Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM PERNAPASAN “ASMA”


UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

AHMAD FAUZI TAMPUBOLON RESI PUSPITASARI


ANNA KEMALA SARI TUSNI SYARIFATI
ARIS SUNANDAR VONNY JANTHY
DESIANA
KELAS : 1A

DOSEN PEMBIMBING : Ns.SLAMETININGSIH,M.Kep,Sp.Kep.J

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM S1 TRANSFER
2016-2017

1
KATA PEGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini sesuai waktu yang
telah ditentukan. Shalawat serta salam tetap tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad
Saw, beserta sahabat dan para pengikutnya.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang
telah diberikan oleh berbagai pihak, baik moril maupun materil dalam proses pembuatan
makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Pepatah
mengatakan, Tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, saran ataupun kritik yang
membangun, sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga apa yang
disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Jakarta, Oktober 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan............................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................................3
A. Definisi Asma.................................................................................................................3
B. Jenis-Jenis Asma............................................................................................................3
C. Klasifikasi Asma............................................................................................................4
D. Etiologi...........................................................................................................................5
E. Patofisiologi....................................................................................................................7
F. Penatalaksanaan..............................................................................................................9
G. Pemeriksaan Diagnostik.................................................................................................9
H. Komplikasi.....................................................................................................................9
I. Asuhan Keperawatan......................................................................................................9
BAB IIITINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN............................................................16
A. Kasus 1.........................................................................................................................16
B. Pembahasan & Asuhan Keperawatan...........................................................................16
BAB VI EVIDENCE BASED PENATTALAKSANAAN PADA KASUS...........................23
BAB V......................................................................................................................................24
PENUTUP................................................................................................................................24
A. Kesimpulan...................................................................................................................24
B. Saran.............................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma merupakan penyakit jalan nafas obstruksi intermiten, reversible, dimana
trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu (Brunner &
Suddarth, 2001). Faktor Pencetus dari asma antara lain : Allergen, stres, cuaca, dan lain-
lain.
Di dunia diperkirakan 300 juta orang menderita asma. Organisasi kesehatan
dunia (WHO) mempekirakan 15 juta disability-adjusted life years (dalys) hilang setiap
tahunnya karena asma (baik pada morbiditas maupun karena kematian prematur). Selain
itu, WHO juga memperkirakan 250.000 kematian karena asma setiap tahunnya.
Berdasarkan data WHO Non Cummunicable Disease di Asia Tenggara
diperkirakan bahwa 1,4 juta orang meninggal dunia karena penyakit paru kronik dimana
86% disebabkan karena penyakit paru obstruksi kronik, dan 7,8% disebabkan karena
asma. WHO fact sheet 2011 menyebutkan bahwa terdapat 235 juta orang menderita asma
di dunia, 80% berada di negara dengan pendapatan rendah dan menengah, termasuk
Indonesia. Berdasarkan data sistem informasi rumah sakit (SIRS) di Indonesia
didapatkan bahwa angka kematian akibat penyakit asma adalah sebanyak 63.584 orang
(Depkees, 2014). Dari data Riskesdas 2013, penderita asma di Indonesia paling banyak
di derita oleh golongan menengah kebawah dan terbawah (tidak mampu), persentase
untuk menengah kebawah sebanyak 4,7% dan terbawah 5,8%. Terdapat 18 provinsi yang
presentasenya melebihi angka nasional, dengan tertinggi di provinsi Sulawesi Tengah
(7,8%) atau secara absolut sebanyak 7,8% x 2.839.290 = 221.464 jiwa.
Dari data diatas maka penulis tertarik untuk membahas lebih dalam lagi mengenai
asuhan keperawatan pasien dengan gangguan sistem pernapasan “asma” selain itu bisa
melakukan manajemen asma yang tepat agar dapat membuat orang untuk menikmati
kualitas hidupnya menjadi lebih baik dan tehindar dari penyakit asma.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa/i dapat mengetahui materi tentang asma dan mengaplikasikan secara
langsung kepada pasien dengan gangguan sistem pernapasan “asma” dengan asuhan
keperawatan.
1
2. Tujuan khusus
Agar mahasiswa/i :
a. Mampu mengkaji pasien dengan gangguan sistem pernapasan “asma”
b. Menganalisa diagnosa pada pasien gangguan sistem pernapasan “asma”
c. Membuat intervensi keperawatan pada pasien gangguan sistem pernapasan
“asma”
d. Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat
e. Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Asma
Asma merupakan penyakit jalan nafas obstruksi intermiten, reversible, dimana
trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu (Brunner &
Suddarth, 2001).
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan, penyempitan
ini bersifat berulang namun reversible dan diantara episode penyempitan bronkus
tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal (Sylvia A. Price dalam buku
NANDA NIC-NOC jilid 1, 2015).
Menurut National Institute of Health (NIH)-Natinal Heart, Lung, and Blood
Institute (NHLBI) dikutip oleh Wibisono M Jusuf, dkk, 2010 , asma adalah penyakit
inflamasi kronik saluran nafas dimana banyak sel berperan terutama sel mast, eosinofil,
limposit T, makrofag, neutrofil, dan sel epitel. Asma adalah suatu inflamasi kronik
gangguan saluran nafas (Tierney Lawrence M, dkk, 2001).
Jadi dapat disimpulkan bahwa asma adalah suatu penyakit inflamasi kronik pada
saluran nafas, dimana trakea dan bronkus berespon hiperaktivitas terhadap rasangan
tertentu yang menyebabkan peradangan penyempitan bersifat berulang namun reversible.

B. Jenis-Jenis Asma
Menurut NANDA, asma dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Asma bronkial
Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari luar,
seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab alergi. Gejala
kemunculannya sangat mendadak, sehingga gangguan asma biasa datang secara tiba-
tiba. Jika tidak mendapatkan pertolongan secepatnya, risiko kematian bisa datang.
Gangguan asma ini juga bisa muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan
penyempitan saluran pernafasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya
otot polos saluran pernafasan, pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan
timbunan lendir yang berlebihan.

3
2. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma ini biasanya terjadi
pada malam hari, disertai sesak nafas yang hebat. Kejadian ini disebut nocturnal
paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada saat penderita sedang tidur.

C. Klasifikasi Asma
Berdasarkan penyebabnya, asma dapat diklasifikasikan menjadi 3 type yaitu:
1. Asma alergik (ekstrinsik), merupakan asma yang ditandai dengan reaksi alergik yang
disebabkan oleh alergen spesifik seperti debu, serbukbunga,bulu binatang,obat-obatan
(antibiotik, aspirin) dan spora jamur. Pasien dengan asma alergik biasanya
mempunyai riwayat keluarga yang alergik dan riwayat medis masa lalu ekzema atau
rinitis alergik.
2. Asma non alergik atau idiopatik, ditandai dengan adanya reaksi non alergik yang
bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara
dingin, adanya infeksi saluran pernapasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi
lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang
menjadi bronkhitiskronik dan empisema. Beberapaklienakanmengalami asma
gabungan.
3. Asma gabungan, merupakan bentuk asma yang paling umum,dimana asmaini
mempunyai karakteristik dari bentuk alergen maupun bentuk nonalergik atau
idiopatik.
Berdasarkan derajatnya asma menurut GINA (Global Initiative For Astma), yaitu :
1. Intermiten
Gejala kurang dari 1 kali/minggu dan serangan singkat.
2. Persisten ringan
Gejala lebih dari 1 kali/minggu tapi kurang dari 1 kali/hari.
3. Persisten sedang
Gejala terjadi setiap hari.
4. Persisten berat
Gejala terjadi setiap hari dan serangan sering terjadi.
Berdasarkan stadiumnya dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Stadium I

4
Waktu terjadinya edema dinding bronchus, batuk proksismal karena iritasi dan batuk
kering, sputum yang terkontrol dan mengumpal merupakan benda asing yang
merangsang batuk.
2. Stadium II
Sekresi bronchus bertambah batuk dengan dahak jernih dan berbusa pada stadium ini
mulai terasa sesak nafas berusaha bernafas lebih dalam, ekspirasi memanjang dan ada
wheezing otot nafas tambah turut bekerja terdapat retaksi suplai sternal epigastrium.
3. Stadium III
Obstruksi/spasme bronchus lebih berat. Aliran darah sangat sedikit sehingga suara
nafas hampir tidak terdengar.

D. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
asma yaitu:
1. Faktor predisposisi. Salah satu faktor predisposisi yang dapat menyebabkan
asma adalah faktor genetik, dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunanya yang jelas. Klien dengan penyakit
alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, maka klien sangat mudah terkena serangan asma jika terpapar
dengan faktorpencetus. Selain itu hipersensitifitas saluran pernapasannya bisa
diturunkan.
2. Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan serangan asma adalah :
a. Alergen, dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1) Inhalan yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
2) Ingestan yang masuk melalui mulut seperti makanan dan obat-obatan.
3) Kontaktan yang masuk melalui kulit seperti perhiasan, logam dan jam
tangan
b. Perubahan cuaca, cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadakdingin merupakan faktor pemicu
terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan
musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, dan musim bunga. Hal ini
berhubungan dengan arah angin, serbuk bunga, dan debu.

5
c. Stres, atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul segera diatasi, klien dengan asma yang mengalami stres atau
gangguan emosi perlu diberikan nasehat untuk menyelesaikaan masalahnya.
Karena bila stress belum diatasi, maka gejala asma belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung yang dapat
menyebabkan serangan asma. Hal ini berkaitan dengan tempat kerja klien.
Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik
asbes, semen dan polisi lalu lintas. Gejala asma pada klien ini membaik pada
saat libur atau cuti.
e. Olah raga atau aktivitas jasmani yang berat. Sebagian besar klien dengan
asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah raga
yang berat. Lari capat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan
asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesaiaktifitas tersebut.

6
E. Patofisiologi

Faktor Pencetus : faktor predisposisi & presipitasi

Antigen yang terikat IGE pada


permukaan sel mast atau basofil

Mengeluarkan mediator : histamin,


platelet, bradikinin dll

Permiabilitas kapile menngkat

Edema mukosa, sekresi produktif,


kontriks otot polos meningkat

Spasme otot polos sekresi kelenjar Konsentrasi O2 dalam darah


bronkus meningkat menurun

Penyepitan/obtruksi proksimal dari bronkus


hipoksemia
pada tahap ekspresi dan inspiras

7
-Mucus berlebih
Batuk Suplai darah dan O2
Gangguan pertukaran Asidosis metabolik
-wheezing kejantung berkurang
gas
-sesak napas

Penurunana kardiak
Tekanan partial oksigen di alveoli menurun outut

hiperkapnea Suplai O2 ke otak Suplai O2 ke Penyempitan jalan


menurun jaringan menurun napas
Penurunan curah Tekanan darah
jantung menurun
Gelisah -> Ansietas Koma Perfusi jaringan perifer

Peningkatan kerja otot Kebutuhan O2 meningkat


Kelemahan dan keletihan
pernapasan

Penurunan nafsu makan -> hiperventilasi


ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Ketdakefektipan pola Intoleransi aktivitas
kebutuhan tubuh nafas
Retensi O2
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas Asidosis respiratorik

8
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien asma adalah:
1. Menghilangkan obstruksi jalan napas dengan segera dengan cara
mengajarkan batuk efektif dan fisioterapi dada bila memungkinkan, pemberian
cairan yang cukup
2. Memberian obat bronkodilator dan pemberian oksigen
3. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan
asma.
4. Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien maupun keluarga tentang
cara pencegahan dan cara pertolongan pertama bila teimbul serangan asma di rumah.

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sinar X (Ro. Thorax) : terlihat adanya hiperinflasi paru-
paru diafragma mendatar.
2. Tes fungsi paru : menentukan penyebab dyspnea, volume
residu, FEV1, FVC : rasio volume ekspirasi kuat dan kapasitas vital.
3. GDA : PaO2 menurun, PaCO2 menurun/
normal/meningkat, pH normal atau meningkat.
4. Sputum (Lab) : menentukan adanya infeksi, biasanya
pada asma tanpa disertai infeksi

H. Komplikasi
1. Pneumothorak
2. Pneimonomediastinum dan
emfisema sub kutis
3. Atelaksis
4. Aspirasi dan asidosis
5. Kegagalan jantung/gangguan irama
jantung
6. Sumbatan salran nafas yang
meluas/gagal nafas

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
9
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan. Pada tahap ini akan
dilaksanakan pengumpulan, pengelompokan dan penganalisaan data.
a) Identitas Klien, meliputi : nama, usia, jenis kelamin, dan lain-lain.
b) Informasi dan diagnosa medik yang penting
c) Keluhan utama biasanya sesak nafas
d) Riwayat kesehatan dahulu, misalnya pernah menderita penyakit asma
sebelumnya, menderita kelelahan yang amat sangat sianosis pada ujung jari.
e) Riwayat kesehatan sekarang, yaitu:
1) Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak bergairah, pucat, tidak
ada nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan nafas.
2) Sesak setelah melakukan aktivitas/menghadapi suatu krisis emosional.
3) Sesak nafas karena perubahan udara dan debu.
4) Batuk dan susah tidur karena nyeri dada.
f) Riwayat kesehatan keluarga, yaitu :
riwayat keluarga yang menderita asma, riwayat keluarga menderita penyakit
alergi, seperti rinitis alergi, sinusitis, dermatitis, dan lain-lain.
g) Pernafasan, biasanya diperoleh data objektif mengi/wheezing, ronchi, dada terasa
tertekan atau sesak, pernafasan cepat (takipnea), btuk dengan produksi sputum,
nafas cuping hidung, dan retaksi otot dada

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual/potensial
terhadap masalah ksehatan/proses kehidupan. Dari pengkajian yang dilakukan maka
didapatkan diagnosa keperawatan yang muncul yaitu :
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d bronkospasme, peningkatan produksi
mucus.
b) Ketidakefektian pola nafas b.d peningkatan kerja otot pernafasan, gangguan
suplai O2/ gangguan pertukaran gas
c) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual/muntah, produksi
sputum.
d) Intoleransi aktifitas b.d kelemahan umum, ketidak seimbangan suplai oksigen

10
3. Rencana Keperawatan
No. Dignosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan nafas Tujuan Umum : a) Askultasi bunyi napas, catat adanya a) Beberapa derajat
tidak efektif b.d Klien akan bunyi napas seperti mengi, krekels, spasme bronkus terjadi dengan
bronkospasme, mempertahankan jalan ronchi. obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak
peningkatan produksi napas paten dimanisfestasikan adanya bunyi
mucus. nafas adventisius, misalnya : krekels
Tujuan Khusus: basah (bronkitis), bunyi nafas redup
Setelah dilakukan dengan ekspirasi mengi (emfisema),
tindakan keperawatan b) Takipneu biasanya
diharapkan: b) Pantau frekuensi pernapasan ada pada beberapa derajat dan dapat
a)Klien dapat ditemukan pada penerimaan atau
mempertahankan selama stres/adanya proses infeksi
bunyi napas bersih akut.
dan jelas c) Disfungsi
b) Klien dapat c) Catat adanya derajat dispnea, ansietas, pernafasan adalah variabel yang
mempertahankan distres pernapasan, penggunaan otot tergantung pada tahap proses kronis.
frekuensi napas, bantu pernapasan d) Peninggian kepala
irama, kedalaman d) Atur posisi klien dengan meninggikan tempat tidur mempermudah fungsi
dalam batas normal tempat tidur bagian kepala, duduk pada pernafasan dengan menggunakan
sandaran tempat tidur gravitasi
e) Pencetus reaksi

11
e) Pertahankan kebersihan lingkungan alergi pernafasan yang dapat
dengan menghindari debu, asap dll mentriger episode akut.
f) Dorong/bantu latihan relaksasi nafas
dalam. f) Memberikan pasien
beberapa cara untuk mengatasi dan
mengontrol dispnea
g) Berikan obat bronkodilator sesuai g) Merilekskan otot
program halus dan menurunkan kongesti
lokal, menurunkan spasme jalan
nafas, mengi dan produksi mukosa
2. Ketidakefektian pola Tujuan Umum a) Kaji kesadaran, a) Untuk melihat kedaan umum klien,
nafas b.d Klien akan tanda-tanda vital klien, frekuensi berguna dalam evaluasi derajat
peningkatan kerja menunjukkan perbaikan pernafasan, kedalaman pernafasan distres pernafasan.
otot pernafasan, dalam pola nafas b) Tinggikan kepala b) Pengiriman oksigen dapat
gangguan suplai O2/ tempat tidur, berikan therapy oksigen diperbaiki dengan posisi duduk
gangguan pertukaran Tujuan Khusus sesuai anjuran dokter, bantu pasien tinggi dan latihan tarik nafas dalam
gas. Setelah dilakukan untuk memlih posisi yang mudah untuk untuk menurunkan kolaps jalan
tindakan keperawatan bernafas. nafas, dispnea dan kerja nafas.
diharapkan: c) PaCO2 biasanya meningkat
a) Klien dapat c) Awasi seri GDA (bronchitis, emfisema), dan PaCO2
mempertahankan dan nadi oksimetri. secara umum menurun, sehingga
suplai oksigen hiposia terjadi dengan derajat lebih

12
dengan optimal kecil atau lebih besar.
a) Klien
menunjukkan
keadaan kulit dan
membran mukosa
tidak sianosis
3. Perubahan nutrisi Tujuan Umum a) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan a) Pasien dstres pernafasan akut sering
kurang dari Klien akan saat ini. anoreksia karena dispnea, produksi
kebutuhan tubuh b.d mempertahankan status sputum dan obat.
mual/muntah, nutrisi secara optimal b) Timbang berat badan setiap hari. b) Memberikan informasi tentang
produksi sputum Tujuan Khusus kebutuhan diet.
Setelah dilakukan c) Beri penjelasan tentang pentingnya c) Meningkatkan pematangan
tindakan keperawatan nutrisi bagi tubuh. kebutuhan individu dan pentingnya
diharapkan: nutrisi pada proses pertumbuhan.
a) Klien dapat d) Anjurkan memberikan makan dalam d) Meningkatkan nafsu makan, dengan
mempertahankan porsi kecil tapi sering. porsi kecil tidak akan cepat bosan.
berat badan e) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan e) Lingkungan yang tenang dan
b) Klien dapat tenang (batasi pengunjung) nyaman dapat menurunkan stress
mempertahankan dan lebih kondusif untuk makan.
masukan nutrisi f) Anjurkan menghidangkan makan dalam f) Dengan makanan yang masih hangat
peroral keadaan hangat dapat merangsang makan dan
meningkatkan nafsu makan

13
4. Intoleransi aktifitas Tujuan Umum a) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam a) Menetapkan kemampuan /kebutuhan
berhubungan dengan Tujuan Khusus aktivitas pasien dan memudahkan pilihan
kelemahan umum, intervensi.
ketidak seimbangan b) Jelaskan pentingnya istirahat dan b) Menurunkan kebutuhan metabolik,
suplai oksigen keseimbangan aktivitas dan istirahat. menghemat energi untuk
penyembuhan.
c) Bantu pasien dalam memenuhi c) Meminimalkan kelelahan dan
kebutuhannya. membantu keseimbangan suplay dan
kebutuhan oksigen.
d) Bantu pasien dalam memilih posisi d) Pasien mungkin nyaman dengan
yang nyaman untuk istirahat. kepala tinggi, tidur di kursi, atau
menunduk ke depan meja atau bantal.
e) Libatkan keluarga dalam pemenuhan e) Keluarga mampu melakukan
kebutuhan pasien perawatan secara mandiri

14
4. Implemantasi Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan keperawatan adalah pngelolaan, perwujudan dari rencana
perawatan yang telah disusun pada tahap kedua untuk memenuhi kebutuhan pasien
secara optimal dan komprehensif. Tindakan keperawatan yang dilaksanakan disesuaikan
dengan perencanaan (Nursalam, 2001)

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada pasien. Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan rencana tujuan yaitu :
a) Bersihan jalan nafas efektif
b) Pola nafas efektif, ventilasi dan pertukaran gas efektif
c) Pemenuhan nutrisi adekuat
d) Aktivitas dapat ditingkatkan

15
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Kasus 1
Seorang perempuan usia 21 tahun dirawat di Rumah Sakit X sejak 4 jam yang lalu
dengan diagnosa Asma. Keluhan saat ini sesak nafas, sesak dirasakan sejak 2 hari
sebelum masuk RS. Sesak timbul saat klien pulang kuliah. Awalnya sesak ringan namun
menjadi semakin berat disertai dengan batuk-batuk dan berdahak. Klien mempunyai
riwayat asma sejak usia 5 tahun. Terkadang kambuh terutama jika kelelahan, cuaca
dingin atau saat kena flu, namun jarang dirawat. Saat ini dirawat karena sesak bertambah
parah walaupun sudah menggunakan Salbutamol tablet 3x22 mg. Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan klien bernafas dengan otot utama dan otot trapezius dan
sternokleidomastoideus. Irama pernafasan tidak teratur dengan frekuensi 28x/menit.
Auskultasi di dapatkan suara ronchi dan wheazzing di area trachea hingga atas klavikula.
Mendapkan ventolin : bisolvon dengan inhalasi 3x pemberian.

B. Pembahasan & Asuhan Keperawatan


1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Nama : Ny. X
Usia : 21 Tahun
Diagnosa Medik : Asma
b. Keluhan utama
Klien mengeluh sesak nafas
c. Riwayat sekarang
Klien mengatakan saat pulang kuliah merasa sesak, hal itu dirasakan sudah 2 hari
yang lalu sebelum masuk k RS. Awalnya sesak ringan namun semakin berat
disertai dengan batuk dan berdahak, klien di bawa k RS X pada tgl 28 September
2016 dikarenakan sesak bertambah parah walaupun sudah menggunakan obat
salbutamol tablet 3x22 mg, saat dilakukan pengkajian klien mengatakan sesak
nafas, klien tampak batuk berdahak.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan mempunyai riwayat asma sejak usia 5 tahun, terkadang kambuh
terutama jika kelelahan, cuaca dingin, atau saat kena flu, namun jarang di rawat.
16
e. Pemeriksaan Fisik Fokus
KU : Composmentis
R : 28 x/menit
Thoraks :
- klien tampak terlihat bernafas menggunakan otot utama dan otot trapezius dan
sternokleidomastoideus.
- Irama pernafasan klien tidak teratur
- saat diauskltasi didapatkan suara nafas ronchi dan wheazzing diarea trachea
hingga atas klavikula.
f. Program therapy
- Ventolin : Bisolvon dengan inhalasi 3x pemberian

2. ANALISA DATA
No. Data Senjang Etiologi Masalah
1. DS : Etiologi/faktor pencetus Bersihan jalan
Klien mengatakan sesak nafas nafas tidak efektif
disertai batuk dan berdahak Permiabilitas kapiler
meningkat
DO :
Irama pernafasan tidak teratur Mucus berlebih, Ronchi,
R : 28 x/menit Batuk
Terdengar suara ronchi di area
trachea hingga atas klavikula Bersihan jalan nafas tidak
efektif
2. DS : Etiologi/faktor pencetus Ketidakefektifan
Klien mengatakan sesak nafas pola nafas
Disertai batuk dan berdahak Permiabilitas kapiler
meningkat
DO :
Irama pernafasan tidak teratur Wheazzing, sesak
R : 28 x/menit
Terdengar suara wheazzing di Penyempitan jalan nafas
area trachea hingga atas
klavikula Peningkatan kerja otot

17
Klien tampak bernafas pernafasan
menggunakan otot utama, dan
otot trapezius dan Ketidakefektifan pola
sternokleidomastoideus. nafas

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d bronkospasme,
peningkatan produksi mucus.
b. Ketidakefektian pola nafas b.d peningkatan kerja otot
pernafasan, gangguan suplai O2/ gangguan pertukaran gas

18
4. RENCANA KEPERAWATAN

No. Dignosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Bersihan jalan nafas Tujuan Umum : 1) Askultasi bunyi napas, catat adanya 1) Beberapa derajat spasme bronkus
tidak efektif b.d Klien akan bunyi napas seperti mengi, krekels, terjadi dengan obstruksi jalan nafas
bronkospasme, mempertahankan jalan ronchi. dan dapat/tidak dimanisfestasikan
peningkatan produksi napas paten adanya bunyi nafas adventisius,
mucus. misalnya : krekels basah
Tujuan Khusus: (bronkitis), bunyi nafas redup
Setelah dilakukan dengan ekspirasi mengi
tindakan keperawatan (emfisema),
diharapkan: 2) Pantau frekuensi pernapasan 2) Takipneu biasanya ada pada
a) Klien dapat beberapa derajat dan dapat
mempertahankan ditemukan pada penerimaan atau
bunyi napas bersih selama stres/adanya proses infeksi
dan jelas akut.
b) Klien 3) Catat adanya derajat dispnea, ansietas, 3) Disfungsi pernafasan adalah
dapat distres pernapasan, penggunaan otot variabel yang tergantung pada
mempertahankan bantu pernapasan tahap proses kronis.
frekuensi napas, 4) Atur posisi klien dengan meninggikan 4) Peninggian kepala tempat tidur
irama, kedalaman tempat tidur bagian kepala, duduk pada mempermudah fungsi pernafasan
dalam batas sandaran tempat tidur dengan menggunakan gravitasi

19
normal 5) Pertahankan kebersihan lingkungan 5) Pencetus reaksi alergi pernafasan
dengan menghindari debu, asap dll yang dapat mentriger episode akut.

6) Dorong/bantu latihan relaksasi nafas 6) Memberikan pasien beberapa cara


dalam. untuk mengatasi dan mengontrol
dispnea
7) Kolaborasi dalam pemberikan obat 7) Merilekskan otot halus dan
bronkodilator sesuai program menurunkan kongesti lokal,
menurunkan spasme jalan nafas,
mengi dan produksi mukosa
2. Ketidakefektian pola Tujuan Umum 1) Kaji kesadaran, tanda-tanda vital klien, 1) Untuk melihat kedaan umum
nafas b.d Klien akan frekuensi pernafasan, kedalaman klien, berguna dalam evaluasi
peningkatan kerja menunjukkan pernafasan derajat distres pernafasan.
otot pernafasan, perbaikan dalam pola 2) Tinggikan kepala tempat tidur, berikan 2) Pengiriman oksigen dapat
gangguan suplai O2/ nafas therapy oksigen sesuai anjuran dokter, diperbaiki dengan posisi duduk
gangguan pertukaran bantu pasien untuk memlih posisi yang tinggi dan latihan tarik nafas
gas. Tujuan Khusus mudah untuk bernafas. dalam untuk menurunkan kolaps
Setelah dilakukan jalan nafas, dispnea dan kerja
tindakan keperawatan nafas.
diharapkan: 3) Awasi seri GDA dan nadi oksimetri. 3) PaCO2 biasanya meningkat
a) K (bronchitis, emfisema), dan PaCO2
lien dapat secara umum menurun, sehingga

20
mempertahankan hiposia terjadi dengan derajat lebih
suplai oksigen kecil atau lebih besar.
dengan optimal.
b) K
lien menunjukkan
keadaan kulit dan
membran mukosa
tidak sianosis

21
5. IMPLEMENTASI
Setelah rencana keperawatan dibuat maka, perawat berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lainnya untuk melakuan intervensi yang telah ada demi kesembuhan klien.

6. EVALUASI
Setelah dilakukan implementasi maka di evaluasi yang diharapkan sesuai dengan
rencana tujuan yaitu :
a) Bersihan jalan nafas efektif
b) Pola nafas efektif, ventilasi dan pertukaran gas efektif

22
BAB VI
EVIDENCE BASED PENATTALAKSANAAN PADA KASUS

ABSTRACT
INTRODUCTION : Prevalence of asthma is still rising in developed coutries including
Indonesia. Asthma is one of the most important disease in childhood, causing substantial
morbidity. This study using the ISAAC (International Study of Asthma and Allergies in
Childhood) questionnaire to determine asthma prevalence in junior high school student
especially 13-14 years old and behavior cigarette smoking among students in east Jakarta.
METHOD : The ISAAC questionnaire were distributed to 12 Junior High Schools in East
Jakarta and total subject 2023 to answer the ISAAC questionnaire and additional
questionnaire about cigarette smoking. Self administrated were applied.
RESULT : Two thousand and twenty three subject age 13-14 years old were enrolled in this
study. The prevalence of asthma was 13,4% and 31,1% of students had ever smoke cigarettes.
We found 12,9% of students with asthma was asthma are current cigarette smoker.
CONCLUSION : The prevalence of asthma was 13,4%. Asthma allergy not relale to behavior
smoke since student smoke 1-2 year, mean one bar of per day so that affect not yet been felt.
Departemen Pulmonalogy dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI

23
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asma adalah suatu penyakit inflamasi kronik pada saluran nafas, dimana trakea
dan bronkus berespon hiperaktivitas terhadap rasangan tertentu yang menyebabkan
peradangan penyempitan bersifat berulang namun reversible.Terdapat beberapa faktor
pencetus terjadinya asma, yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Dari data
Riskesdas 2013, penderita asma di Indonesia paling banyak di derita oleh golongan
menengah kebawah dan terbawah (tidak mampu), persentase untuk menengah kebawah
sebanyak 4,7% dan terbawah 5,8%. Pada kasus klien dengan asma terdapat asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat dalam membantu proses penyembuhan
pada klien.

B. Saran
Dengan adanya uraian tentang asuhan keperawatan pada klien dengan ini, diharapkan
seorang perawat dapat mengaplikasikannya dengan baik dan sesuai dengan SOP yang
ada.

24
DAFTAR PUSTAKA

Brunner Suddarth (2001) Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 8 alih bahasa Andria Hartono dkk

Jakarta:EGC

Jurnal Respirologi Indonesia. Vol. 30, No.2. April 2010. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

Nurarif Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc disi Revisi Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction Jogja

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar

Tierney Lauwrence M, Stephen J.McPhee, Maxine A. Papadakis diterjemahkan oleh Dr.

Abdul Gofir. (2002). Dignosis dan Teerapi Kedokteran.Jakarta: Salemba Medika

Tucker Susan Martin, et al. (1998). Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan,

Diagnosis, dan Evaluasi Edisi V.Jakarta:EGC

Wibisono M Jusuf, Winariani, Slamet Hariadi. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru 2010.

Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo

25

Anda mungkin juga menyukai