pembelajaran milik mereka sendiri, Di lain pihak, pengujian secara kuantitatif dilaporkan untuk mendapatkan hasil koefisien reliabilitas inter-rater 0,857. reliabilitas Konsistensi internal Alpha Cronbach 0,911, dan reliabilitas rest-and- retest 0,87. Validitas yang diuji dengan menggunakan interclass correlation menghasilkan Koefisien kesesuaian sebesar 84,1%. Uraian tentang pembakuan rubrik TIAI tersebut memberi justifikasi bahwa instrument TIAI layak dijadikan_ pedoman untuk mengevaluasi kualitas kompetensi guru dalam merencanakan integrasi TIK dalam pembelajaran. Validasi rubrik TIAT versi Bahasa Indonesia hasil adaptast untuk disesuaikan dengan situasi di Indonesia telah dilakukan namun baru pada tahap pengujian empiris sederhana untuk mengukur tingkat validitas muka (face validity) dan reliabilitas test-and-retest. Rubrik TIAT yersi Bahasa Indonesia dapat dilihat di lampiran | Rubrik Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Salah satu rubrik pengamatan tindakan guru dalam mengaplikasikan TPACK dalam proses belajar-mengaiar yang dibahas dalam bagian ini adalah rabrik yang dikembangkan oleh Hofer, TPACK-based observation rubric Bila dicermati, para pengembang rubri TIAT yang telah diuraikan pada bagian s yaitu Kathy Swan. Selanjutnya ‘untuk mengeté «dipaparkanperbandingan en Kegunaan serta pengujiannya (Tabel 2). Grandgenett, Harris dan Swan yang diberi: nama (Hofer, Grandgenett, Harris, & Swan, 2011). ik ini adalah juga para pengembang rubrik ebelumnya, kecuali satu orang tambahan, ahui kaitan kedua instrument tersebut, 37 Tabel 2. Perbandingan Rubrik TIAI dan Rubrik Pengamatan Tindakan ‘Aspek Kegunaan Rubrik TIAL Mengukur kompetensi gurtt dalam merencanakan Rubrik Pengamatan Tindakay Mengukur kompetensi guru dalam implementasi pengintegrasian TIK dalam pengintegrasian teknologi dalam pembelajaran, pembelajaran 2 UjiValiditas ——- Melibatkan 6 orang ahli Melibatkan 7 orang peneliti TPACK dan 6 orang guru yang TPACK dan 12 guru senior yang berpengalaman tentang berepengalaman TPACK mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran. 3 Sumber data Lima belas Rencana Dua belas bua rekaman video Pelaksanaan Pembelajaran proses pembelajaran (RPP). 4 Jenis Validitas —_Validitas Konstruk dan Validitas Konstruk dan Validitas yang diuji Validitas Muka Muka 5 UjiReliabilitas Tidak disebutkan Melibatkan 12 orang guru yang berpengalaman mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran. 6 Tenik pengujian 1) Inter-rater reliability, 2) 1) Inter-rater reliabilitas, 2) reliabilitas Internal Consistency, 3) test- Internal Consistency, 3) test- retest. retest. 7 Hasil Uji 1. Inter-rater reliablity yakni 1, Inter-rater reliablity yakni ( a) Reliabilitas (a) Korelasi inter-class (0,857); (b) score agreement procedure (84,1%). 2. Internal Consisteney Cronbach Alpha (0,911), 3. Test-retest (87%), Korelasi inter-class (0,802), (b) score agreement procedure (90,8%). 2. Internal Consistency Cronbach Alpha (0,914), 3. Test-retest (93,9%). Rubrik pengamatan tindakan juga telah dibakukan oleh para pengembangnya ‘melalui uji panel pakar dan uji empiris, Sebagaimana tampak pada Table 2, tujub pakar abli dalam bidang TPACK dimintai pendapat dan feed-back dan mereka sepakat menyatakan Saale, Shaper uslitas validitas konstruk (sonsepiey va valid dan reliable untuk meng gukur Kompetensi guru dalam m asikan THK dalam kegiatan pembel, lajaran. Sejauh ini, Rubrik Pengamatan Tindakan belum dipublikasikan secar: njelasan tentang a v b: h oleh para pengembangnya. Namun penj aktivitas pembelaja Pembelajaran berbasis TPACK dalam dipahami lebih jauh pada laman (http://activitytypes.wm.edu/) 3) Technology Proficiency Self-assessment Technology Proficiency Self-assessment (TPSA) adalah alat ukur atau instrument berupa kuesioner yang dikembangkan pertama kali oleh Ropp pada tahun 1999 untuk mengukur keyakinan guru tentang kemampuannya dalam kompetensi (sel/- efficacy) terkait pemanfaatan TIK dalam pembelajaran (Gengtiirk, Gokgek, & Giines, 2010), Selanjutnya, kuesioner TPSA disempurnakan oleh Rhonda Christensen dan Gerald Knezet pada tahun 2014 (Christensen & Knezek, 2014) Pada awalnya kuesioner TPSA terdiri dari 20 butir yang dikelompokkan menjadi empat komponen kompetensi TIK, yaitu kompetensi yang berkaitan dengan (1) email, (2) world wide web (www), (3) aplikasi terintegrasi, dan (4) pemanfaatan TIK dalam pembeiajaran, Dalam perkembangan dan penyempurnaan selanjutnya peneliti menambah 14 butir baru sehingga jumlah keseluruhan butir Kuesioner menjadi 34. Tambahan butir-butir baru tersebut dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan perkembangan TIK, khususnya terkait dengan teknologi sosial media dan telepon seluler yang waktu itu belum muncul, Walaupun jumlah butimya bertambah, jumfah kelompok komponennya dipertahankan tetap sama seperti semula. Dalam instrumen ini, responden diminta menanggapi tau menjawab sesuai dengan keyakinannya masing-masing terhadap kompetensi tentang TIK pada tiap butir kuesioner. Kompetensi tersebut dinyatakan dengan kata kerja dan ditulis pada tiap awal pernyataan butt. Untulk memandu seluruh butir, di awal kuesioner diruis pemystaan umum berupa teks rumpeng Yang terkait dengan kompetensi pada tiap butir. Pemyataan awal tersebut perbunyi, ‘Saya merasa yakin bahwa saya mampu memanfeatkan Tekmologt Informasi Komunikasi (THK) tentang hal hal berikut ini: ...” Terjemahan could ... . Pada tip butir kuesi dan/atau ketidaksetujuan dengan skala 1 untuk pilihan ‘sangat yuan i berupa eee isngre) dan sale Sunk pian sngat sex (only tidak setuju agree). adaptasi dati pernyataan aslinya, “I feel confident 1 joner terdapat lima alternatif pilihan jawaban 39 Ki sasi oleh pengemban, Kuesioner TPSA telah dibakukan atau distandarisasi oleh pengembangnya m, ey si A tela ; ne erangkaian pen; Ss nyatakan bahwa instrumen ini dap, serangkaian pengujian empiris dan dinyat i pat layak dipakai untuk mengukur kompetensi guru tentang pengintegrasian 7 dalam pembelajaran. Uji validitas konstruk menyatakan rena semua byt, memiliki factor loading > 0,50 sehingga dinyatakan valid sedangkan yi reliabilitas konsistensi internal menghasilkan koefisien Cronbach-Alpha untuk >, butir (TPSA versi 1) sebesar 0,93. Hasil untuk 14 butir tambahan menghasilkay Koefisien Cronbach-Alpha berturut-turut (1) dimensi email = 0,85, (2) dimen www = 0,87, (3) dimensi integrasi aplikasi = 0,81, dan (4) dimensi pemanfsatay TIK dalam pembelajaran 0,84. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kuesioner TPg4 memiliki tingkat reliabilitas tinggi. Kuesioner TPSA versi Bahasa Indonesig dilampirkan pada bagian akhir buku ini agar dapat dimanfaatkan untuk mengukuyr keyakinan para guru tentang kompetensinya dalam hal TPACK. Uji validitas dan reliabilitas TPSA versi Indonesia sudah dilakukan walaupun baru pada tahap uji sederhana (Lampiran 3), Berikut sekilas uraian singkat tentang langkah dan prosedur yang ditempuh dalam melakukan adaptasi Kuesioner TPSA, Pertama, kuesioner TPSA yang telah disempurnakan yang terdiri dari 34 butir (versi orisinil dalam Bahasa Inggris) diberikan kepada tiga orang ahli bidang Teknologi Pendidikan, Tiga buah Pertanyaan tentang kuesioner TPSA diberikan kepada ketiga ahli tersebut yaitu (1) apakah butir-butir kuesioner TPSA telah mewakili serta menggambarkan Kompetensi TIK dalam pembelajaran, (2) apakah Pengelompokan_butir-butir Pemyataan dalam kuesioner telah sesuai, (3) apakah penyebutan contoh pada kontekstu aurea ‘al menjadi ‘Saya merasa yakin bahwa saya mampu_memanfaatkan I Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) tentang hal-hal berikut ini Di samping itu, dalam penerjemahan adaptasi i ‘ , beberapa istilah baku yang telah umum digunakan dalam TILK, misalnya kata-kata email, home page, podcasts audio books, dan bookmarks tidak diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Sedangkan beberapa kata lainnya yang juga dikategorikan sebagai istilah baku dan umum dalam TIK namun bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia diperkirakan dapat menimbulkan kendala maka yang. dilakukan dalam penerjamahan adaptasi ini adalah menerjemahkan kata-kata tersebut dan juga menuliskan Kata aslinya langsung setelah kata kata tersebut misalnya Kata ‘subscribe’ diterjemahkan dengan kata ‘mendaftar’ (subscribe); kata ‘search ‘engine’ diterjemahkan ‘mesin pencari tautan’ (search engine). Hal ini dilakukan atas saran para ahli yang dimintai pendapatnya dalam proses validasi dan adaptasi TPSAi. Daftar Pustaka Christensen, R., & Knezek, G. (2014). The Technology Proficiency Self-Assessment Questionnaire ( TPSA ); Evolution of a Self-Efficacy Measure for ‘Technology Integration, 311-318, Retrieved from http://creativecommons org/licenses/by-ne-nd/3.0/ Gengtiirk, E., Gikgek, T., & Giines, G. (2010). Reliability and validity study of the technology * iency self-assessment scale. Procedia Social and Behavioral Sciences, as 2863-2867. fhttps://doi.org/10.1016/.sbspro.2010.03.429 is, J, Grandgenett, N., & Hofer, M. J. (2010). Testing a TPACK-Based fae “Technology Integration Assessment Rubric. “Harris, J., & Swan, K. (2011). Testing a TACK-Based : ion Rubric Testing a TPACK-Based T._S. (2009). ACK : The for Preservice

Anda mungkin juga menyukai