Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penedelegasian dalam kepemimpinan tidak hanya memperlancar
operasi, tetapi juga mendorong pekerja dengan cara memberikan mereka
otonomi yang lebih besar. Tidak ada pemimpin yang sanggup melakukan
segala sesuatu pada segala waktu, dan pendelegasian adalah alat utama
untuk mendorong hasil kerja dan efisiensi kerja tim dan lembaga. Penelitian
menunjukan bahwa perusahaan yang dipimpin oleh pendelegasi yang kuat
mencapai tarip perkembngan yang lebih tinggi dibanding dengan
perusahaan yang pemimpinnya kurang menerapkan pendelegasian.
Kepemimpinan yang baik memiliki banyak komponen, dan
pendelegasian adalah faktor penting untuk memaksimalkan kontribusi
pekerja serta meningkatkan produktifitas dalam seluruh anggota tim.
Namun yang sering terjadi pada masa kini, termasuk dalam lingkungan
gereja, adalah kurang terpelihara rasa menghargai terhadap otoritas yang
ditetapkan, bahkan banyak masalah dalam dunia agamawi masa kini dapat
ditelusuri sampai kepada kecenderungan seseorang terhadap kaidah atau
hukum otoritas yang ada. Banyak yang menentukan kekuasaan
berdasarkan hati nurani mereka, perasaan mereka, kebiasaan mereka,
bahkan berdasarkan keputusan pemimpin. Fenomena lain yang sering juga
terjadi adalah antara orang yang mendelegasikan denga orang yang
menerima delegasi tugas tidak sinkron. Secara teori memang telah terjadi
pendelegasian tugas tapi secara prakteknya ia masih menguasai sebagian
besar tanggung jawab atas tugas itu. Begitu juga pihak orang yang
menerima delegasi tugas bisa bertindak semena-mena, sesuka hatinya,
tanpa mengingat akan adanya hak pengawasan dari atasan terhadap
tugasnya. Untuk itu kita harus memahami apa itu pendelegasian dari para
pakar yang ada.
B. Rumusan Masalah
1. Apa masalah pemimpin Kristen dan pendelgasian?
2. Apa upaya pemimpin Kristen mengatasi masalah?
3. Apa signifikansinya pendelgasian bagi pemimpin Kristen masa kini?

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis dengan tujuan:
1. Untuk memenuhi tuntutan akademik sebagai mahasiswa Institut Injil
Indonesia dalam mata kuliah Kepemimpinan.
2. Untuk mengidentifikasi masalah yang ada di dalam pendelegasian dalam
kepemimpinan Kristen.
3. Untuk meninjau kembali upaya pemimpin mengatasi masalah dan
signifikansinya bagi kepemimpinan Kristen masa kini.
4. Untuk memiliki pemahaman yang benar, yang kelak akan menjadi
pegangan yang kuat bagi hamba Tuhan dalam ladang pelayanan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Istilah
Pemimpin

B. Pendelegasian
1. Pengertian Istilah
Pendelegasian memiliki arti meletakkan/ menyerahkan sebagian
kepercayaan kepada orang lain untuk melaksanakan tugas yang telah di
atur. Arti pendelegasian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
‘pemberian wewenang dan tanggung jawab kepada orang lain’.
Delegasi adalah suatu kelimpahan wewenang dan tanggung jawab
formal kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu.
Pendelegasian merupakan pelimpahan kekuasaa, wewenang dan tanggung
jawab kepada orang lain.1
Pendelegasian ialah proses terorganisir dalam kerangka hidup
organisasi/keorganisasian untuk melibatkan sebanyak mungkin orang
secara langsung dan pribadi dalam pembuatan keputusan, pengarahan dan
pengerjaan kerja yang berkaitan dengan pemastian tugas. Pendelegasian
juga merupakan tindakan mempercayakan tugas, kewenangan, hak,
tanggung jawab kepada bawahan secara individu dalam setiap posisi
tugas.2
Pendelegasian merupakan salah satu prinsip penting dalam ilmu
manajemen. Mendelegasikan tugas itu bukan sekedar menugaskan atau
menyuruh mengerjakan tetapi perlu disertai dengan kegiatan
pembimbingan (coaching). Dengan demikian jelas bahwa pendelegasian

1
Hermawan, Jurnal Ilmiah Magister Manajemen, Vol.2 No. 2,
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/Maneggio
2
Yakob Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis, (Malang: Gandum Mas, 1997), 195

3
dan pemberian bimbingan itu bukanlah pilihan tetapi keduanya merupakan
keharusan.3

2. Dasar Pendelegasian
Pendelegasian itu sangat penting bagi hidup dan kerja setiap
organisasi dengan alasan-alasan mendasar yang berikut di bawah ini:
Pemimpin tidak dapat bekerja sendiri tetapi bekerja bersama orang lain.
Melalui pendelegasian pemimpin memberi tugas, wewenang, hak, dan
tanggung jawab, kewajiban dan pertanggung jawaban kepada bawahan,
demi pemastian tanggung jawab tugas. Melalui pendelegasian pekerjaan
lebih terorganisir atau dapat berjalan dengan baik. Dalam pendelegasian
sendiri pemimpin mempercayakan tugas dan tanggung jawab sekaligus
menuntut adanya hasil kerja yang pasti dari bawahan dan bawahan pun
dituntut untuk bertanggung jawab.4Pendelegasian wewenang membuktikan
adanya pimpinan dan bawahan dalam organisasi.

3. Sifat Delegasi
Pendelegasian tidak sama pada setiap tingkat hirarki organisasi. Besar
kecilnya pendelegasian adalah sesuai dengan tugas, hak, wewenang,
kewajiban, tanggung jawab dan pertanggungjawab setiap individu dalam
hirarki organisasi. Pendelegasian tidak dapat ditransfer dari satu tugas ke
tugas yang lain dalam suatu organisasi karena satu pendelegasian berlaku
untuk satu tugas saja. 5
4. Sikap Terhadap Delegasi
Ada beberapa sikap terhadap delegasi/pendelegasian yang memiliki
efek negatif ataupun positif. Sikap-sikap tersebut adalah sebagai berikut: 6

3
Heryanto, Manajemen Kepemimpinan Gereja Abad 21, (Tangerang: Departemen Literatur dan Media
Arastamar, 2016), 62
4
Yakob Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis...,196
5
Ibid, 197
6
Ibid, 66

4
1. Pemimpin sering tidak mendelegasikan tugas karena pelbagai
alasan karena tidak memercayai orang lain atau mencurigai
orang lain.
2. Pemimpin seritng mendelegasikan semua tugas karena
pemimpin tidak tahu ataupun ingin membebaskan diri atau
meringankan diri dari kewajibannya.
3. Pemimpin sering mendelegasikan sedikit tugas karena pemimpin
takut atau sangat hati-hati atau kurang atau tidak percaya.
4. Pemimpin dapat dan patut mendelegasikan tugas dengan
bertanggung jawab hal ini dengan memperhatikan tugas yang
tepat diberikan kepada orang yang tepat, memercayakan suatu
tugas harus disertai perhitungan waktu yang tepat, adanya
pengawasan yang baik agar menciptakan efektifitas dan
efesiensi kerja serta produksi yang tinggi, pemimpin bukan hanya
memebri tugas tetapi memberi dukungan penuh kepada setiap
bawahan yang menerima pendelegasian tugas darinya.
5. Sikap Pemimpin Terhadap Pendelegasian
Pendelegasian hanya akan berfungsi secara efektif apabila pemimpin
memahami dan mengambil sikap yang tepat terhadap pendelegasian itu:
1. Pemimpin tertinggi dan yang setingkat di atas tugas bawahan
bertanggung jawab penuh atas tugas yang didelegasikan dengan
memberi dukungan penuh kepada bawahan dengan memenuhi apa
yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas.
2. Pemimpin yang mendelegasikan tugas bertanggung jawab
memberi kredit kepada setiap pelaksana tugas atas hasil kerja yang
telah dihasilkannya.
3. Pemimpin yang mendelegasikan tugas mutlak bertanggung
jawab penuh atas sukses atau gagalnya suatu pelaksanaan kerja

5
serta segala konsekuensinya yang dilaksanakan oleh setiap
bawahannya.7
6. Aspek-aspek Pendelegasian
1. Fokus pendelegasian adalah hasil kerja yang diharapkan
tercapai dalam upaya menanggapi sasaran/tujuan akhir dari
organisasi.
2. Pendelegasian dilaksanakan dengan sikap hormat yang
didasarkan atas penghargaan dan kesadaran terhadap diri sendiri
sebagai sesuatu yang “berharga”, serta memerhatikan harga diri dan
kehendak bebas orang lain, dimana setiap pekerja dipandang
sebagai subjek dan bukan objek kerja.
3. Pendelegasian yang menghasilkan melibatkan harapan-
harapan yang meliputi tercapainya hasil-hasil yang didambakan,
pelaksanaan dilandasi pedoman atau petunjuk yang jelas,
melibatkan sumber-sumber daya yang pasti, adanya tanggung jawab
dan pertanggung jawaban serta mempertimbangkan risiko-risiko
yang akan terjadi.8
7. Memastikan Pelaksanaan Pendelegasian
Untuk memastikan bahwa pendelegasian berlangsung dengan baik
maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Menerapkan supervisi yang bersifaat langsung atau tidak
langsung untuk memastikan bahwa pendelegasian berjalan dengan
baik.
2. Menyiapkan sistem dan peluang untuk menerima masukan
yang bersifat terkontrol dan tidak terkontrol. Masukan terkontrol
dapat dilaksanakan dengan cara laporan berkala dan laporan
insidentil (dalam bentuk tulisan/lisan). Masukan tidak terkontrol dapat

7
Yakob Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis...,200
8
Heryanto, Manajemen Kepemimpinan Gereja Abad 21...,68

6
dilihat pada hasil nyata yang dicapai dalam pengerjaan tugas atau
berdiskusi secara terbuka dengan bawahan. 9

8. Masalah Pendelegasian
Dalam pendelegasian seringkali timul masalah yang bersumber pada
fakta berikut:
1. Tugas yang didelegasikan terlampau banyak atau terlalu sedikit hal
ini tidak sesuai dengan kapasitas bawahan.
2. Tidak ada pelatihan bagi tugas, baik pelatihan tugas ataupun latihan
didalam tugas.
3. Informasi dari pemimpin yang kurang jelas.
4. Komando dari atas yang datang dari dua sumber yang berbeda, hal
ini membuat bawahan bingung untuk memilih yang harus dikerjakan.
5. Bawahan tidak mengerti nilai dari tugas yang diinformasikan.
6. Ekspetasi pemimpin yang berlebihan, tanpa mengetahui dengan
jelas akan kemampuan para bawahannya dengan pasti.
7. Motivasi dan ekspetasi para bawahan yang bersifat kompleks
terhadap pemimpin, tugas, imbalan, situasi/kondisi. 10

C. Upaya pemimpin mengatasi masalah


Ibadah bersama dengan segala tata caranya bukanlah sesuatu yang

D. Aplikasi bagi gereja masa kini


Elemen-elemen yang sangat penting bagi ibadah umum, yang kemudian
akan ditentukan detailnya dalam ibadah Yahudi dan Kristen. Selanjutnya
Webber mengemukakan ada lima elemen,yaitu:

9
Yakob Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis...,203
10
Ibid, 205

7
1. Ibadah adalah panggilan Allaha. Allah yang memanggil umat-Nya
untuk bertemu dengan-Nya
2. Umat Tuhan diatur dalam satu tanggungjawab terstruktur. Artinya ada
yang bertanggungjawab. Musa adalah pemimpin. Tetapi untuk
mengatur ibadah dan lain-lainnya adalah tugas Harun, Nadab, Abihu.
70 tua-tua Israel, pemuda dan umat. Oleh sebab itu elemen kedua ini
adalah soal partisipasi dalam ibadah.
3. Pertemuan antara Allah dan Umat bersifat proklamasi Firman. Allah
berbicara kepada umat-Nya dan memperkenalkan diri-Nya kepada
mereka. Hal ini berarti ibadah belumlah lengkap tanpa mendengar
Firman Tuhan.
4. Umat setuju dan menerima perjanjian dengan syarat-syarat yang
memberi makna kepada komitmen umat secara subjektif untuk
mendengar dan taat kepada Firman Allah. Dengan kata lain, aspek
penting dalam ibadah adalah pembaharuan komitmen pribadi secara
terus-menerus. Di dalam ibadah umat Tuhan membaharui janji yang
telah ada antara Allah dan umat-Nya sendiri.
5. Puncak dari pertemuan itu ditandai dengan symbol pengesahan, satu
materai perjanjian. Dalam Perjanjian Lama Allah selalu menggunkan
darah korban sebagai materai hubungan-Nya dengan manusia.
Pengorbanan ini menunjuk kepada korban Yesus Kristus. 11

11
Robert E. Webber, Worship Old & New, (Grand Rapids,Michigan: Zondervan Publishing
House, 1982), 24.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
m
B. Saran
m

Anda mungkin juga menyukai