Telah disetujui laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada keluarga Tn. E
di Kaliasri RT02/08
Pembimbing
b. Teori interpersonal
Dalam pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga dihubungkan dengan
trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan dan perpisahan dengan orang yang
dicintai. Penolakan terhadap eksistensi diri oleh orang lain ataupun masyarakat akan
menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas. Namun bila keberadaannya
diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang dan tidak cemas. Dengan
demikian, ansietas berkaitan dengan hubungan antara manusia.
c. Teori perilaku
Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan hasil frustasi. Ketidakmampuan atau
kegagalan dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan akan menimbulkan
keputusasaan. Keputusasaan yang menyebabkan seseorang menjadi ansietas.
2. Rentang Respon Ansietas (Stuart, 2007)
3. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
1) Dalam pandangan psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian, id dan superego. Id mewakili dorongan insting
dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma – norma budaya seseorang. Ego atau
Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan
fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas juga
berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan dan kehilangan,
sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah
mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi, yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa
dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih
sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang
biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan
ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat
dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan
peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum
seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan
kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
b. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup
sehari - hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga
diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
4. Pohon Masalah
Ansietas
5. Klasifikasi
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan, yang
bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami, dan seberapa baik individu
melakukan koping terhadap ansietas. Menurut Peplau (dalam Videbeck, 2008) ada empat
tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
a. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan
perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan
perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah
sebagai berikut :
1) Respons fisik
a) Ketegangan otot ringan
b) Sadar akan lingkungan
c) Rileks atau sedikit gelisah
d) Penuh perhatian
e) Rajin
2) Respon kognitif
a) Lapang persepsi luas
b) Terlihat tenang, percaya diri
c) Perasaan gagal sedikit
d) Waspada dan memperhatikan banyak hal
e) Mempertimbangkan informasi
f) Tingkat pembelajaran optimal
3) Respons emosional
a) Perilaku otomatis
b) Sedikit tidak sadar
c) Aktivitas menyendiri
d) Terstimulasi
e) Tenang
b. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang
benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut Videbeck (2008),
respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut :
1) Respon fisik :
a) Ketegangan otot sedang
b) Tanda-tanda vital meningkat
c) Pupil dilatasi, mulai berkeringat
d) Sering mondar-mandir, memukul tangan
e) Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
f) Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
g) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
2) Respons kognitif
a) Lapang persepsi menurun
b) Tidak perhatian secara selektif
c) Fokus terhadap stimulus meningkat
d) Rentang perhatian menurun
e) Penyelesaian masalah menurun
f) Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
3) Respons emosional
a) Tidak nyaman
b) Mudah tersinggung
c) Kepercayaan diri goyah
d) Tidak sabar
e) Gembira
c. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan
respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat
adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
a) Ketegangan otot berat
b) Hiperventilasi
c) Kontak mata buruk
d) Pengeluaran keringat meningkat
e) Bicara cepat, nada suara tinggi
f) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
g) Rahang menegang, mengertakan gigi
h) Mondar-mandir, berteriak
i) Meremas tangan, gemetar
2) Respons kognitif
a) Lapang persepsi terbatas
b) Proses berpikir terpecah-pecah
c) Sulit berpikir
d) Penyelesaian masalah buruk
e) Tidak mampu mempertimbangkan informasi
f) Hanya memerhatikan ancaman
g) Preokupasi dengan pikiran sendiri
h) Egosentris
3) Respons emosional
a) Sangat cemas
b) Agitasi
c) Takut
d) Bingung
e) Merasa tidak adekuat
f) Menarik diri
g) Penyangkalan
h) Ingin bebas
d. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya
kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Menurut
Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
a) Flight, fight, atau freeze
b) Ketegangan otot sangat berat
c) Agitasi motorik kasar
d) Pupil dilatasi
e) Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
f) Tidak dapat tidur
g) Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
h) Wajah menyeringai, mulut ternganga
2) Respons kognitif
a) Persepsi sangat sempit
b) Pikiran tidak logis, terganggu
c) Kepribadian kacau
d) Tidak dapat menyelesaikan masalah
e) Fokus pada pikiran sendiri
f) Tidak rasional
g) Sulit memahami stimulus eksternal
h) Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
3) Respon emosional
a) Merasa terbebani
b) Merasa tidak mampu, tidak berdaya
c) Lepas kendali
d) Mengamuk, putus asa
e) Marah, sangat takut
f) Mengharapkan hasil yang buruk
g) Kaget, takut
h) Lelah
6. Gejala Klinis
Keluhan (keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas), antara lain
sebagai berikut:
a. Cemas, khawatir, firasat, buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang .
d. Gangguan pola tidur, mimpi (mimpi yang menegangkan).
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
f. Keluhan (keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak napas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.
7. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang ansietas yaitu:
a. Pemerikasaan laboratorium, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan
fungsi adrenal, peningkatan glukosa dan menurunnya fungsi paratiroid, tingkat oksigen
dan kalsium.
b. Uji psikologis
8. Penatalaksanaan Medis
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan
terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti
pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1) Makan makan yang bergizi dan seimbang.
2) Tidur yang cukup.
3) Cukup olahraga.
4) Tidak merokok.
5) Tidak meminum minuman keras.
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan
yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar
saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering
dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam,
bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat
dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik
(fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya
diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi)
kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan
untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi
stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai faktor pendukung.
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan
dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan
stressor psikososial.
9. Komplikasi
a. Depresi
b. Somatoform
c. Skizofrenia Hibefrenik
d. Skizofrenia Simplek
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan pada pasien dengan ansietas menurut (Stuart, 2007) yaitu:
Identitas Klien
1) Initial :Ansietas lebih rentan terjadi pada wanita daripada laki-laki, karena wanita
lebih mudah stress dibanding pria.
2) Umur : Toddler-lansia
3) Pekerjaan : Pekerajaan yang mempunyai tingkat stressor yang besar.
4) Pendidikan : Orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah lebih rentan
mengalami ansietas
b. Alasan Masuk
Sesuai diagnosa awal klien ketika pertama kali masuk rumah sakit.
c. Faktor Predisposisi
1) Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian : id dan superego.
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasan takut terhadap
ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kerentanan tertentu.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan
4) Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam
kelurga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan
depresi
d. Fisik
Tanda Vital:
TD : Meningkat, palpitasi, berdebar-debar bahkan sampai pingsan.
N : Menurun
S : Normal (36˚C - 37,5˚C ), ada juga yang mengalami hipotermi tergantung respon
individu dalam menangania ansietasnya
P : Pernafasan , nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa tercekik terengah-
engah
1) Ukur : TB dan BB: normal (tergantung pada klien)
2) Keluhan Fisik : refleks, terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kaku,
gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, gerakan lambat, kaki goyah.
Selain itu juga dapat dikaji tentang repon fisiologis terhadap ansietas (Stuart, 2007):
B1 : Nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal
pembengkakan pada tenggorokan, terengah-engah.
B2 : Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan,
pingsan, TD ↓, denyut nadi ↓.
B3 : Refleks ↑, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas,
gelisah, wajah tegang.
B4 : Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.
B5 : Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen,
nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati.
B6 : Lemah.
e. Psikososial:
Konsep diri:
1) Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah, keringat
berlebihan.
2) Identitas : gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta terjadi pada
seseorang yang bekerja dengan sressor yang berat.
3) Peran : menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok / masyarakat.
4) Ideal diri : berkurangnya toleransi terhadap stress, dan kecenderungan ke arah
lokus eksternal dari keyakinan kontrol.
5) Harga diri : klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan yang tidak
rasional terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu.
Hubungan Sosial:
1) Orang yang berarti: keluarga
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: kurang berperan dalam
kegiaran kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam
keluarga / kelompok / masyarakat.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: +
Spiritual:
1) Nilai dan keyakinan
2) Kegiatan ibadah
f. Status Mental:
1) Penampilan : pada orang yang mengalami ansietas berat dan panik biasanya
penampilannya tidak rapi.
2) Pembicaraan : bicara cepat dan banyak, gagap dan kadang-kadang keras.
3) Aktivitas motorik : lesu, tegang, gelisah, agitasi, dan tremor.
4) Alam perasaan : sedih, putus asa, ketakutan dan khawatir.
5) Afek : labil
6) Interaksi selama wawancara: tidak kooperatif, mudah tersingung dan mudah
curiga, kontak mata kurang.
7) Persepsi : berhalusinasi, lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
8) Proses pikir : persevarsi
9) Isi pikir : obsesi, phobia dan depersonalisasi
10) Tingkat kesadaran : bingung dan tidak bisa berorietansi terhadap waktu, tempat
dan orang (ansietas berat)
11) Memori : pada klien yang mengalami OCD (Obsessive Compulsif Disorder) akan
terjadi gangguan daya ingat saat ini bahkan sampai gangguan daya ingat jangka
pendek.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung : tidak mampu berkonsentrasi
13) Kemampuan penilaian : gangguan kemampuan penilaian ringan
14) Daya titik diri : menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain/
lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.
h. Mekanisme Koping
Adaptif (ansietas ringan) dan maladaptif (ansietas sedang, berat dan panik). Menurut
Stuart (2007). Individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba
mengatasinya, ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan
penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas ringan sering ditanggulangi
tanpa pemikiran yang sadar, sedangkan ansietas berat dan sedang menimbulkan 2 jenis
mekanisme koping :
1) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada
tindakan untuk memenuhi tuntunan situasi stres secara realistis
2) Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang.
Tetapi karena mekanisme tersebut berlangsung secara relative pada tingkat tidak
sadar dan mencakup penipuan diri dan distorsi realitas, mekanisme ini dapat
menjadi repon maladaptif terhadap stres.
j. Pengetahuan Kurang
Pasien kurang mempunyai pengetahuan tentang faktor presipitasi, koping, obat-
obatan, dan masalah lain tentang ansietas
k. Aspek medik
Diagnosa Medik:
1) Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistic terhadap dua atau lebih
hal yang dipersepsi sebagai ancaman perasaan ini menyebabkan individu tidak
mampu istirahat dengan tenang (inability to relax)
2) Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:
Ketegangan Motorik:
a) Kedutan otot atau rasa gemetar
b) Otot tegang/kaku/pegel linu
c) Tidak bisa diam
d) Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik:
a) Nafas pendek/ terasa berat
b) Jantung berdebar-debar
c) Telapak tangan basah dingin
d) Mulut kering
e) Kepala pusing/rasa melayang
f) Mual, mencret, perut tidak enak
g) Muka panas/ badan menggigil
h) Buang air kecil lebih sering
i) Sukar menelan/rasa tersumbat
Kewaspadaan berlebihan dan Penangkapan Berkurang
a) Perasaan jadi peka/ mudah ngilu
b) Mudah terkejut/kaget
c) Sulit konsentrasi pikiran
d) Sukar tidur
e) Mudah tersinggung
3) Hendaknya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala:
penurunan kemampuan bekerja, hubungan social, dan melakukan kegiatan rutin.
C. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN (single diagnosis)
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Ansietas
2. Ketidakefektifan koping
3. Ketidakberdayaan.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN ANSIETAS
DAFTAR PUSTAKA
Erna, Cahyani. 2016. Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Ansietas. (Online.
Available) From: https://www.scribd.com/document/320503011/LP-SP-Ansietas.
Diakses pada 17 Oktober pukul 16.00
Trisnawati, Kadek. 2016. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Ansietas (Online. Available) From:
https://www.academia.edu.com/document/3/LP-Ansietas. Diakses pada 17 Oktober
pukul 16.00
Videbeck,Sheila L.Buku Ajar Keprawatan Jiwa.EGC,Jakarta
Suliswati,dkk.Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.EGC,Jakarta
DEPARTEMEN KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM STUDI S1- KEPERAWATAN
STIKes PATRIA HUSADA BLITAR
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. E
Umur : 47 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Ds kaliasri RT: 02 rw : 08
Pekerjaan : wiraswasta
Status perkawinan : kawin
Tanggal dirawat :-
Tanggal pengkajian : 18 Oktober 2020
Ruang rawat :-
Nomor RM :-
Diagnosa medis : Migrain
Riwayat alergi :-
o RM :
II. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan saat pulang dari korea klien mengalami pusing hanya sebelah sejak
tahun 2000, klien mengatakan migrain kambuh 1 minggu bisa sampai 2x, klien juga
mengatakan sudah periksa di rumah sakit. Setiap mengalami sakit migrain klien
mengatakan klien merasakan sakit yang sangat sakit sampai membenturkan kepalanya.
Klien juga merasa cemas jika migrain tidak sembuh sembuh
Tingkat ansietas (lingkari tingkat ansietas dan check list perilaku yang ditampilkan)
Ringan
Sedang
Berat
Perilaku √ Perilaku √
Tenang Menarik diri
Ramah Bingung √
Pasif Disorientasi
Waspada Ketakutan √
Merasa membenarkan lingkungan Hiperventilasi
Kooperatif Halusinasi
Gangguan perhatian Depersonalisasi
Gelisah √ Obsesi
Sulit berkonsentrasi Kompulsi
Waspada berlebihan Keluhan somatik
Tremor Hiperaktivitas
Bicara cepat Bicara cepat
Masalah keperawatan : Ansietas
PENGKAJIAN KELUARGA
1. Genogram :
Klien
Ket:
= perempuan = laki-laki = meninggal
Masalah keperawatan : -
2. Tingkah laku
Tingkah laku √ Jelaskan
Resah
Agitasi
Letargi
Sikap
Ekspresi wajah
Lain-lain
Masalah keperawatan : (-)
3. Pola komunikasi
Pola komunikasi √ Pola komunikasi √
Jelas √ Aphasi
Koheren Perseverasi
Bicara kotor Rumination
Inkoheren Tangensial
Neologisme Banyak bicara/dominan
Asosiasi longgar Bicara lambat
Flight of ideas Sukar berbicara
Lainnya
Masalah keperawatan : (-)
5. Proses pikir
Perilaku √
Jelas √
Logis
Mudah diikuti
Relevan
Bingung
Bloking
Delusi
Arus cepat
Asosiasi lambat
Curiga
6. Persepsi
Perilaku √ Jelaskan
Halusinasi
Ilusi
Depersonalisasi
Derealisasi
Halusinasi √ Jelaskan
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penghidu
Lain-lain
Masalah keperawatan : (-)
7. Kognitif
a. Orientasi realita
Waktu :
Tempat :
Orang :
Situasi :
b. Memori
Gangguan √ Jelaskan
Gangguan daya ingat jangka
panjang
Gangguan daya ingat jangka
pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Paramnesia, sebutkan
Hipermnesia, sebutkan
Amnesia, sebutkan
c. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkatan √ Jelaskan
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Masalah keperawatan : (-)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas
DIAGNOSIS PERENCANAAN
KEPERAWATAN
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi Rasional
(TUK/TUM)
Ansietas TUM: Pasien bina hubungan saling percaya dengan Kepercayaan dari pasien merupakan hal
menunjukkan mengemukakan prinsip komunikasi yang akan memudahkan perawat dalam
Klien akan tanda-tanda dapat terapeutik : melakukan pendekatan keperawatan atau
mengurangi membina intervensi selanjutnya terhadap pasien
ansietasnya dari hubungan saling 1.1 Mengucapkan salam terapeutik. Sapa
tingkat ringan percaya pasien dengan ramah baik verbal
dengan maupun non verbal
hingga panik perawat, yaitu: 1.2 Berjabat tangan dengan pasien
TUK 1: 1.3 Perkenalkan diri dengan sopan
a. Ekspresi wajah 1.4 Tanyakan nama lengkap pasien dan
Pasien dapat bersahabat nama panggilan yang disukai klien
b. Pasien 1.5 Jelaskan tujuan pertemuan
membina hubungan
menunjukkan 1.6 Membuat kontrak topik, waktu, dan
saling percaya rasa senang tempat setiap kali bertemu pasien
c. Pasien bersedia 1.7 Tunjukkan sikap empati dan
berjabat tangan menerima pasien apa adanya
d. Pasien bersedia 1.8 Beri perhatian kepada pasien dan
menyebutkan perhatian kebutuhan dasar pasien
nama
e. Ada kontak
mata
f. Pasien bersedia
duduk
berdampingan
dengan perawat
g. Pasien bersedia
mengutarakan
DIAGNOSIS PERENCANAAN
KEPERAWATAN
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi Rasional
(TUK/TUM)
masalah yang
dihadapinya
TUK 2: Kriteria evaluasi: Dalam rangka mengurangi ansietas Pasien dapat mengungkapkan penyebab
(anxiety reduction) maka perlu dilakukan ansietasnya, sehingga perawat dapat
Pasien dapat Pasien mampu intervensi berupa: menentukan tingkat ansietas pasien dan
mengenali mengidentifikasi menentukan intervensi selanjutnya
ansietasnya dan 2.1 Bantu pasien untuk mengidentifikasi
mengungkapkan dan menguraikan perasaannya
gejala ansietas 2.2 Hubungkan perilaku dan perasaannya
2.3 Validasi kesimpulan dan asumsi Mengobservasi tanda verbal dan non
terhadap pasien verbal dari ansietas pasien dapat
2.4 Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengetahui tingkat ansietas yang lain
mengalihkan dari topik yang
mengancam ke hal yang berkaitan
dengan konflik
2.5 Gunaan konsultasi untuk membantu
pasien mengungkapkan perasaannya
2.6 Mendengarkan penyebab ansietas
pasien dengan penuh perhatian
2.7 Observasi tanda verbal dan non verbal
dari ansietas pasien
TUK 3: Kriteria evaluasi: Dalam rangka mengurangi level ansietas, Dukungan keluarga dapat memperkuat
berikut ini merupakan intervensi yang mekanisme koping pasien sehingga
Pasien dapat Tingkat ansietas dapat dilakukan dalam kaitannya dengan tingkat ansietasnya berkurang
mengurangi tingkat pasien berkurang teknik menenangkan (calming technique):
ansietasnya
3.1 Menganjurkan keluarga untuk tetap
mendampingi pasien Pengurangan atau penghilang rangsang
DIAGNOSIS PERENCANAAN
KEPERAWATAN
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi Rasional
(TUK/TUM)
TUK 4: Kriteria evaluasi: 1.1 Gali cara pasien mengurangi ansietas Peningkatan pengetahuan tentang
dimasa lalu penyakit yang dialami pasien dapat
Pasien dapat Tingkat ansietas 1.2 Tunjukkan akibat maladaptif dan membangun mekanisme koping pasien
menggunakan pasien berkurang destruktif dari respons koping yang
terhadap ansietas yang dialaminya
mekanisme koping digunakan
yang adaptif 1.3 Dorong pasien untuk menggunakan
respons koping adaptif yang
dimilikinya
1.4 Bantu pasien untuk menyusun
kembali tujuan hidup, memodifikasi
tujuan, menggunakan sumber dan
menggunakan ansietas sedang
1.5 Latih pasien dengan menggunakan
ansietas sedang
1.6 Beri aktifitas fisik untuk menyalurkan
energinya
1.7 Libatkan pihak yang berkepentingan,
seperti keluarga, sebagai sumber dan
dukungan sosial dalam membantu
pasien nenggunakan koping adaptif
yang baru
TUK 5: Kriteria evaluasi: Ajarkan pasien teknik relaksasi relaksasi Teknik relaksasi yang diberikan pada
untuk meningkatkan kendali dan rasa pasien dapat mengurangi ansietas
Pasien mampu Tingkat ansietas percaya diri:
memperagakan dan pasien berkurang
DIAGNOSIS PERENCANAAN
KEPERAWATAN
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi Rasional
(TUK/TUM)
“Selamat pagi, kenalkan saya Happy. Nama Selamat sore, saya Edi siono. Panggil saja Imam”.
bapak siapa?, biasa dipanggil siapa?”
“Iya mas, saya bersedia.”
”Saya happy mahasiswa STIKes Patria
Husada Blitar. Hari ini saya akan
melakukan pengkajian kesehatan bapak
untuk 3 hari ke depan dengan waktu kurang
lebih 2 jam. Apakah bersedia?”
“Saya baik mas. Saya hanya merasakan sedikit
2. Tunjukkan sikap empati dan menerima
nyeri pada bagian krpala, juga gelisah”.
pasien apa adanya:
”Bagaimana keadaannya? Apa yang anda
rasakan hari ini?”
TUK 2
1. Pasien dapat mengenali ansietasnya
“Menurut bapak penyebab dari kegelisahan
dan kekhawatiran yang bapak rasakan apa?” “Saya merasa gelisah karena penyakit saya sering
kambuh ”.
“Sudah berapa lama mengidap penyakit
“Sudah 20 tahun yang lalu.”
hipertensi dan asam urat yang anda derita?”.
“Sudah pernah berobat kemana saja?” “Ke dokter maupun ke puskesmas”
“Apa harapan ke depan untuk kesehatan “Saya berharap agar penyakit saya tidak kambuh
bapak?” lagi mas”.
TUK 3
1. Pasien dapat mengurangi ansietasnya :
TUK 4
TUK 5
1. Pasien mampu memperagakan dan
menggunakan teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas:
“Baik pak hari ini saya akan mengajarkan
cara mengurangi ansietas dengan cara nafas
dalam. Bapak tolong ikuti arahan yang saya
Selasa 20
berikan!”
Oktober 2020
(Mengajarkan pasien tehnik relaksasi nafas
dalam) O : Pandangan mata fokus ke depan (Pasien
mengikuti arahan yang diberikan)
TUK 6
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesiapan
keluarga dalam merawat pasien dengan
gangguan ansietas:
“Bagaimana perasaan keluarga dalam
merawat bapak Edi yang sakit?”
“Disini saya akan menjelaskan tentang
bagaimana proses penyakit yang diderita oleh “Pasrah kepada Allah SWT, dan selalu berusaha
bapak Imam dan bagaimana pencegahan serta sebisa mungkin untuk kesembuhan Bapak Edi”
penanganan ketika sakit”.
“Baik mbak”.
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
2. Diagnose keperawatan
Ansietas
3. TUM :
a. FASE ORIENTASI
1. Salam terapeutik
b. FASE KERJA
Px: “Saya berharap agar penyakit saya tidak kambuh lagi mbak”.
M: “karena bapak sering bekerja coba bapak sekali kali refresing Bersama
keluarga ketempat yang bapak ingin tuju”
M: “Begini pak, untuk sekarang ini umur bapak masih termasuk muda bapak
masih mempunyai harapan yang besar untuk sembuh, asalkan bapak mau
semangat untuk sembuh dengan menjaga pola hidup sehat. Apapun tidak ada
yang tidak mungkin pak”
Kl : “Pasrah kepada Allah SWT, dan selalu berusaha sebisa mungkin untuk
kesembuhan Bapak Imam”
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi subyektif
2. Evaluasi obyektif
“Apakah bapak Edi masih ingat bagaimana tehnik nafas dalam yang saya
ajarkan tadi?”.
“Bagaimana kalau kita besok bertemu lagi, nanti jika bapak masih merasakan
kecemasan atau khawatir terkait dengan masalah kesehatan, beritahu saya.”
ya?”
“Baiklah kalau begitu kita akan mengobrol lagi jam 10.00 pagi ”
c. Tempat : “Kalau begitu, dimana kita akan mengobrol untuk besok?”
Pengertian :
Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien yang mengalami nyeri
kronis. Rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan
sehingga mencegah menghebatnya stimulasi nyeri
Indikasi :
Prosedur pelaksanaan :
A. Tahap prainteraksi
1. Mencuci tangan
2. Meyiapkan alat
B. Tahap orientasi
1. Memberikan salam teraupetik
2. Validasi kondisi pasien
3. Menjaga perivacy pasien
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga
C. Tahap kerja
1. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya jika ada ynag kurang jelas
2. Atur posisi pasien agar rileks tanpa beban fisik
3. Instruksikan pasien untuk tarik nafas dalam sehingga rongga paru berisi udara
4. Intruksikan pasien secara perlahan dan menghembuskan udara membiarkanya keluar
dari setiap bagian anggota tubuh, pada waktu bersamaan minta pasien untuk
memusatkan perhatian betapa nikmatnya rasanya
5. Instruksikan pasien untuk bernafas dengan irama normal beberapa saat ( 1-2 menit )
6. Instruksikan pasien untuk bernafas dalam, kemudian menghembuskan secara
perlahan dan merasakan saat ini udara mengalir dari tangan, kaki, menuju keparu-
paru kemudian udara dan rasakan udara mengalir keseluruh tubuh
7. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan, udara yang
mengalir dan merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan kai dan rasakan
kehangatanya
8. Instruksiakan pasien untuk mengulani teknik-teknik ini apa bila rasa nyeri kembali
lagi
9. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien untuk melakukan secara mandiri
D. Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Akhiri kegiatan dengan baik
4. Cuci tangan
E. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan tindakan
2. Catat respons pasien