Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AKHLAK TASAWUF
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
HAKIKAT MANUSIA DALAM ISLAM DAN CARA MENINGKTKAN
AKHLAK YANG BAIK
DOSEN :

ASRO AULINA HARAHAP M.PD.I

KELOMPOK 4

Sri Muliyani 0307202063

Salisa Afany 0307202083

Fajar Baihaqi 0307202084

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUMATERA UTARA 2020

1
KATA PENGANTAR

      Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Taufik serta

Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyusun dan menulis Makalah yang

berjudul “Hakikat dan Contoh- Contoh Kreasi serta Mengemukakan Dalil-Dalil Al- Quran

tentang Sikap Kreasi” yang dapat terselesaikan pada waktu yang ditentukan.

            Makalah ini disusun dengan maksud untuk melengkapi persyaratan mata kuliyah.

Disamping itu penulis berharap para pembaca mampu memahami isi makalah ini. Dan penulisan

makalah ini melibatkan banyak pihak yang telah membantu, oleh karena itu penulis

mengucapkan banyak terima kasih.

            Dan sangat diharapkan kepada para pembaca untuk bisa memberi kritik dan saran yang

sifatnya ilmiyah dan membangun, sehingga makalah ini bisa menjadi sempurna.

            Akhir kata semoga makalah ini mendapat Ridho dari Allah SWT, sehingga bermanfaat

bagi kita semua.aamiin ya rabbal alamin.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………………. 1

DAFTAR ISI …………………………………………………………...…………………………2

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..….……… 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………………………………….…… 4

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Hakikat Manusia Menurut Islam ………………………………………………. 5

a) Pengertian Hakikat ………………………………………………………………… 5

b) Pengertian Manusia ………………………………………………………………... 5

2. Hakikat Manusia dalam Islam ……………………………………………….……..….. 5


3. Segi Positif dan Negatif Manusia …………………………….………………………… 6

4. Eksistensi Manusia …………………………………………………………………...… 7

5. Hakikat Menurut Pandangan Islam …………………………………………………….. 8

6. Cara meningkatkan Akhlak untuk Menjadi Pribadi yang Lebih Baik ……………..… 11

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ……………………………………………………………………………….…… 13

B. Saran ………………………………………………………………………………………… 13

DAFTAR PUSTAKA…………………………………..………………………...……………...14

3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau asal segala sesuatu.
Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu.
Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu sendiri.
Dikalangan tasawuf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul
kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat jasad,
hati, roh, nyawa, dan rahasia.
 Hakikat manusia menurut pemikiran Al-Ghazali, (dalam Nasution, 2002:71) mengacu
pada kecenderungan tertentu dalam memahami manusia. Hakikat mengandung makna sesuatu
yang tetap, tidak berubah-ubah, yaitu identitas idensial yang menyebabkan sesuatu menjadi
dirinya sendiri dan membedakannya dengan yang lainnya.
            Al-Ghazali mengemukakan bahwa hakikat manusia adalah totalitas jiwa dan badan. Jiwa
sebagai pemegang inisiatif yang mempunyai kemampuan dan tujuan ontologis, yaitu ma’rifat al-
bari (mengenal tuhan dimulai dengan mengetahui hasil-hasil perbuatannya). Badan digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan ontologis, seperti panca indra, dan anggota tubuh. Apabila
jiwa tidak mampu mengontrol badan sesuai dengan tujuan ontologisnya, maka hakikat
kemanusiaannya tidak utuh lagi (Nasution, 2002:125). Hubungan jiwa dengan badan lebih jelas
terlihat pada proses mengetahui dan proses terjadinya perilaku manusia.

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM


a.      Pengertian Hakikat
Menurut bahasa hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau asal
segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi
jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu
sendiri. Dikalangan tasawuf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu
muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat
jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
b.      Pengertian Manusia
Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-
naas, al-abd, dan bani Adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah, atau
makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’).Al-abd berarti manusia sebagai
hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan Nabi Adam.
Namun dalam Al-quran dan Al-sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang
paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam
menjalani kehidupan di dunia dan akhirat
Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis,
dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak biasa hidup
tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
Para sarjana islam sepakat bahwa manusia merupakan makhluk Allah yang terdiri dari 2
dimensi yaitu :dimensi jasmani dan rohani atau jiwa dan raga.
Islam tidak hanya memandang manusia dari segi pikiran atau kejiwaannya saja, tetapi
islam memandang manusia sebagai makhluk yang terdiri dari jasmani dan rohani. Yang mana
jasmani mempunyai tuntutan-tuntutan sendiri yang perlu dipenuhi begitu juga sebaliknya agar
manusia hidup harmonis.

2. HAKIKAT MANUSIA DALAM ISLAM 


Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang dimuliakan, dibebani tugas, bebas
memilih dan bertanggung jawab.
  Makhluuq (yang diciptakan)
         Berada dalam fitrah Fitrah dapat membawa manusia ke arah kebaikan misalnya hati
nurani dapat membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. [QS Ar Ruum:30]
         Lemah Sebagai makhluk, manusia juga lemah karena manusia juga diciptakan dengan
keterbatasan akal dan fisik. [QS An Nisaa’:48]
  Mukarram (yang dimuliakan)

5
         Ditiupkan ruh  [QS As Sajdah:9]
         Diberi keistimewaan  [QS Al Isra:70]
         Ditundukkan alam untuknya . Semua alam ini termasuk dengan isinya ini Allah
peruntukkan untuk manusia. [QS Al Jaatsiyah:12-13]
  Mukallaf (yang mendapatkan beban)
         Ibadah Manusia secara umum diciptakan oleh Allah untuk beribadah sebagai
konsekuensi dari kesempurnaan yang diperolehnya. [QS Adz Dzaariyaat:56]
         Khilafah Allah mengetahui siapa sebenarnya manusia, sehingga Allah tetap menjadikan
manusia sebagai khalifah di bumi walaupun malaikat tidak setuju. [QS Al Baqarah:30]

3. SEGI POSITIF DAN NEGATIF MANUSIA


a)      Secara eksplisit ,Al-Quran menyebutkan 3 jenis nafs yaitu :[4]
         Nafs Muthma’innah yaitu nafsu yang tenang, jauh dari segala keguncangan dan selalu
mendorong berbuat kebajikan.
         Nafs Ammarat yaitu nafsu yang mendorong berbuat kejahatan, tunduk pada nafsu
syahwat dan panggilan setan.
         Nafs Lawwamat yaitu nafsu yang belum sempurna, selalu melawan kejahatan tapi suatu
saat melakukan kejahataan yang kemudian disesalinya.
b)      Ciri umum dari nafs yang mempunyai kualitas rendah menurut Al-quran :
         Mudah melanggar apa-apa yang dilarang Allah swt
         Menurut dorongan hawa nafsu
         Menjalankan maksiat.
         Tidak mau memenuhi panggilan kebenaran.
Apabila kepribadian mencapai peringkat kematangan dan kesempurnaan manusiawi
dimana terjadi keseimbangan antara berbagai tuntutan fisik dan tuntutan spiritual maka atribut
“jiwa yang tenang” dapat diperolehnya. Menurut Al-quran, jiwa  yang tenang ditandai dengan :
         Memiliki keyakinan yang tidak tergoyahkan terhadap kebenaran seperti tersebut dalam
QS:An-nahlayat 106 karena telah menyaksikan bukti-bukti kebenaran seperti yang dialami oleh
pengikut-pengikut Nabi Isa As.
         Memiliki rasa aman, terbebas dari rasa takut dan sedih di dunia dan terutama nanti di
akhirat.
         Hatinya tenteram karena selalu ingat kepada Allah.

6
4. EKSISTENSI MANUSIA
Manusia adalah ciptaan Allah diantara ciptaan-ciptaannya yang lain. Kehadiran manusia di muka
bumi dimulai sejak nabi adam dan hawa diturunkan dari surge karena tergoda pujukan Iblis
sehingga tidak mematuhi laranganTuhan.[5]
Manusia perlu mengenal dan memahami hakikat dirinya sendiri agar mampu
mewujudkan eksistensi dirinya.Pengenalan dan pemahaman ini akan mengantarkan manusia
kepada kesediaan mencari makna dan arti kehidupan, sehingga hidupnya tidak menjadi sia-sia.
Dalam pengertian ini dimaksudkan makna dan arti sebagai hamba Allah, dalam rangka
menjalankan hak dan kewajiban atau kebebasan dan tanggung jawab mencari ridha-Nya.
Eksistensi menurut Karl Jaspers berdiri berhadapan dengan transendensi, sama dengan
kebebasan yang diberi isi. Dengan begitu manusialah yang memberi arti dan isi kepada
kehidupannya sendiri.Pandangan ini berbeda dengan yang dikemukakan oleh ibnu Khalduna.Ia
tidak terlalu menekankan segi kepribadian manusia, sebagaimana banyak dibicarakan oleh para
filsub, tetapi lebih kepada proses dan interaksi antar manusia sebagian besar dalam bentuk
kelompok serta implikasi dari interaksi-interaksi itu. Dalan konteks ini ia sering disebut sebagai
salah satu pendir isosiologi dan antropologi.[6]
Eksistensi Manusia terbahagi kepada2 :
a)      Eksistensi Individual
Manusia adalah subyek.Ia berbeda dengan makhluk lainnya. Sebagai subyek, pribadi
sendiri, ia merupakan misteri bagi yang lain. Namun tidak berarti bahwa orang lain tidak dapat
memahami dirinya. Setiap subyek mempunyai keniscayaan dapat memahami subyek lain. Bagi
para eksistensial ,subyek dimengerti sebagai individu yang unik. Sebagai contoh , Gabriel marcel
, misalnya mengupas aktivitas rohani manusia dalam merealisasikan kebebasannya. Sartre
memandang manusia sebagai pribadi kongkrit, bukan sekadar obyek epistimologi abstrak.
Kierkegaard melihat manusia sebagai bentuk proses menjadi yang memilih ke-otentikan dalam
berhubungan dengan Tuhan.
Dari uraian diatas dapat ditarik beberapa gagasan dasar tentang manusia.Pertama manusia
ada karena diciptakan ,bahwa tidak bisa menolak kondisi yang akan diterimanya. Secara
substansial susunan manusia terdiri dari tubuh dan jiwa (psikis).Kedua ,manusia adalah makhluk
yang mandiri individual dan hidup dalam masyarakat sosial.
 Ketiga ,manusia merupakan sebaik-baik penciptaan makhluk yang memiliki keterbatasan
fisik atau pun psikis. Ia juga dibatasi oleh ikatan agama aturan tuhan dan norma-norma social
ciptaannya sendiri.[7]
b)      Eksistensisosial
Perjumpaan dengan yang lain mengungkapkan fakta bahwa ada eksistensi benda yang
lain maupun subyek lain. Seperti diuraikan di atas, manusia adalah makhluk sosial, hidup secara
berkelompok baik dalam keluarga, masyarakat, suku, atau pun bangsa untuk saling menjamin
berlangsungnya dan terpenuhinya kebutuhan hidup masing-masing. Dalam lingkungan sosial,

7
setiap individu dibatasi oleh norma sosial yang mengatur berlangsungnya aktivitas antar
individu.
Norma social merupakan aturan atau kesepakatan bersama yang menjamin kebebasan
aktivitas setiap individu selama tidak merugikan orang lain atau merusak tatanan masyarakat.
Perlu diperhatikan, bahwa sosiallitas tidak lah sama dengan kolektivitas. Kolektivitas adalah
kelompok  yang  melebur individu kedalam satu kesatuan. Dalam Kolektivitas, eksistensi
individu ,hak, kebebasan dan kehendak, tidak di akui atau di tolak. Di dalam kolektivitas setiap
individu di tempatkan sebagai objek, bukan sebagai subjek.

5. HAKIKAT MENURUT PANDANGAN ISLAM


An-Nahlawi mengemukakan bahwa manusia menurut pandangan islam sesuai dengan
hakikatnya, dapat dipahami dari aspek-aspek berikut.
1. Asal-usul penciptaan manusia
            Manusia bersumber dari dua asal, yaitu: 1. Asal yang ‘jauh’ penciptaan pertama dan
tanah yang kemudian disempurnakan dan ditiupkan ruh-nya kepada manusia tersebut, 2. Asal
yang ‘dekat’ penciptaan manusia dari nuthfah.
          Dalam Al-qur’an pandangan manusia diarahkan pada kehinaan, hal ini ditujukan untuk
menghancurkan kecongkakan manusia dan melemahkan ketakaburannya, sehingga dia benar-
benar tawadhu  dalam kehidupannya.
2. Makhluk yang dimuliakan
            Manusia dianugerahi Allah dengan kemampuan yang dapat digunakannya untuk
menguasai alam semesta demi kemaslahatan manusia.
3. Makhluk istimewa dan terpilih
            Allah memberikan kemampuan untuk membedakan yang baik dengan yang buruk, dan
kemampuan memilih kepada manusia. Manusia diberi kesiapan dan kehendak untuk melakukan
kebaikan atau keburukan, sehingga mampu memilih jalan mengantarkannya pada kebaikan dan
kebahagiaan, atau jalan yang membawanya pada kebinasaan. Manusia harus berupaya
menyucikan, mengembangkan, dan mendirikan diri agar manusia terangkat dalam keutamaan.
4. Makhluk yang dapat di didik
             Manusia dibekali Allah dengan kemampuan untuk belajar dan memiliki pengetahuan,
serta menganugerahinya dengan berbagai sarana untuk itu.
Seperti penglihatan, pendengaran, bahasa, berpikir dan menulis. Dengan akal dan hatinya
manusia mengolah alam untuk dijadikan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan. [8]
5. Tanggung jawab manusia
            Sesuai dengan kemuliaan, keunggulan, dan keistimewaan manusia dari makhluk lainnya,
manusia pun dibebani tanggung jawab yang disertai balasan yang setimpal. Menurut ajaran
islam, manusia diberi tanggung jawab untuk menerapkan syariat Allah dan menjadi hambanya.
Rasa tanggung jawab akan terpelihara dalam diri manusia yang sadar, selalu ingat, adil, tidak

8
menyeleweng, tidak tunduk pada hawa nafsu, jauh dari kezaliman dan kesesatan, istiqomah
dalam berperilaku. Manusia juga diminta bertanggung jawab atas harta, umur, dan
kemudaannya.
6.  Tugas tertinggi manusia, beribadah kepada Allah
            Beribadah kepada Allah merupakan tugas manusia dalam hidup. Manusia sesungguhnya
tidak berarti apa-apanya dihadapan Allah, dan manusia bertanggung jawab untuk merendahkan
diri dengan cara selalu beribadah kepadanya. Semakin merendahkan diri dan semakin bertaqwa
manusia kepada Allah, dia akan dapat karamah dari Allah. 
            Manusia dibekali kemampuan fisik dan psikis agar ia maampu melaksanakan kewajiban
ibadah dengan baik dan sempurna. Orang-orang yang tidak mau merendahkan diri beribadah
kepada Allah adalah orang-orang yang gagal, dia sombong kepada Allah, berarti dia menolak
karamah Allah.
Ibadah biasanya dimulai dengan semangat ketauhidan, yaitu dimulai dengan ikrar
(syahadat), mengabdi sepenuhnya kepada Allah, yang diikuti dengan shalat, shaum, zakat, haji,
dan seluruh aktivitas dalam kehidupan. Semua aktivitas manusia termasuk ibadah, selama
aktivitas itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ridho Allah.
            Hakikat manusia menurut pemikiran Al-Ghazali, (dalam Nasution, 2002:71) mengacu
pada kecenderungan tertentu dalam memahami manusia. Hakikat mengandung makna sesuatu
yang tetap, tidak berubah-ubah, yaitu identitas idensial yang menyebabkan sesuatu menjadi
dirinya sendiri dan membedakannya dengan yang lainnya.
            Al-Ghazali mengemukakan bahwa hakikat manusia adalah totalitas jiwa dan badan. Jiwa
sebagai pemegang inisiatif yang mempunyai kemampuan dan tujuan ontologis, yaitu ma’rifat al-
bari (mengenal tuhan dimulai dengan mengetahui hasil-hasil perbuatannya). Badan digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan ontologis, seperti panca indra, dan anggota tubuh. Apabila
jiwa tidak mampu mengontrol badan sesuai dengan tujuan ontologisnya, maka hakikat
kemanusiaannya tidak utuh lagi (Nasution, 2002:125). Hubungan jiwa dengan badan lebih jelas
terlihat pada proses mengetahui dan proses terjadinya perilaku manusia.
 Pada suatu ketika badan dapat menjadi penghambat bagi jiwa dalam menangkap hakikat-
hakikat, terutama hakikat diri, yang merupakan pengantar untuk mengenal tuhan.
 Ada lima penghalang jiwa dalam menangkap hakikat; (1) jiwa yang belum sempurna, (2)
dikotori maksiat, (3) menurutkan keinginan badan, (4) ada penutup yang menghalangi hakikat ke
jiwa (taqlid), dan (5) tidak dapat berpikir logis (Nasution, 2002:128).[9]
            Lebih lanjut manusia menurut Al-qur’an (Ali, 1998:1 1-19) di sebut antara lain dengan:
(1) Bani Adam (Qs.17:70), (2) Basyar (Qs. 18:110), (3) Al-Insan (QS. 76:1), (4) An-Nas (QS.
14:1), berbagai rumusan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang memiliki potensi untuk
beriman kepada Allah.

9
Dengan mempergunakan akalnya mampu memahami dan mengamalkan wahyu serta
mengamati gejala-gejala alam, serta bertanggung jawab atas segala perbuatannya dan berakhlak
mulia. Menurut agama islam manusia mempunyai ciri lain antara lain sebagai berikut

a.    Manusia Makhluk Yang Paling Unik


            Manusia makhluk yang paling unik adalah ciptaan Allahyang paling sempurna.
Sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Qs. 95:4).
Untuk kepentingan dirinya manusia harus senantiasa berhubungan dengan penciptanya, dengan
sesama manusia, dengan dirinya sendiri, dan dengan alam sekitarnya.
b.   Manusia Memiliki Potensi
            Manusia memiliki potensi ( daya atau kemampuan yang mungkin dikembangkan) untuk
beriman kepada Allah Swt. Secara poensial manusia percaya atau beriman kepada ajaran agama
islam yang diciptakan Allah Swt.
c.    Manusia Diciptakan Allah Untuk Mengabdi Kepadanya
            Manusia bertugas untuk mengabdi kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah
yang artinya: Tidak kujadikan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepada-ku (Qs. 51:56).
Manusia mengabdi kepada Allah dapat dilaksanakan dengan dua jalur. Pertama, jalur khusus
dengan dilaksanakan dengan melakukan ibadah pengabdian kepada Allah yang cara dan
waktunya ditentukan oleh Allah sendiri.
Kedua, jalur umum dapat diwujudkan melalui perbuatan-perbuatan yang baik, disebut
dengan amal shaleh seperti perbuatan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.
d.    Manusia Dilengkapi Allah Dengan Akal, Perasaan, dan Kemauan
            Dengan akal dan kehendaknya manusia akan tunduk dan patuh kepada Allah, menjadi
muslim, tetapi dengan akal dan kehendaknya manusia dapat tidak percaya, tidak tunduk dan
tidak patuh kepada Allah, bahkan mengingkarinya (kafir).
e.   Manusia Bertanggung Jawab Atas Segala Perbuatannya
            Manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Hali ini sesuai dengan firman
Allah Swt. (Qs. 52:21) setiap manusia terikat,dalam arti bertanggung jawab terhadap apa yang
dilakukannya.
f.   Manusia Berakhlak Mulia
            Ciri utama makhluk yang baik adalah berakhlak yang mulia. Artinya manusia adalah
makhluk Allah yang diberi Allah kemampuan untuk membedakan yang baik dengan yang buruk.
g.  Manusia Diciptakan Tuhan Untuk Menjadi Khalifah Di bumi
            Manusia sebagai khalifah di bumi, sesuai dengan firman Allah yang
artinya Sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang khalifah di muka bumi (Qs. 2:30).
Perkataan menjadi Khalifah dalam ayat tersebut mengandung makna bahwa Allah menjadikan
manusia untuk mengurus dunia dengan jalan melaksanakan segala yang diridhoi-nya di muka
bumi ini.

10
6. Cara Meningkatkan Akhlak Untuk Menjadi Pribadi Yang Lebih Baik

Akhlak adalah salah satu hal yang harus diperhatikan terutama dalam kehidupan

bermasyarakat. Lantas, bagaimana cara meningkatkan akhlak kita?

Kata akhlak menurut istilah khususnya dalam Islam diartikan sebagai sifat seseorang yang telah

melekat dan biasanya akan tercermin dari perilaku orang tersebut.

Seseorang yang memiliki sifat baik biasanya akan memiliki akhlak yang baik juga. Sebaliknya,

seseorang yang memiliki sifat yang tidak baik cenderung memiliki akhlak yang tercela.

Ada beberapa cara meningkatkan akhlak agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Seperti apa

caranya? Berikut penjelasannya.

a) Berbaik sangka

Berbaik sangka dapat dilakukan dengan cara berprasangka baik pada diri sendiri serta
pada orang lain.

Mereka yang dalam keadaan putus asa, umumnya cenderung berburuk sangka pada sang

pencipta. Hal ini merupakan tindakan yang harus dihindari.

Bersikap optimis dan tidak berputus asa merupakan cara kita dalam berbaik sangka kepada Allah

SWT. Percayalah, segala sesuatu yang telah Allah SWT tentukan adalah jalan terbaik bagi kita.

Tanamkan pada diri untuk selalu percaya jika kegagalan yang anda alami hari ini, mengandung

hikmah yang dapat kita ambil pelajaran darinya. Allah SWT selalu memiliki maksud tersendiri

saat memberikan cobaan bagi para umatnya.

Dalam keadaan apapun, kita sebaiknya senantiasa melontarkan kalimat syukur atas kebesaran

Allah SWT yang maha kuasa.

b) Bertaubat

Setiap manusia tentu pernah yang namanya berbuat salah. Bahkan mereka yang dicap
sebagai orang baik pun, tentu tidak luput dari yang namanya dosa.

11
Dosa yang dibiarkan berlarut-larut  dan terus-menerus dilakukan merupakan hal yang buruk dan

harus dijauhi.

Dalam hal ini, bertaubat merupakan langkah baik untuk memperbaiki kesalahan yang telah Anda

lakukan.

Taubat merupakan kembalinya manusia dari berbuat buruk ke arah yang lebih baik dengan cara

menata sifat serta kelakuannya supaya kembali bersih.

Dengan sifat serta kelakuan yang baik melalui jalan bertaubat, maka akhlak kita akan semakin

meningkat.

Bagi mereka yang bertaubat dengan bersungguh-sungguh, Allah SWT akan memaafkan

kesalahan yang telah diperbuatnya.

c) Bergaul dengan mereka yang berakhlak baik

Cara meningkatkan akhlak yang paling mujarab adalah dengan cara bergaul dengan

mereka yang berakhlak baik.

Hal ini dapat membuat kita yang tadinya masih memiliki sifat kurang terpuji, dapat dengan

sendirinya terbawa sifat baik teman-teman, sehingga mampu membangun karakter diri yang

berkualitas.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Maka dapat kami tuliskan bahwa:  Hakikat itu ialah sesuatu kebenaran atau sebenar-

benarnya  asal-usul segala sesuatu, hakikat juga mengandung makna yang tetap, atau tidak

berubah-ubah. Seperti:

- Asal-usul penciptaan manusia

- Makhluk yang di muliakan

- Makhluk istimewa dan terpilih

- Makhluk yang dapa di didik

- Tugas tanggun jawab

- Tugas tertinggi manusia, beribadah kepada Allah

          

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini dan pembuatana makalah ini masih banyak kekurangan dan masih

jauh lagi dari kata sempurna oleh karena itu kami ( Penulis ) butuh saran kritik yang konstruktif agar

penulis dapat lebih baik dalam penyusunan makalah berikutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

 Aliah Hasan,B purwakania, . 2006 PsikologiPerkembangan Islam: Jakarta : Raja


grafindo persada  
 LaluMuchsin Effendi, Lc.,M.A Faizah,S.A.g,M.A.
2009 , PsikologiDakwah,  Jakarta,Kencana,
 Azhar Basir Ahmad,1997   ,ManusiaDalamPandangan .Yogyakarta : Titian Ilahi
Pressu5
 NEVIARNI S., M.S.2009,. Pelayanan Bimbinga dan Konseling, Bandung :
Alfabeta,

14

Anda mungkin juga menyukai