Indah Pratiwi-Laporan Askep Kehamilan Pada Usia Remaja

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIK PROFESI NERS MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN PADA USIA REMAJA

Disusun oleh:
Indah Pratiwi, S. Kep
NIM. 2011436940

Dosen Pembimbing:
Dr. Widia Lestari, SKp,. M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2021
A. Definisi Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan dari pubertas ke dewasa, yaitu pada umur
11-20 tahun. Pada masa remaja, mulai terbentuk perasaan identitas individu,
pencapaian emansipasi dalam keluarga dan usahanya untuk mendapatkan kepercayaan
dari ayah dan ibu. Pada masa peralihan individu matang secara fisiologis dan juga
psikologis.
Tumbuh kembang menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan
seksual, semua remaja akan melewati tahapan yaitu masa remaja awal (early
adolescence) umur11-13 tahun, masa remaja pertengahan (middle adolescence) umur
14-16 tahun, dan masa remaja lanjut (late adolescence) umur 17-20 tahun (Kemenkes
R, 2012).

B. Tahap Perkembangan Remaja


1. Tahap perkembang remaja menurut Sarwono (2010)
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
Pada tahap ini, remaja awal mulai mengembangkan pikiran-pikiran
baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang. Kepekaan yang
berlebihan dan kurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para remaja
awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman, terdapat
kecenderungan narcistic yaitu mencintai diri sendiri dan menyukai teman-
teman yang mempunyai sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, remaja
madya juga sering berada dalam kondisi kebingungan karena harus
dihadapkan pada beberapa pilihan misalnya peka atau tidak peduli, optimis
atau pesimis, idealis atau materialis, dan sebagainya.
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini merupakan masa konsolidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu:
1) Minat pada fungsi-fungsi intelektual
2) Mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dalam pengalaman
baru.
3) Terbentuk identitas seksual.
4) Mengedepankan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan
orang lain.
5) Terdapat dinding yang memisahkan diri sendiri (private self) dan
masyarakat umum (the public).
2. Tugas perkembangan remaja menurut Monks (2004)
a. Perkembangan fisik/ Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja
putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas
menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk bereproduksi.
Pada masa pubertas, hormone seseorang menjadi aktif dalam memproduksi.
Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut merubah sistem
biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai
pertanda bahwa system reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga
perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang dan sebagainya. Anak
laki-laki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya
yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik
mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa
mereka pada dunia remaja.
b. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif remaja merupakan periode terakhir dan
tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal
operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir
sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan
abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa
sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternative
pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.
c. Perkembangan moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya
mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai
dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Para remaja mulai membuat
penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang
berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan,
perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang
kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa
bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan
mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan
lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan
hal-hal yangselama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar
para remaja mulai melihat adanya kenyataan lain di luar dari yang selama ini
diketahui dan dipercayainya.
d. Perkembangan psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini
mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian
menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk
berubah mood sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal
yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini
seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau
kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah
dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah
psikologis. Dalam hal kesadaran diri,pada masa remaja para remaja
mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-
awareness).
e. Perkembangan sosial
Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang
berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri
dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan
harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan
sekolah. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus
membuat banyak penyesuaian baru. Yang terpenting dan tersulit adalah
penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan
dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam
seleksi persahabatan serta nilai-nilai yangbaru dalam seleksi pemimpin
C. Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu. Kehamilan terbagi menjadi tiga trimester, dimana
trimester pertama berlangsung 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke
13 hingga ke 27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke 28 hingga ke 40)
(Wiknjosastro, 2008 dalam Budiharjo 2018).
2. Kehamilan Remaja
Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia di bawah
20 tahun, baik pada remaja yang menikah maupun yang belum menikah. Faktor-
faktor yang diduga menjadi sebab terjadinya kehamilan remaja adalah sebagai
berikut (Budiharjo, 2018):
a. Adanya perubahan-perubahan biologik dan psikologik yang akan
memberikan dorongan tertentu yang sering kali tidak diketahui
b. Institusi pendidik langsung, yaitu orangtua dan guru sekolah kurang siap
untuk memberikan informasi yang benar dan tepat waktu. Berbagai
kendala di antaranya adalah ketidaktahuan dan anggapan di sebagian
masyarakat bahwa pendidikan seks adalah tabu.
c. Perbaikan gizi yang menyebabkan umur haid pertama menjadi lebih dini.
Di daerah pedesaan yang masih berpola tradisional kejadian kawin muda
masih banyak. Sebaliknya, di daerah kota dimana kesempatan bersekolah
dan bekerja menjadi terbuka bagi perempuan, maka usia kawin cenderung
bertambah. Kesenjangan antara umur haid pertama dan umur perkawinan
dalam suasana pergaulan yang lebih bebas seringkali menimbulkan akses-
akses dalam masalah seksual.
d. Semakin majunya teknologi dan membaiknya sarana komunikasi
mengakibatkan banyaknya arus informasi dari luar yang sulit diseleksi.
e. Kemajuan pembangunan, pertumbuhan penduduk dan transisi ke arah
industrialisasi memberi dampak pada meningkatnya urbanisasi,
berkurangnya sumber daya alam dan perubahan tata nilai. Ketimpangan
sosial dan individualisme seringkali memicu timbulnya konflik perorangan
atau kelompok. Depresi dan frustasi akibat menyempitnya lapangan kerja
menyebabkan remaja mengambil jalan pintas, terjerumus dalam
kenakalan, tindak kriminal, narkotik, dan penggunaan obat/ bahan
berbahaya.
f. Salah satu peluang yang dapat berfungsi substitusi untuk menyalurkan
gejolak remaja belum sepenuhnya dimanfaatkan, yaitu upaya yang terarah
untuk meningkatkan kebugaran jasmani
3. Dampak Kehamilan Remaja
Dampak kehamilan menurt Soetjiningsih (2010), yaitu :
a. Bila kehamilan dipertahankan Risiko Fisik
Kehamilan pada usia remaja bisa menimbulkan kesulitan dalam
persalinan seperti perdarahan bahkan bisa sampai kematian
1) Risiko Psikis dan Psikologis
Ada kemungkinan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau
menikahi atau tidak mempertanggungjawabkan perbuatanya. Apabila
terjadi pernikahan, hal ini juga dapat mengakibatkan perkawinan
bermasalah dan penuh konflik karena sama-sama belum dewasa dan siap
memikul tanggung jawab sebagai orang tua. Selain itu, pasangan muda
terutama pihak perempuan akan dibebani oleh berbagai perasaan yang
tidak nyaman seperti dihantui rasa malu yang terus menerus, rendah diri,
bersalah atau berdosa, depresi atau tertekan, pesimis, dan lain-lain. Bila
tidak ditangani dengan baik, maka perasaan-perasaan tersebut dapat
menjadi gangguan kejiwaan yang lebih berat
2) Risiko Sosial
Salah satu risiko sosial adalah berhenti atau putus sekolah atas kemauan
sendiri karena rasa malu atau cuti melahirkan. Kemungkinan lain
dikeluarkan dari sekolah. Hingga saat ini, masih banyak sekolah yang
tidak mentolerir siswi yang hamil. Risiko sosial lain yaitu menjadi objek
pembicaraan, kehilangan masa remaja yang seharusnya dinikmati, dan
terkena cap buruk karena hamil di usia remaja. Kenyataan di Indonesia,
kehamilan remaja masih menjadi beban orang tua. Selain itu remaja akan
minder dan kurang bergaul dengan teman teman sebaya, gangguan body
image, dan gangguan peran karena umur yang masih muda sehingga
kebanyakan ibu di usia remaja seolah tidak akan bertanggung jawab
terhadap anaknya dan diasuh oleh orang tuanya.
3) Risiko Ekonomi
Merawat kehamilan,melahirkan, dan membesarkan bayi atau anak
membutuhkan biaya yang besar
b. Bila kehamilan diakhiri (aborsi)
Banyak remaja memilih untuk mengakhiri kehamilan (aborsi). Aborsi
bisa dilakukan secara aman, apabila dilakukan oleh dokter. Sebaliknya, aborsi
tidak aman apabila dilakukan oleh dukun atau cara-cara yang tidak benar atau
tidak lazim. Aborsi dapat mengakibatkan dampak negatif secara fisik, psikis,
dan sosial terutama bila dialkukan secara tidak aman.
1) Risiko Fisik
Perdarahan dan komplikasi merupakan salah satu risiko aborsi. Aborsi
yang berulang selain bisa mengakibatkan komplikasi juga dapat
mengakibatkan kemandulan. Aborsi yang dilakukan secara tidak aman
dapat berakibat fatal yaitu kematian
2) Risiko Psikis
Pelaku aborsi seringkali mengalami perasaan-perasaan takut, panik,
tertekan atau stress, trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan.
Kecemasan karena rasa bersalah, atau dosa akibat aborsi bisa berlangsung
lama. Selain itu, pelaku aborsi juga sering kehilangan rasa percaya diri.
3) Risiko Sosial
Ketergantungan pada pasangan seringkali menjadi lebih besar karena
perempuan merasa sudah tidak perawan, pernah mengalami kehamilan dan
aborsi. Selanjutnya remaja perempuan lebih sukar menolak ajakan seksual
pasangannya. Risiko lain adalah pendidikan terputus atau masa depan
terganggu.
4) Risiko Ekonomi
Biaya aborsi yang cukup tinggi dan apabila terjadi komplikasi akan
menambah biaya.
4. Pencegahan Kehamilan Remaja
Pencegahan kehamilan yang dapat dilakukan pada remaja menurut Glasier,
Anna dan Gebbie (2006) dalam Budiharjo (2018) yaitu :
a. Mengurangi Kemiskinan
Angka kehamilan remaja yang paling tinggi terdapat di daerah-daerah
yang keadaan sosial ekonominya kurang. Strategi yang menurunkan
kemiskinan dan memerbaiki prospek sosioekonomi keluarga muda besar
kemungkinannya akan menurunkan angka kehamilan remaja.
b. Memperbaiki Penyediaan Kontrasepsi
Layanan yang menawarkan kontrasepsi disesuaikan untuk memenuhi
kebutuhan kaum muda, disertai dengan ekspansi lokal fasilitas-fasilitas yang
ditujukan untuk remaja. Harus disediakan suatu layanan terpadu yang
menawarkan layanan kesehatan umum dan seksual bagi kaum muda, dan
layanan tersebut diberitahukan secara luas.
c. Mengincar Kelompok Berisiko Tinggi
Kelompok-kelompok tertentu kaum muda lebih besar kemungkinannya
hamil pada usia remaja, sehingga dapat dipilih untuk menjadi sasaran.
Kelompok-kelompok ini mungkin mencangkup remaja yang diasuh oleh
negara, remaja yang tidak memiliki rumah, remaja yang tinggal di lingkungan
sosial ekonomi rendah, dan remaja yang mereka sendiri anak dari orang tua
remaja.
d. Meningkatkan Pendidikan
Pendidikan seks di sekolah berperan penting dalam menurunkan
kehamilan remaja. Program pendidikan seks lebih besar kemungkinannya
berhasil apabila terdapat pendekatan terpadu antara sekolah dan layanan
kesehatan. Staf layanan kesehatan dapat dilibatkan dalam penyampaian
pendidikan seks, dan sekolah dapat mengatur kunjungan kelompok ke klinik
sebagai pengenalan dan untuk meningkatkan rasa percaya diri pada remaja
yang mungkin ingin mendapatkan layanan tersebut.
5. Komplikasi
Teori yang dikemukakan oleh Manuaba (2010) bahwa usia ibu beresiko dapat
menyebabkan berbagai masalah kesehatan dan resiko pada kehamilan serta
persalinan. Usia yang beresiko yaitu ibu yang bersusia <20 tahun dan >35 tahun
dan memungkinkan banyak faktor resiko dan masalah kesehatan yang dapat
dialami oleh ibu Usia yang kurang < 20 tahun kematangan organ-organ reproduksi
belum cukup sedangkan pada usia > 35 tahun beberapa penelitian menyatakan
semakin matang usia ibu dihadapkan pada kemungkinan terjadinya beberapa
risiko tertentu, termasuk risiko kehamilan.
Komplikasi menurut Manuaba (2010) yang dapat terjadi dari kehamilan resiko
tinggi pada usia muda, antara lain:
a. Anemia atau kekurangan zat besi.
Kehamilan dengan risiko tinggi dibagi berdasarkan komplikasi medis,
salah satunya yaitu kehamilan disertai anemia (Manuaba, 2010). Penyebab
anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan
pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda karena pada saat hamil mayoritas
seorang ibu mengalami anemia. Tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya
untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah
janin dan plasenta lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah
akan menjadi anemis.
b. Keguguran
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja seperti
terkejut, cemas, stres. Namun ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh
tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang
serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada
akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
c. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan.
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama
rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah
(BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang
belum menginjak 20 tahun. Cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan
ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan
kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. Selain itu cacat
bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran
sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau
dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.
Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi
masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang
diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin
tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.
d. Keracunan kehamilan (gestosis).
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia
makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia
atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius
karena dapat menyebabkan kematian.
e. Kematian ibu yang tinggi
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena
perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena aborsi juga
cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun).

D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien : Biodata pasien terdiri dari nama, umur, agama, pendidikan,
suku/bangsa, pekerjaan dan alamat
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan saat ini
2) Riwayat kesehatan masa lalu.
3) Riwayat kesehatan keluarga
d. Pemeriksaan fisik
1) Vital Sign (TTV)
2) Pemeriksaan fisik secara menyeluruh
e. Integritas ego
1) Ekspresi perasaan kurang berharga
2) Merasa tidak berdaya, putus asa
3) Respon takut terhadap lingkungan/teman
4) Status emosi (menyangkal)
5) Ekspresi malu/rasa bersalah
6) Kehamilan tidak terencana
f. Eliminasi
Peningkatan frekuensi perkemihan
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Isolasi sosial b.d perubahan status mental, perubahan penampilan fisik
b. Ansietas b.d kurang terpapar informasi terkait kehamilan
c. Risiko pendarahan b.d kurang terpapar informasi tentang pencegahan perdarahan
d. Risiko proses pengasuhan tidak efektif b.d distress psikososial, kurang terpapar
informasi tentang proses persalinan/pengasuhan
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Luaran Intervensi
Isolasi sosial b.d perubahan Tujuan : Observasi :
status mental, perubahan Setelah dilakukan 1. Identifikasi tingkat stress
penampilan fisik intervensi keperawatan 2. Identifikasi stressor
selama maka klien dapat
membina hubungan erat, Teraupetik :
hangat, terbuka, dan 1. Lakukan reduksi ansietas
independen dengan orang seperti anjurkan nafas dalam
lain dengan kriteria hasil : 2. Pahami reaksi terhadap
1. Minat berinteraksi stressor
meningkat 3. Gunakan metode untuk
2. Minat terhadap aktifitas meningkatkan kenyamanan dan
meningkat ketenangan spiritual
3. Perilaku menarik diri
menurun Edukasi :
4. Efek murung menurun 1. Anjurkan mengatur waktu
5. Perilaku bermusushan untuk mengurangi kejadian
menurun stress
2. Anjurkan menggunakan
teknik menurunkan stress yang
sesuai
Ansietas b.d kurang terpapar Tujuan : Observasi :
informasi terkait kehamilan Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi saat tingkat
keperawatan selama maka ansietas berubah
klien dapat menurunkan 2. Monitor tanda tanda ansietas
tingkat kecemasan ,
mendapatkan kecukupan Teraupetik :
informasi yang berkaitan 1. Ciptakan suasana teraupetik
dengan topik ,dan untuk menumbuhkan
tersedianya sokongan dari kepercayaan
orang lain untuk memenuhi 2. Temani pasien untuk
kebutuhan indivudu dengan mengurangi kecemasan
hasil : 3. Pahami stuasi yang membuat
1. Klien dapat beristirahat ansietas
dengan tenang 4. Gunakan pendekatan yang
2. Dukungan emosi tenang dan meyakinkan
terpenuhi
3. Perilaku membaik Edukasi :
4. Perilaku sesuai 1. Berikan informasi yang tepat
pengetahuan meningkat secara individu mengenai
kehamilan, dan intervensi yang
akan diberikan kepada klien
2. Latih teknik relaksasi
Risiko perdarahan b.d kurang Tujuan : Observasi :
terpapar informasi tentang Setelah dilakukan 1. Menilai Hb pasien
pencegahan perdarahan intervensi keperawatan 2. Monitor TTV ortostatik
maka klien mendapatkan
kecukupan informasi yang Edukasi :
berkaitan dengan topik 1. Jelaskan tanda dan gejala
tentang resiko perdarahan perdarahan
dengan hasil : 2. Anjurkan untuk meningkatkan
1. Kemampuan mecari asupan cairan
risiko tentang faktor risiko 3. Anjurkan meningkatkan
2. Kemampuan asupan makanan dan vitamin K
mengidentifikasi tentang 4. Anjurkan segera melaporkan
faktor risiko jika terjadi perdarahan
3. Pemantauan perubahan
status kesehatan meningkat
4. Penggunaan fasilitas
kesehatan meningkat
Risiko proses pengasuhan Tujuan: Observasi :
tidak efektif b.d distress Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi respon emosional
psikososial, kurang terpapar keperawatan maka klien terhadap kondisi
informasi tentang proses diharapkan risiko proses 2. Identifikasi beban prognosis
persalinan/pengasuhan pengasuhan tidak efektif secara psikologis
dapat teratasi dengan 3. Identifikasi kesesuaian antara
kriteria hasil: harapan pasien dan keluarga
1. Terpapar informasi
tentnag proses Teraupetik :
kehamilan/persalinan 1. Dengarkan masalah, perasaan
2. Stress psikologis dan pertanyaan keluarga
menurun 2. Informasikan kondisi
kehamilan ibu secara berkala
3. Fasilitasi pengungkapan
perasaan antara pasien, keluarga,
atau antar anggota keluarga
4. Fasilitasi pemenuhan
kebutuhan dasar keluarga
5. Fasilitasi memperoleh
pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan RI (20120. Survei demografi dan kesehatan indonesia kesehatan


reproduksi remaja. Jakarta: Kemenkes RI
Manuaba. (2010). Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan. Jakarta: EGC
Budiharjo, D. N. (2018). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kehamilan remaja
pada remaja putri. Skripsi. Yogyakarta : Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Sarwono, S.W. (2010). Psikologi remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Soetjiningsih (2010). Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai