Anda di halaman 1dari 10

BAB 5

MENIKMATI NOVEL

Novel merupakan karya prosa fiksi yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku.

A. Menafsir Pandangan Pengarang tehadap Kehidupan

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:

(1) Menangkap maksud pengarang terhadap kehidupan dalam novel; dan


(2) Menerangkan maksudpengarang terhadap kehidupan dalam novel.

Perhatikan contoh kutipan novel Ronggeng Dukuh Paruk berikut ini!

Ronggeng Dukuh Paruk

Karya Ahmad Tohari

Sebelas tahun yang lalu Ketika Srintil masih bayi. Dukuh Paruk yang kecil basah kuyup
tersiram hujan lebat. Dalam kegelapan yang pekat, pemukiman terpencil itu lengang, amat
lengang. Hanya tangis bayi dan lampu kecil berkelip menandakan pedukuhan itu berpenghuni.
Tak ada suara kecuali suara kodok. Bangsa reptile itu berpesta pora, bertunggangan dan kawin.
Nesok pagi, hasil pesta mereka akan tampak. Kodok betina meninggalkan untaian telur yang
Panjang. Katak hijau menghimpun telurnya dalam kelompok yang terapung di permukaan air.
Katak daun menyimpan telurnya pada gumpalan busa yang melekat pada ranting semak-semak.

Seandainya ada seorang di Dukuh Paruk yang pernah bersekolah, dia dapat mengira-
ngira saat itu hampir pukul dua belas tengah malam, tahun 1946. Semua penghuni pedukuhan
itu telah tidur pulas, kecuali Santayib, ayah Srintil.

Dia sedang mengakhiri pekerjaannya malam ini. Bungkil ampas minyak kelapa yang
telah ditumbuk halus dibilas dalam air. Setelah dituntas kemudian dikukus.

Turun dari tungku, bahan ini diratakan dalam sebuah tampah besar dan ditaburi ragi bila
sudah dingin. Besok hari pada bungki lampas minyak kelapa itu akan tumbuh jamur-jamur
halus. Jadilah tempe bongkrek. Sudah sejak lama Santayib memenuhi kebutuhan orang Dukuh
Paruk akan tempe itu.

Kutipan novel tersebut menceritakan pandangan pengarang terhadap kehdiupan di Dukuh


Paruk yang masih terbelakang, seperti kebodohan dan kemiskinan. Kehidupan tersebut
diungkapkan pengarang dengan cara yang menarik.

B. Menganalisis Isi dan Kebahasaan Novel


a) Unsur intrinsik novel:
1. Tema
Tema adalah ide atau gagasan utama atau pokok permasalahan dari cerita novel.
Tema mengandung gambaran luas mengenai kisah yang akan diangkat sebagai
ceritanya.

2. Tokoh / Penokohan
Tokoh merupakan pemeran atau seseorang yang menjadi pelaku dalam cerita novel.
Sedang penokohan atau karakterisasi merupakan watak atau sifat dari tokoh yang ada
dalam cerita novel tersebut.
Berdasarkan watak atau karakternya, tokoh dibagi menjadi tiga, antara lain:
a. Tokoh protagonis, merupakan tokoh utama yang menjadi pusat perhatian dalam
cerita. Tokoh utama ini digambarkan sebagai seseorang yang baik yang selalu
mendapatkan masalah.
b. Tokoh antagonis, merupakan tokoh yang menjadi musuh dari tokoh utama atau
tokoh protagonis dalam cerita. Tokoh antagonis digambarkan dengan seseorang
yang memiliki sifat yang buruk, tidak bersahabat dan selalu menimbulkan konflik.
c. Tokoh tritagonis, merupakan tokoh yang menjadi penengah antara tokoh protagonis
dan juga tokoh antagonis. Tokoh tritagonis ini digambarkan dengan seseorang yang
memiliki sifat dan sikap netral, kadang bisa berpihak pada tokoh protagonis, dan
kadang berpihak pada tokoh antagonis. Akan tetapi di saat keduanya terlibat
konflik, maka tokoh tritagonis ini bertindak sebagai pelerai dari keduanya.

Untuk menggambarkan karakter tokoh tersebut, sang pengarang menampilkannya


dengan cara yang berbeda-beda setiap novelnya, berikut cara yang biasa dilakukan
pengarang untuk menggambarkan watak atau karakter dari tokoh novel:
 Penggambaran dijelaskan melalui bentuk lahiriah seperti keadaan fisik, cara
berpakaian, tingkah laku, dan sebagainya.
 Penggambaran dijelaskan dengan jalan pikiran tokoh.
 Penggambaran dilakukan dengan melalui reaksi dari tokoh terhadap suatu hal atau
kejadian tertentu.
 Penggambaran dijelaskan melalui lingkungan dan keadaan sekitar tokoh.

3. Alur (Plot)
Alur (plot) merupakan serangkaian peristiwa-peristiwa yang membentuk sebuah
jalannya cerita pada novel. Secara umum alur pada novel dibedakan menjadi 3 macam,
antara lain:
a. Alur maju (Progresif), merupakan alur peristiwa-peristiwa atau kejadian dalam cerita
yang bergerak secara urut dari awal hingga akhir dan memiliki jalan cerita yang rapi.
Biasanya alur maju ini digunakan pada novel autobiografi dan biografi.

b. Alur mundur (Regresif), merupakan alur peristiwa-peristiwa atau kejadian dalam


cerita yang bergerak secara terbalik atau dari yang sudah berlalu. Pada alur ini cerita
tidak diawali dengan pengantar.

c. Alur campuran, adalah perpaduan antara alur maju (Progresif) dengan alur mundur
(Regresif ) namun kadang jalannya alur secara acak dan tidak rapi. Alur ini biasanya
digunakan untuk novel misteri atau novel fantasi.
Untuk alur cerita sendiri terdiri dari beberapa tahapan yang akhirnya menjadi cerita
yang menarik, tahapan-tahapan tersebut di antaranya:

a. Pengenalan (Eksposisi), pada tahapan ini pengarang akan mengenalkan tokoh-tokoh


yang terdapat pada cerita novel, serta karakter-karakternya beserta lingkungannya.
b. Pertentangan (Konflik), pada tahapan ini tokoh utama mulai mengalami masalah atau
konflik dengan tokoh antagonis, tokoh lain, lingkungan tempat tinggalnya, maupun
dengan dirinya sendiri.
c. Peningkatan Konflik, pada tahapan ini biasanya konflik yang terjadi semakin melebar
dan menjadi lebih meninggi tingkatannya, serta konflik terjadi dengan beberapa tokoh
dalam cerita.
d. Klimaks atau puncak konflik, pada tahapan ini terjadi ketegangan dari puncak masalah
dan konflik sehingga memunculkan kejutan-kejutan yang tidak diduga-duga oleh
pembaca.
e. Antiklimaks atau penurunan konflik, pada tahapan ini konflik atau masalah berangsur
terselesaikan, sehingga konflik mereda.
f. Ending, pada tahapan ini munculah penyelesaian masalah dari konflik yang terjadi,
sehingga konflik yang dialami oleh tokoh utama terselesaikan. Ada dua penyelesaian
dalam cerita novel, yaitu happy ending (berakhir dengan bahagia), dan sad ending
(berakhir dengan kesedihan).

4. Latar atau Setting


Latar atau setting yaitu tempat dan waktu yang melatarbelakangi terjadinya kejadian
dan peristiwa dalam cerita. Latar atau setting ini merupakan salah satu unsur
pembangun novel yang penting untuk menciptakan suasana dalam cerita.
Latar atau setting terdiri dari beberapa macam, di antaranya:
a. Waktu, yaitu masa dimana jalannya cerita sedang berlangsung. Latar atau setting
waktu ini bisa digambarkan secara garis besar ataupun secara terperinci. Secara garis
besar misalnya saja, pada musim kemarau, musim hujan, siang hari, malam hari, hari
minggu, dan lain sebagainya.

b. Tempat, yaitu lokasi di mana jalannya cerita tersebut berlangsung. Latar atau setting
tempat ini digambarkan secara umum dan khusus, misalnya saja secara umum
seperti di terminal Bekasi, di stadion, dan lain sebagainya. Sedangkan secara khusus
seperti di ujung jalan mawar, di rumah Anton dan lain sebagainya.
c. Suasana, yaitu kondisi latar secara menyeluruh dan emosi yang kuat.
d. Sosial budaya, yaitu pergaulan yang secara status sosial. Ini berhubungan dengan latar
tempat, sebab status sosial sangat erat hubungannya dengan tempat bergaul.
e. Keadaan lingkungan, lingkungan dari tokoh-tokoh dalam cerita akan memunculkan
konflik batin dalan jalannya cerita.

5. Sudut Pandang / Point of View


Sudut pandang merupakan cara pandang pengarang dalam menempatkan dirinya
pada cerita atau cara pengarang menempatkan dirinya dalam cerita. Sudut pandang ini
dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
a. Sudut pandang orang pertama-sebagai pelaku utama
Pengarang dalam sudut pandang ini berperan sebagai tokoh utama dalam cerita.
Sehingga apa yang diceritakan merupakan kisah pengalaman yang dapat dirasakan
saat membaca cerita.
Kalimat yang digunakan biasanya menggunakan kalimat dalam bentuk aktif, dan
pengarang menggunakan kata ganti “Aku” atau “Saya”.

b. Sudut pandang orang pertama-sebagai pelaku sampingan


Pengarang dalam sudut pandang ini sebagai pelaku di luar tokoh utama. Pengarang
seperti menceritakan atau mengungkapkan tanggapannya atau sebagai pencerita apa
yang dilihatnya dari tokoh utama.
Pada sudut pandang ini pengarang berperan ganda. Namun posisinya sebagai pencerita
cenderung terbatas.

c. Sudut pandang orang ketiga-serba tahu


Pada sudut pandang ini pengarang menempatkan dirinya menjadi pelaku cerita
sekaligus penciptanya. Pengarang bisa mengarahkan, membuat, mengomentari,
bahkan melakukan dialog dengan tokoh-tokoh dalam cerita. Bisa dikatakan posisi ini
merupakan posisi sebebas-bebasnya.

d. Sudut pandang orang ketiga-sebagai pengamat


Pada sudut pandang ini pengarang menempatkan dirinya sebagai pengamat cerita saja.
Sehingga pengarang hanya menyampaikan yang dia lihat, dengar, dan rasakan,
kemudian disimpulkan ke dalam cerita saja. Dengan kata lain pengarang terbatas
posisinya meski ada dalam cerita.

6. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah suatu corak dalam pemilihan bahasa yang digunakan oleh
penulis di dalam cerita novel. Gaya bahasa ini berguna untuk menciptakan suasana
atau nada untuk mengajak. Selain itu juga dapat berguna untuk merumuskan dialog
yang bisa menggambarkan hubungan atau interaksi yang dilakukan oleh tokoh-tokoh
dalam cerita.

7. Amanat
Amanat merupakan pesan dari pengarang ke pada pembacanya yang terkandung di
dalam cerita novel. Dalam menyampaikan maksud pesannya, sang penulis biasanya
mengungkapkannya secara tersirat ataupun tersurat.
Tersirat , adalah amanat yang cara penyampaiannya secara langsung sehingga
pembaca bisa langsung menemukannya.
Tersurat, adalah amanat yang cara penyampaiannya secara tidak langsung, atau
pembaca perlu membaca cerita dari awal hingga akhir untuk bisa menemukan pesan
dari penulis.
Amanat merupakan salah satu unsur yang paling penting dari sebuah karya sastra.
Amanat dapat berupa nasihat, ajakan, kritik sosial, protes, dan lain sebagainya.

b) Unsur ektrinsik novel:


1. Sejarah atau Biografi Pengarang
Umumnya sejarah atau biografi penulis novel itu sangat berpengaruh pada jalan
cerita atau alur cerita yang terdapat dalam sebuah novel.

2. Situasi dan Kondisi


Situasi dan kondisi dengan secara tidak langsung ataupun langsung akan
berpengaruh pada hasil karya sastra novel.

3. Nilai-Nilai dalam Cerita


Dalam sebuah karya sastra tersebut mengandung nilai-nilai yang dapat atau bisa
disisipkan oleh penulisnya. Nilai-nilai itu antara lainnya adalah sebagai berikut:
 Nilai moral – yaitu suatu nilai yang berkaitan dengan akhlak atau juga kepribadian
seseorang. Baik itu entah baik ataupun buruk.
 Nilai sosial – yaitu nilai yang berkaitan dengan norma-norma yang ada didalam
kehidupan bermasyarakat.
 Nilai budaya – adalah suatu konsep masalah dasar yang sangat penting serta juga
mempunyai nilai dalam kehidupan manusia.
 Nilai estetika – yaitu nilai yang berkaitan dengan seni serta juga estetika dalam
sebuah karya sastra.
c) Kebahasaan Novel:
1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang menirukan ucapan atau ujaran orang lain.
Kalimat langsung ditandai dengan pemakaian tanda petik ("...").
Ciri-ciri kalimat langsung adalah:
 Menggunakan tanda petik.
 Intonasi tinggi untuk tanda tanya, datar untuk kalimat berita dan tanda seru
dilagukan dengan intonasi perintah.
 Menggunakan kata ganti orang pertama dan orang kedua
Contoh:
“Saya tidak menyesal dan malah ingin melakukannya lagi,” bangga Iqbal.
2. Kalimat Tidak Langsung
Apa yang dimaksud dengan kalimat tidak langsung? Kalimat tidak langsung adalah
kalimat yang melaporkan atau memberitahukan perkataan orang lain dalam
bentuk kalimat berita.
Ciri-ciri kalimat tidak langsung adalah:
 Tidak menggunakan tanda petik
 Intonasi membacanya datar
 Terdapat perubahan kata ganti orang
Perubahan kata ganti yang dimaksud adalah:
- Kata ganti orang ke-1 berubah menjadi orang ke-3. "Saya", "aku" menjadi "dia" atau
"ia".
- Kata ganti orang ke-2 berubah menjadi orang ke-1. "Kamu, "dia" menjadi "saya" atau
nama orang.
- Kata ganti orang ke-2 dan ke-1 jamak berubah menjadi "kami", "kita" dan "mereka",
"kalian" menjadi "mereka", "kami".
Contoh:
Dia tidak menyesal telah melakukan hal itu, tapi malah bangga dan ingin
melakukannya lagi.
3. Kalimat Lampau
Kalimat lampau adalah kalimat yang menyatakan peristiwa masa lampau.
Contoh:
Iqbal telah menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia sejak seminggu yang lalu.
4. Verbal Material
Verba material adalah kata kerja yang berimbuhan yang mengacu pada tindakan
fisik yang dapat dilihat secara nyata oleh partisipan yang melakukan sesuatu yg
bisa disebut aktor.
Contoh:
Melihat Iqbal mengajarkan hal-hal yang sulit kepada teman-temannya saya yakin dia
pantas jadi guru.
5. Verbal Mental
Verba mental adalah verba yang menerangkan persepsi (misalnya: melihat,
merasa), afeksi (misalnya: suka, khawatir), dan kognisi (misalnya: berpikir,
mengerti). Pada verba mental terdapat partisipan pengindera (senser) dan
fenomena.
Contoh:
Iqbal sangat mengerti perasaan teman-temannya ketika ia menerima kabar harus pergi ke
luar kota.
6. Konjungsi Temporal
Konjungsi temporal adalah kata hubung yang menerangkan hubungan waktu dari
dua peristiwa yang berbeda. Konjungsi temporal termasuk kata hubung yang erat
kaitannya dengan waktu.
Contoh:
Iqbal membuka pianonya kemudian memainkannya dengan keangkuhan.
7. Kata Sifat
Kata sifat merupakan kelas kata yang mengubah kata benda atau kata ganti,
biasanya dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik. Kata sifat
dapat menerangkan kuantitas, kecukupan, urutan, kualitas, maupun penekanan suatu
kata.
Contoh:
Iqbal merupakan satu-satunya pria dalam kelompok itu, dia disukai karena penyabar dan
mengayomi.

******************************************************************************

Anda mungkin juga menyukai