Anda di halaman 1dari 39

PLAGIARISME

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian

Dosen Pengampu : Inggrid Dirgahayu S.kep.,M.KM

Disusun Oleh :

PINPIN FITRIANI AK118213


PUSPA SRI AGUSTRI AK118135
RIRIN NOVIYANI AK118151
ROSLIANA AK118157
SHEILA SYAADATUL AK118169
SOMANTRI AK118178

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah metodologi penelitian. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang  Plagiarisme.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 30 April 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Plagiat................................................................6
2.2 Tehnik Pencegahan Plagiat.......................................................28
2.3 Pharaprase................................................................................29
2.4 Citation......................................................................................36
2.5 References.................................................................................64
2.6 Pengutipan Sumber Pustaka......................................................72
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................75
3.2 Saran.........................................................................................76
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................77

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Plagiarisme merupakan salah satu tindak kejahatan akademik karena
didalamnya terdapat unsur pencurian berupa pencurian ide-ide dan gagasan
tanpa mencantumkan sumber aslinya. Hal tersebut sangatlah bertentangan
dengan prinsip pendidikan yang ingin menciptakan sumber daya manusia
yang berilmu dan berakhlak mulia. Drs. Soleh Amini Yahman, M.Si salah
satu staff pengajar di Fakultas Psikologi UMS yang dikutip dari website
psikologi UMS pada tahun 2014, secara tegas menjelaskan bahwa plagiat itu
bagaikan najis yang harus dihindari sejauh-jauhnya. Selanjutnya beliau
mengibaratkan plagiarisme seperti halnya praktik pelacuran atau prostitusi
akademik. Karena itu, harus dihindari sejauh-jauhnya. Senada dengan hal
tersebut Agustinus Lis Tyantoro dosen Universitas Ciputra di Surabaya
secara gamblang mengatakan bahwa plagiarisme adalah kejahatan akademik
dan hal itu termasuk kejahatan akademik level tertinggi (Sumarno, 2014).
Sedangkan Martial (Soelistyo, 2011) menjelaskan bahwa plagiat adalah
pelanggaran etika, bukan pelanggaran hukum dan penegakannya berada
dalam kewenangan pejabat akademik, bukan berada dalam lingkup
kompetensi pengadilan.
Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah diberlakukan UU tentang
plagiarisme yang terdapat pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No.17/2010 dan pelakunya diancam dengan hukuman yang cukup berat.
Sesuai UU No.20/2003, dijelaskan bahwa pelaku tindak plagiat diberikan
sanksi bahwa lulusan perguruan tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk
memperoleh gelar akademik, profesi atau vokasi, terbukti merupakan
jiplakan, dicabut gelarnya (pasal 25 ayat 2). Kemudian lulusan yang tersebut
pada pasal 25 ayat 2 dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun,
dan atau pidana denda paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah).

1
Walaupun plagiator diberikan ancaman sanksi yang cukup berat,
namun tidak serta merta menghilangkan plagiarisme di dunia pendidikan.
Masih banyak ditemui kasus plagiarisme, khususnya di perguruan tinggi.
Diantaranya adalah kasus yang menimpa Mochammad Zuliansyah pada tahun
2010, dimana
disertasinya yang berjudul “3D topological relations for 3D spatial
analysis” telah ditemukan bukti plagiarisme. Mochammad Zuliansyah
terbukti melakukan plagiat dari disertasi yang dibuat oleh Siyka Zlatanova
yang berjudul “On 3D Topological Relationship”. Dari kejadian tersebut
maka disertasi dan ijazah Doktor Mochammad Zuliansyah dinyatakan tidak
berlaku oleh pihak ITB. Tidak hanya didalam negeri, di luar negeri pun
plagiarisme juga marak terjadi. Di Australia sebanyak 4000 mahasiswa dari
empat Universitas di Australia Barat mendapatkan peringatan dan tindakan
indisipliner karena terbukti melakukan plagiarisme dalam penulisan karya
tulisnya (Wijaya, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Mulyana pada tahun
2010 pada mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Daerah dan Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta yang sedang mengerjakan
tugas akhir juga ditemukan beberapa tindak plagiat, jenis-jenis plagiarisme
yang dilakukan sangat bervariasi, diantaranya adalah duplikasi judul,
substansi, teori, data dan referensi.
Pengambilan data awal yang dilakukan peneliti terhadap 40 mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang diambil
secara acak, peneliti mendapatkan informasi bahwa dari 40 mahasiswa, 23
diantaranya mengaku pernah melakukan plagiarisme. Sedangkan 26 dari 40
mahasiswa diantaranya mengaku pernah melihat plagiarisme yang dilakukan
oleh sesama mahasiswa Fakultas Psikologi.
Di dunia akademik, kadang plagiat terjadi oleh karena beban yang
diterima peserta didik amat berlebihan (Herqutanto, 2013). Selama proses
pembelajaran berjalan, mahasiswa dituntut untuk mampu mengerjakan
berbagai macam tugas secara maksimal, tentu ada konsekuensi tersendiri jika
mahasiswa tidak dapat melakukannya. Bisa jadi mahasiswa tersebut

2
mendapatkan nilai yang tidak memuaskan sehingga mempengaruhi nilai UAS
dan mengharuskan mahasiswa tersebut mengulang pada semester berikutnya.
Selain itu sistem di perguruan tinggi juga mensyaratkan mahasiswa untuk
menulis tugas akhir yang hasilnya akan menentukan kelayakan mahasiswa
tersebut untuk meraih gelar Sarjana Strata 1, Strata 2, ataupun Strata 3.
Standar pendidikan yang tinggi dan dorongan untuk segera menyelesaikan
pendidikan dengan nilai baik dari orangtua tentu membuat sejumlah
mahasiswa merasa cemas. Perasaan cemas tersebut yang dapat mengarahkan
mahasiswa untuk melakukan tindakan plagiat pada saat mengerjakam tugas
harian ataupun tugas akhir dalam bentuk karya tulis. Namun kecemasan
akademik tidak selalu memunculkan respon negatif, tanpa adanya perasaan
cemas, mahasiswa akan kehilangan motivasi untuk menjalani aktivitas
akademik seperti membuat sebuah karya tulis ilmiah.
Valiante (Pratiwi, 2009) menjelaskan bahwa kecemasan akademik
mengacu pada terganggunya pola pemikiran dan respon fisik serta perilaku
karena kemungkinan performa yang ditampilkan tidak diterima secara baik
ketika tugastugas akademik diberikan. Selanjutnya dijelaskan bahwa
kecemasan akademik merupakan perasaan tegang dan ketakutan pada sesuatu
yang akan terjadi, perasaan tersebut menggangu dalam pelaksanaan tugas dan
aktivitas yang beragam dalam situasi akademik.
Berdasarkan pengambilan data awal yang dilakukan oleh peneliti dari
40 mahasiswa, 14 mahasiswa mengaku mengalami kecemaan saat mereka
mendapatkan banyak tugas dalam waktu yang singkat, 6 mahasiswa
mengalami kecemasan terkait dengan nilai, 6 mahasiswa mengalami
kecemasan ketika sedang presentasi, dan sebagian lain yaitu sebanyak 14
mahasiswa mengalami kecemasan dalam situasi belajar mengajar, kesulitan
mencari referensi dan lingkungan bergaul yang mulai berkurang.
Halgin (2010) menyatakan bahwa seseorang yang mengalami
kecemasan mudah merasa tidak berdaya dan seringkali berada dalam keadaan
tertekan dan sulit untuk berkonsentrasi, terkadang merasakan ketegangan
yang sangat besar sehingga mereka tidak dapat berpikir. Mahasiswa yang

3
megalami kecemasan dalam situasi akademik sering kali memprediksi secara
berlebihan tentang seberapa besar ketakutan atau kecemasan yang akan
mereka alami (Nevid, 2003).
Beberapa pendapat diatas menunjukkan bahwa kecemasan akademik
berperan terhadap plagiarisme yang dilakukan mahasiswa pada saat membuat
tugas dalam bentuk tulisan ilmiah atau karya tulis. Dalam situasi akademik,
ketika mahasiswa dihadapkan dengan tugas membuat sebuah tulisan yang
dapat memicu timbulnya perasaan cemas, tentu memiliki respon yang
berbeda-beda. Idealnya seorang mahasiswa mampu mengatasi keadaan cemas
tersebut dengan banyak belajar dan membaca sehingga lebih mudah dalam
pembuatan sebuah tulisan ilmiah, namun tidak sedikit mahasiswa yang
mengambil jalan pintas dengan cara mengambil sebagian atau seluruh ide dan
gagasan orang lain tanpa mencantumkan sumber yang asli.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana konsep dasar plagiat?
2. Bagaimana tehnik pencegahan plagiat?
3. Apa yang dimaksud dengan pharaprase?
4. Apa yang dimaksud dengan citation?
5. Apa yang dimaksud references?
6. Bagaimana pengutipan sumber pustaka?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
mempermudah mahasiswa dalam mempelajari untuk menghindari cara-cara
yang tidak terpuji dalam penelitian, misalnya plagiat.

1.5 Manfaat Penulisan


1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep dasar dasar

4
plagiat.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tehnik pencegahan plagiat.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pharaprase.
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami citation.
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami references.
6. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengutipan sumber
pustaka

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Plagiat


2.1.1 Pengertian Plagiat
Henry Soelistyo, (2011) secara etimologis plagiat berasal dari
bahasa Inggris Plagiarism yang apabila dirunut sebenarnya berasal dari
bahasa Yunani yaitu Plagiarius berarti penculik atau pencuri karya tulis.
Kemudian di kamus Longman Dictionary of English Language and
Culture, plagiarism didefinisikan sebagai pengambilan gagasan dari
karya orang lain kemudian menggunakan gagasan tersebut dalam
karyanya sendiri tanpa memberi penghargaan terhadap penulis aslinya.
Untuk menyamakan pemahaman, perlu dikutip sebuah referensi
konseptual dari Black’s Law Dictionary, yang mendefinisikan plagiarism
sebagai berikut:
The deliberate and knowing presentation of another person’s original
ideas or creative expression as one’s own. Generally, plagiarism is
immoral but not illegal. If the expression’s creator gives unrestricted
permission for it’s use and the user claim the expression as original, the
user commits plagiarism but does not violate copyright laws. If the
original expression is copied without permission, the plagiarist may
violate copyright laws, even if credit goes to the creator. And if the
plagiarism results in material gain, it may be deemed a passing-off
activity that violates the Lanham Act (Soelistyo, 2011: 7-8).
Definisi dari kamus tersebut membedakan antara tindakan
immoral dengan illegal. Namun yang pasti apabila yang diplagiat
merupakan original creative expressions, maka plagiator itu dianggap
melanggar UU Hak Cipta. Sementara itu, penilaian bahwa plagiat
merupakan pelanggaran Hak Cipta juga secara tegas dinyatakan oleh the
World Intellectual Property Organization/WIPO, dalam glossary tahun
1980, sebagai berikut:

6
Generally understood as the act offering or presenting as one’s own the
work of another, wholly or partly, in a more or less altered form or
context. The person so doing is called a plagiarist, he is guilty of
deception and, in the case of works protected by copyright, also of
infringement of copyright.
Definisi WPO menekankan satu syarat normatif, bahwa
pelanggaran Hak Cipta terjadi apabila ciptaan yang diplagiat merupakan
karya yang dilindungi Hak Cipta. Persyaratan ini secara implisit
mengindikasikan norma sebaliknya bahwa apabila karya yang diplagiat
merupakan ciptaan public domain, maka plagiarism yang dilakukan itu
bukan merupakan tindakan pelanggaran Hak Cipta. Interpretasi ini perlu
dikonfirmasi mengingat tindakan plagiat seperti ini betapapun merupakan
tindak pelanggaran Hak Moral pencipta, yang di beberapa negara
perlindungan hukumnya tidak mengenal batas waktu, artinya bersifat
abadi. Yang juga membedakan referensi Black’s Law Dictionary dengan
WIPO glossary adalah aspek manfaat plagiat bagi pelaku. Dikatakan
dalam Black’s Law Dictionary bahwa:”… if the plagiarism result in
material gain, it may be deemed a passing-off acttivity that violate the
Lamban Act…” pernyataan ini dapat dipahami logikanya.
Meski Indonesia tidak memiliki undang-undang yang secara khusus
mengatur substansi passing-off, namun rasionalitas dan filosofi yang
mendasarinya bersifat universal. Logika hukum ini tentu juga dapat
diterima dan diberlakukan dalam sistem hukum Indonesia. Intinya,
apabila plagiator mendapatkan keuntungan ekonomi dari tindakan
plagiatnya, ia dapat digugat ganti rugi secara perdata. Atas tindakan
plagiasi itu ia secara hukum diancam sanksi membayar ganti rugi.
Selanjutnya, Alexander Lindsey dalam tulisan Plagiarism and
Originality dalam Soelistyo (2011: 8-9), plagiat yang diartikan sebagai
tindakan menjiplak ide, gagasan atau karya orang lain untuk diakui
sebagai karya sendiri atau menggunakan karya orang lain tanpa
menyebutkan sumbernya sehingga menimbulkan asumsi yang salah atau

7
keliru mengenai asal muasal dari suatu ide, gagasan atau karya. Karena
definisi tersebut tidak secara spesifik membatasi pada ciptaan karya tulis,
maka plagiarisme dapat pula digunakan untuk menyatakan tindakan
penjiplakan ide, gagasan atau karya arsitektur.
Pengertian plagiat dalam Peraturan menteri Pendidikan Republik
Indonesia No 17 tahun tahun 2010 khususnya dalam BAB I Mengenai
ketentuan Umum Pasal 1 adalah “perbuatan sengaja atau tidak sengaja
dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai karya
ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya
ilmiah pihak lain yang di akui sebagai karya ilmiahnya, tanpa
menyatakan sumber secara tepat dan memadai”.
Perlu dicatat bahwa pemahaman mengenai tindakan plagiat yang
perlu diperlakukan bukan sebagai tindak pelanggaran hukum semata.
Sebab, tindakan seperti itu, khususnya yang dengan sengaja tidak
mencantumkan identitas pengarang dalam tulisan yang dikutip,
merupakan contoh nyata bentuk pelanggaran Hak Moral.
Konsep Hukum Hak Cipta, Hak Moral mewajibkan pengutipan
ciptaan orang lain dilengkapi dengan catatan mengenai sumbernya. Bila
seseorang mengingkari kewajiban itu, ia melakukan tindak yang oleh UU
Hak Cipta dianggap sebagai pelanggaran hukum. Ancaman pidananya
penjara maksimum 2 tahun dan denda paling banyak Rp. 150 juta.
Pengertian ini serupa dengan definisi yang dikutip dari Kamus Besar
Bahasa Indonesia bahwa plagiasi adalah pengambilan karangan
(pendapat) orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan
(pendapat) sendiri, misalnya menerbitkan karya tulis orang lain atas nama
dirinya sendiri (KBBI, 2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia
membedakan secara tegas istilah plagiat dengan plagiarisme.
Plagiariseme ini diartikan sebagai penjiplakan yang melanggar Hak
Cipta.
Pelanggaran hak cipta (Copyright infringement), lebih
menekankan aspek hukum. Apakah seseorang dikatakan melanggar

8
copyright atau tidak, tergantung jenis ijin yang dipegang oleh pemegang
hak (penemu/ pembuat aslinya). Sedangkan plagiat (plagiarism), seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, lebih menekankan aspek etika
(ethic). Secara sederhana, plagiat diartikan sebagai mengambil atau
meniru karya orang lain, lalu mengakuinya sebagai karya sendiri.
Meniru karya orang lain tanpa mencantumkan sumber aslinya, sama
saja dengan mengakui karya orang lain sebagai karya sendiri, yang
disebut plagiat.
Plagiat tidak hanya sebatas meminta izin, mendapatkan izin dari
pencipta atau sebatas mencantumkan sumbernya. Menurut Julissar
seperti dikutip Soelistyo (2011: 34) menyimpulkan beberapa definisi
plagiat, atau plagiarisme berdasarkan dari hasil penelitiannya, yaitu: 1)
Penggunaan ide tau gagasan orang lain yang tercantum dalam karya
tulis tanpa mencantumkan identitas sumber aslinya; 2) Menggunakan
ataupun mengutip kata-kata, kalimat, dan paragraf milik orang lain
dalam sebuah karya tulis tanpa memberi tanda kutip dan/atau
mencantumkan sumber aslinya; 3) Menggunakan ungkapan, uraian, dan
penjelasan orang lain dalam sebuah karya tulis tanpa memberi tanda
kutip dan/atau mencantumkan sumber aslinya; 4) Menggunakan fakta
berupa data dan informasi milik orang lain yang merupakan hasil
penelitiannya yang dituangkan dalam suatu karya tulis tanpa
mencantumkan identitas sumber aslinya; 5) Mengganti identitas
penulis/pencipta dari karya tulis orang lain dengan identitas sendiri
sehingga karya tersebut seolah-olah menjadi karyanya sendiri.
Namun, plagiat tidak boleh dianggap sebagai virus yang selalu
ada didalam karya seseorang. Plagiat bisa dihindari ataupun dicegah,
jangan sampai dengan adanya fenomena plagiat yang mewabah dewasa
ini, membuat orang malas berkarya, terutama menulis. Menurut
Soelistyo (2011: 35) hal-hal yang tidak tergolong plagiat atau
plagiarisme adalah: 1) Menggunakan informasi yang berupa fakta
umum; 2) Menuliskan kembali (dengan mengubah kalimat atau

9
parafrase) opini orang lain dengan memberikan sumber jelas; 3)
Mengutip secukupnya tulisan orang lain dengan memberikan tanda
batas jelas bagian kutipan dan menuliskan sumbernya.
Dari uraian dimuka dapat disimpulkan bahwa plagiat adalah
menjiplak ide, gagasan atau karya orang lain untuk diakui sebagai karya
sendiri atau menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan
sumbernya sehingga menimbulkan asumsi yang salah atau keliru
mengenai asal muasal dari suatu ide, gagasan atau karya. Hasil
pembajakan, penjiplakan, dan penggunaan fakta, dan ungkapan yang
tidak sah (mendapat izin dan mencantumkan sumber) tersebut disebut
plagiat. Selain plagiat, juga terdapat istilah-istilah lain yang berkaitan
dengan penjiplakan, seperti: 1) Plagiarisme penjiplakan yang melanggar
hak cipta; 2) Plagiatis, beranalogi ke kata berakhiran /-tis, -is, if/ yang
memaknai sifat (nasionalistis, nasionalis).
Jadi, plagiatis dimaksudkan untuk menyatakan sifat atau
fenomena/kondisi plagiat; 3) Plagiasi, beranalogi ke yang akhir kata ada
/-si/ yang memaknai proses (sosialisasi, nasionalisasi), Jadi, plagiasi
dimaksudkan untuk menyatakan proses plagiat; 4) Plagiarian atau
plagiator, beranalogi ke kata yang akhir kata ada /-an/ (bukan akhiran
-an) yang memaknai orang/pelaku (vegetarian, laboran). Jadi,
plagitarian atau plagioator dimaksudkan untuk menyatakan orang yang
menganut paham plagiat atau sebutan untuk pelaku plagiat itu sendiri.

2.1.2 Tipe-tipe Plagiat


Plagiat mempunyai ruang lingkup yang luas, tidak hanya sekedar
plagiat dalam definisi saja, tetapi juga dalam bentuk, jenis, dan
macamnya. Penting sekalai memahami plagiat secara menyeluruh dan
mendalam. Mengacu pada konsep plagiarism, selanjutnya penting
untuk mengetahui tipe-tipe plagiat yang disarikan dari tulisan Parvaty
Iyer dan Abhipsita Singh dalam Soelistyo (2011: 23-25), sebagai
berikut:

10
1. Plagiat Berdasarkan Aspek yang Dicuri
a. Plagiat Ide (Plagiarism of Ideas)
Tipe plagiat ini relatif sulit dibuktikan karena ide atau
gagasan itu bersifat abstrak dan berkemungkinan memiliki
persamaan dengan ide orang lain. Atau, ada kemungkinan
terjadi adanya dua ide yang sama pada dua orang pencipta
yang berbeda. Misalnya, ide tentang cerita sinetron percintaan
dengan latar belakang kehidupan mahasiswa di kampus. Ide
seperti itu sangat umum dan sangat mungkin mempunyai
kesamaan dengan ide orang lain. Oleh karena itu, perlu bahan
bukti yang cukup untuk memastikan adanya plagiat. Namun
demikian salah satu kunci untuk membuktikan adanya plagiat
adalah dengan mempertanyakan apakah ia mendapatkan
keuntungan dari pemikiran orang lain. Jangan sampai dengan
adanya konsep dan teori plagiat ide menjadi boomerang bagi
kemajuan pemikir-pemikir bangsa yang kemudian menjadi
takut untuk menciptakan idea tau gagasan.
b. Plagiat Kata demi Kata (Word for word plagiarism)
Tipe ini serupa dengan slavish copy, yaitu mengutip
karya orang lain secara kata demi kata tanpa menyebutkan
sumbernya. Plagiasi dianggap terjadi karena skala
pengutipannya sangat substansial sehingga seluruh id atau
gagasan penulisannya benar-benar terambil. Plagiasi seperti ini
banyak dilakukan pada karya tulis.
c. Plagiat Sumber (Plagiarism of Source)
Plagiat tipe ini memiliki kesalahan yang fatal karena
tidak menyebutkan secara lengkap selengkap-lengkapnya
referensi yang dirujuk dalam kutipan. Jika sumber kutipan itu
merujuk seseorang sebagai penulis yang terkait dengan
kutipan, maka nama penulis tersebut harus turut serta disebut.
Ini tentu sikap yang fair dan tidak merugikan kepentingan

11
penulis tersebut serta kontributor-kontributor lainnya.
d. Plagiat Kepengarangan (Plagiarism of Authorship)
Tulis karya tulis yang disusun oleh orang lain. Tindakan
ini terjadi atas dasar kesadaran dan motif kesengajaan untuk
membohongi publik. Misalnya mengganti kover buku atau
sampul karya tulis orang lain dengan kover atas namanya tanpa
ijin.

2. Plagiat Berdasarkan Sengaja atau Tidak Sengaja


a. Plagiat Sengaja
Plagiat sengaja adalah palgiat yang secara sadar
melakukan tindakan dengan menggunakan, meminjam,
menjiplak karya orang lain baik berupa ide, gagasan, kalimat,
dan teori tanpa mencantumkan sumber referensi. Seseorang
yang memahami secara baik plagiat beserta tata cara penulisan
yang benar tetapi justru menggunakan hal tersebut sebagai
senjata untuk mencuri karya orang lain. Dengan demikian,
penjiplak menggunakan karya orang lain yang kemudian
secara langsung mengakuinya sebagai karya sendiri padahal
plagiator paham secara baik terhadap plagiat maupun tata cara
penulisan yang benar. Plagiat sengaja biasanya dikarenakan
kemalasan, ketidakpercayaan diri, dan ketidakjujuran plagiator
sendiri yang menginginkan penghargaan dan pengakuan
terhadap tulisannya yang sebenarnya adalah hasil plagiat
(Sudigdo, 2007 dalam Artikel Penelitian Tim Peneliti FIP,
2012).
b. Plagiat Tidak Sengaja
Plagiat tidak sengaja adalah plagiat yang dilakukan oleh
seseorang karena ketidak sengajaan, yaitu kurangnya
pengetahuan dan pemahaman orang tersebut dalam mengutip.
Orang tersebut tidak tahu atau tidak sadar kalau terdapat

12
kesalahan dalam mengutip tulisan atau ide orang lain, sehingga
secara tidak sadar pengutip telah terjerumus pada tindak
plagiat. Bentuk dan jenis plagiat tidak sengaja inilah yang
sering ditemukan (Sudigdo, 2007 dalam Artikel Penelitian Tim
Peneliti FIP, 2012). Contoh bentuk pengutipan kalimat karya
seseoarang dengan bahasa asli yang mencantumkan sumber
referensinya, tetapi tidak menggunakan tanda kutip, yaitu:

Persoalan yang dihadapi sekolah-sekolah kita sekarang ini


adalah persoalan moral. Berakar dari persoalan moral ini,
menimbulkan berbagai persoalan lainnya. Bahkan kecurangan
atau kejahatan akademis terjadi karena penurunan moral
(Widianto, 1991: 16).

Dari contoh pengutipan diatas, pengutip telah melakukan


plagiat walau sudah mencantumkan sumbernya. Dalam
pengutipan diatas, pengutip menggunakan kalimat asli penulis
tanpa diedit ataupun diubah, oleh karena itu sehasrunya
kalimat asli tersebut diberi tanda kutip.

3. Plagiat Berdasarkan Proporsi atau Prosentase yang Dibajak


Menurut Sudigdo (2007) dalam Artikel Penelitian Tim FIP
(2012) mengklasifikasikan plagiat berdasarkan proporsi atau kadar
plagiatnya, yaitu:
a. Plagiat Ringan
Plagiat ringan manakala dalam sebuah karya tulis ilmiah
yang dibuat oleh seseorang kurang dari 30%.
b. Plagiat Sedang
Plagiat sedang mempunyai prosentasi 30%-70% dalam
sebuah karya tulis yang dibuat.

13
c. Plagiat Total
Plagiat total berarti lebih dari 70% isi karya tulis
ilmiahnya merupakan plagiat dari karya orang lain. Plagiat ini
tidak bisa ditoleril dan karya tersebut harus direvisi ataupun
ditak diakui.
4. Plagiat Berdasarkan Pola
a. Self Plagiarism (auto plagiarism)
Henry Soelistyo (2011: 21-22) menjelaskan self
plagiarism atau auto plagiarism adalah bentuk plagiat dengan
melakukan penggandaan, penduplikasian karya sendiri untuk
beberapa kepentingan. Misalnya, seorang mahasiswa yang
mengumpulkan tugas dengan karya yang sama pada dua atau
lebih mata kuliah yang berbeda. Istilah self-plagiarism masih
pro-kontra, karena dalam hal pemakaian kembali karya sendiri
itu tak ada pihak lain yang dicurangi. Pertanyaannya, apakah
semua pemakaian kembali karya ilmiah, baik sebagian maupun
keseluruhan, baik dalam pembuatan, pemuatan, publikasi,
maupun presentasi (tanpa menyebut sumber secara memadai),
dianggap auto-plagiat? Kalau benar, rasanya tiada ilmuwan,
dosen, atau akademisi yang tak sering melakukannya.
Akan tetapi, ada praktik pemakaian kembali karya
sendiri yang bisa dikategorikan pelanggaran etika akademik
serius, karena ada unsur curang. Misalnya, pengulangan karya
yang hak ciptanya sudah milik pihak lain, mahasiswa yang
menggunakan karya ilmiahnya untuk memenuhi tugas pada
lebih dari satu mata kuliah, atau pemakaian ulang karya
ilmiahnya untuk tugas akhir yang mensyaratkan orisinalitas
(skripsi, tesis, atau disertasi). Bagi dosen, bila menggunakan
karya ilmiahnya untuk usulan kenaikan pangkat, padahal karya
itu telah digunakan untuk maksud sama.
Mengingat pemakaian istilah auto plagiat bermakna

14
negatif sudah umum, sementara penggunaan dan batasan
istilahnya masih kontroversial, perlu kiranya pedoman soal itu.
Mungkin bisa lewat revisi Permendiknas No.17/2010 sehingga
para penilai punya acuan pasti ketika menilai karya ilmiah
orang lain yang termasuk auto plagiat atau bukan.

2.1.3 Faktor Penyebab Plagiat


Plagiat bukan sebuah fenomena yang muncul dan terjadi secara
tiba-tiba dan bukan budaya yang secara arti kata budaya itu sendiri
merupakan sesuatu yang dilestarikan. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan seseorang, kususnya mahasiswa itu melakukan tindakan
plagiat, menurut Ariani (2011) faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Minimnya Sosialisasi
Minimnya sosilasisasi terhadap plagiat kepada masyarakat
pada umumnya dan kalangan akademisi pada kususnya
merupakan salah satu penyebab tindak plagiat. Plagiat yang
merupakan pelanggaran etika dan hukum perlu disosialisasikan
atau diberitahukan kepada khalayak dengan berbagai cara,
sehingga khalayak diharapkan tidak melakukan plagiat. Untuk
mahasiswa misalnya, pada awal masuk kuliah sudah harus
dibekali pengetahuan tentang plagiat beserta tata cara penulisan
karya ilmiah yang benar.
2. Pemahaman Kurang Baik
Masyarakat danmkususnya mahasiswa yang kurang
memahami apa dan bagaimana plagiarisme karena tidak
mengikuti mata kuliah Teknik Penulisan Ilmiah karena
menganggap bahwa teknik menulis bisa dipelajari sendiri dan
mahasiswa baru yang belum menerima materi mengenai cara
menghindari plagiarisme, sehingga mahasiswa yang kurang
memahami plagiairisme ini secara tidak sadar melakukan
plagiarisme dan tidak mau disebut sebagai plagiat karena

15
mahasiswa tersebut mempunyai pemikiran bahwasannya
menyebutkan sumber dalam daftar pustaka saja sudah cukup.
3. Pengawasan Kurang (permisif)
Salah satu penyebab plagiat adalah minimnya pengawasan
dari berbagai pihak. Misalkan mahasiswa plagiat, salah satune
dikarenakan kurangnya pengawasan terhadap mahasiswa dalam
kesehariannya, baik dari proses maupun hasinya dalam membuat
karya tulis ilmiah. Sikap permesif dari pihak kampus maupun
dosen sebagai mentor bisa menjadi stimulus tindakan plagiat.
Apabila dosen dan pihak kampus lainnya tidak memberikan
perhatian dan pengawasan secara intensif kepada mahasiswa saat
membuat tugas karya tulis ilmiah kususnya, hal ini bisa
berpeluang untuk menggiring mahasiswa melakukan plagiat.
4. Kecanggihan Teknologi
Perubahan zaman tidak bisa lepas dari bertambah canggih
dan modernya teknologi. Perkembangan teknologi seperti dua sisi
uang logam, disatu sisi membantu proses kehidupan manusia, dan
disisi lain menjadi boomerang bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Salah satunya adanya penyalahgunaan tekhnologi dalam bidang
pendidikan kususnya. Informasi yang berasal dari karya seseorang
bisa diakses siapa saja melauli internet, yang kemudian karya
tersebut digunakan oleh pengakses untuk kepentingannya.
Misalnya, melakukan copy paste dari internet untuk membuat
artikel atau makalah tanpa mencantumkan sumbernya yang
seakan menganggap milik sendiri. Fenomena seperti ini masuk
kategori plagiat, yang dilatarbelakangi penyalahgunaan internet.
5. Kemalasan
Malas adalah penyakit yang menular, kususnya istilah ini
layak digunakan untuk memotret fenomena yang terjadi di
Indonesia. Pemuda usia produkti yang mayoritas masih berstatus
pelajar seakan mempunyai penyakit malas ini. Dari malas ini

16
muncul banyak permasalahan, salah satunya adalah tindak plagiat.
Misalnya, mahasiswa yang malas dalam menacri infromasi
terhadap tata cara penulisan yang benar, cara pengutipan yang
benar, ketika mendapat tugas membuat karya tulis ilmiah,
cenderung terjeremus kedalam tindak plagiat.
6. Mengikisnya Kejujuran
Etika dan moral adalah landasan utama untuk dijadikan
pedoman dalam menjalani kehidupan. Tidak terkecuali dalam
kegiatan akademik mahasiswa yang mempunyai kegiatan yang
bermacam-macam, salah satunya menghasilkan karya tulis ilmiah.
Namun, bersamaan dengan perkembangan zaman yang tidak
dibarengi dengan usaha self defence, yang terjadi adalah degradasi
moral mahasiswa kususnya. Perbuatan-perbuatan melanggar etika
dan moral mewabah, yang sedang hangat dibicarakan adalah
tindak plagiat. Plagiat adalah bukti konkret mengikisnya sikap
kejujuran mahasiswa dalam membuat karya ilmiah. Plagiat yang
merupakan pencurian terhadap karya orang lain tidak akan terjadi
jika kejujuran dijunjung tinggi.
Jadi, dalam kaitannya dengan karya tulis ilmiah, keaslian
dan orisinalitas merupakan suatu keharusan yang harus dipegang
teguh oleh masyarakat akademis. Apabila menggunakan karya
orang lain, sudah merupakan kewajiban untuk bersikap fair, yaitu
dengan mencantumkan sumber secara memadai dan
memperhatika cara pengutipan, supaya tidak terjerumus ke tindak
plagiat, yaitu plagiat tidak sengaja.
Bentuk plagiat mempunyai karakteristik yang bermacam-
macam, tipe plagiat kata demi kata, plagiat ide, plagiat
kepengarangan dan plagiat sumber. Termasuk juga plagiat dalam
penulisan Tugas Akhir Skripsi, yang sering ditemukan adalah
bentuk plagiat kata, plagiat ide, plagiat kepengarangan dan plagiat
sumber dengan berbagai faktor penyebabnya. Salah satunya

17
adalah keterbatasan pemahaman mahasiswa dalam membuat
karya tulis yang baik dan benar. Sering kali mahasiswa terjerumus
tindak plagiat secara tidak sengaja karena kurangnya pemahaman
terhadap tata cara penulisan dan pengutipan.

2.2 Teknik Mencegah Plagiat


1. Pencegahan secara Umum
1. Memberikan apresiasi atau penghargaan terhadap karya orang lain
melalui pencantuman nama penulis beserta sumbernya apabila
mengutip sebuah tulisan atau menggunakan gagasan atau ide orang
lain.
2. Melakukan parafrasa yaitu mengangkat sebuah intisari dari sebuah
tulisan kemudian menuliskannya kembali dengan kata-kata sendiri
tanpa mengubah makna atau artinya dan selalu mencantumkan nama
penulis beserta sumbernya.
3. Melakukan pengecekan sebuah tulisan dengan peranti lunak
pendeteksi plagiarisme, peranti yang dapat mengecek apakah
terdapat pengutipan tulisan sebagian atau seluruhnya dan dapat
mendeteksi berapa persen tulisan tersebut mengutip dari tulisan
orang lain
4. Pustakawan yang professional menjadi tempat bertanya dan dapat
memberikan arahan. Pustakawan dapat memberikan masukan dan
arahan terkait referensi yang dibutuhkan oleh penulis, apa dan
dimana untuk mendapatkan referensi yang dibutuhkannya tersebut.

2. Sanksi dan Hukuman Terhadap Plagiator


Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17
tahun 2010 tentang pencegahan dan penanggulangan plagiarisme di
perguruan tinggi antara lain menyebutkan bahwa pada setiap karya ilmiah
yang dihasilkan di lingkungan perguruan tinggi harus dilampirkan
pernyataan yang ditandatangani oleh penyusunnya bahwa:
a. Karya ilmiah tersebut bebas plagiat

18
b. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat tindakan plagiat dalam karya
ilmiah tersebut, maka penulisnya dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.3 Parafrase (Kutipan Tidak Langsung)


Cara lain dalam mengutip yaitu menggunakan kutipan tidak langsung.
Kutipan tersebut tidak sama persis dengan aslinya. Pengutip hanya mengambil
pokok pikiran dari sumber yang dikutip untuk dinyatakan kembali dengan
kalimat yang disusun oleh pengutip. Pengutipan tidak langsung dilakukan
dengan cara memparafrase kalimat yang akan dikutip. Parafrase (paraphrase)
artinya mengekspresikan ide pemikiran dari penulis asli menggunakan kata-kata
sendiri yang lebih mudah dimengerti tanpa mengubah makna aslinya dan tetap
menyatakan sumber referensinya. Untuk melakukan parafrase terhadap satu
kalimat dari penulis asli memerlukan keterampilan teknis yang harus sering
dipraktikkan karena dalam satu tulisan ilmiah seorang penulis harus lebih banyak
melakukan parafrase dibandingkan dengan pengutipan (citation). Merujuk
kepada panduan yang dikembangkan dalam buku Handbook for Student di MIT,
USA, setidaknya adalah enam cara/ teknik sekaligus diterapkan dalam membuat
parafrase dari kalimat-kalimat yang disampaikan dalam karangan asli, yaitu:
1. Menggunakan kata sinonim pada semua kata yang tidak umum digunakan
dalam karangan asli. Kata-kata seperti orang, dunia, makanan adalah kata-
kata umum yang tidak perlu lagi dicari sinonimnya.
2. Mengubah struktur kalimat.
3. Mengubah tekanan kalimat dari aktif menjadi pasif atau sebaliknya.
4. Mengurangi anak-anak kalimat yang tidak perlu untuk diuraikan atau
dimaknakan kembali oleh penulis (pengutip).
5. Mengubah bagian-bagian pembicaraan yang diurai penulis asli.
6. Menulis sumber bacaan dengan lengkap.
Dalam publikasi online dari Purdue University Online Writing
Laboratorium (http://owl.english.purdue.edu), disampaikan sejumlah langkah-
langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan parafrase terhadap suatu

19
bacaan, yaitu:
1. Bacalah berkali-kali tulisan orang lain yang ingin kita parafrase
sampai mendapatkan maknanya.
2. Selama membaca, buatlah catatan tentang kata-kata kunci dari tulisan
tersebut, kemudian tutup buku tersebut dan jauhkanlah dari sisi kita.
3. Mulailah menuliskan makna dari tulisan yang kita baca tersebut
menggunakan kata-kata dan gaya bahasa kita sendiri.
4. Setelah selesai, bandingkanlah tulisan versi kita dengan versi aslinya untuk
meyakinkan bahwa versi kita maknanya sama dengan versi aslinya.
5. Catat kepustakaan aslinya untuk digunakan dalam kepustakaan artikel kita.

Dari sejumlah referensi, dalam membuat parafrase, di samping menggunakan kata


“menurut” si A, banyak digunakan kata-kata berikut: berargumentasi, mengusulkan,
menggambarkan, mengamati, mencatat, membuktikan, mengakui, menolak, dan
percaya. Di bawah ini adalah contoh penulisan kalimat-kalimat parafrase yang
diperoleh dari beberapa sumber, yang dapat dijadikan panduan.

Contoh Penulisan Parafrase


Kalimat asli (terjemahan): (Booth et al. 2005, hal. 203)

Sangatlah pelik untuk mendefinisikan plagiasi saat kalian melakukan ringkasan atau
parafrase. Keduanya memang berbeda, tetapi batas-batas parafrase dan ringkasan sangatlah
tipis sehingga kalian tidak menyadari jika kalian berpindah dari melakukan parafrase
menjadi meringkas, kemudian berpindah ke melakukan plagiasi. Apa pun tujuanmu,
parafrase yang sangat mirip dengan naskah asli dianggap sebagai melakukan plagiasi,
meskipun kalian telah menuliskan sumbernya.

2.4 Citation
1. Pengertian Sitasi
Sitasi adalah daftar pustaka dari sejumlah dokumen yang dirujuk atau
yang dikutip oleh sebuah dokumen dan setiap daftar pustaka dokumen
tersebut dimuat dalam bibliografi dokumen yang mengutip, yang secara

20
khusus  mengkaji  pengarang dan karya-karya lain. Bisa juga di definisikan
untuk  menunjukkan asal-usul atau sumber suatu kutipan, mengutip
pernyataan atau menyalin/mengulang pernyataan seseorang dan
mencantumkannya di dalam suatu karya tulis yang dibuat, namun tetap
mengindikasikan bahwa kutipan tersebut itu adalah pernyataan orang lain.
Konsep Sophia (2002 : 3) menyatakan bahwa arti sitasi
atau citation adalah:
1. Action of any word or written passage, quotation
2. A reference to a passage in a book
3. To cie (a book, atu etc) for a particular statemen or passage.
4. To copy or repeat ( a passage, statement, etc) from book, document,
speech, etc with some indication that one is giving a word of another.
Pengertian Sitasi (citation) Menurut Hartinah ( 2002 : 1) “Analisis
sitiran adalah penyelidikan melalui data sitiran dari suatu dokumen, baik
dokumen yang disitir maupun dokumen yang menyitir.  Hartinah (2002 : 2)
Menyatakan bahwa pada kajian bibliometrika banyak digunakan analisis
sitiran sebagai cara untuk menentukan berbagai kepentingan atau kebijakan
seperti:
1. Evaluasi program riset.
2. Penentuan ilmu pengetahuan.
3. Visualisasi suatu disiplin ilmu.
4. indikator iptek.
5. faktor dampak dari suatu majalah (journal impact factor).
6. Kualitas suatu majalah.
7. Pengembangan koleksi majalah, dan lain–lain.

Pengertian Sitasi (citation) Menurut Sulistyo–Basuki (1998 : 6)


menyatakan bahwa:
Analisis sitiran digunakan untuk mengukur pengaruh intelektual
ilmuwan dari pengarang yang disitir, karena beberapa studi sitiran literatur
digunakan untuk mengetahui karakteristik komunikasi ilmu pengetahuan

21
dan banyak aspek kualitatif dari penelitian dan publikasi
Pengertian Sitasi (citation) Menurut Garfield bahwa “analisis sitiran
banyak digunakan dalam kajian bibliometrika karena jelas mewakili subjek
yang diperlukan, tidak memerlukan interpretasi, valid dan reliable”.
Dalam menggunakan kajian analisis sitiran, masalah yang perlu
dipertimbangkan adalah:
1. Hanya penulis utama yang menjadi perhatian
2. Penulis yang mempunyai nama sama, bidang sama dibutuhkan.
3. Jenis sumber dokumen (artikel, makalah, dan lain–lain).
4. Tidak dibatasi oleh waktu.
5. Untuk bidang yang multi disiplin, kesulitan untuk analisis subjek
            Dari definisi diatas menyimpulkan bahwa Sitasi benar–benar
dibutuhkan dalam menghasilkan suatu karya tulis karena dapat membantu
argumen peneliti melalui teori terkait dengan literatur, dan membantu
pembaca untukme mebedakan antara ide. Atau juga  bagian dari kajian
bibliometrika dan yang dikaji adalah dokumen yang disitir dengan dokumen
yang menyitir pada sebuah karya ilmiah. Aspek yang dikaji dalam analisis
sitiran disesuaikan dengan kebutuhan peneliti atau penulis yang
bersangkutan.
Pengertian Sitasi (citation) Menurut Guha  menyebutkan beberapa
penggunaan sekunder sitiran:
1. Dipergunakan sebagai bibliografi.
2. Mempersiapkan daftar peringkat majalah.
3. Dipergunakan sebagai daftar peringkat.
4. Mengetahui hubungan penggunaan berbagai bentuk dokumen.
5. Mengetahui umur penggunaan dokumen.
6. Mengetahui keterhubungan dan keterkaitan subjek–subjek.
7. Mengetahui asal–usul atau akar dari subjek ilmu.
8. Kajian sitiran dari abstrak/indeks.

2. Tehnik penulisan Sitasi (citation)


Pada dasarnya ada 2 teknik penulisan sitasi:

22
1. Catatan langsung (catatan perut) Catatan perut ditulis langsung di dalam
baris-baris naskah, yang berisi alamat rujukan singkat dari bahan yang
diacu, yaitu: nama pengarang, tahun penerbitan, dan halaman. Untuk
artikel jurnal, artikel media massa, atau makalah, tidak perlu
dicantumkan nomor halamannya.
Contoh: berelson (1952:18) mendefinisikan analisis isi sebagai “teknik
penelitian untuk mendeskripsikan secara obyektif, sistematik dan
kuatitatif isi komunikasi yang tampak,”. Sedangkan para ahli yang lain
menyatakan, analisis isi adalah sebuah teknik penelitian untuk membuat
inferensi-inferensi dengan mengidentifikasi secara sistematik dan
obyektif terhadap karakteristik-karakteristik khusus pada sebuah teks
(stone et al., 1966:5).
2. Catatan kaki (footnotes) atau catatan akhir (endnotes) Footnotes dan
endnotes ditulis terpisah dari baris-baris naskah. Catatan Kaki
(Footnotes): Diletakkan di bagian bawah halaman, dipisahkan dari
naskah utama menggunakan garis. Informasi referensi yang dituliskan
di dalam catatan kaki adalah: nama pengarang (tidak dibalik
susunannya), judul, penerbit, kota, tahun, dan halaman. Untuk sumber
berupa makalah atau artikel jurnal/media massa, tidak perlu menuliskan
nomor halamannya.
Contoh:
Berelson mendefinisikan analisis isi sebagai “teknik penelitian untuk
mendeskripsikan secara obyektif, sistematik dan kuatitatif isi
komunikasi yang tampak.”1=> 1 Benard Berelson, Content Analysis in
Communications Research, Free Press, New York, 1952, hal. 18.

a. Gunanya
Footnotes adalah catatan pada kaki halaman untuk
menyatakan sumber suatu kutipan, pendapat, buah pikiran, fakta-
fakta atau ikhtisar. Footnotes dapat juga berisi komentar mngenai

23
suatu hal yang dikemukakan dalam teks.
b. Nomor footnotes
Footnotes atau catatan kaki diberi nomor sesuai dengan
nomor kutipan di dalam tiap bab dimulai dengan nomor 1.
c. Bentuk footnotes
Dalam footnotes harus dicantumkan nama pengarang, nama
buku, nomor jilid, nama penerbit, tampat, dan tahun penerbitan,
halaman-halaman yang dikutip atau yang berkenaan dengan teks.
Footnotes ini ada sedikit seluk beluknya. Walaupun pada garis
besarnya sama, ada pula perbedaannya yang perlu dibicarakan dan
diperhatikan. Dibawah ini akan kita bicarakan bentuk footnotes untuk
sumber-sumber yang berikut :
a) Buku
Contoh :
1
Harold Albert, Reorganizing the High School Curriculum, The
MacMilan Company, New York,1953, h. 78.
2
Harun Nawawi, Mengukur Tanah dan Menyipat Tanah, H. Stam,
Jakarta, 1953, h. 25.
Pada contoh-contoh footnotes yang tertera diatas kita lihat berturut-
turut :
1) Nomor footnotes, agak diangkat sedikit diatas baris biasa,
tetapi tidak sampai setinggi satu spasi. Nomor itu jatuhnya
tujuh pukulan tik dari garis margin teks, yakni sama dengan
permulaan alinea baru. Kalau suatu footnotes, terdiri dari lebih
dari dua baris, maka baris kedua dan selanjutnya dimulai pada
garis margin teks biasa.
2) Nama pengarang menurut urutan namanya yang sewajarnya,
yakni nama kecil atau initialnya dan nama akhirnya. Pangkat
atau gelar seperti, Prof., Dr., Mr., dan sebagainya tidak usah
dicantumkan nama yang sebenarnya.
Contoh :

24
3
Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), Sejarah Ummat
Islam, Penerbit islamiyah, Medan, 1950, h. 47.
3) Nama buku, diberi bergaris (dalam buku ini cetak miring).
4) Ketarangan-keterangan mengenai penerbit : nama, tempat, dan
tahun penerbitan.
5) Nomor halaman yang bersangkutan.

Footnotes berhubung dengan jumlah pengarang.


a) Pengarang : Seorang Contoh : (lihat diatas)
b) Pengarang : dua atau tiga orang. Nama pengarang harus
dicantumkan seluruhnya.
Contoh :
4
Robert. S. Woodworth dan Donald G. Marquis, psycology,
Henry Holt and Company, New York, 1947. h. 56.
5
LCT Bigot, Ph. Kohnstamm , B.G. Palland, Leerboek der
Psychologie, J.B. Wolters, Groningen, 1949. h. 44.
c) Pengarang: lebih dari tiga orang. Dicantumkan hanya nama
pengarang pertama dan dibelakangnya ditulis “el al”, asalnya
dari et alii artinya “dengan orang lain”).
Contoh :
6
Florence B.Stratemeyer, (et al), Developing a Curriculum for
medern Living, Bureau of Publications Teachers College,
Columbia University, New York, 1957, h. 56 – 149.
d) Kumpulan karangan. Yang dicantumkan nama editornya saja,
di belakangnya (ed).

Contoh:
7
Donald P.Cottrell (ed), Teacher Education for a Free People,
The American Association of Colleges for Teacher Education,
New York, 1956, h. 220.
e) Tidak ada pengarang tertentu. Sebagai pengarang disebut

25
nama, badan, lembaga, perkumpulan, perusahaan, negara dan
sebaginya, yang menertibkannya.
Contoh:
8
Balai kursus Tertulis Pendidikan Guru, Large Scale Teachers
Training, Nix and Company, Bandung, 1953, h. 17.
f) Buku yang diterjemahkan. Yang dicantumkan tetap nama
pengarang aslinya, dan di belakang nama buku nama
penerjemah.
Contoh:
9
Karl Bart, The Doctrine of the Word of God terjemahan G.T
Thompson. Charles Seribner’s New York, 1939, h. 23.

d. Majalah
10.
Mochtar Naim, “ mengapa orang minang merantau ?” Tempo, 31
januari 1975, h.36.
11
L.J Wetwood, “The Role of the Teacher”, Educational Research
1X No.2, Februari 1976, h. 70.
Di sini kita liat berturut – turut.
1) Nama pengarang, seperti pada buku
2) Judul karangan, diantara tanda kutip
3) Nama majalah, diberi bergaris ( dalam buku ini cetak miring
4) Nomor majalah, dengan angka Romawi (kalau ada)
5) Bulan dan tahun penerbitan
6) Nomor halaman yang bersangkutan.
Kalau tidak diketahui pengarang suatu artikel dalam majalah
maka nama pengarang ditiadakan, jadi footnote dimulai dengan
judul karangan.
Contoh :
12
“ sekolah Percobaan di Yogyakarta, “ Suara Guru II, September
1957, h. 18-1921.
e. Surat Kabar

26
13
Pikiran Rakyat, 25 Januari 1977, h. 2.
Karangan yang tidak diterbitkan, seperti tesis, disertasi.
14
A.H Daeng Marimba, “Suatu Tujuan Psikologis mengenai
Hubungan Sosial di “Tambatan Hati” dan Pengaruhnya Terhadap
sikap Sosial Anak”, Tesis Sarjana Pendidikan, Perpustakaan IKIP
Bandung. h. 17.
f. Interview ( wawancara)
15
wawancara dengan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 8 April 1977.
g. Karangan dalam ensiklopedia
(a) Nama pengarang diketahui.
(b) Nama pengarang tidak diketahui
16
E.E Kellet, “Spinoza”. Encylopedia of Religions and Ethics XI
1921, h. 251
17
“Katalistor”, Ensiklopedia Indonesia I.

2.5 References
Sumber informasi atau referensi dalam sebuah penelitian dapat berupa
buku, jurnal penelitian, atau makalah ilmiah. Laporan hasil penelitian yang
tersimpan di perpustakaan baik skripsi, tesis, maupun disertasi yang belum
dipublikasikan tidak dapat menjadi referensi karena kesahihannya kurang dan
bukan sebagai rujukan yang baku. Laporan hasil penelitian dapat dijadikan
sebagai referensi apabila telah dipublikasikan melalui jurnal atau prosiding baik
nasional maupun internasional. Referensi yang digunakan sebaiknya dari jurnal
ilmah atau buku-buku teks yang benar-benar dibaca bukan hanya dari kumpulan
abstraknya saja dan bukan dari makalah atau majalah populer, surat kabar,
brosur, pamflet, dan sebagainya.
Dianjurkan agar rujukan merupakan edisi terbaru atau up to date, yaitu
publikasi dalam kurun waktu 5 atau 7 tahun terakhir. Namun bukan berarti
sumber referensi yang lebih dari 5 tahun tidak diperbolehkan. Khusus untuk
sumber-sumber primer berupa teori yang pertama kali muncul dan masih

27
dipergunakan sampai saat ini serta sumber lama juga dapat digunakan untuk
menunjukkan bahwa masalah yang diteliti bukan masalah baru dan pernah diteliti
pada zaman dahulu dan sekarang muncul kembali atau masih menjadi perdebatan
(Sastroasmoro, 2014).
Saat ini penelusuran referensi juga dapat dilakukan melalui website
danhanya website resmi yang dapat menjadi rujukan, seperti untuk rujukan data
kesehatan tingkat global atau dunia dapat menggunakan sumber dari World
Health Organization (WHO), untuk tingkat nasional dapat menggunakan sumber
data dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin), Profil Kementerian Kesehatan,
data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Badan Pusat Statistik (BPS) dan
lain-lain. Sementara penggunaan referensi dari blogspot atau wordpress baik
instansi ataupun perorangan tidak diperkenankankan karena kesahihannya kurang
atau dianggap tidak kredibel untuk sebuah kegiatan ilmiah khususnya untuk
kegiatan penelitian.
Referensi yang digunakan dalam sebuah penelitian harus relevan dan yang
benar-benar penting saja. Penulisan referensi tidak diperbolehkan dengan cara
langsung menyalin persis satu atau seluruh paragraf asli seperti dari sumbernya
namun harus diringkas atau dirangkum dalam kalimat dengan menggunakan
kata-kata sendiri, kecuali untuk hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah atau
tidak dapat diartikan lain seperti kalimat dalam Undang–Undang Dasar 1945 atau
kalimat dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (Sastroasmoro, 2014).

2.5.1 Cara Penulisan Referensi


Penulisan referensi harus memuat minimal tiga unsur yaitu nama
penulis, judul tulisan, dan informasi tahun penerbitan. Nama penulis tidak
selalu berupa nama orang namun dapat juga nama sebuah instansi misalnya
Kementerian Kesehatan, BKKBN, BPS, Balitbangkes, dan sebagainya.
Penulisan nama dimulai dengan nama belakang atau nama keluarga, namun
apabila namanya tunggal maka dicantumkan langsung sesuai namanya
tersebut. Di bawah ini contoh dalam penulisan nama:
Nama tunggal : Sugiyono ditulis Sugiyono

28
Nama belakang : Soekidjo Notoatmodjo ditulis Notoatmodjo S
Nama keluarga/marga : Abdul Haris Nasution ditulis Nasution AH

Judul artikel penelitian dalam sebuah majalah atau jurnal penelitian,


ditulis selengkapnya termasuk mencakup nama majalah, volume, halaman
pertama dan terakhir, serta tahun penerbitan. Apabila terdapat kutipan
sebuah teori berasal dari buku maka harus ditulis nama buku, penulis, edisi
(kecuali yang pertama), halaman pertama dan terkahir, penerbit, kota
tempat penerbitan dan tahun penerbitan. Penulisan singkatan nama majalah
dan penerbit harus ditulis menurut aturan yang telah dibakukan (Index
Medicus). Nama kota penerbit bila lebih dari satu hanya ditulis nama kota
pertama atau nama kota pertama dan terakhir jangan dituliskan semua nama
kota penerbit. Cara penulisan referensi ada beberapa macam yaitu:
1. Sistem nomor
Pada sistem nomor ini setiap rujukan diberi nomor sesuai dengan
urutannya di dalam makalah yang diletakkan di antara tanda kurung,
baik di belakang nama penulis, akhir pernyataan atau akhir kalimat.
Untuk penunjukan lebih dari satu digunakan nomor-nomor yang
bersangkutan yang dipisahkan dengan koma.
Contoh:
Gizi buruk pada baduta dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berinteraksi sebagai tritunggal dalam epidemiologi yaitu pejamu (host),
agent dan lingkungan (environment) (1).Faktor pejamu antara lain
penyakit infeksi. Masa baduta terutama usia 6 – 23 bulan merupakan
kelompok umur paling rentan untuk mengalami ISPA (2). Penyakit
infeksi lainnya selain ISPA adalah diare (3,4).

2. Sistem Nama dan Tahun (Harvard)


Pada sistem ini daftar referensi disusun secara alfabetik
berdasarkan nama penulis (dengan nama keluarga berada di depan).
Penunjukannya dalam artikel penelitian dengan mencantumkan nama

29
belakang penulis dan tahun di dalam kurung dengan tanda koma
diantaranya. Bila nama penulis lebih dari satu orang, di belakang tahun
dibubuhkan tanda titik koma sebelum penulis berikutnya.
Contoh:
Gizi buruk pada baduta dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berinteraksi sebagai tritunggal dalam epidemiologi yaitu pejamu (host),
agent dan lingkungan (environment) (Supariasa, 2002). Faktor pejamu
antara lain penyakit infeksi. Masa baduta terutama usia 6 – 23 bulan
merupakan kelompok umur paling rentan untuk mengalami ISPA
(Chalabi, 2013). Penyakit infeksi lainnya selain ISPA adalah diare
(Hidayat, 2011; Rice, 2000).

3. Sistem Kombinasi Alphabet dan Nomor


Pada sistem ini menunjukkan di dalam makalah diberi nomor seperti pada butir 2
dan pada daftar rujukan nama penulis disusun secara alfabetik. Penulisan referensi
dalam daftar pustaka disusun menurut alphabet nama penulis. Diantara nama
keluarga dan nama diri diberikan tanda koma, antara nama-nama penulis
diberikan tanda titik koma, dan pada akhir nama penulis diberikan tanda titik dua,
kemudian diikuti dengan judul makalah lengkapnya. Di belakang judul makalah
ditulis nama majalah yang disingkat menurut aturan yang baku, kemudian diberi
tanda titik. Di belakang nama majalah ditulis volume majalah kemudian titik dua,
halaman pertama sampai terakhir,
4. Sistem Vancouver
Sistem ini dibuat dengan tujuan untuk menyeragamkan atau
membakukan tata cara penulisan makalah ilmiah di dunia. Cara ini
telah mengalami revisi beberapa kali dan yang terakhir adalah revisi
tahun 2010, yang diterbitkan oleh International Committee of Medical
Journal Editors dengan judul “Uniform requirements for manuscript
submitted to biomedical journal”. Sistem ini merupakan cara penulisan
referensi dengan menggunakan penomoran dimana di setiap rujukan
diberi nomor sesuai dengan urutannya di dalam artikel, yang

30
diletakkan di akhir pernyataan atau akhir kalimat tanpa menggunakan
tanda kurung, nomor ditulis dengan font superscript, dan selanjutnya
dicantumkan pada daftar pustaka dengan urutan penulisan sebagai
berikut: nomor urut, nama penulis, judul buku atau artikel, nama kota
penerbit, nama penerbit dan tahun penerbitan.

Contoh:
Gizi buruk pada baduta dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berinteraksi sebagai tritunggal dalam epidemiologi yaitu pejamu (host),
agent dan lingkungan (environment)1. Faktor pejamu antara lain
penyakit infeksi. Masa baduta terutama usia 6 – 23 bulan merupakan
kelompok umur paling rentan untuk mengalami ISPA 2. Penyakit
infeksi lainnya selain ISPA adalah diare 3,4.

Kemudian pada daftar pustaka dituliskan nama-nama penulis


berdasar pada nomor urut di uraian dalam makalah, bukan menurut
urutan abjad (alphabet). Bila ada nama penulis, judul dan tahun yang
sama persis dengan sebelumnya maka nomor mengikuti pada yang
pertama kali tercantum. Kemudian untuk makalah dengan jumlah
pengarang kurang atau sama dengan 6 orang maka nama pengarang
ditulis semuanya.
1. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Penilaian Status Gizi: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. cetakan 1; 2002. Hal 8-78.
2. Chalabi DAK. Acute Respiratory Infection and Malnutrition
among children below 5 years of age in Erbyl. Eastern
Mediterranian Journal. Past Issues. Volume 19. Issue 1. 2013.

2.6 Pengutipan Sumber Pustaka


1. Pada umumnya kutipan harus sama dengan aslinya, baik mengenai susunan
kata-katanya, ejaannya, maupun mengenai tanda bacanya.
2. Kutipan yang panjangnya lima baris atau lebih, di-tik berspasi satu dengan

31
mengosongkan empat pukulan tik dari garis margin biasa di sebelah kiri.
Kutipan ini tidak diberi tanda kutip.
Contoh :
Demokrasi bukanlah sesuatu yang baru bagi masyarakat kita seperti yang
dikemukakan olen Muhammad Yamin :
Sejak beribu-ribu tahun peradaban Indonesia, maka segala putusan yang
mengenai negara dan masyarakat di pungut dengan berunding antara anggota
yang berkepentingan. Kata mupakat ialah cara cara pemerintah menurut
watak dan peradaban bangsa Indonesia.
Perundingan itu menjamin bahwa pemerintah berjalan menurut keinginan
sebanyak yang mengeluarkan suatu perimbangan dan perundingan itu sejajar
dengan kelahiran adat asli yang menghendaki mupakat. . . .”
Nyatalah, bahwa demokrasi bagi kita bukan barang impor, melainkan . . . .
3. Kutipan yang panjangnya kurang lima baris dimasukkan ke dalam teks dan
ditik sebagai teks biasa, jadi berspasi dua, akan tetapi diberi tanda kutip pada
awal dan akhir kutipan.
Contoh :
Bagi bangsa Indonesia demokrasi bukanlah suatu yang asing, melainkan
sesuatu yang sesuai dengan “watak dan peradaban bangsa Indonesia”
4. Kalau dalam kutipan itu perlu dihilangkan beberapa bagian dari kalimat,
maka pada bagian itu diberi titik tiga buah, yang masing-masing berjarak dua
pukulan tiik.
Contoh :
.... Demokrasi bagi bangsa kita bukanlah sesuatu yang baru, suatu barang
impor, sebab “sejak beribu-ribu tahun ... segala keputusan ... dipungut dengan
berunding ... “
5. Kalau ditiadakan satu kalimat atau lebih dalam kutipan itu maka di tik titik-
titik berspasi sepanjang satu baris. Titik-titik diberi berjarak dua pukulan tik.
Contoh :
Perhatikan : kalau dalam buku ini dipakai huruf cetakan kecil, dalam tesis
ditik berspasi satu.

32
Kami datang berurai airmata keliling timbunan tanah merah tempat kau tidur
berkepanjangan.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .
Tidur , tidurlah abadi dibuai tangisan rindu satu keluarga di bawah atap Bumi
Siliwangi.”
6. Sisipan, kalau perlu disisipkan sesuatu di dalam suatu kutipan, digunakan
tanda kurung [ ]. Tanda ini biasanya tidak ada pada mesin tik dan harus di
bubuhi dengan pena dan tinta hitam.
7. Kalau di dalam kutipan yang panjangnya kurang dari lima baris terdapat
tanda kutip (dua koma) , maka tanda kutip itu harus diubah menjadi tanda
kutip satu koma.
8. Kata-kata yang tidak bergaris dalam aslinya, tetapi oleh pengutip dirasa perlu
diberi bergaris di bubuhi catatan (diberi bergaris) dalam footnote.
Tiap kutipan diberi nomor pada akhir kutipan. Nomor itu diangkat sedikit diatas
baris biasa. Nomor kutipan berurut sampai akhir bab. Jadi pada bab baru dimulai
lagi dengan nomor 1. Nomor itu tidak dibubuhi titik, tanda kurung dan lain-lain.
Nomor itu di tik pada akhir kutipan, bukan di belakang nama pengarang atau
kalimat pengantar kutipan itu. Nomor kutipan harus berurut sampai akhir bab:
tidak boleh disisipkan nomor seperti 4a , dan sebagainya. Demikian pula tidak
boleh dihilangkan atau di lampaui satu nomor.

33
BAB III
PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Plagiarisme merupakan salah satu tindak kejahatan akademik


karena didalamnya terdapat unsur pencurian berupa pencurian ide-ide
dan gagasan tanpa mencantumkan sumber aslinya. Hal tersebut
sangatlah bertentangan dengan prinsip pendidikan yang ingin
menciptakan sumber daya manusia yang berilmu dan berakhlak mulia.
Drs. Soleh Amini Yahman, M.Si salah satu staff pengajar di Fakultas
Psikologi UMS yang dikutip dari website psikologi UMS pada tahun
2014, secara tegas menjelaskan bahwa plagiat itu bagaikan najis yang
harus dihindari sejauh-jauhnya. Selanjutnya beliau mengibaratkan
plagiarisme seperti halnya praktik pelacuran atau prostitusi akademik.
Karena itu, harus dihindari sejauh-jauhnya. Senada dengan hal
tersebut Agustinus Lis Tyantoro dosen Universitas Ciputra di
Surabaya secara gamblang mengatakan bahwa plagiarisme adalah
kejahatan akademik dan hal itu termasuk kejahatan akademik level
tertinggi (Sumarno, 2014). Sedangkan Martial (Soelistyo, 2011)
menjelaskan bahwa plagiat adalah pelanggaran etika, bukan
pelanggaran hukum dan penegakannya berada dalam kewenangan
pejabat akademik, bukan berada dalam lingkup kompetensi
pengadilan.
Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah diberlakukan UU tentang
plagiarisme yang terdapat pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No.17/2010 dan pelakunya diancam dengan hukuman yang cukup
berat. Sesuai UU No.20/2003, dijelaskan bahwa pelaku tindak plagiat
diberikan sanksi bahwa lulusan perguruan tinggi yang karya ilmiahnya
digunakan untuk memperoleh gelar akademik, profesi atau vokasi,
terbukti merupakan jiplakan, dicabut gelarnya (pasal 25 ayat 2).
Kemudian lulusan yang tersebut pada pasal 25 ayat 2 dipidana dengan

34
pidana penjara paling lama dua tahun, dan atau pidana denda paling
banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).

2.2 Saran

Dalam pemberian pelayanan kesehatan khususnya asuhan


keperawatan yang baik, serta mengambil keputusan yang bersifat klinis
hendaknya mengacu pada SPO yang dibuat berdasarkan teori-teori dan
penelitian terkini. Dan sebaiknya sebagai mahasiswa calon perawat
profesional hendaknya menghindari prilaku plagiat.

35
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2014).Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Edisi


revisi. Jakarta: Rineka Cipta

Iyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan.Bantul: Nuha


Medika

Sastroasmoro, S dan Ismael, S. (2014). Dasar-dasar Metodologi Penelitian


Klinis. Edisi ke – 5. Jakarta: Binarupa Aksara

Sugiyono. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta

Wibowo, A. (2014). Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan. Jakarta:


PT Rajagrafindo Persada

Nasution. 2002. Buku Penuntun Membuat Tesis, Skripsi, Disertai Makalah.


Jakarta: Bumi Aksara

36

Anda mungkin juga menyukai