Anda di halaman 1dari 6

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)

DIFTERIA

Pengertian Penyakit infeksi toksik akut yang sangat menular, disebabkan


(definisi) oleh Corynebacterium diptheriae dengan ditandai pembentukan
pseudomembran pada kulit dan/atau mukosa.
Anamnesis 1. Demam ringan
2. Pilek ringan
3. Nafsu makan menurun, lemas, nyeri menelan
4. Suara parau, batuk kering, nafas berbunyi
5. Leher bengkak
6. Bercak tukak di kulit
Pemeriksaan 1. Demam tidak lebih dari 38,9⁰C kadang sudah tidak demam
Fisik 2. Difteria Hidung
-sekret hidung serosanguinus kemudian menjadi mukopurulen,
menyebabkan lecet pada nares dan bibir atas
-tampak membran putih pada daerah septum nasi
3. Difteria Tonsil-Faring
-membran putih-kelabu menutup tonsil dan dinding faring,
meluas ke uvula dan palatum molle atau ke distal, ke laring dan
trackhea, jika membran dilepas terjadi perdarahan
-limfadenitis servikalis dan submandibularis, jika disertai edema
jaringan lunak leher yang luas disebut bullneck
-paralisis palatum molle unilateral atau belateral, kesukaran
menelan dan regurgitasi
-Jika kasus berat terjadi gagal nafas atau sirkulasi. Stupor,
koma dan kematian terjadi dalam 1 minggu sampai 10 hari
-Kasus sedang setelah sembuh bisa terjadi miokarditis atau
neuritis
-Kasus ringan pseudo membran lepas dalam 7-10 hari, dan
sembuh sempurna
4. Difteria Laring
-gejala obstruksi saluran nafas atas, stridor progresif
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
DIFTERIA

-retraksi suprasternal, subcostal dan supraclavicular


-jika terjadi pelepasan membran dan menutup jalan nafas bisa
terjadi kematian mendadak
5. Difteria Kulit, Vulvovaginal, Konjungtiva, Telinga
-tukak di kulit, tepi jelas dan terdapat membran pada dasarnya
-kelainan cenderung menahun
-Difteria mata dengan lesi pada konjungtiva berupa kemerahan,
edema dan membran pada konjungtiva palpebra
-Difteria telinga, berupa otitis eksterna dengan sekret purulen
dan berbau
Indikasi Difteria
Tindakan
Diagnosis Kerja 1.Difteria Hidung
2.Difteria Tonsil-Faring
3.Difteria Laring
4.Difteria Kulit, Vulvovaginal, Konjungtiva, Telinga
Kriteria 1. Anamnesa: demam atau riwayat demam, disertai dua atau
Diagnosa lebih kriteria di atas
2. Pemeriksaan Fisik: Demam <38,9⁰C, tanda fisik sesuai
dengan salah satu dari kriteria 2-5 di atas
Diagnosa 1. Difteria Hidung
Banding -Rhinorrhea (common cold, sinusitis, adenoiditis)
-Benda asing dalam hidung
-Snuffles (lues congenita)
2. Difteria Faring
-Tonsilitis membranosa akuta oleh karena streptococcus
(tonsilitis akuta/septic sore throat)
-Mononucleosis infectiosa
-Tonsilitis membranosa non bakterial
-Tonsilitis herpetika primer
-Moniliasis
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
DIFTERIA

-Blood dyscrasia
-Pasca tonsilektomi
3. Difteria Laring
-Infectious croup yang lain
-Spasmodic croup
-Angioneurotic edema pada laring
-Benda asing dalam laring
4. Difteria Kulit
-Impetigo
-infeksi oleh streptococcus/staphylococcus
Pemeriksaan 1. Dibuat atas dasar pemeriksaan klinis (penundaan
Penunjang pengobatan dapat membahayakan jiwa penderita)
2. Hapusan Swab tenggorok 3 hari berturut-turut
3. Diagnosis pasti: isolasi C. diphteriae dengan pembiakan 
dirujuk sample (melalui DinKes)
Terapi 1. Isolasi dan Karantina
-Penderita diisolasi sampai biakan negatif 3 kali berturut-turut
setelah masa akut terlampaui
-Kontak penderita diisolasi sampai tindakan-tindakan;
+biakan hidung dan tenggorok
+diikuti gejala klinis setiap hari sampai masa tunas
terlewati
2. Pengobatan Umum
-Istirahat mutlak selama kurang lebih 2 minggu
-Pemberian cairan dan diet adekuat
- Difteria laring; jaga nafas tetap bebas serta dijaga kelembaban
udara dengan nebulizer
-Jika gelisah, iritabel, serta ada gangguan pernafasan  Rujuk
pasiennya segera ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi
3. Pengobatan Khusus
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
DIFTERIA

 Antitoksin: Serum Anti Difteria (ADS)


 Segera diberikan setelah dibuat diagnosis
 Dilakukan tes kulit (menyuntik intrakutan 0,1 ml

ADS dalam larutan fisiologis 1:1000) atau tes konjungtiva (1


tetes larutan serum 1:10 dalam garam fisiologis) dahulu, dan
harus disediakan larutan Adrenalin 1:1000 dalam semprit. Tes
kulit positif bila dalam 20 menit terjadi indurasi >10 mm. Tes
konjungtiva positif bila dalam 20 menit tampak gejala
konjungtivitis dan lakrimasi

 Dosis ADS: 20.000 KI im untuk diferia ringan (hidung,


kulit, kojungtiva) 40.000 KI iv untuk difteria sedang
(pseudo membran terbatas pada tonsil, difteria laring)
100.000 KI iv untuk difteria berat (pseudo membran
meluas ke luar tonsil, keadaan anak yang toksik,
disertai bullneck, disertai penyulit akibat efek toksin)

 ADS iv dilakukan secara tetesan dalam larutan D5%


Saline 200ml dalam waktu 4-8 jam.

 Pengamatan terhadap kemungkinan efek samping

 Antimikrobial
 Penicillin procain 50.000-100.000 KI/kgBB/hari
selama 10 hari, bila alergI

 Erithromycine 40mg/kgBB/hari

 Corticosteroid
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
DIFTERIA

Diberikan pada penderita dengan obstruksi saluran nafas


bagian atas atau pada penyulit kardiomiopati toksik

 Pengobatan penyulit
Menjaga hemodinamika pasien agar tetap baik, karena penyulit
yang disebabkan oleh toksin pada umumnya reversibel

 Pengobatan Carrier (yg menangani DinKes


Kabupaten)
Dapat diberikan Penicilline oral atau suntikan, atau
Erithromycine selama 1 minggu.

4. Imunisasi aktif dapat diberikan minimal 2 minggu setelah


pemberian ADS, sebanyak 3 kali dengan interval minimal 4
minggu.
-Penderita umur sampai 7 tahun diberikan TD
-Penderita umur > 7 tahun diberikan Td
Edukasi 1. Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi
2. Penjelasan rencana perawatan
3. Penjelasan pencegahan dan penularan
Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam tergantung
beratnya penyakit dan komplikasinya
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam tergantung
beratnya penyakit dan komplikasinya
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam tergantung
beratnya penyakit dan komplikasinya
Tingkat evidens IV
Tingkat C
Rekomendasi
Penelaah kritis 1.Dr. Sri Sumei S.pA
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
DIFTERIA

Daftar Pustaka 1. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia


2. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi 2004
3. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kesehatan
Anak RSU DR. Soetomo Surabaya 2008.

Anda mungkin juga menyukai