Anda di halaman 1dari 7

Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di lingkungan rumah sakit. Seseorang dikatakan
mengalami infeksi nosokomial jika infeksinya didapat ketika berada atau menjalani perawatan di rumah
sakit.

Infeksi nosokomial bisa terjadi pada pasien, perawat, dokter, serta pekerja atau pengunjung rumah
sakit. Beberapa contoh penyakit yang dapat terjadi akibat infeksi nosokomial adalah infeksi aliran darah,
pneumonia, infeksi saluran kemih (ISK), dan infeksi luka operasi (ILO).

Selain bakteri, infeksi nosokomial juga dapat disebabkan oleh virus, jamur, dan parasit. Penularan infeksi
nosokomial dapat terjadi lewat udara, air, atau kontak langsung dengan pasien yang ada di rumah sakit.

Faktor risiko infeksi nosokomial

Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang yang berada di lingkungan rumah sakit
untuk terkena infeksi nosokomial, antara lain:

Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya akibat HIV/AIDS atau menggunakan obat
imunosupresan

Menderita koma, cedera berat, luka bakar, atau syok

Memiliki akses atau sering kontak dengan pasien yang sedang menderita penyakit menular, tanpa
menggunakan alat pelindung diri yang sesuai standar operasional (SOP)

Mendapatkan perawatan lebih dari 3 hari atau dalam jangka panjang di ICU

Berusia di atas 70 tahun atau masih bayi

Memiliki riwayat mengonsumsi antibiotik dalam jangka panjang

Menggunakan alat bantu pernapasan, seperti ventilator

Menggunakan infus, kateter urine, dan tabung endotrakeal (ETT)

Menjalani operasi, seperti operasi jantung, operasi tulang, operasi penanaman peralatan medis
(misalnya alat pacu jantung atau implan), atau operasi transplantasi organ
Selain faktor-faktor di atas, lingkungan rumah sakit yang padat, kegiatan memindahkan pasien dari satu
unit ke unit yang lain, dan penempatan pasien sistem imun yang lemah dengan pasien yang menderita
penyakit menular di ruangan yang sama, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi nosokomial.

Gejala Infeksi Nosokomial

Gejala yang diderita oleh penderita infeksi nosokomial dapat bervariasi, tergantung penyakit infeksi
yang terjadi. Gejala yang dapat muncul antara lain:

Demam

Ruam di kulit

Sesak napas

Denyut nadi yang cepat

Tubuh terasa lemas

Sakit kepala

Mual atau muntah

Selain gejala umum yang disebutkan di atas, gejala juga bisa timbul sesuai jenis infeksi nasokomial yang
terjadi, seperti:

Infeksi aliran darah, dengan gejala berupa demam, menggigil, tekanan darah menurun, atau kemerahan
dan nyeri pada tempat pemasangan infus bila infeksi terjadi melalui pemasangan infus

Pneumonia, dengan gejala berupa demam, sesak napas, dan batuk berdahak

Infeksi luka operasi, dengan gejala berupa demam, kemerahan, nyeri, dan keluarnya nanah pada luka

Infeksi saluran kemih, dengan gejala berupa demam, sakit saat buang air kecil, sulit buang air kecil, sakit
perut bagian bawah atau punggung, dan terdapat darah pada urine

Kapan harus ke dokter

Anda perlu memeriksakan diri atau berkonsultasi ke dokter jika merasakan gejala infeksi nosokomial
seperti yang disebutkan di atas, terutama bila gejala tersebut muncul setelah Anda mendapatkan
perawatan di rumah sakit.
Gejala infeksi nosokomial dapat muncul pada beberapa rentang waktu berikut ini:

Sejak awal masuk rumah sakit hingga 48 jam setelahnya

Sejak keluar dari rumah sakit hingga 3 hari setelahnya

Sejak selesai operasi hingga 90 hari setelahnya

Diagnosis Infeksi Nosokomial

Dokter akan menanyakan keluhan dan gejala yang dialami oleh pasien, kemudian melakukan
pemeriksaan fisik untuk mengetahui kondisi pasien dan ada tidak tanda infeksi lokal pada kulit.

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berikut:

Tes darah, untuk mendeteksi tanda infeksi dari kadar sel-sel darah

Tes urine, untuk mengetahui ada tidaknya infeksi pada saluran kemih, termasuk untuk melihat jenis
bakteri yang menginfeksi

Tes dahak, untuk mengetahui jenis bakteri yang menginfeksi saluran pernapasan

Kultur darah, dahak, atau cairan luka operasi, untuk memastikan keberadaan dan jenis dari bakteri,
jamur, atau parasit yang menyebabkan infeksi

Pemindaian CT scan, MRI, USG, atau Rontgen, untuk mendeteksi ada tidaknya kerusakan dan tanda
infeksi pada organ-organ tertentu

Pengobatan Infeksi Nosokomial

Jika dicurigai penyebab infeksi adalah bakteri, dokter akan memberikan antibiotik secara empiris. Terapi
antibiotik secara empiris adalah pemberian antibiotik di awal, sebelum jenis bakteri penyebab infeksi
diketahui dengan pasti.

Harapannya, antibiotik tersebut dapat mengontrol atau membunuh bakteri penyebab infeksi sambil
menunggu hasil kultur keluar. Setelah hasil kultur keluar, pemberian antibiotik dan obat lain akan
disesuaikan dengan jenis bakteri atau kuman yang menyebabkan infeksi nosokomial.
Jika infeksi nosokomial disebabkan oleh infeksi luka operasi atau ulkus dekubitus, akan dilakukan operasi
debridement. Prosedur ini berguna untuk mengangkat jaringan yang terinfeksi dan rusak agar infeksi
tidak menyebar.

Terapi suportif, seperti pemberian cairan, oksigen, atau obat untuk mengatasi gejala, akan diberikan
sesuai kondisi dan kebutuhan pasien. Terapi suportif dilakukan untuk memastikan agar kondisi pasien
tetap stabil.

Bila memungkinkan, seluruh alat yang meningkatkan risiko terjadinya infeksi akan dicabut atau diganti.

Komplikasi Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan berbagai komplikasi berupa:

Endokarditis

Osteomielitis

Peritonitis

Meningitis

Sepsis

Abses paru

Gagal organ

Gangren

Kerusakan permanen pada ginjal

Pencegahan Infeksi Nosokomial

Langkah-langkah pencegahan infeksi nosokomial menjadi tanggung jawab seluruh orang yang berada di
rumah sakit, termasuk petugas kesehatan, seperti dokter dan perawat, pasien, dan orang yang
berkunjung. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi ini adalah:

1. Cuci tangan
Penting bagi semua orang yang berada di rumah sakit untuk mencuci tangan dengan cara yang benar
sesuai rekomendasi WHO. Ada 5 waktu wajib untuk cuci tangan saat berada di rumah sakit, yaitu:

Sebelum memegang pasien

Sebelum melakukan prosedur dan tindakan kepada pasien

Setelah terpapar dengan cairan tubuh (misalnya darah, urin, atau feses)

Setelah menyentuh pasien

Setelah menyentuh barang-barang di sekitar pasien

2. Jaga kebersihan lingkungan rumah sakit

Lingkungan rumah sakit perlu dibersihkan dengan cairan pembersih atau disinfektan. Lantai rumah sakit
perlu dibersihkan sebanyak 2–3 kali per hari, sementara dindingnya perlu dibersihkan setiap 2 minggu.

3. Gunakan alat sesuai dengan prosedur

Tindakan medis dan penggunaan alat atau selang yang menempel pada tubuh, seperti infus, alat bantu
napas, atau kateter urine, harus digunakan dan dipasang sesuai SOP (standar operasional prosedur)
yang berlaku di tiap-tiap rumah sakit dan sarana kesehatan.

4. Tempatkan pasien berisiko di ruang isolasi

Penempatan pasien harus sesuai dengan kondisi dan penyakit yang diderita. Contohnya, pasien dengan
daya tahan tubuh yang rendah atau pasien yang berpotensi untuk menularkan penyakit ke pasien lain
akan ditempatkan di ruang isolasi.

5. Gunakan APD (alat pelindung diri) sesuai SOP


Staf dan setiap orang yang terlibat dalam pelayanan di rumah sakit perlu menggunakan alat pelindung
diri sesuai SOP, seperti sarung tangan dan masker, saat melayani pasien.

6.Jangan Menyentuh Wajah

Anda pasti sering menyentuh wajah, sengaja atau tidak, mungkin bisa 15 kali dalam satu jam. Padahal
hal tersebut bisa membuat Anda terpapar virus.

Karena meskipun tidak terlihat kotor, bisa saja tangan Anda penuh dengan kuman dan bakteri tak kasat
mata. Apabila Anda menyentuh wajah, kuman dan bakteri yang ada di tangan dapat menempel di mulut
atau bibir, kemudian masuk ke dalam tubuh.

7.Jalani Vaksinasi Sesuai Anjuran

Vaksinasi adalah salah satu tindakan pencegahan sebelum penyakit datang. Oleh karena itu, melakukan
vaksinasi tidak hanya dapat melindungi diri Anda tetapi juga orang lain yang lebih rentan, seperti anak-
anak dan orang tua.

8.Tetap di Rumah Jika Anda Sakit

Hindari mengunjungi rekan Anda di rumah sakit ketika Anda sendiri sedang sakit. Selain bisa
memperburuk kondisi Anda yang sedang lemah, Anda juga dapat turut menyebarkan virus atau bakteri
di rumah sakit

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial atau HAI (Health Care Associated Infection) mutlak
harus dilaksanakan di rumah sakit. Hal ini disebabkan kejadian infeksi nosokomial dapat menimbulkan
kerugian bagi pasien mulai dari perawatan menjadi lebih lama yang berarti dapat memperlama
penderitaan baik secara fisik dan mungkin psikis serta finansial, sampai dengan kejadian paling serius
yaitu KEMATIAN sedangkan bagi rumah sakit kerugian yang paling besar adalah biaya operasional yang
sangat tinggi dan kerugian non materi misalnya menyangkut performance rumah sakit di mata
masyarakat kurang baik.

RS Bethesda dalam rangka menekan terjadinya infeksi nosokomial mengadakan Sosialisasi Pengendalian
Infeksi Nosokomial di rumah sakit yang diikuti oleh perawat yang bertugas di Rawat Jalan, Rawat Inap,
Inst. Rawat Intensif, Inst. Gawat Darurat dan Tenaga Non Medis
Tujuan dari sosialisasi ini untuk Meningkatkan Pengetahuan Petugas Kesehatan khususnya perawat
dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial, adapun tujuan khususnya :

a. Meningkatkan ketrampilan petugas dalam mengendalikan dan mencegah infeksi nosokomial

b. Memberikan kesempatan petugas untuk meningkatkan ilmu pengetahuan tentang pengendalian dan
pencegahan infeksi nosokomial

c. Meningkatkan peran serta petugas kesehatan khususnya perawat dalam meningkatkan keamanan
pelayanan di rumah sakit (pasien safety).

Anda mungkin juga menyukai