Anda di halaman 1dari 38

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN


ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Telah disetujui laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada keluarga Tn. E
di Kaliasri RT02/08

Nama : Happy Hutama


NIM : 1611020
Hari :
Tanggal :

Pembimbing

(Ulfa Husnul Fata., M. Kep.,)


BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Ansietas merupakan keadaan ketika individu atau kelompok mengalami perasaan
gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf autonom dalam berespons
terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik (Carpenito, 2007).
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak percaya diri. Keadaan emosi ini tidak memiliki
obyek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara
interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual
terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian
tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat
ansietas yang berat tidak sejalan dengan kehidupan. (Stuart, 2007).
Ansietas merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu
di luar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan
(Asmadi, 2008).
Menurut Asmadi, 2008 ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai asal
ansietas, teori tersebut antara lain:
a. Teori psikoanalisis
Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara
dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan
impuls primitive seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang
dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi
tuntutan dari dua elemen tersebut dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa
ada bahaya.

b. Teori interpersonal
Dalam pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga dihubungkan dengan
trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan dan perpisahan dengan orang yang
dicintai. Penolakan terhadap eksistensi diri oleh orang lain ataupun masyarakat akan
menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas. Namun bila keberadaannya
diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang dan tidak cemas. Dengan
demikian, ansietas berkaitan dengan hubungan antara manusia.
c. Teori perilaku
Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan hasil frustasi. Ketidakmampuan atau
kegagalan dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan akan menimbulkan
keputusasaan. Keputusasaan yang menyebabkan seseorang menjadi ansietas.
2. Rentang Respon Ansietas (Stuart, 2007)

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

3. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
1) Dalam pandangan psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian, id dan superego. Id mewakili dorongan insting
dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma – norma budaya seseorang. Ego atau
Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan
fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas juga
berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan dan kehilangan,
sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah
mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi, yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa
dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih
sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang
biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan
ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat
dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan
peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum
seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan
kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

b. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup
sehari - hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga
diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

4. Pohon Masalah

Ansietas

Ketidakberdayaan Core problem

Koping individu tidak efektif

Stressor/ perubahan status kesehatan

5. Klasifikasi
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan, yang
bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami, dan seberapa baik individu
melakukan koping terhadap ansietas. Menurut Peplau (dalam Videbeck, 2008) ada empat
tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
a. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan
perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan
perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah
sebagai berikut :
1) Respons fisik
a) Ketegangan otot ringan
b) Sadar akan lingkungan
c) Rileks atau sedikit gelisah
d) Penuh perhatian
e) Rajin
2) Respon kognitif
a) Lapang persepsi luas
b) Terlihat tenang, percaya diri
c) Perasaan gagal sedikit
d) Waspada dan memperhatikan banyak hal
e) Mempertimbangkan informasi
f) Tingkat pembelajaran optimal
3) Respons emosional
a) Perilaku otomatis
b) Sedikit tidak sadar
c) Aktivitas menyendiri
d) Terstimulasi
e) Tenang
b. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang
benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut Videbeck (2008),
respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut :
1) Respon fisik :
a) Ketegangan otot sedang
b) Tanda-tanda vital meningkat
c) Pupil dilatasi, mulai berkeringat
d) Sering mondar-mandir, memukul tangan
e) Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
f) Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
g) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
2) Respons kognitif
a) Lapang persepsi menurun
b) Tidak perhatian secara selektif
c) Fokus terhadap stimulus meningkat
d) Rentang perhatian menurun
e) Penyelesaian masalah menurun
f) Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
3) Respons emosional
a) Tidak nyaman
b) Mudah tersinggung
c) Kepercayaan diri goyah
d) Tidak sabar
e) Gembira
c. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan
respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat
adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
a) Ketegangan otot berat
b) Hiperventilasi
c) Kontak mata buruk
d) Pengeluaran keringat meningkat
e) Bicara cepat, nada suara tinggi
f) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
g) Rahang menegang, mengertakan gigi
h) Mondar-mandir, berteriak
i) Meremas tangan, gemetar
2) Respons kognitif
a) Lapang persepsi terbatas
b) Proses berpikir terpecah-pecah
c) Sulit berpikir
d) Penyelesaian masalah buruk
e) Tidak mampu mempertimbangkan informasi
f) Hanya memerhatikan ancaman
g) Preokupasi dengan pikiran sendiri
h) Egosentris
3) Respons emosional
a) Sangat cemas
b) Agitasi
c) Takut
d) Bingung
e) Merasa tidak adekuat
f) Menarik diri
g) Penyangkalan
h) Ingin bebas
d. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya
kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Menurut
Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
a) Flight, fight, atau freeze
b) Ketegangan otot sangat berat
c) Agitasi motorik kasar
d) Pupil dilatasi
e) Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
f) Tidak dapat tidur
g) Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
h) Wajah menyeringai, mulut ternganga
2) Respons kognitif
a) Persepsi sangat sempit
b) Pikiran tidak logis, terganggu
c) Kepribadian kacau
d) Tidak dapat menyelesaikan masalah
e) Fokus pada pikiran sendiri
f) Tidak rasional
g) Sulit memahami stimulus eksternal
h) Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
3) Respon emosional
a) Merasa terbebani
b) Merasa tidak mampu, tidak berdaya
c) Lepas kendali
d) Mengamuk, putus asa
e) Marah, sangat takut
f) Mengharapkan hasil yang buruk
g) Kaget, takut
h) Lelah

6. Gejala Klinis
Keluhan (keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas), antara lain
sebagai berikut:
a. Cemas, khawatir, firasat, buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang .
d. Gangguan pola tidur, mimpi (mimpi yang menegangkan).
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
f. Keluhan (keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak napas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.
7. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang ansietas yaitu:
a. Pemerikasaan laboratorium, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan
fungsi adrenal, peningkatan glukosa dan menurunnya fungsi paratiroid, tingkat oksigen
dan kalsium.
b. Uji psikologis

8. Penatalaksanaan Medis
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan
terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti
pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1) Makan makan yang bergizi dan seimbang.
2) Tidur yang cukup.
3) Cukup olahraga.
4) Tidak merokok.
5) Tidak meminum minuman keras.
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan
yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar
saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering
dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam,
bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat
dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik
(fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya
diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi)
kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan
untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi
stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai faktor pendukung.
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan
dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan
stressor psikososial.
9. Komplikasi
a. Depresi
b. Somatoform
c. Skizofrenia Hibefrenik
d. Skizofrenia Simplek
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan pada pasien dengan ansietas menurut (Stuart, 2007) yaitu:
Identitas Klien
1) Initial :Ansietas lebih rentan terjadi pada wanita daripada laki-laki, karena wanita
lebih mudah stress dibanding pria.
2) Umur : Toddler-lansia
3) Pekerjaan : Pekerajaan yang mempunyai tingkat stressor yang besar.
4) Pendidikan : Orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah lebih rentan
mengalami ansietas
b. Alasan Masuk
Sesuai diagnosa awal klien ketika pertama kali masuk rumah sakit.
c. Faktor Predisposisi
1) Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian : id dan superego.
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasan takut terhadap
ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kerentanan tertentu.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan
4) Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam
kelurga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan
depresi
d. Fisik
Tanda Vital:
TD : Meningkat, palpitasi, berdebar-debar bahkan sampai pingsan.
N : Menurun
S : Normal (36˚C - 37,5˚C ), ada juga yang mengalami hipotermi tergantung respon
individu dalam menangania ansietasnya
P : Pernafasan , nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa tercekik terengah-
engah
1) Ukur : TB dan BB: normal (tergantung pada klien)
2) Keluhan Fisik : refleks, terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kaku,
gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, gerakan lambat, kaki goyah.
Selain itu juga dapat dikaji tentang repon fisiologis terhadap ansietas (Stuart, 2007):
B1 : Nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal
pembengkakan pada tenggorokan, terengah-engah.
B2 : Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan,
pingsan, TD ↓, denyut nadi ↓.
B3 : Refleks ↑, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas,
gelisah, wajah tegang.
B4 : Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.
B5 : Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen,
nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati.
B6 : Lemah.

e. Psikososial:
Konsep diri:
1) Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah, keringat
berlebihan.
2) Identitas : gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta terjadi pada
seseorang yang bekerja dengan sressor yang berat.
3) Peran : menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok / masyarakat.
4) Ideal diri : berkurangnya toleransi terhadap stress, dan kecenderungan ke arah
lokus eksternal dari keyakinan kontrol.
5) Harga diri : klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan yang tidak
rasional terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu.

Hubungan Sosial:
1) Orang yang berarti: keluarga
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: kurang berperan dalam
kegiaran kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam
keluarga / kelompok / masyarakat.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: +
Spiritual:
1) Nilai dan keyakinan
2) Kegiatan ibadah

f. Status Mental:
1) Penampilan : pada orang yang mengalami ansietas berat dan panik biasanya
penampilannya tidak rapi.
2) Pembicaraan : bicara cepat dan banyak, gagap dan kadang-kadang keras.
3) Aktivitas motorik : lesu, tegang, gelisah, agitasi, dan tremor.
4) Alam perasaan : sedih, putus asa, ketakutan dan khawatir.
5) Afek : labil
6) Interaksi selama wawancara: tidak kooperatif, mudah tersingung dan mudah
curiga, kontak mata kurang.
7) Persepsi : berhalusinasi, lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
8) Proses pikir : persevarsi
9) Isi pikir : obsesi, phobia dan depersonalisasi
10) Tingkat kesadaran : bingung dan tidak bisa berorietansi terhadap waktu, tempat
dan orang (ansietas berat)
11) Memori : pada klien yang mengalami OCD (Obsessive Compulsif Disorder) akan
terjadi gangguan daya ingat saat ini bahkan sampai gangguan daya ingat jangka
pendek.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung : tidak mampu berkonsentrasi
13) Kemampuan penilaian : gangguan kemampuan penilaian ringan
14) Daya titik diri : menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain/
lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.

g. Kebutuhan Persiapan Pulang


1) Kemampuan klien memenuhi/ menyediakan kebutuhan makanan, keamanan,
tempat tinggal, dan perawatan.
2) Kegiatan hidup sehari-hari:
3) Kurang mandiri tergantung tingkat ansietas
4) Perawatan diri
5) Nutrisi
6) Tidur

h. Mekanisme Koping
Adaptif (ansietas ringan) dan maladaptif (ansietas sedang, berat dan panik). Menurut
Stuart (2007). Individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba
mengatasinya, ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan
penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas ringan sering ditanggulangi
tanpa pemikiran yang sadar, sedangkan ansietas berat dan sedang menimbulkan 2 jenis
mekanisme koping :
1) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada
tindakan untuk memenuhi tuntunan situasi stres secara realistis
2) Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang.
Tetapi karena mekanisme tersebut berlangsung secara relative pada tingkat tidak
sadar dan mencakup penipuan diri dan distorsi realitas, mekanisme ini dapat
menjadi repon maladaptif terhadap stres.

i. Masalah Psikososial dan Lingkungan


1) Masalah dengan dukungan kelompok: klien kurang berperan dalam kegiatan
kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam keluarga/
kelompok/ masyarakat.
2) Masalah berhubungan dengan lingkungan: lingkungan dengan tingkat stressor
yang tinggi akan memicu timbulnya ansietas.
3) Masalah dengan pendidikan: seseorang yang pernah gagal dalam menempuh
pendidikan, tidak ada biaya untuk melanjutkan jenjang pendidikan berikutnya.
4) Masalah dengan pekerjaan: mengalami PHK, target kerja tidak tercapai.
5) Masalah dengan perumahan: pasien kehilangan tempat tinggalnya karena bencana
alam, pengusuran dan kebakaran.
6) Masalah ekonomi: pasien tidak mempunyai kemampuan finansial dalam
mencukupi kebutuhannya sehari-hari dan keluarganya.
7) Masalah dengan pelayanan kesehatan: kurang percaya dengan petugas kesehatan.

j. Pengetahuan Kurang
Pasien kurang mempunyai pengetahuan tentang faktor presipitasi, koping, obat-
obatan, dan masalah lain tentang ansietas
k. Aspek medik
Diagnosa Medik:
1) Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistic terhadap dua atau lebih
hal yang dipersepsi sebagai ancaman perasaan ini menyebabkan individu tidak
mampu istirahat dengan tenang (inability to relax)
2) Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:
Ketegangan Motorik:
a) Kedutan otot atau rasa gemetar
b) Otot tegang/kaku/pegel linu
c) Tidak bisa diam
d) Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik:
a) Nafas pendek/ terasa berat
b) Jantung berdebar-debar
c) Telapak tangan basah dingin
d) Mulut kering
e) Kepala pusing/rasa melayang
f) Mual, mencret, perut tidak enak
g) Muka panas/ badan menggigil
h) Buang air kecil lebih sering
i) Sukar menelan/rasa tersumbat
Kewaspadaan berlebihan dan Penangkapan Berkurang
a) Perasaan jadi peka/ mudah ngilu
b) Mudah terkejut/kaget
c) Sulit konsentrasi pikiran
d) Sukar tidur
e) Mudah tersinggung
3) Hendaknya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala:
penurunan kemampuan bekerja, hubungan social, dan melakukan kegiatan rutin.
C. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN (single diagnosis)
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Ansietas
2. Ketidakefektifan koping
3. Ketidakberdayaan.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN ANSIETAS

Diagnosa NOC NIC


Ansietas Tingkat kecemasan’ Pengurangan kecemasan
Dipertahankan pada 2 (cukup Aktivitas:
berat) 1. Gunakan pendekatan yang
Ditingkatkan ke 4 (ringan) tenang dan meyakinkan
Setelah dilakukan intervensi 2. Nyatakan dengan jelas
selama 1x24 jam, klien mampu harapan terhadap perilaku
Indikator: klien
1. Dapat beristirahat 3. Jelaskan semua prosedur yang
2. Ketegangan menurun akan dilakukan
3. Khawatir berkurang 4. Berikan informasi actual
4. Dapat mengambil keputusan terkait dengan diagnosis,
5. Mudah berkonsentrasi perawatan, dan prognosis
5. Puji atau kuatkan perilaku
yang baik secara tepat
6. Mengajarkan teknik relaksasi
Ketidakefektifan Koping Peningkatan koping
koping Dipertahankan pada 2 (jarang Aktivitas:
menunjukkan) 1. Bantu klien dalam
Ditingkatkan ke 4 (sering mengidentifikasi tujuan
menunjukkan) jangka pendek dan jangka
Setelah dilakukan intervensi panjang yang tepat
selama 1x24 jam, klien mampu 2. Bantu klien dalam memeriksa
Indikator: sumber-sumber yang tersedia
1. Mengidentifikasi pola untuk memenuhi tujuannya
koping yang efektif dan 3. Bantu klien untuk
tidak efektif menyelesaikan masalah
2. Menyatakan perasaan akan dengan cara yang konstruktif
kontrol diri 4. Sediakan informasi aktual
3. Melaporkan pengurangan mengenai permasalahan klien
stress 5. Dukung klien nuntuk
4. Menyatakan penerimaan mengidentifikasi kekuatan dan
terhadap situasi kemampuan diri
5. Mencari informasi 6. Bantu klien untuk
terpercaya tentang mengidentifikasi strategi
pengobatan positif untuk mengatasi
6. Adaptasi perubahan hidup keterbatasan dan mengelola
7. Modifikasi gaya hidup untuk kebutuhan hidup maupun
mengurangi stress perubahan peran
7. Instruksikan klien untuk
menggunakan teknik relaksasi
sesuai dengan kebutuhan

Ketidakberdayaan Kepercayaan mengenai Dukungan pengambilan keputusan


Kesehatan: Ancaman yang Aktivitas:
dirasakan 1. Tentukan apakah terdapat
Dipertahankan pada 4 (kuat) perbedaan antara pandangan
Ditingkatkan ke 2 (lemah) klien dan pandangan penyedia
Setelah dilakukan intervensi perawatan kesehatan
selama 1x24 jam, klien mampu mengenai kondisi klien
Indikator: 2. Bantu klien untuk
1. Merasakan ancaman mengklarifikasi nilai dan
Kesehatan harapan yang mungkin akan
2. Merasakan kerentanan membantu dalam membuat
terhadap masalah kesehatan pilihan yang penting dalam
yang progresif hidupnya
3. Kekhawatiran mengenai 3. Informasikan pada klien
penyakit atau cidera mengenai pandangan atau
4. Kekhawatiran mengenai solusi alternatif dengan cara
potensi komplikasi. yang jelas dan mendukung
5. Merasakan dampak pada 4. Bantu klien mengidentifikasi
gaya hidup saat ini keuntungan dan kerugian dari
setiap alternatif pilihan
5. Fasilitasi pengambilan
keputusan

DAFTAR PUSTAKA

Erna, Cahyani. 2016. Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Ansietas. (Online.
Available) From: https://www.scribd.com/document/320503011/LP-SP-Ansietas.
Diakses pada 17 Oktober pukul 16.00

Trisnawati, Kadek. 2016. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Ansietas (Online. Available) From:
https://www.academia.edu.com/document/3/LP-Ansietas. Diakses pada 17 Oktober
pukul 16.00
Videbeck,Sheila L.Buku Ajar Keprawatan Jiwa.EGC,Jakarta
Suliswati,dkk.Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.EGC,Jakarta
DEPARTEMEN KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM STUDI S1- KEPERAWATAN
STIKes PATRIA HUSADA BLITAR

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA MASALAH PSIKOSOSIAL

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. E
Umur : 47 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Ds kaliasri RT: 02 rw : 08
Pekerjaan : wiraswasta
Status perkawinan : kawin
Tanggal dirawat :-
Tanggal pengkajian : 18 Oktober 2020
Ruang rawat :-
Nomor RM :-
Diagnosa medis : Migrain
Riwayat alergi :-
o RM :
II. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan saat pulang dari korea klien mengalami pusing hanya sebelah sejak
tahun 2000, klien mengatakan migrain kambuh 1 minggu bisa sampai 2x, klien juga
mengatakan sudah periksa di rumah sakit. Setiap mengalami sakit migrain klien
mengatakan klien merasakan sakit yang sangat sakit sampai membenturkan kepalanya.
Klien juga merasa cemas jika migrain tidak sembuh sembuh

III. PENAMPILAN UMUM DAN PERILAKU MOTOR


1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda vital :
TD : 120/100 mm/Hg
N : 88 x/m
S : 36,5 C
RR : 22 x/m
3. Ukur : BB : 82 kg TB : 168 cm
4. Keluhan fisik : nyeri pada kepala sebelah kanan
 Tidak
Ya
Jelaskan :
P: Nyeri saat beraktifitas
Q: Nyeri seperti tertimpa benda berat
R: Nyeri pada kepala sebelah kanan
S: 6
T: Nyeri terus menerus ketika kambuh
5. Hasil pemeriksaan Laboratorium
Hasil CT-scan= normal

Masalah keperawatan : Nyeri Kronis

Tingkat ansietas (lingkari tingkat ansietas dan check list perilaku yang ditampilkan)
 Ringan
Sedang
 Berat
Perilaku √ Perilaku √
Tenang Menarik diri
Ramah Bingung √
Pasif Disorientasi
Waspada Ketakutan √
Merasa membenarkan lingkungan Hiperventilasi
Kooperatif Halusinasi
Gangguan perhatian Depersonalisasi
Gelisah √ Obsesi
Sulit berkonsentrasi Kompulsi
Waspada berlebihan Keluhan somatik
Tremor Hiperaktivitas
Bicara cepat Bicara cepat
Masalah keperawatan : Ansietas
PENGKAJIAN KELUARGA
1. Genogram :

Klien

Ket:
= perempuan = laki-laki = meninggal

2. Tipe keluarga : nuclear family


3. Pengambilan keputusan : diri sendiri kadang meminta pendapat dari istrinya
4. Hubungan klien dengan kepala keluarga : kepala keluarga
5. Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga
Jelaskan :setiap hari mengurusi usaha klien

6. Kegiatan yang dilakukan keluarga dengan masyarakat


Jelaskan : Klien tidak pernah mengikuti kegiatan kemasyarakatan

Masalah keperawatan : -

IV. RIWAYAT SOSIAL


1. Pola sosial
 Teman/ orang terdekat : orang terdekat klien adalah istri dan anak anaknya
 Peran serta dalam kelompok : Semenjak sakit klien tidak pernah mengikuti acara
kemasyarakatan
 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien merasa tidak memiliki
hambatan berhubungan dengan orang lain. Namun klien hanya jarang keluar rumah.
2. Obat-obatan yang dikonsumsi
 Adakah obat herbal/ obat lain yang dikonsumsi diluar resep : tidak ada
 Obat-obatan yang dikonsumsi klien saat ini : klien meminum obat untuk menurunkan
rasa nyeri saat migrain
 Apakah klien menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk mengatasi masalahnya :
saat muda klien peminum alkohol
Masalah keperawatan : (-)

II. STATUS MENTAL DAN EMOSI


1. Penampilan
a. Cacat fisik
 Ada, jelaskan
Tidak ada, jelaskan : klien tidak mempunyai cacat fisik apapun klien normal.
b. Kontak mata
Ada, jelaskan : klien menjaga kontak mata saat diajak berbicara
 Tidak ada, jelaskan
c. Pakaian
Rapi, jelaskan : klien berpakaian dengan rapi, memakai baju kaos dan celana
trining.
 Penggunaan tidak sesuai
d. Perawatan diri
Jelaskan : Klien mengatakan mandi 2x/hari
Masalah keperawatan : (-)

2. Tingkah laku
Tingkah laku √ Jelaskan
Resah
Agitasi
Letargi
Sikap
Ekspresi wajah
Lain-lain
Masalah keperawatan : (-)

3. Pola komunikasi
Pola komunikasi √ Pola komunikasi √
Jelas √ Aphasi
Koheren Perseverasi
Bicara kotor Rumination
Inkoheren Tangensial
Neologisme Banyak bicara/dominan
Asosiasi longgar Bicara lambat
Flight of ideas Sukar berbicara
Lainnya
Masalah keperawatan : (-)

4. Mood dan afek


Perilaku √ Jelaskan
Senang
Sedih
Putus asa
Gembira
Euphoria
Curiga
Lesu
Marah/bermusuhan
Lain-lain
Masalah keperawatan : (-)

5. Proses pikir
Perilaku √

Jelas √

Logis

Mudah diikuti

Relevan

Bingung

Bloking

Delusi

Arus cepat

Asosiasi lambat

Curiga

Memori jangka pendek Hilang Utuh


Memori jangka panjang Hilang Utuh
Masalah keperawatan : (-)

6. Persepsi
Perilaku √ Jelaskan
Halusinasi
Ilusi
Depersonalisasi
Derealisasi
Halusinasi √ Jelaskan
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penghidu
Lain-lain
Masalah keperawatan : (-)

7. Kognitif
a. Orientasi realita
Waktu :
Tempat :
Orang :
Situasi :
b. Memori
Gangguan √ Jelaskan
Gangguan daya ingat jangka
panjang
Gangguan daya ingat jangka
pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Paramnesia, sebutkan
Hipermnesia, sebutkan
Amnesia, sebutkan
c. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkatan √ Jelaskan
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Masalah keperawatan : (-)

III. IDE-IDE BUNUH DIRI


Ide-ide merusak diri sendiri/orang lain
 Ya
Tidak
Jelaskan : klien tidak mempunyai fikiran untuk merusak diri

Masalah keperawatan : (-)

IV. KULTURAL DAN SPIRITUAL


Agama yang dianut
1. Bagaimana kebutuhan klien terhadap spiritual dan pelaksanaannya? Klien
mengatakan melakukan solat 5 waktu hanya saja Ketika sakitnya kambuh klien tidak
melakukan solat
2. Apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan kegiatan spiritualnya
setelah mengalami kekerasan atau penganiayaan? Klien tidak mengalami gangguan
tersebut
Adakah pengaruh spiritual terhadap koping individu? Ada. Saat klien merasa resah,
gelisah, bimbang dalam memutuskan suatu hal, maka ia bersegera untuk shalat dan dzikir untuk
meminta pertolongan Alloh SWT
Budaya yang diikuti
Apakah ada budaya klien yang mempengaruhi terjadinya masalah ?
Tidak ada
Tingkat perkembangan saat ini ?
Klien mengatakan saat ini ia harus dapat bersikap dan hidup mandiri setelah kedua
orangtua nya meninggal. Klien mengharapkan untuk masalah dalam kesehatannya segera
sembuh dan tidak kambuh-kambuh lagi.
Masalah keperawatan : (-)
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Perubahan status Ansietas
- Klien mengatakan Kesehatan
merasa cemas ↓
dengan keadaan Koping individu tidak
kesehatannya saat ini efektif
- Klien mengatakan ↓
takut apabila Ketidakberdayaan
keadaannya tambah ↓
parah Ansietas
- Klien
mengkhawatirkan
keadaanya apabila
kambuh sewaktu-
waktu
DO :
- Klien tampak gelisah
ketika bercerita
- Klien tampak
kesakitan di kepala
sebelah kanan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ansietas
RENCANA KEPERAWATAN ANSIETAS

DIAGNOSIS PERENCANAAN
KEPERAWATAN
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi Rasional
(TUK/TUM)

Ansietas TUM: Pasien bina hubungan saling percaya dengan Kepercayaan dari pasien merupakan hal
menunjukkan mengemukakan prinsip komunikasi yang akan memudahkan perawat dalam
Klien akan tanda-tanda dapat terapeutik : melakukan pendekatan keperawatan atau
mengurangi membina intervensi selanjutnya terhadap pasien
ansietasnya dari hubungan saling 1.1 Mengucapkan salam terapeutik. Sapa
tingkat ringan percaya pasien dengan ramah baik verbal
dengan maupun non verbal
hingga panik perawat, yaitu: 1.2 Berjabat tangan dengan pasien
TUK 1: 1.3 Perkenalkan diri dengan sopan
a. Ekspresi wajah 1.4 Tanyakan nama lengkap pasien dan
Pasien dapat bersahabat nama panggilan yang disukai klien
b. Pasien 1.5 Jelaskan tujuan pertemuan
membina hubungan
menunjukkan 1.6 Membuat kontrak topik, waktu, dan
saling percaya rasa senang tempat setiap kali bertemu pasien
c. Pasien bersedia 1.7 Tunjukkan sikap empati dan
berjabat tangan menerima pasien apa adanya
d. Pasien bersedia 1.8 Beri perhatian kepada pasien dan
menyebutkan perhatian kebutuhan dasar pasien
nama
e. Ada kontak
mata
f. Pasien bersedia
duduk
berdampingan
dengan perawat
g. Pasien bersedia
mengutarakan
DIAGNOSIS PERENCANAAN
KEPERAWATAN
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi Rasional
(TUK/TUM)

masalah yang
dihadapinya
TUK 2: Kriteria evaluasi: Dalam rangka mengurangi ansietas Pasien dapat mengungkapkan penyebab
(anxiety reduction) maka perlu dilakukan ansietasnya, sehingga perawat dapat
Pasien dapat Pasien mampu intervensi berupa: menentukan tingkat ansietas pasien dan
mengenali mengidentifikasi menentukan intervensi selanjutnya
ansietasnya dan 2.1 Bantu pasien untuk mengidentifikasi
mengungkapkan dan menguraikan perasaannya
gejala ansietas 2.2 Hubungkan perilaku dan perasaannya
2.3 Validasi kesimpulan dan asumsi Mengobservasi tanda verbal dan non
terhadap pasien verbal dari ansietas pasien dapat
2.4 Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengetahui tingkat ansietas yang lain
mengalihkan dari topik yang
mengancam ke hal yang berkaitan
dengan konflik
2.5 Gunaan konsultasi untuk membantu
pasien mengungkapkan perasaannya
2.6 Mendengarkan penyebab ansietas
pasien dengan penuh perhatian
2.7 Observasi tanda verbal dan non verbal
dari ansietas pasien
TUK 3: Kriteria evaluasi: Dalam rangka mengurangi level ansietas, Dukungan keluarga dapat memperkuat
berikut ini merupakan intervensi yang mekanisme koping pasien sehingga
Pasien dapat Tingkat ansietas dapat dilakukan dalam kaitannya dengan tingkat ansietasnya berkurang
mengurangi tingkat pasien berkurang teknik menenangkan (calming technique):
ansietasnya
3.1 Menganjurkan keluarga untuk tetap
mendampingi pasien Pengurangan atau penghilang rangsang
DIAGNOSIS PERENCANAAN
KEPERAWATAN
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi Rasional
(TUK/TUM)

3.2 Mengurangi atau menghilangkan penyebab ansietas dapat meningkatkan


rangsangan yang menyebabkan ketenangan pada pasien dan mengurangi
ansietas pada pasien tingkat ansietasnya

TUK 4: Kriteria evaluasi: 1.1 Gali cara pasien mengurangi ansietas Peningkatan pengetahuan tentang
dimasa lalu penyakit yang dialami pasien dapat
Pasien dapat Tingkat ansietas 1.2 Tunjukkan akibat maladaptif dan membangun mekanisme koping pasien
menggunakan pasien berkurang destruktif dari respons koping yang
terhadap ansietas yang dialaminya
mekanisme koping digunakan
yang adaptif 1.3 Dorong pasien untuk menggunakan
respons koping adaptif yang
dimilikinya
1.4 Bantu pasien untuk menyusun
kembali tujuan hidup, memodifikasi
tujuan, menggunakan sumber dan
menggunakan ansietas sedang
1.5 Latih pasien dengan menggunakan
ansietas sedang
1.6 Beri aktifitas fisik untuk menyalurkan
energinya
1.7 Libatkan pihak yang berkepentingan,
seperti keluarga, sebagai sumber dan
dukungan sosial dalam membantu
pasien nenggunakan koping adaptif
yang baru
TUK 5: Kriteria evaluasi: Ajarkan pasien teknik relaksasi relaksasi Teknik relaksasi yang diberikan pada
untuk meningkatkan kendali dan rasa pasien dapat mengurangi ansietas
Pasien mampu Tingkat ansietas percaya diri:
memperagakan dan pasien berkurang
DIAGNOSIS PERENCANAAN
KEPERAWATAN
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi Rasional
(TUK/TUM)

menggunakan dan pasien dapat 5.1 Pengalihan situasi


teknik relaksasi mengendalikan 5.2 Latihan relaksasi
untuk mengatasi gangguan ansietas a. Tarik napas dalam
b. Mengerutkan dan mengendurkan
ansietas atau ansietasnya
otot-otot
c. Hipnotis diri sendiri (latihan 5
jari)
TUK 6: Kriteria evaluasi: 6.1 Diksusikan masalah yang dirasakan Keluarga sebagai support system (sistem
keluarga dalam merawat pasien pendukung) akan sangat berpengaruh
Meningkatkan Keluarga 6.2 Diskusikan tentang ansietas, proses dalam mempercepat proses penyembuhan
pengetahuan dan mengetahui terjadinya ansietas, serta tanda dan
pasien
kesiapan keluarga masalah ansietas gejala
dalam merawat anggota 6.3 Diskusikan tentang penyebab dan
akibat dari ansietas
pasien dengan keluarganya serta
6.4 Diskusikan cara merawat pasien
gangguan ansietas mengetahui cara dengan ansietas dengan cara
perawatan dan mengajarkan teknik relaksasi berupa:
penanganan a. Mengalihkan situasi
anggota keluarga b. Latihan relaksasi dengan nafas
dengan gangguan dalam, mengerutkan, dan
ansietas mengendurkan otot
c. Menghipnotis diri (latihan lima
jari)
6.5 Diskusikan dengan keluarga tentang
perilaku pasien yang perlu dirujuk
dan bagaimana cara merujuk pasien
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari /Tanggal No dx Implementasi Evaluasi Ttd

Senin 19 1 TUK 1 S: Perawat


Oktober 2020 Happy
1. BHSP

“Selamat pagi, kenalkan saya Happy. Nama Selamat sore, saya Edi siono. Panggil saja Imam”.
bapak siapa?, biasa dipanggil siapa?”
“Iya mas, saya bersedia.”
”Saya happy mahasiswa STIKes Patria
Husada Blitar. Hari ini saya akan
melakukan pengkajian kesehatan bapak
untuk 3 hari ke depan dengan waktu kurang
lebih 2 jam. Apakah bersedia?”
“Saya baik mas. Saya hanya merasakan sedikit
2. Tunjukkan sikap empati dan menerima
nyeri pada bagian krpala, juga gelisah”.
pasien apa adanya:
”Bagaimana keadaannya? Apa yang anda
rasakan hari ini?”

3. Beri perhatian kepada pasien dan


“Emm,.. saya sudah sarapan dan mandi mas”.
perhatian kebutuhan dasar pasien:
“Pagi ini bapak sudah sarapan apa belum?
Sudah mandi apa belum pak?”.

TUK 2
1. Pasien dapat mengenali ansietasnya
“Menurut bapak penyebab dari kegelisahan
dan kekhawatiran yang bapak rasakan apa?” “Saya merasa gelisah karena penyakit saya sering
kambuh ”.
“Sudah berapa lama mengidap penyakit
“Sudah 20 tahun yang lalu.”
hipertensi dan asam urat yang anda derita?”.
“Sudah pernah berobat kemana saja?” “Ke dokter maupun ke puskesmas”

“Apa harapan ke depan untuk kesehatan “Saya berharap agar penyakit saya tidak kambuh
bapak?” lagi mas”.

TUK 3
1. Pasien dapat mengurangi ansietasnya :

“coba bapak sekali kali berpergian Bersama “Iya mbak”


keluarga refresing ke tempat bapak ingin tuju”

“Begini pak, untuk sekarang ini umur bapak


“Iya mbak baik”
masih termasuk muda bapak masih
mempunyai harapan yang besar untuk
sembuh, asalkan bapak mau semangat untuk
sembuh dengan menjaga pola hidup sehat.
Apapun tidak ada yang tidak mungkin pak”

TUK 4

1. Pasien dapat menggunakan mekanisme


koping yang adaptif:

“Sebelumnya bapak apa pernah melakukan


“Belum pernah mbak”
terapi untuk mengurangi nyeri ketika
kambuh?”

“Saya akan memberitahu bagaimana cara


pencegahan kekambuhan nyeri pada kepala
bapak”
“1. Bapak memijat kepala atau pelipis. 2.
Bapak harus rajin olahraga, 3. Rutin “Baik mbak.”
meminum obat yang diresepkan dokter.”

TUK 5
1. Pasien mampu memperagakan dan
menggunakan teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas:
“Baik pak hari ini saya akan mengajarkan
cara mengurangi ansietas dengan cara nafas
dalam. Bapak tolong ikuti arahan yang saya
Selasa 20
berikan!”
Oktober 2020
(Mengajarkan pasien tehnik relaksasi nafas
dalam) O : Pandangan mata fokus ke depan (Pasien
mengikuti arahan yang diberikan)
TUK 6
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesiapan
keluarga dalam merawat pasien dengan
gangguan ansietas:
“Bagaimana perasaan keluarga dalam
merawat bapak Edi yang sakit?”
“Disini saya akan menjelaskan tentang
bagaimana proses penyakit yang diderita oleh “Pasrah kepada Allah SWT, dan selalu berusaha
bapak Imam dan bagaimana pencegahan serta sebisa mungkin untuk kesembuhan Bapak Edi”
penanganan ketika sakit”.

“Baik mbak”.

A : Masalah belum teratasi

P : Ulangi TUK 6 (cara mengurangi kecemasan)


FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
PERTEMUAN KE-1

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien :

2. Diagnose keperawatan

Ansietas

3. TUM :

a. Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik

4. Tindakan keperawatan (sesuai TUK)

a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya

b. Pasien dapat mengenali ansietasnya

c. Pasien dapat mengurangi ansietasnya

d. Pasien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif

e. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk


mengatasi ansietas

f. Meningkatkan pengetahuan dan kesiapan keluarga dalam merawat pasien dengan


gangguan ansietas.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

a. FASE ORIENTASI

1. Salam terapeutik

“Selamat pagi, kenalkan saya Happy.”


2. Evaluasi/ validasi

”Nama bapak siapa?, biasa dipanggil siapa?”


3. Kontrak (topik, waktu, tempat)
”Saya happy mahasiswa STIKes Patria Husada Blitar. Hari ini saya akan
melakukan pengkajian kesehatan bapak untuk 3 hari ke depan dengan waktu
kurang lebih 2 jam. Apakah bersedia?”

b. FASE KERJA

M: “Menurut bapak penyebab dari kegelisahan dan kekhawatiran yang bapak


rasakan apa?”
Px: “Saya merasa gelisah karena penyakit saya sering kambuh”.
M: “Sudah berapa lama mengidap penyakit migrain yang anda derita?”.
Px: “Sudah 20 tahun yang lalu.”
M: “Sudah pernah berobat kemana saja?”

Px: “Ke dokter maupun ke puskesmas”

M: “Apa harapan ke depan untuk kesehatan bapak?”

Px: “Saya berharap agar penyakit saya tidak kambuh lagi mbak”.

M: “karena bapak sering bekerja coba bapak sekali kali refresing Bersama
keluarga ketempat yang bapak ingin tuju”

Px: “Iya mbak”

M: “Begini pak, untuk sekarang ini umur bapak masih termasuk muda bapak
masih mempunyai harapan yang besar untuk sembuh, asalkan bapak mau
semangat untuk sembuh dengan menjaga pola hidup sehat. Apapun tidak ada
yang tidak mungkin pak”

Px: “Iya baik mbak”

M: “Sebelumnya bapak apa pernah melakukan terapi untuk mengurangi nyeri


ketika kambuh?” “Saya akan memberitahu bagaimana cara pencegahan
kekambuhan nyeri dan bengkak pada kepala .”

Px : “Belum pernah mbak. Baik mbak”


M: “Baik pak hari ini saya akan mengajarkan cara mengurangi ansietas dengan
cara nafas dalam. Bapak tolong ikuti arahan yang saya berikan!” (Mengajarkan
pasien tehnik relaksasi nafas dalam)

Px : “Baik mbak” (Pandangan mata fokus ke depan, pasien mengikuti arahan


yang diberikan)

M: “Bagaimana perasaan keluarga dalam merawat bapak edi yang sakit?”

Kl : “Pasrah kepada Allah SWT, dan selalu berusaha sebisa mungkin untuk
kesembuhan Bapak Imam”

c. FASE TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

1. Evaluasi subyektif

“Bagaimana perasaan bapak setelah mengobrol dengan saya?”.

2. Evaluasi obyektif

“Apakah bapak Edi masih ingat bagaimana tehnik nafas dalam yang saya
ajarkan tadi?”.

2. Rencana tindak lanjut

“Bagaimana kalau kita besok bertemu lagi, nanti jika bapak masih merasakan
kecemasan atau khawatir terkait dengan masalah kesehatan, beritahu saya.”

3. Kontrak yang akan datang


a. Topik : “Baiklah percakapan kali ini kita akhiri dulu, sesuai

dengan perjanjian kita, untuk pertemuan besok kita bahas lagi

ya?”

b. Waktu : “Besok pagi kita ngobrol lagi jam berapa pak?”

“Baiklah kalau begitu kita akan mengobrol lagi jam 10.00 pagi ”
c. Tempat : “Kalau begitu, dimana kita akan mengobrol untuk besok?”

“Baiklah di rumah bapak lagi.


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP )

Teknik Mengatasi Nyeri Atau Relaksasi Nafas Dalam

Pengertian :

Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien yang mengalami nyeri
kronis. Rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan
sehingga mencegah menghebatnya stimulasi nyeri

Ada tiga hal yang utama dalam teknik relaksasi :

1. Posisikan pasien dengan tepat


2. Pikiran beristirahat
3. Lingkungan yang tenang
Tujuan :

Untuk menggurangi atau menghilangkan rasa nyeri

Indikasi :

Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri kronis

Prosedur pelaksanaan :

A. Tahap prainteraksi
1.    Mencuci tangan
2.    Meyiapkan alat

B. Tahap orientasi
1.    Memberikan salam teraupetik
2.    Validasi kondisi pasien
3.    Menjaga perivacy pasien
4.    Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga

C. Tahap kerja
1.  Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya jika ada ynag kurang jelas
2.   Atur posisi pasien agar rileks tanpa beban fisik
3.  Instruksikan pasien untuk tarik nafas dalam sehingga rongga paru berisi udara
4.   Intruksikan pasien secara perlahan dan menghembuskan udara membiarkanya keluar
dari setiap bagian anggota tubuh, pada waktu bersamaan minta pasien untuk
memusatkan perhatian betapa nikmatnya rasanya
5.    Instruksikan pasien untuk bernafas dengan irama normal beberapa saat ( 1-2 menit )
6.    Instruksikan pasien untuk bernafas dalam, kemudian menghembuskan secara
perlahan dan merasakan saat ini udara mengalir dari tangan, kaki, menuju keparu-
paru kemudian udara dan rasakan udara mengalir keseluruh tubuh
7.    Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan, udara yang
mengalir dan merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan kai dan rasakan
kehangatanya
8.    Instruksiakan pasien untuk mengulani teknik-teknik ini apa bila rasa nyeri kembali
lagi
9.    Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien untuk melakukan secara mandiri

D. Tahap terminasi
1.    Evaluasi hasil kegiatan
2.    Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3.    Akhiri kegiatan dengan baik
4.    Cuci tangan

E. Dokumentasi
1.    Catat waktu pelaksanaan tindakan
2.    Catat respons pasien

Anda mungkin juga menyukai