Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN

Dinas Kesehatan Kota Bandung dipimpin oleh seorang kepala dinas yang membawahi
4 bidang yaitu bidang bina pelayanan kesehatan, bidang pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan, bidang sumber daya kesehatan, dna bidang prigram kesehatan.
Bidang sumber daya kesehatan membawahi 3 seksi yaitu seksi pendayagunaan tenaga dan
sarana kesehatan, seksi promosi kesehatan, dan seksi farmasi dan perbekalan kesehatan. Seksi
farmasi dan perbekalan kesehatan membawahi subseksi pengawasan dan subseksi
pengelolaan obat.
Subseksi pengawasan dan pembinaan di Dinas Kota Kesehatan Kota Bandung
memiliki fungsi yaitu mengawasi dan membina sarana-sarana pelayanan kesehatan seperti
puskesmas, apotek , klinik, pedagang eceran obat , balai pengobatan , RS kelas C dan D,
Rumah bersalin, Rumah sakit ibu dan anak, optik serta perusahaan industri rumah tangga.
Selain itu, subseksi pengawasan dan pembinaan juga bertugas dalam pengelolaan
laporan penggunaan obat-obat golongan narkotika dan psikotropikadari apotek-apotek ,
rumah sakit, dan puskesmas kota bandung. Tujuan dari pengelolaan laporan narkotika dan
psikotropika dari seluruh apoek , rumah sakit dan puskesmas adalah untuk memantau
penggunaan obat-obatan golongan narkotika dan psikotropika di seluruh apotek , rumah sakit,
dan puskesmas kota bandung, sehingga kemungkinan terjdinya penyalahgunaan dapat
diminimalisir.
Supervisi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung merupakan suatu
proses pengamatan secara terencana terhadap pelaksanaan pengelolaan obat oleh petugas
pada unit pelayanan teknis (UPT) seperti puskesmas. Ruang lingkup supervisi diantaranya
adalah pengelolaan obat yang meliputi seleksi, pengadaan penyimpanan, pencatatan, dan
pelaporan, monitoring dan evaluasi, sarana prasarana yang meliputi sarana infrastruktur,
system pengelolaan, dan sarana penunjang dan sumber daya manusia.
Laporan Narkotika dan Psikotropika dari tiap apotek, Rumah sakit, dan puskesmas
tiap bulannya dikirim melalui website system informasi pelaporan narkotika dan
psikotropika (SIPNAP) sehingga laporan tersebut langsung diterima oleh kemenkes. Melalui
Web SIPNAP tersebut, Dinas Kesehatan Kota Bandung dapat mengawasi sarana-sarana
kesehatan yang telah mengirimkan laporan narkotik dan psikotropika, dan sarana – sarana
yang belum mengirimkan laporan tersebut.

40
41

Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam pelaksanaan tugasnya


tersebut diajukan untuk memenuhi kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan di 30
Puskesmas induk dan ditambah 43 Puskesmas jejaring. Agar terjaminnya keselamatan pasien
atau masyarakat yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang memenuhi standar \
persyaratan keamanan, mutu dan kemanfaatan maka pelayanan kefarmasian di Gudang
Farmasi Kota Bandung seperti pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan harus berpedoman
pada perundang-undangan yang berlaku.
Pengelolaan obat perbekalan kesehatan yang terdiri dari perencanaan, pengadaan,
penerimaan, pengelolaan,distribusi, pencatatan dan pelaporan. Pendistribusian dilakukan ke
tiap-tiap unit Puskesmas berdasarkan permintaan Puskesmas tiap bulan. Sistem distribusi ada
2 jenis yaitu aktif dan pasif.
Distribusi aktif merupakan pengiriman perbekalan kesehatan ke UPT – UPT menggunakan
mobil operasional oleh Dinas Kesehatan jarak ( dengan syarat jarak puskesmas lebih dari 5
km. Distribusi pasif, yaitu Puskesmas datang secara langsung mengambil perbekalan
kesehatan ke Dinas Kesehatan ( untuk puskesmas yang lokasinya kurang dari 5 km dari
Dinas Kesehatan Kota Bandung). Pencatatan dan Pelaporan dilakukan setiap unit puskesmas
setiap bulannya agar mengetahui dan terkendali stok barang yang masuk dan keluar.
Puskesmas merupakan salah satu sarana kesehatan yang memegang peranan penting
dalam melayani masyarakat sebagai rujukan kesehatan lini pertama. Oleh karena itu seiring
dengan perkembangan peraturan perundang-undangan salah satunya UU RI Nomor 36 tahun
2009 tentang kesehatan, standar praktek apoteker yang diberlakukan dalam hal ini salah
satunya puskesmas, harus disikapi dan disesuaikan secara aplikatif sebagai wujud pelayanan
kesehatan paripurna bagi masyarakat.
Sediaan farmasi dan sumber daya manusianya berperan sangat penting bagi
keberlangsungan pelayanan kesehatan, sehingga perlu diberlakukan sistem pengelolaan
sediaan farmasi atas tanggung jawab seorang apoteker yang optimal dengan harapan dapat
menghasilkan output positif berupa meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan
terlebih jika hal ini dilakukan dengan mengikuti orientasi pelayanan farmasi yang bergeser
dari Drug oriented menjadiPatient oriented.
Beberapa hal signifikan yang harus diutamakan dalam pengelolaan farmasi
dipuskesmas meliputi beberapa pekerjaan kefarmasian, yaitu :Perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, distribusi, pelayanan kefarmasian dan evaluasipenggunaan obat.
Puskesmas Ibrahim Adjie merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yaitu yang diberi
wewenang untuk melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan / atau kegiatan
42

teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan ( Menurut PP
RI No. 44 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah). Puskesmas Ibrahim Adjie
mempunyai Puskesmas jejaring yaitu Puskesmas Gumuruh dan Puskesmas
Untuk penyimpanan obat dilakukan dengan sistem FIFO (First In First Out) dan
FEFO ( First In Expire Out ). Puskesmas mendistribusikan sediaan farmasi tersebut di
beberapa tempat pelayanan kefarmasian yaitu di Puskesmas Pembantu. Selanjutnya hasil
penggunaan sediaan farmasi dilaporkan kepada kepala Puskesmas untuk selanjutnya dianalisa
dan dievaluasi.
Dari serangkaian kegiatan tersebut pengelolaan sediaan farmasi dapat terkoordinir
dengan baik, akan tetapi konten asuhan kefarmasian masih belum optimal karna kurangnya
sumber daya manusia, belum lagi sistem informasi yang masih manual sehingga arsip laporan
setiap kegiatan cenderung lambat. Jika sampai saat ini belum juga dilakukan penyesuaian
metoda ataupun konsep pelayanan kefarmasian yang baik dan benar, maka dikhawatirkan
keterlambatan pelaksanaan beserta laporan hasil dari program yang telah berjalan
menghambat analisa dan evaluasi kinerja puskesmas.
Tindakan komunikasi antara praktisi kesehatan dengan pasien tak lepas dari
pemberian pelayanan prima sebagai wujud rasa empati terhadap pasien sehingga diharapkan
secara psikologis memberi rasa positif dan berpengaruh baik pada kesehatan individu pasien.
Pelayanan pada umumnya dapat diartikan sebagai kegiatan atau keuntungan yang dapat
ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat tidak kasat mata
dan tidak berujung pada kepemilikan. Dengan semakin meningkatnya persaingan pasar,
banyak perusahaan mengembangkan strategi jitu dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan, salah satunya adalah dengan memberikan pelayanan prima yaitu jika perlakuan
yang diterima oleh pelanggan lebih baik daripada yang diharapkan, maka hal tersebut
dianggap merupakan pelayanan yang bermutu tinggi. Adanya persaingan tersebut bukanlah
bentuk diskriminatif terhadap Puskesmas sebagai salah satu instansi pelayanan kesehatan
milik pemerintah, akan tetapi seharusnya menjadi tolak ukur dan teladan bagi instansi
kesehatan lainnya sehingga diharapkan pukesmas mampu mengangkat Citra Pelayanan
Kesehatan Indonesia karena hebatnya suatu negara adalah akumulasi dari hebatnya setiap
individu pada negara tersebut. Dengan demikian agar pelayanan prima dapat selalu
diwujudkan suatu perusahaan dalam hal ini puskesmas, perlu ditetapkan standar pelayanan
farmasi di Puskesmas.
Keberadaan apoteker di puskesmas adalah mutlak harus ada dan tidak dapat diganggu
gugat. Tetapi mungkin untuk saat ini di Indonesia dipersempit lagi tepatnya di Kota Bandung,
43

masih sangat kekurangan apoteker yang bekerja di puskesmas, kembali lagi soal kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat, yang belum memprogramkan apoteker
dan kurangnya peluang dari posisi apoteker tersebut sendiri di Dinas Kesehatan, kembali lagi
sebagai calon apoteker hanya menunggu kebijakan, peraturan dan penyesuaian anggaran
yang ada, kita sebagai calon apoteker tidak bisa berbuat banyak, karena kebijakan dan
birokrasi yang dibuat pun tidak mendukung. Terlepas dari itu semua kinerja dari TTK
(Tenaga Teknis Kefarmasian) pun sudah sangat baik dan kompeten di bidangnya untuk
mengelola dan bertanggung jawab di puskesmas. Secara garis besar, apoteker di puskesmas
memiliki peran sebagai berikut:
a. Pelayanan obat (PIO, konseling, visite).
b. Penanggung jawab gudang dan administrasi obat puskesmas.
c. Merencanakan kebutuhan obat sesuai pola kebutuhan obat.
d. Melaksanakan penerimaan dan penyimpanan obat.
e. Melaksanakan distribusi obat ke puskesmas pembantu dan puskesmas keliling.
f. Mengadakan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai) yang belum didanai atau
kurang dari kabupaten.
g. Mengadakan penyuluhan.
h. Pencatatan dan pelaporan.
i. Menganalisis pengobatan rasional.
j. Menganalisis penggunaan obat generik.
Petugas harus memperhatikan etika pelayanan kesehatan, terutama pada saat
penyerahan obat dan pemberian informasi, karena disamping perlu sopan santun dan
kesabaran dalam melayani pasien, juga karena pasien sebagai penderita penyakit biasanya
dalam keadaan tidak sehat atau kurang stabil emosinya. Kesadaran petugas bahwa pasien dan
keluarganya perlu ditolong terlepas daristatus sosial, golongan dan agama atau
kepercayaannya serta pengetahuan yangterbatas. Pasien memerlukan bantuan agar tidak
mengalami bahaya karena ketidaktahuannya tentang penyakit.
Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan sopan
dengan menggunakan Bahasa Indonesia atau kalau perlu Bahasa Daerah setempat sehingga
pasien menerima dengan senang hati. Petugas yang ramah dan sopan akan memberikan
semangat kesembuhan pada pasien, sehingga akan membantu penyembuhan secara
psikologis.
Petugas sangat perlu menyadari bahwa pasien berhak menerima informasi yang baik
dan benar, serta pasien berhak dilindungi terhadap penyakit. Begitu juga tentang
44

penyampaian informasi yang menyangkut efek samping serta keadaan atau tingkat keparahan
penyakit pasien hendaklah disampaikan secara hati-hati dan agar kerahasiaan penyakitnya
dapat dijaga dengan sebaik-baiknya.

Anda mungkin juga menyukai