Anda di halaman 1dari 97

STUDI KELAYAKAN BISNIS

BAMBA’S COLD & CREAMERY


DENGAN MENGGUNAKAN CAPITAL BUDGETING

Oleh
AVIAN DWIPUTRA
200612010

SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi Sebahagian Syarat
Dalam mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


INDONESIA BANKING SCHOOL
JAKARTA
2010

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


“Studi Kelayakan Bisnis Bamba’s Cold & Creamery dengan

Menggunakan Capital Budgeting”

Oleh

Avian Dwiputra

2006

Diterima dan disetujui untuk diajukan dalam Ujian Komprehensif

2010

Jakarta, 24 September 2010

Dosen Pembimbing Skripsi

( Taufik Hidayat, SE.Ak, M.Bankfin. )

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Nama : Avian Dwiputra

NIM : 200612010

Judul Skripsi : Studi Kelayakan Bisnis Bamba’s Cold & Creamery

dengan Menggunakan Capital Budgeting.

Tanggal Ujian Komprehensif : 24 September 2010

Penguji :

Ketua : Dr. Paulina

Anggota : 1. Taufik Hidayat, SE.Ak, M.Bankfin.

2. Fajar Hertingkir, SE., MM.

Menyatakan bahwa mahasiswa dimaksud di atas telah mengikuti ujian komprehensif:

Pada : Jumat, 24 September 2010

Dengan hasil : Lulus

Penguji,

Ketua,

( Dr. Paulina )

Anggota I, Anggota II,

( Taufik Hidayat, SE.Ak, M.Bankfin. ) ( Fajar Hertingkir, SE., MM.)

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Avian Dwiputra

NIM : 200612010

Judul Skripsi : Studi Kelayakan Bisnis Bamba’s Cold & Creamery

dengan Menggunakan Capital Budgeting.

Pembimbing Skripsi

( Taufik Hidayat, SE.Ak, M.Bankfin.)

Tanggal Lulus: 24 September 2010

Mengetahui,

Ketua Panitia Ujian Ketua Jurusan Akuntansi

( Dr. Paulina ) ( Etika Karyani, SE.,Ak. MSM.)

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Avian Dwiputra

NIM : 200612010

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini

merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari

penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain,

maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi

berdasarkan peraturan tata tertib STIE IBS.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar.

Penulis,

(Avian Dwiputra)

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkah dan rahmatNya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dengan judul STUDI KELAYAKAN BISNIS

BAMBA’S COLD & CREAMERY DENGAN MENGGUNAKAN CAPITAL

BUDGETING.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini, yaitu:

1. Bapak Taufiq Hidayat SE., Ak., M. BankFin. selaku dosen pembimbing sekaligus

selaku dosen pembimbing akademik, yang telah banyak memberikan petunjuk,

serta pengarahan dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan.

2. Ibu Dr. Siti Sundari selaku ketua STIE Indonesia Banking School.

3. Bapak Nugroho Endopranoto, SE, MBA selaku Wakil Ketua II, dan Bapak Antyo

Pracoyo, SE, Msi selaku Wakil Ketua III STIE Indonesia Banking School.

4. Ibu Etika Karyani SE.,Ak. MSM. selaku Ketua Jurusan Akuntansi STIE

Indonesia Banking School.

5. Bapak Bambang Basuki dan Ibu Novani selaku orang tua dan seluruh keluarga

besar yang telah memberikan dorongan semangat, dukungan dalam doa, maupun

segala pengorbanannya baik secara materiil maupun moril.

6. Para Dosen STIE Indonesia Banking School, yang telah memberikan arahan,

kritik, dan saran.

7. Mas Untung, Pak Yusuf, Pak Dede, Mbak Ika, Mbak Wiwin, dan seluruh staff

karyawan STIE Indonesia Banking School yang telah membantu proses

administrasi penulis.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


8. Rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi STIE Indonesia Banking School, serta teman-

teman yang lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu secara langsung

maupun tidak langsung memotivasi, memberikan doa, dan membantu penulis.

9. Serta, Nanda Anugrah Ramadhani yang senantiasa memberikan semangat dan

dukungan dalam melewati masa-masa sulit perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata semoga

skripsi ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan bermanfaat bagi semua pihak

yang membutuhkan.

( Avian Dwiputra)

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


ABSTRACT

Basically, a business or project was born from an idea or ideas from business
owners or managers. Idea or ideas can not be directly implemented in the form of
investment. Investment to a business idea is done by sacrificing some money at the
moment, so we need an assurance that these investments can provide benefits in the
future. Therefore, a study needs to be done to assess the feasibility of a business idea.
Business feasibility study aims to assess to what extent the feasibility of a business idea.
Study the feasibility of the implementation of business ideas will minimize the risk faced
by capital owners. Business feasibility study carried out in depth to obtain various
information related to the respective business activities. Implementation of a business
feasibility study covers several aspects related to business functions, namely the market
and marketing aspects, technical aspects of production and technology, aspects of
management and human resources, legal aspects, and financial and economic aspects.
From several aspects, research and decision making focused on the financial aspects by
utilizing the Net Present Value method, Internal Rate of Return method, Payback Period
Method, and Profitability Index method. Based on those four methods calculations have
been performed, the obtained results that Bamba's Cold & Creamery business idea is
feasible for acceptance.

Keywords: business feasibility study, capital budgeting.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………… i

Abstrak……………………………………………………………………................. iii

Daftar Isi…………………………………………………………………………….. iv

Daftar Tabel………………………………..………………………………………... viii

Daftar Gambar.……………………………….…………………………………….. x

Bab 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

1.2. Pembatasan Masalah …………………………………………………. 4

1.3. Perumusan Masalah ……………………………………….…..…....... 4

1.4. Tujuan Penelitian …..………………………………………………... 5

1.5. Manfaat Penelitian …………………………………………………… 5

1.6. Sistematika Penelitian ……………………………………………….. 6

Bab 2 LANDASAN TEORITIS

2.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis …………………………………. 7

2.2. Aspek dalam Studi Kelayakan ………………………………………. 7

2.2.1. Aspek Pasar dan Pemasaran ………………………………… 7

2.2.2. Aspek Teknis Produksi dan Teknologi ……………………… 14

2.2.2.1. Teknis Produksi …………………………………..… 14

2.2.2.2. Teknologi ……………………………………………. 18

2.2.3. Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia ……………… 18

2.2.3.1. Manajemen …………………………………………. 18

2.2.3.2. Sumber Daya Manusia ……………………………… 21

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


2.2.4. Aspek Hukum dan Legalitas ………………………………... 21

2.2.5. Aspek Keuangan ……………………………………………… 25

2.2.5.1. Konsep Time Value of Money ……………………….. 27

2.2.5.2. Konsep Capital Budgeting …………………………... 28

2.2.5.3. Konsep Weighted Average Cost of Capital …………. 31

2.3 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis ….………………………………….. 32

2.4 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis ……………………………………. 32

Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian ………………………………………………….….. 34

3.2. Metode Pengumpulan Data ………………………………………….. 35

3.3. Metode Analisis Data …….…………………………………………. 35

3.4. Kajian Kelayakan Investasi ………………………………………….. 36

Bab 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Singkat Bamba’s Cold & Creamery ..………………………... 37

4.2. Aspek Pasar dan Pemasaran ………………………………………… 39

4.2.1. Strategi Pengembangan Produk ……………………………... 43

4.2.2. Strategi Penentuan Harga ……….………………………….... 45

4.2.3. Strategi Bahan Baku ………………………..…………........... 46

4.2.4. Strategi Penentuan Lokasi/Distribusi ..………………............. 46

4.2.5. Strategi Promosi ……………………………………………... 47

4.3. Aspek Teknis Produksi dan Teknologi ................................................ 49

4.3.1. Proses Produksi ....................................................................... 49

4.3.2. Penentuan Lokasi .................................................................... 50

4.3.3. Bahan Baku .............................................................................. 51

4.3.4. Teknologi ................................................................................ 52

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


4.4. Aspek Manajemen ............................................................................... 53

4.5. Aspek Sumber Daya Manusia .............................................................. 56

4.6. Aspek Hukum dan Legalitas ............................................................... 59

4.6.1. Legalitas Usaha ........................................................................ 59

4.6.2. Legalitas Produk ..................................................................... 60

4.6.3. Legalitas Merek ....................................................................... 62

4.7. Aspek Keuangan ................................................................................. 62

4.7.1. Kebutuhan Investasi ………………………………………… 62

4.7.2. Kebutuhan Modal Kerja …………………………………….. 63

4.7.3. Kebutuhan Bahan Baku dan Pembantu …………………….. 64

4.7.4. Biaya Produksi ……………………………………………… 65

4.7.5. Penilaian Kelayakan Bisnis …………………………………. 66

4.7.5.1. Asumsi …………………………………………… 66

4.7.5.2. Proyeksi Arus Kas ……………………………….. 67

4.7.5.3. Sumber Pembiayaan ……………….……………... 69

4.7.5.4. Penilaian Net Present Value ……………….……... 70

4.7.5.5. Penilaian Internal Rate of Return ………………… 71

4.7.5.6. Penilaian Discounted Payback Period ...…….……. 71

4.7.5.7. Penilaian Profitability Index ….…………………... 73

4.7.5.8. Analisis Sensitivitas .................................................. 73

4.7.5.9. Keputusan Bisnis ...................................................... 75

4.7.5.10. Implikasi Manajerial ................................................. 76

Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan…………………………………………………………… 77

5.2. Saran………………………………………………………………….. 78

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Daftar Pustaka

Daftar Riwayat Hidup Penyusun Skripsi

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kriteria Kelayakan Bamba’s Cold & Creamery …………………….…… 36

Tabel 4.1. Rata-Rata Pengeluaran Rumahtangga Perkapita Sebulan 2001-2008 .…… 41

Tabel 4.2. Daftar Harga Bahan Baku ………………………………………………… 51

Tabel 4.3. Daftar Harga Bahan Pembantu ..………………………………………….. 52

Tabel 4.4. Kebutuhan Teknologi/Peralatan .…………………………………………. 53

Tabel 4.5. Kebutuhan Biaya Sumber Daya Manusia per Bulan .…………………… 59

Tabel 4.6. Kebutuhan Biaya Legalitas Usaha .………………………………………. 60

Tabel 4.7. Kebutuhan Biaya Legalitas Merek …......................................................... 62

Tabel 4.8. Kebutuhan Investasi dan Biaya Overhead ………………….……………. 63

Tabel 4.9. Kebutuhan Modal Kerja ……………………….…………………..……... 64

Tabel 4.10. Kebutuhan Bahan Baku per Bulan ……………………………………… 65

Tabel 4.11. Kebutuhan Bahan Pembantu per Bulan …………………………………. 65

Tabel 4.12. Biaya Produksi per Bulan ………………................................................. 66

Tabel 4.13. Tabel Asumsi ….………………………………………………................ 67

Tabel 4.14. Proyeksi Arus Kas ……………………………………………………… 68

Tabel 4.15. Pajak Terhutang ……………………………………….…….………….. . 69

Tabel 4.16. Sumber Pembiayaan …….………………………………………………. 69

Tabel 4.17. Penilaian Net Present Value ………...…………………………………... 70

Tabel 4.18. Penilaian Internal Rate of Return ……………………..………………... 71

Tabel 4.19. Penilaian Discounted Payback Period ………………………………….. 72

Tabel 4.20. Penilaian Sensitivitas NPV ..……………………..…………………….…. 73

Tabel 4.21. Penilaian Sensitivitas IRR ..……………………..…………………….…. 74

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Tabel 4.22. Penilaian Sensitivitas Profitability Index …………………………….…. 75

Tabel 4.23. Penilaian Kelayakan ………..……………………..…………………….…. 75

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Struktur Organisasi ................................................................................. 38

Gambar 4.2. Alur Proses Produksi ................................................................................... 50

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sering kali, seorang manajer atau pemilik usaha akan dihadapkan kepada

beberapa pilihan untuk melakukan investasi atau tidak. Investasi yang akan dipilih

tentunya adalah investasi yang layak untuk dibiayai, yaitu yang dapat memberikan

keuntungan di masa depan dan memberikan pengembalian dalam waktu relatif singkat.

Di sisi lain, perusahaan tidak memiliki dana yang cukup untuk membiayai semua

investasi tersebut. Atas dasar keterbatasan dana yang dimiliki oleh perusahaan atau

investor, maka atas rencana pelaksanaan investasi perlu diawali dengan kegiatan studi

kelayakan atas bisnis yang dituju.

Studi kelayakan adalah penelitian yang mendalam terhadap suatu ide bisnis

tentang layak atau tidaknya ide tersebut untuk dilaksanakan.1 Studi perlu dilakukan

untuk melihat hingga sejauh mana investasi layak untuk dijalankan.

Pada dasarnya, sebuah bisnis lahir dari sebuah ide atau gagasan dari pemilik

usaha ataupun manajer. Ide ataupun gagasan tidak dapat secara langsung diwujudkan

dalam bentuk investasi. Apakah ide atau gagasan tersebut nantinya mampu memberikan

keuntungan di masa depan atas sejumlah uang yang telah dikorbankan pada saat ini,

perlu dilakukan studi yang lebih mendalam. Untuk memberikan gambaran atas hal

tersebut, maka yang setiap gagasan bisnis perlu dilakukan studi atas kelayakannya.

Sebuah bisnis atau investasi memiliki sebuah potensi resiko dan kerugian yang

besar. Kekeliruan dan kesalahan dalam penilaian resiko membuat bisnis atau investasi
1
Subagyo, Ahmad. 2008. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


yang dilaksanakan menjadi gagal, merugi, atau bahkan tutup karena tidak mampu

bertahan. Studi kelayakan bisnis bertujuan untuk menilai kelayakan suatu rencana

investasi. Dengan dilakukannya studi kelayakan bisnis yang tepat, setiap resiko kerugian

yang mungkin terjadi dapat diminimalkan sekecil mungkin.

Pelaksanaan studi kelayakan bisnis akan mencakup beberapa aspek yang

berhubungan dengan fungsi-fungsi bisnis. Adapun aspek-aspek yang dikaji dalam

kegiatan studi kelayakan suatu bisnis, adalah (1) Aspek Pasar dan Pemasaran, (2) Aspek

Teknis Produksi dan Teknologi, (3) Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia, (4)

Aspek Legal dan Perizinan, dan (5) Aspek Keuangan.

Dengan melakukan studi terhadap aspek pasar dan pemasaran, dilakukan untuk

memperoleh gambaran tentang tingkat penawaran dan permintaan produk yang

bersangkutan. Analisis terhadap aspek pasar dan pemasaran dilakukan untuk

memperoleh informasi apakah produk yang mereka tawarkan akan mampu diterima oleh

masyarakat dengan baik. Informasi yang berkaitan dengan aspek pasar meliputi

perbandingan kualitas produk dengan produk milik kompetitor, profil demografi dari

calon konsumen, dan karakter geografis dari pasar yang dituju.

Aspek teknis produksi dan teknologi dilakukan untuk memperoleh informasi

tentang teknis produk yang akan diproduksi. Aspek teknis produksi dan teknologi

mencakup spesifikasi fisik produk, kapasitas produksi perusahaan, lokasi usaha akan

didirikan, dan proses produksi. Kajian aspek manajemen dan sumber daya manusia juga

meliputi kajian tentang besaran gaji, jumlah karyawan, kualifikasi karyawan, dan job

description.

Untuk aspek manajemen dan sumber daya manusia, studi yang dilakukan akan

menghasilkan informasi-informasi yang berkaitan dengan bentuk organisasi dan kualitas

sumber daya manusia yang diperlukan.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Untuk kajian aspek hukum dan legalitas, dilakukan untuk memperoleh informasi

terkait keabsahan dan perizinan dari usaha yang akan didirikan serta memastikan usaha

tersebut tidak melanggar aturan. Kajian aspek hukum dan legalitas tersebut meliputi

kepemilikan akta pendirian usaha, surat keterangan domisili usaha, dan Nomor Pokok

Wajib Pajak.

Aspek terakhir yang harus dikaji adalah aspek keuangan dari usaha yang

bersangkutan. Studi terhadap aspek keuangan mencakup modal yang dibutuhkan untuk

modal awal, arus kas, dan metode analisis arus kas. Ada beberapa teknik dan metode

yang dapat digunakan untuk melakukan analisis arus kas, yaitu (1) Net Present Value,

(2) Internal Rate of Return, (3) Discounted Payback Period, dan (4) Profitability Index.

Metode Net Present Value digunakan untuk menghitung jumlah ekspektasi dari

keuntungan atau kerugian yang akan diperoleh dari proyek atau bisnis tersebut dengan

cara melakukan discount terhadap seluruh aliran kas masuk dan keluar yang diharapkan,

kembali ke saat ini. Kriteria sebuah proyek atau usaha diterima atau layak adalah jika Net

Present Value bernilai positif.

Metode Internal Rate of Return digunakan untuk menghitung tingkat discount

pada saat present value dari kas masuk yang diharapkan sama dengan present value kas

keluar yang diharapkan. Hasil perhitungan IRR akan menghasilkan sebuah nilai

persentase yang menggambarkan profit yang diterima dari kegiatan investasi yang

mereka lakukan terhadap proyek atau bisnis yang bersangkutan. Kriteria sebuah proyek

diterima atau layak adalah jika Internal Rate of Return lebih besar dari persentase biaya

modal.

Metode Discounted Payback Period digunakan untuk memberikan informasi

tentang kapan uang yang telah mereka investasikan kepada proyek atau bisnis tersebut

akan kembali. Hal ini dimungkinkan dengan melakukan proyeksi cash flow yang akan

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


diterima di masa depan usaha atau proyek bersangkutan dengan mempertimbangkan

konsep Time Value of Money.

Metode Profitability Index adalah suatu ukuran relatif dari sebuah proposal

investasi, yaitu rasio antara present value dari manfaat yang diperoleh di masa depan

terhadap biaya awal investasi. Kriteria sebuah bisnis layak untuk diterima adalah apabila

nilai rasio Profitability Index bernilai lebih besar atau sama dengan 1,0.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka peneliti akan melakukan studi

kelayakan bisnis terhadap investasi bisnis Bamba’s Cold & Creamery. Analisis ini

berguna untuk mengambil keputusan, apakah investasi bisnis Bamba’s Cold & Creamery

layak untuk dilaksanakan.

1.2 Pembatasan Masalah

Studi kelayakan yang dilaksanakan terhadap gagasan bisnis Bamba’s Cold &

Creamery dibatasi hanya terfokus kepada aspek keuangan dengan menggunakan kriteria

Net Present Value, Internal Rate of Return, Discounted Payback Period, dan

Profitability Index. Studi terhadap aspek-aspek selain aspek keuangan tetap dilaksanakan

namun secara sederhana.

1.3 Perumusan Masalah

Sebagai sebuah usaha yang baru akan terbentuk, Bamba’s Cold & Creamery

membutuhkan studi kelayakan bisnis untuk menentukan apakah investasi bisnis tersebut

layak atau tidak untuk dijalankan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti

mencoba untuk merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

• Bagaimanakah kelayakan gagasan bisnis Bamba’s Cold & Creamery jika

dinilai berdasarkan kepada kriteria Net Present Value?

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


• Bagaimanakah kelayakan gagasan bisnis Bamba’s Cold & Creamery jika

dinilai berdasarkan kepada kriteria Internal Rate of Return?

• Bagaimanakah kelayakan gagasan bisnis Bamba’s Cold & Creamery jika

dinilai berdasarkan kepada kriteria Discounted Payback Period?

• Bagaimanakah kelayakan gagasan bisnis Bamba’s Cold & Creamery jika

dinilai berdasarkan kepada kriteria Profitability Index?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari peneliti melakukan studi kelayakan bisnis mengenai masalah

dari usaha Bamba’s Cold & Creamery adalah:

• Untuk mengetahui kelayakan usaha Bamba’s Cold & Creamery jika dikaji

berdasarkan kepada kriteria Net Present Value.

• Untuk mengetahui kelayakan usaha Bamba’s Cold & Creamery jika dikaji

berdasarkan kepada kriteria Internal Rate of Return.

• Untuk mengetahui kelayakan usaha Bamba’s Cold & Creamery jika dikaji

berdasarkan kepada kriteria Discounted Payback Period.

• Untuk mengetahui kelayakan usaha Bamba’s Cold & Creamery jika dikaji

berdasarkan kepada kriteria Profitability Index.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dari penelitian ini adalah:

Penelitian ini diharapkan dapat mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya dan dapat menjadi acuan pembanding bagi penelitian di masa depan.

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi

kelayakan usaha Bamba’s Cold & Creamery jika ditinjau berdasarkan kriteria Net

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Present Value, Internal Rate of Return, Discounted Payback Period, dan Profitability

Index.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi dalam lima bab yang akan terdiri dari sub bab. Bab

Pertama, merupakan pendahuluan yang akan memuat latar belakang secara umum dan

singkat, perumusan permasalahan, pembatasan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat

penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab Kedua, membahas tentang pembahasan permasalahan. Di dalam bab ini akan

dijelaskan mengenai tinjauan literatur.

Bab Ketiga akan dijelaskan tentang metodologi penelitian. Dalam bab ini akan

memaparkan objek penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

Bab Keempat membahas tentang analisis dan pembahasan kasus. Di dalamnya

akan mencakup gambaran umum obyek penelitian dan analisis atau pembahasan hasil

penelitian.

Bab Kelima berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


BAB 2

LANDASAN TEORITIS

2.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Subagyo2, pengertian studi kelayakan adalah penelitian yang mendalam

terhadap suatu ide bisnis tentang layak atau tidaknya ide tersebut untuk dilaksanakan.

Apabila dikaitkan dengan bisnis, maka studi kelayakan adalah penelitian yang dilakukan

secara mendalam terhadap suatu ide bisnis tentang kelayakan ide tersebut untuk

dilaksanakan. Menurut Hadi3 dan Ibrahim4, suatu bisnis dapat dikatakan layak atau tidak

layak untuk dijalankan apabila diperkirakan mampu memberikan laba atau manfaat yang

memadai bila dijalankan dan sebaliknya. Pelaksanaan studi kelayakan bisnis mencakup

lima aspek yang berkaitan dengan fungsi bisnis, yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek

teknis produksi dan teknologi, aspek manajemen, aspek legal dan perizinan, dan aspek

keuangan.

2.2. Aspek dalam Studi Kelayakan

2.2.1. Aspek Pasar dan Pemasaran

Pasar menurut Mankiw5, adalah sekelompok pembeli dan penjual berbagai jenis

barang dan jasa. Sedangkan menurut Subagyo6, pasar adalah titik pertemuan antara

2
Subagyo, Ahmad. 2008. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
3
Hadi, Rio Imanoto. 2001. Studi Kelayakan Bisnis Powerline Communications (PLC) di
Indonesia. Depok: Universitas Indonesia.
4
Ibrahim, Yacob. 2009. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
5
Mankiw, N. Gregory. 2004. Principles of Economics Third Edition. Ohio: Thomson-
South Western.
6
Subagyo, op. cit.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


permintaan dan penawaran jenis produk atau jasa sehingga tercapai kesepakatan dalam

transaksi. Proses terjadinya suatu transaksi tidak selalu disertai dengan kehadiran fisik

antara penjual dan pembeli. Transaksi terjadi ketika tercapainya kesepakatan antara

pihak penjual dan pembeli, walaupun tanpa kehadiran fisik. Sedangkan kesepakatan

dapat dicapai melalui fisik maupun tulisan.

a. Permintaan

Permintaan pasar pada umumnya menunjukkan besarnya kuantitas permintaan atas

produk dan jasa yang bersedia dibeli oleh konsumen. Analisis terhadap permintaan

dilakukan untuk mengetahui secara riil seberapa besar kebutuhan produk dan jasa.

b. Penawaran

Informasi tingkat permintaan akan membantu perusahaan dalam menentukan tingkat

penawaran produknya. Selisih antara jumlah permintaan yang dikonsumsi oleh

konsumen dengan jumlah produk yang tersedia di pasar, dapat menjadi pedoman

bagi perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen.

c. Persaingan

Ketika perusahaan memutuskan untuk mengisi tingkat permintaan yang belum dapat

terpenuhi, perlu diperhatikan kondisi persaingan usaha dengan perusahaan

kompetitor. Hal ini terutama perlu ketika perusahaan memutuskan untuk masuk ke

dalam pasar bukan untuk mengisi tingkat permintaan yang belum dapat terpenuhi,

tetapi untuk masuk dan merebut pangsa pasar dari perusahaan kompetitor. Dengan

adanya analisis terhadap persaingan, perusahaan mampu membandingkan, baik dari

segi kekuatan atau kelemahan produknya bila dibandingkan dengan produk

kompetitor.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Menurut Griffin dan Ebbert7, pemasaran adalah proses perencanaan dan

pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi, dan distribusi ide, barang, dan jasa

untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan individu dan organisasi.

Kegiatan pemasaran dilaksanakan oleh produsen untuk melakukan perencanaan dan

konsep produk yang akan diproduksi, bagaimana produsen harus mendistribusikan

produknya, dan bagaimana produsen dapat memenuhi kepuasan konsumen dan

organisasi secara bersamaan.

Aspek pasar dan pemasaran memiliki peran penting dalam pelaksanaan studi

kelayakan bisnis. Dengan menganalisis aspek pasar dan pemasaran, akan diperoleh

kesimpulan apakah produk yang hendak dijual mampu diterima pasar dengan baik atau

tidak. Apabila hasil dari analisis aspek pasar dan pemasaran menyimpulkan bahwa

produk tersebut tidak marketable, maka sebaiknya studi kelayakan bisnis dihentikan dan

mencari gagasan bisnis yang lain. Sebab, analisis terhadap keempat aspek lainnya akan

menjadi tidak berarti apabila produk yang akan dijual ternyata tidak mampu diterima

oleh masyarakat.

Market Base Data

Menurut Sofyan8, market base data adalah kumpulan data lengkap yang menyangkut

berbagai aspek penting tentang pemasaran dari industri, dimana pilihan usaha akan

bergerak. Memiliki market base data penting untuk mempertimbangkan kondisi pasar di

mana produk barang atau jasa akan dipasarkan. Data yang dikumpulkan untuk memenuhi

market base data antara lain:

7
Griffin, Ricky W., dan Ronald J. Ebert. 2004. Business Seventh Edition. New
Jersey: Prentice-Hall, Inc.
8
Sofyan, Iban. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


a. Segmentasi pasar

Segmentasi pasar menurut Subagyo9, adalah menggolongkan konsumen yang ada

dan potensial bagi produk dan jasa atas dasar kebutuhan dan keinginan mereka secara

umum. Sedangkan menurut Griffin dan Ebert10, segmentasi pasar adalah proses

membagi sebuah pasar ke dalam kategori-kategori berdasarkan tipe konsumen.

Pengelompokkan dilakukan berdasarkan satu atau lebih karakteristik yang

menyebabkan mereka menginginkan produk tertentu. Hasil dari kegiatan segmentasi

pasar menghasilkan informasi untuk membantu menentukan strategi yang akan

diterapkan. Selain melakukan segmentasi terhadap pasar, segmentasi juga perlu

dilaksanakan terhadap produk yang akan ditawarkan. Produk diklasifikasikan ke

dalam kategori-kategori tertentu untuk memudahkan fokus dalam kegiatan

pemasaran. Tiap klasifikasi ditentukan oleh karakter tertentu antara kelas atau jenis

produk yang satu dengan yang lain.

b. Strategi

Segmentasi pasar telah memberikan informasi mengenai pasar yang dituju. Aktivitas

yang perlu dilakukan selanjutnya adalah melakukan kegiatan pemasaran dan

menyalurkan produk barang dan jasa kepada konsumen. Kegiatan pemasaran perlu

menerapkan strategi untuk memastikan pelaksanaannya berjalan dengan baik.

Strategi pemasaran yang dimaksud adalah the marketing mix. Komponen-komponen

yang termasuk ke dalam strategi the marketing mix adalah: product, pricing, place,

dan promotion.

9
Subagyo, op. cit.
10
Griffin, op. cit.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Product (Produk) Menurut Subagyo11, produk adalah hasil yang diperoleh melalui

proses produksi dalam bentuk barang atau jasa. Sedangkan menurut Griffin dan

Ebert12, produk adalah barang, jasa, atau ide yang dipasarkan untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan konsumen. Analisis terhadap produk harus

mempertimbangkan kebutuhan yang benar-benar dibutuhkan oleh konsumen. Produk

yang diciptakan oleh produsen harus menarik bagi konsumen dan mampu bersaing

dengan kompetitor. Strategi berdasarkan produk dapat dilakukan dengan menerapkan

diferensiasi produk (product differentiation).

Diferensiasi produk menurut Griffin dan Ebert13 adalah penciptaan sebuah

fitur atau tampilan yang membuat sebuah produk cukup berbeda dari produk yang

sudah ada untuk menarik konsumen. Menciptakan sebuah produk yang memiliki

tampilan atau fitur yang berbeda dapat membantu perusahaan untuk menawarkan

produknya kepada konsumen, terutama apabila fitur yang ditawarkan tidak terdapat

di produk lain atau tampilan produk yang ditawarkan lebih menarik dibanding

dengan produk lain.

Produk konsumsi dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu

convenience goods/services, shopping goods/services, dan specialty goods/services.

Convenience goods/services adalah produk barang dan jasa dengan harga tidak mahal

yang dibeli dan dikonsumsi berulang kali dan rutin. Shopping goods/services adalah

produk barang dan jasa dengan harga relatif agak mahal yang dibeli dan dikonsumsi

secara tidak rutin. Specialty goods/services adalah produk barang dan jasa dengan

harga relatif mahal yang sangat jarang dibeli dan dikonsumsi.

11
Subagyo, op. cit.
12
Griffin, op. cit.
13
Ibid.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Pricing (Penentuan harga) Menurut Griffin dan Ebert14, pricing adalah proses

menentukan apa yang akan diterima oleh perusahaan dengan menukarkan produknya.

Menentukan harga produk pada tingkat yang tepat sangat penting untuk

dilaksanakan. Di satu sisi, harga harus mampu menutupi segala biaya yang timbul

selama proses produksi. Sedangkan di lain sisi, harga harus mampu bersaing dengan

produk kompetitor untuk menghindari hilangnya konsumen. Menurut Sofyan15,

terdapat empat pendekatan dalam penentuan harga yaitu:

1. Pendekatan standar penaikan harga.

Pendekatan ini menentukan harga dengan menambahkan biaya-biaya yang

terbentuk selama proses produksi dengan mark up.

2. Pendekatan menandingi pasar.

Pendekatan ini hampir serupa dengan pendekatan standar penaikan harga. Tetapi,

karena persaingan harga di pasar saling menyerupai antara satu dan yang lainnya,

maka nilai mark up perlu diturunkan.

3. Pendekatan penetrasi pasar terhadap harga.

Pendekatan ini diterapkan pada bisnis yang baru berdiri, terutama ketika

memiliki struktur biaya yang lebih rendah dari bisnis yang sudah berdiri lebih

dulu. Harga yang ditetapkan lebih rendah dibanding kompetitor yang telah

terlebih dulu masuk ke pasar.

4. Pendekatan skimming terhadap harga.

Pendekatan ini menerapkan harga yang lebih tinggi untuk menutupi biaya-biaya

yang terbentuk pada saat proses produksi. Apabila produsen mampu meyakinkan

14
Griffin, op. cit.
15
Sofyan, op. cit.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


konsumen bahwa produknya berbeda dan lebih unggul dibandingkan kompetitor,

maka dapat menerapkan pendekatan ini.

Place/Distribution (Lokasi/Distribusi) Perusahaan harus melakukan distribusi

terhadap produknya untuk memastikan produk-produk tersebut dapat digapai oleh

konsumen. Perusahaan juga dapat memanfaatkan saluran-saluran yang ada untuk

memasarkan produknya. Mereka dapat memasarkannya atas dasar kerja sama dengan

pihak lain untuk memasarkan produk-produknya, misalnya melalui supermarket.

Menentukan lokasi dan distribusi juga meliputi di mana perusahaan harus

membangun sebuah gudang untuk menampung persediaannya.

Promotion (Promosi) Melakukan kegiatan pemasaran memerlukan komunikasi

kepada calon konsumen. Promosi membantu perusahaan untuk mengomunikasikan

informasi mengenai produknya kepada konsumen. Menurut Sofyan16, terdapat empat

buah komponen di dalam strategi promosi, yaitu siapa, apa, kapan, dan dimana.

Siapa Komponen “siapa” didasarkan kepada pertanyaan, siapa yang menjadi

target perusahaan untuk kegiatan promosi. Komponen ini akan berhubungan

dengan kegiatan segmentasi yang telah dilakukan sebelumnya, sebab perusahaan

akan lebih mengenal karakter dan preferensi populasi pada suatu pasar yang

dituju, sehingga pelaksanaan kegiatan promosi dapat lebih tepat sasaran.

Apa Komponen “apa” didasarkan kepada pertanyaan, apa yang ingin

dipromosikan oleh perusahaan. Melalui komponen ini, perusahaan harus mampu

mengomunikasikan seluk-beluk produk yang ditawarkan dan keunggulannya

dibandingkan dengan kompetitor, sehingga mereka akan mempertimbangkan

produk yang ditawarkan.

16
Sofyan, op. cit.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Kapan Komponen “kapan” didasarkan kepada pertanyaan, kapan kegiatan

promosi harus dilakukan. Perusahaan tidak akan mungkin melakukan kegiatan

promosi setiap waktu karena terbentur dengan kebutuhan biaya yang muncul

akibat kegiatan promosi. Hal ini membuat perusahaan harus mampu menentukan

waktu yang tepat untuk melakukan promosi.

Dimana Komponen “dimana” didasarkan kepada pertanyaan, dimana kegiatan

promosi harus dilakukan. Komponen ini menentukan media yang harus

dimanfaatkan oleh perusahaan dalam mempromosikan produknya.

2.2.2. Aspek Teknis Produksi dan Teknologi

2.2.2.1. Teknis Produksi

Menurut Subagyo17, aspek teknis merupakan aspek yang berkenaan dengan

pengoperasian dan proses pendirian bisnis ditinjau secara teknis. Analisis terhadap teknis

produksi dilakukan untuk memastikan kesiapan perusahaan dalam pelaksanaan

operasional bisnisnya. Aspek teknis produksi memberikan informasi mengenai

operasional bisnis secara terperinci sehingga perusahaan dapat memperoleh gambaran

tentang operasional bisnis ketika bisnisnya berjalan. Secara umum, analisis terhadap

aspek teknis produksi meliputi:

a. Produk

Menurut Subagyo18, produk adalah hasil yang diperoleh melalui proses produksi

dalam bentuk barang atau jasa. Sedangkan menurut Griffin dan Ebert19, produk

adalah barang, jasa, atau ide yang dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen.

17
Subagyo, op. cit.
18
Subagyo, op. cit.
19
Griffin, op. cit.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Pelaksanaan analisis produk pada aspek pasar dan pemasaran menghasilkan

informasi mengenai produk yang akan ditawarkan kepada konsumen serta strategi

yang akan diterapkan dalam memasarkannya. Informasi mengenai produk dapat

membantu untuk menentukan desain produk yang akan diproduksi. Apabila dari

analisis produk diperoleh beberapa produk yang diminati untuk diproduksi, maka

dalam analisis aspek teknis produksi akan diterapkan seleksi produk. Melalui seleksi

produk, produsen akan mengetahui produk yang siap dan berpotensi untuk

diproduksi lebih dulu.

Menurut Griffin dan Ebert20, terdapat tiga alat bantu penting dalam melakukan

pengembangan sebuah produk, yaitu:

1. Penentuan Merek Produk (Branding)

Branding, menurut Griffin dan Ebert21 adalah proses menggunakan simbol-

simbol untuk mengomunikasikan kualitas dari sebuah produk yang diproduksi

oleh suatu produsen tertentu. Menentukan merek bagi produk penting untuk

membedakan antara produk yang satu dengan produk kompetitor. Perusahaan

harus mampu menentukan sebuah merek yang mampu diingat oleh

konsumennya.

2. Kemasan Produk (Packaging)

Packaging, menurut Griffin dan Ebert22 adalah wadah fisik yang digunakan

ketika produk dijual, diiklankan, atau dilindungi. Menentukan kemasan sebagai

wadah produk tidak hanya dilakukan untuk menarik perhatian konsumen, tetapi

20
Ibid.
21
Ibid.
22
Griffin, op. cit.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


juga memastikan bahwa kemasan dapat melindungi produk yang ditawarkan

hingga ke tangan konsumen tanpa mengurangi kualitas dari produk tersebut.

3. Penentuan Label Produk

Label, menurut Griffin dan Ebert23, adalah bagian dari kemasan produk yang

mengidentifikasikan nama, pabrikan, dan isi dari produk tersebut. Label dapat

berfungsi sebagai identitas bagi sebuah produk atau merek. Selain itu, label juga

mempromosikan produk dengan cara menarik perhatian konsumen. Label juga

menggambarkan produk yang ditawarkan dengan menyediakan informasi

mengenai kandungan di dalamnya, cara penggunaan, dan cara pembuangan.

b. Proses Produksi

Proses produksi melibatkan kegiatan produksi sebuah produk mulai dari perencanaan

hingga menjadi barang jadi yang siap dikosumsi. Alur proses produksi sebuah barang

atau jasa memberikan informasi tentang biaya-biaya yang akan muncul dan

memperhitungkannya sebagai dasar pembentuk harga.

c. Penentuan Lokasi

Menentukan lokasi bisnis akan turut menentukan tingkat kesuksesan bisnis yang

dijalankan. Jarak antara tempat produksi dengan sumber bahan baku yang terlalu

jauh akan meningkatkan biaya transportasi. Lalu, apabila lokasi pemasaran terlalu

jauh dengan pasar tujuan, maka tidak akan tergapai oleh konsumen. Tujuan penilaian

lokasi adalah untuk memaksimalkan keuntungan pemilihan lokasi. Menurut

Subagyo24, terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keputusan penentuan

lokasi, yaitu:

23
Ibid.
24
Subagyo, op. cit.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


1. Tenaga kerja

Faktor tenaga kerja menjadi pertimbangan penting dalam memilih dan

menentukan lokasi. Ketersediaan tenaga kerja yang terlatih dan berpendidikan

relatif tinggi mampu mendorong tingkat produktifitas produksi. Sedangkan

kondisi ketenagakerjaan yang perlu menjadi pertimbangan, antara lain (1) Moral

dan Etika Kerja, (2) Etos Kerja, (3) Kedisiplinan, (4) Loyalitas dan Dedikasi, (5)

Tingkat Pendidikan, dan (6) Tingkat Upah Minimum Regional (UMR).

2. Pendapatan per kapita

Tingkat pendapatan per kapita suatu daerah dapat mempengaruhi keputusan

penentuan lokasi. Semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita suatu daerah

membuat tingkat Upah Minimum Regional yang lebih tinggi. Di sisi lain,

tingginya pendapatan per kapita berhubungan dengan daya beli masyarakat yang

cenderung tinggi (konsumtif).

3. Kebijakan pemerintah

Kebijakan pemerintah setempat terhadap suatu sektor bisnis tertentu dapat

mempengaruhi pengambilan keputusan penentuan lokasi. Semakin ketat

kebijakan dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah setempat membuat

perusahaan enggan untuk berinvestasi di daerah tersebut.

4. Tingkat suku bunga

Faktor tingkat suku bunga berpengaruh terhadap usaha atau bisnis berskala kecil

dan lokal. Pengusaha mikro dan kecil akan sangat bergantung kepada program

pembiayaan oleh lembaga keuangan setempat. Tingkat suku bunga yang mereka

tetapkan menjadi pertimbangan penting bagi para pengusaha lokal untuk

melakukan investasi di daerah tersebut.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


d. Bahan Baku

Dalam menjalankan bisnisnya, setiap perusahaan akan sangat bergantung kepada

tersedianya bahan baku. Bahan baku diperlukan sebagai bahan dasar dalam proses

produksi. Kelangkaan terhadap bahan baku akan menyulitkan perusahaan dalam

melakukan proses produksi. Sebuah produk tidak dapat diciptakan apabila bahan

bakunya tidak tersedia.

Bahan baku juga memegang peran penting dalam menentukan kualitas produk akhir

berupa barang jadi siap jual. Kualitas material yang digunakan dalam proses produksi

juga perlu mendapatkan pengawasan mutu sebagaimana halnya pada produk jadi.

Pemilihan material atau bahan baku menjadi penting untuk menjamin daya tahan

atau kualitas dari produk yang ditawarkan kepada konsumen.

2.2.2.2. Teknologi

Aspek teknologi sangat dibutuhkan dalam proses produksi, terutama dalam

mengolah bahan baku menjadi produk jadi. Teknologi menawarkan kemudahan bagi

perusahaan dalam berproduksi karena tidak butuh waktu istirahat, sehingga proses

produksi dapat menjadi lebih cepat dan lebih produktif.

2.2.3. Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia

2.2.3.1. Manajemen

Menurut Hadi25 tujuan dari analisis aspek manajemen adalah menyusun struktur

organisasi yang akan mendukung operasional bisnis yang akan dijalankan. Analisis

aspek manajemen perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang bentuk

organisasi yang akan dibentuk. Manajemen dibutuhkan untuk mengolah sumber-sumber

ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan

25
Hadi, op. cit.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


memperoleh keuntungan dan memberikan kepuasan. Menurut Griffin dan Ebert26 dan

Robbins dan Coulter27, terdapat empat fungsi utama di dalam proses manajemen, yaitu:

a. Perencanaan (Planning)

Fungsi perencanaan mencakup proses merumuskan sasaran, menetapkan suatu

strategi untuk mencapai sasaran tersebut, dan menyusun rencana guna memadukan

dan mengkoordinasikan sejumlah kegiatan.

Pengertian sasaran menurut Robbins dan Coulter28 adalah hasil yang diinginkan

untuk individu, kelompok, dan seluruh organisasi. Sedangkan pengertian rencana

adalah dokumen yang merangkum cara mencapai sasaran yang mencakup alokasi

sumber daya, penyusunan jadwal, dan tindakan yang diperlukan lainnya untuk

mencapai sasaran itu.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Fungsi pengorganisasian mencakup proses menentukan tugas apa yang harus

dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana cara mengelompokkan

tugas-tugas tersebut, siapa melapor kepada siapa, dan pada tingkatan apa keputusan

harus diambil. Dalam proses pengorganisasian, menurut Robbins dan Coulter29 ada

beberapa unsur yang perlu diperhatikan, antara lain:

Spesialisasi kerja. Pengertian spesialisasi kerja adalah sejauh mana tugas-tugas

dalam organisasi dibagi-bagi menjadi sejumlah pekerjaan tersendiri. Dengan

memecah pekerjaan menjadi fokus-fokus tersendiri, mampu meningkatkan

26
Griffin, op. cit.
27
Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. 2002. Management 7th Edition. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc.
28
Ibid.
29
Robbins, op. cit.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


produktivitas pekerja. Sebagaimana dikutip oleh Robbins dan Coulter30, hal ini

pertama kali diungkapkan oleh Adam Smith pada tahun 1776 ketika menerbitkan

doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nations.

Departementalisasi. Pengertian departementalisasi adalah dasar yang digunakan

untuk mengelompokkan sejumlah pekerjaan menjadi satu kelompok atau satu grup.

Setelah melakukan pemilahan berdasarkan kepada spesialisasi kerja,

departementalisasi dilakukan untuk menggabungkan seluruh pekerja yang memiliki

spesialisasi yang sama.

Rantai komando. Pengertian rantai komando adalah garis wewenang yang tidak

terputus, yang membentang dari tingkatan atas organisasi hingga tingkatan paling

bawah dan menjelaskan siapa melapor kepada siapa.

Sentralisasi dan Desentralisasi. Sentralisasi dan desentralisasi merupakan jenis

pola pengambilan keputusan yang diterapkan oleh perusahaan. Pengertian

sentralisasi adalah sejauh mana pengambilan keputusan terkonsentrasi pada satu titik

dalam organisasi. Sedangkan pengertian desentralisasi adalah sejauh mana karyawan

tingkatan bawah memberikan masukan atau benar-benar mengambil keputusan.

Ketika suatu organisasi di dalam perusahaan menerapkan pola pengambilan

keputusan tersentralisasi maka pengambilan keputusan akan semakin terpusat di satu

titik. Sedangkan, jika menerapkan terdesentralisasi maka pengambilan keputusan

akan semakin terdistribusi ke tingkatan bawah.

Formalisasi. Pengertian formalisasi adalah sejauh mana pekerjaan dalam

organisasi itu terstandarisasi dan sejauh mana perilaku karyawan dibimbing oleh

peraturan dan prosedur.

30
Ibid.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


c. Pengarahan/Kepemimpinan (Directing)

Fungsi kepemimpinan mencakup proses memotivasi bawahannya, mempengaruhi

individu atau tim sewaktu mereka bekerja, memilih saluran komunikasi yang paling

efektif, dan menyelesaikan masalah perilaku karyawan dengan cara apapun.

d. Pengendalian (Controlling)

Pengertian pengendalian, menurut Robbins dan Coulter31, adalah proses memantau

kegiatan untuk menjamin kegiatan tersebut dilaksanakan seperti rencana dan

mengoreksi setiap penyimpangan yang berarti. Fungsi pengendalian mencakup

proses memantau atau evaluasi kegiatan guna meyakinkan bahwa kegiatan tersebut

diselesaikan seperti yang direncanakan. Terdapat tiga jenis pengendalian berdasarkan

kepada waktunya, yaitu pengendalian umpan depan (feedforward control),

pengendalian sejalan (concurrent control), dan pengendalian umpan balik (feedback

control).

2.2.3.2. Sumber Daya Manusia

Analisis terhadap aspek sumber daya manusia dilaksanakan berdasarkan

kebutuhan perusahaan atas sumber daya manusia yang berkualitas. Kajian terhadap

aspek manajemen dan sumber daya manusia meliputi kajian tentang besaran gaji yang

sesuai, jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan, dan job description untuk

masing-masing karyawan.

2.2.4. Aspek Hukum dan Legalitas

Analisis terhadap aspek hukum dan legalitas memberikan informasi-informasi

yang berkaitan dengan legalitas usaha dan kesesuaian usaha dengan hukum dan

peraturan yang berlaku. Aspek hukum dan legalitas akan memberikan kepastian

31
Robbins, op. cit.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


keberlangsungan suatu usaha dari sisi hukum. Dengan adanya pelaksanaan kajian atas

aspek hukum dan legalitas akan diketahui keabsahan dan legalitas dari proses produksi

hingga produk yang akan ditawarkan kepada kosumen. Analisis aspek hukum dan

legalitas juga memastikan keharmonisan antara kegiatan usaha dengan lingkungan yang

berada di sekitar wilayah produksi dan lokasi usaha. Kajian terhadap aspek hukum dan

legalitas mencakup:

a. Legalitas usaha

Analisis terhadap legalitas usaha memberikan kepastian hukum untuk mendukung

kegiatan produksi dan bisnis suatu perusahaan.

Kajian terhadap legalitas usaha mencakup:

1. Skala usaha

Skala usaha adalah pengklasifikasian usaha menurut jumlah aset yang

dimilikinya. Skala usaha di Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis,

yaitu:

a) Usaha mikro

Usaha mikro merupakan usaha yang tidak berbadan hukum, biasanya tidak

memiliki perizinan yang dikeluarkan instansi berwenang dan sering disebut

usaha informal. Aset usaha yang dimiliki skala mikro maksimal sebesar Rp

25.000.000 (di luar tanah dan bangunan).

b) Usaha kecil

Usaha kecil umumnya telah memiliki izin usaha dengan bentuk badan

hukum, seperti usaha dagang (UD), perusahaan dagang (PD), dan beberapa

telah berbadan hukum persekutuan komanditer (CV) dan perseroan terbatas

(PT). Aset usaha yang dimiliki oleh usaha kecil maksimal sebesar Rp

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


200.000.000 (di luar tanah dan bangunan). Omzetnya dalam satu tahun

maksimal sebesar Rp 1.000.000.000.

c) Usaha menengah

Skala usaha menengah umumnya telah berbadan hukum dalam bentuk

perseroan komanditer (CV), koperasi, dan perseroan terbatas (PT). Besaran

aset yang dimiliki oleh usaha menengah adalah antara Rp 200.000.000 dan

maksimal Rp 500.000.000 (di luar tanah dan bangunan).

d) Usaha besar

Klasifikasi skala usaha besar sebagian besar bentuk badan hukumnya adalah

perseroan terbatas (PT). Aset yang dimiliki oleh skala usaha besar adalah di

atas Rp 500.000.000 (tidak termasuk tanah dan bangunan).

2. Bentuk hukum perusahaan di Indonesia

Beberapa bentuk perusahaan dari segi yuridis di Indonesia, yaitu:

a) Perusahaan Perseorangan

Perusahaan ini biasanya diawasi dan dikelola seorang pemilik. Ia memperoleh

semua keuntungan yang diperoleh dari usahanya dan juga menanggung

seluruh resiko yang mungkin muncul dari kegiatan usahanya. Bentuk

Perusahaan Perseorangan belum membutuhkan akta pendirian. Untuk

mendapatkan perizinan, usaha mikro tidak memerlukan akta notaris pendirian

usaha.

b) Firma

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, pengertian firma adalah

suatu perseroan yang didirikan untuk melakukan suatu usaha di bawah satu

nama bersama.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


c) Perseroan Komanditer (CV)

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, perseroan yang terbentuk

dengan cara meminjamkan uang atau disebut juga perseroan komanditer,

didirikan antara seseorang atau antara beberapa orang persero yang

bertanggung jawab secara tanggung-renteng untuk keseluruhannya, dan satu

orang atau lebih sebagai pemberi pinjaman uang.

d) Perseroan Terbatas (PT)

Menurut Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

pengertian Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan

persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan

usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang serta peraturan

pelaksanaannya.

e) Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Menurut Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik

Negara, pengertian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha

yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui

penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang

dipisahkan.

f) Koperasi

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,

pengertian koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang

atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar

atas asas kekeluargaan.

b. Legalitas Produk

Analisis legalitas produk di dalam aspek ini berkaitan dengan hukum negara dan

legalitas menurut syariat agama. Komoditas usaha yang akan dipasarkan di dalam

negeri harus memerhatikan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Menjual produk komoditas dengan mengabaikan legalitas akan menimbulkan resiko

hukum.

c. Legalitas Merek

Menurut Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek, pengertian merek

adalah tanda berupa gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan, atau

kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan

dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Merek digunakan sebagai tanda

pembeda atas barang atau jasa bagi satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.

2.2.5. Aspek Keuangan

Analisis aspek keuangan dan ekonomi memberikan informasi kelayakan bisnis

ditinjau dari aspek keuangan dan ekonomi. Informasi dan data yang diperoleh dari

analisis pada aspek-aspek sebelumnya menjadi dasar bagi perhitungan aspek keuangan

dan ekonomi. Aspek keuangan dan ekonomi dianalisis dengan langkah, yaitu

menghitung kebutuhan investasi, menghitung kebutuhan modal kerja, menghitung

kebutuhan bahan baku dan pembantu, menghitung total biaya produksi, dan melakukan

penilaian kelayakan bisnis.

a. Kebutuhan Investasi

Tahap pertama yang perlu dilakukan ketika melakukan analisis studi kelayakan

bisnis terhadap aspek keuangan dan ekonomi adalah menentukan kebutuhan investasi

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


untuk pengadaan aktiva tetap. Besarnya kebutuhan investasi setiap bisnis ditentukan

oleh besarnya skala usaha yang akan dilaksanakan.

b. Kebutuhan Modal Kerja

Studi terhadap kebutuhan modal kerja akan membantu untuk memperoleh informasi

mengenai kebutuhan biaya operasional bisnis. Kebutuhan modal kerja

memperhitungkan setiap biaya yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam menjalankan

operasional usahanya selama periode tertentu.

c. Kebutuhan Bahan Baku dan Pembantu

Kebutuhan bahan baku memberikan informasi mengenai jumlah biaya yang timbul

untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pembentuk es krim dalam setiap kegiatan

produksi. Selain itu, kebutuhan bahan pembantu akan memberikan informasi

mengenai bahan-bahan pembantu yang diperlukan oleh perusahaan dalam

memproduksi es krim.

d. Biaya Produksi

Perusahaan perlu melakukan perhitungan terhadap kebutuhan biaya dalam setiap

kegiatan produksi. Biaya total terbentuk dari jumlah antara biaya variabel dengan

biaya tetap. Total biaya per cup yang diperoleh ditambahkan dengan besarnya laba

yang diinginkan, menjadi dasar untuk menentukan besarnya harga es krim per cup.

e. Penilaian Kelayakan Bisnis

Sebelum memutuskan untuk merealisasikan gagasan usahanya, perusahaan harus

melakukan analisis terhadap aspek keuangan dan ekonomi terlebih dahulu. Melalui

aspek tersebut, manajemen dapat menilai kelayakan gagasan usahanya. Untuk

menentukan kelayakan gagasan usaha tersebut, perusahaan perlu menentukan

kriteria-kriteria yang akan digunakan dalam menentukan kelayakannya. Adapun

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


kriteria-kriteria yang digunakan adalah net present value, internal rate of return,

discounted payback period, dan profitability index.

Sebelum manajemen mengambil keputusan untuk merealisasikan gagasan usahanya,

mereka perlu melalui tahapan-tahapan untuk menilai kelayakan bisnis tersebut. Yang

termasuk dalam tahapan-tahapan tersebut, yaitu menentukan asumsi, melakukan

proyeksi arus kas, menentukan sumber pembiayaan dan menentukan required rate of

return, menghitung net present value, menghitung internal rate of return,

menghitung discounted payback period, menilai probability index, melakukan

analisis sensitivitas, dan kemudian mengambil keputusan bisnis berdasarkan kepada

hasil yang diperoleh melalui tahapan-tahapan yang telah dilakukan.

2.2.5.1. Konsep Time Value of Money

Time Value of Money adalah sebuah konsep yang menyatakan bahwa setiap satu

satuan mata uang pada hari ini bernilai lebih besar dari satu satuan mata uang di masa

yang akan datang karena setiap satu satuan mata uang saat ini dapat diinvestasikan dan

menghasilkan bunga.

Konsep time value of money memungkinkan para penggunanya untuk

menghitung berapa nilai nominal mata uang yang perlu diinvestasikan untuk

memperoleh jumlah tertentu di masa depan. Perhitungan tersebut menggunakan konsep

present value. Present value melakukan perhitungan dengan cara mendiskontokan nilai

aliran kas masuk di masa depan ke waktu saat ini menggunakan tingkat bunga dan masa

periode tertentu. Penggunaan konsep present value dapat digunakan untuk menentukan

besarnya nilai investasi awal (initial outlay) sebuah proyek. Formula yang digunakan

dalam menghitung present value adalah

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


di mana PV = present value dari nilai nominal uang di masa depan,
FVn = future value dari nilai investasi pada akhir periode tahun ke-n,
n = lamanya periode hingga pembayaran diterima, dan
i = tingkat diskonto/bunga.
Selain konsep present value, juga terdapat perhitungan dengan konsep future
value. Konsep future value memungkinkan para penggunanya untuk menghitung berapa
nilai nominal mata uang tertentu saat ini di masa yang akan datang, dengan tingkat
bunga tertentu dan pada periode waktu tertentu. Sedangkan formula yang digunakan
dalam menghitung future value adalah

FVn = PV(1+i)n

di mana FVn = future value dari nilai investasi pada akhir periode tahun ke-n,
PV = present value atau nilai nominal uang yang diinvestasikan di awal tahun
pertama,
n = lamanya periode, dan
i = tingkat bunga.

2.2.5.2. Konsep Capital Budgeting

Capital budgeting adalah suatu konsep yang digunakan oleh investor untuk

menilai kelayakan ide bisnis atau proyek dengan cara membandingkan antara aliran kas

masuk dengan aliran kas keluar. Menurut Keown dkk.32 dan Horngren dkk.33, terdapat

beberapa teknik dan metode yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian kelayakan

bisnis, yaitu (1) Net Present Value, (2) Internal Rate of Return, (3) Discounted Payback

Period, dan (4) Profitability Index.

1. Net Present Value

Metode Net Present Value digunakan untuk menghitung jumlah ekspektasi dari

keuntungan atau kerugian yang akan diperoleh dari proyek atau bisnis tersebut
32
Keown, Arthur J., dkk. 2005. Financial Management Principles and Applications 10th
Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
33
Horngren, Charles T., Srikant M. Datar, dan George Foster. 2006. Cost Accounting
th
12 Edition.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


dengan cara melakukan discount terhadap seluruh aliran kas masuk dan keluar

yang diharapkan, kembali ke saat ini. Metode ini menganalisis keuangan dengan

cara membandingkan antara investasi awal dengan present value dari arus kas

bersih, serta dengan turut memerhatikan adanya perubahan nilai uang karena

faktor waktu. Formula perhitungan net present value adalah

di mana FCFt = annual free cash flow pada periode t,

k = the required rate of return atau cost of capital,

IO = nilai nominal investasi di awal proyek, dan

n = lamanya periode proyek.

Kriteria sebuah bisnis atau usaha diterima atau layak adalah jika Net Present

Value bernilai sama dengan nol atau positif. Sedangkan kriteria sebuah bisnis

atau usaha tidak diterima atau tidak layak adalah jika Net Present Value bernilai

negatif. Kriteria tersebut dapat dinyatakan dengan:

NPV ≥ 0 : Diterima
NPV < 0 : Ditolak
2. Internal Rate of Return

Metode Internal Rate of Return digunakan untuk menghitung tingkat discount

pada saat present value dari kas masuk yang diharapkan sama dengan present

value kas keluar yang diharapkan. Hasil perhitungan IRR akan menghasilkan

sebuah nilai persentase yang menggambarkan profit yang diterima dari kegiatan

investasi yang mereka lakukan terhadap proyek atau bisnis yang bersangkutan.

Formula perhitungan Internal Rate of Return adalah

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


di mana FCFt = annual free cash flow pada periode t,

IRR = internal rate of return dari proyek terkait,

IO = nilai nominal investasi di awal proyek, dan

n = lamanya periode proyek.

Kriteria sebuah usaha atau bisnis diterima atau layak adalah jika Internal Rate of

Return lebih besar dari persentase biaya modal. Sedangkan kriteria sebuah bisnis

atau usaha tidak diterima atau tidak layak adalah jika Internal Rate of Return

lebih kecil dari persentase biaya modal. Kriteria tersebut dapat dinyatakan

dengan:

IRR > required rate of return : Diterima


IRR < required rate of return : Ditolak
3. Discounted Payback Method

Proyeksi arus kas dengan menggunakan metode Discounted Payback Method

menghitung waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal awal (initial

investment) yang telah digunakan dengan turut mempertimbangkan dan

memperhitungkan konsep time value of money. Metode ini digunakan apabila

suatu bisnis menerapkan arus kas yang seragam atau sama setiap periode. Hasil

perhitungan dari discounted payback method berupa angka yang

merepresentasikan waktu yang dibutuhkan sejumlah modal awal untuk kembali.

4. Profitability Index

Profitability Index adalah sebuah rasio antara present value dari future cash flow

dengan pengeluaran awal. Profitability Index memberikan suatu ukuran relatif

dari sebuah proposal investasi, yaitu rasio antara present value dari manfaat yang

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


diperoleh di masa depan terhadap biaya awal investasi. Formula perhitungan

Profitability Index adalah

atau

di mana FCFt = annual free cash flow pada periode t,

k = the required rate of return atau cost of capital,

IO = nilai nominal investasi di awal proyek, dan

n = lamanya periode proyek.

Kriteria sebuah bisnis layak untuk diterima adalah apabila nilai rasio Profitability

Index bernilai ≥ 1,0. Sebaliknya, sebuah bisnis ditolak apabila memiliki nilai

rasio < 1,0. Kriteria tersebut dapat dinyatakan dengan:

PI ≥ 1,0
PI < 1,0
2.2.5.3. Konsep Weighted Average Cost of Capital

Weighted average cost of capital (WACC) adalah konsep perhitungan yang

digunakan untuk menghitung biaya modal perusahaan, di mana pada setiap kategori

sumber pembiayaannya dilakukan pembobotan secara proporsional. Beberapa sumber

pembiayaan yang masuk ke dalam komponen perhitungan WACC, yaitu saham, obligasi,

dan hutang jangka panjang lainnya. Perhitungan WACC dapat dilihat melalui persamaan

berikut, yaitu:

WACC = [after-tax cost of debt x proportion of debt financing]

[cost of equity x proportion of equity financing]

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


2.3. Tujuan Studi Kelayakan Bisnis

Sebuah bisnis atau investasi memiliki sebuah potensi resiko dan kerugian yang

besar. Kekeliruan dan kesalahan dalam penilaian resiko membuat bisnis atau investasi

yang dilaksanakan menjadi gagal, merugi, atau bahkan tutup karena tidak mampu

bertahan. Studi kelayakan bisnis bertujuan untuk menilai kelayakan suatu rencana

investasi. Selain itu, studi kelayakan bisnis juga bertujuan untuk memperkecil tingkat

resiko kerugian dan memastikan bahwa investasi yang akan dilakukan memang

menguntungkan. Dengan dilakukannya studi kelayakan bisnis yang tepat, setiap resiko

kerugian yang mungkin terjadi dapat diminimalkan sekecil mungkin.

2.4. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis

Terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan studi kelayakan

bisnis, terutama bagi pihak-pihak yang terkait. Adapun pihak-pihak terkait dan manfaat

yang mereka peroleh, yaitu:

a. Calon investor

Pihak yang paling berkepentingan atas hasil studi kelayakan bisnis adalah calon

investor karena mereka menggunakan dana sebagai modal dalam membangun

bisnis. Dengan adanya pelaksanaan studi kelayakan bisnis mereka akan

mengetahui jaminan keselamatan dari modal yang ditanam dan mereka akan

memperoleh bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terhadap suatu

penanaman investasi. Studi kelayakan menjadi gambaran tentang usaha atau

bisnis yang akan dijalankan dan melalui studi kelayakan bisnis mereka akan

dapat mengetahui prospek bisnis tersebut.

b. Perbankan

Perbankan menjalankan kegiatan bisnisnya dengan cara membiayai bisnis-bisnis

yang dianggap berprospek menguntungkan. Sebelum menyalurkan dananya

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


dalam bentuk kredit, bank perlu memastikan bahwa bisnis yang akan dibiayai

memang layak atau feasible. Untuk memastikannya, bank akan memanfaatkan

hasil studi kelayakan bisnis sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam

menyalurkan kredit.

c. Pemerintah

Pihak pemerintah memiliki kepentingan atas hasil dari studi kelayakan bisnis.

Pemerintah akan melakukan penilaian kelayakan sebuah bisnis untuk

dilaksanakan melalui aspek legalitas dan perizinan. Setiap produk dan proses

produksi harus dipastikan tidak melanggar peraturan yang berlaku.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Penelitian studi kelayakan bisnis dilaksanakan terhadap sebuah gagasan bisnis

Bamba’s Cold & Creamery. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui

kelayakan bisnis ditinjau melalui beberapa aspek, yaitu aspek pasar dan pemasaran,

aspek teknis produksi dan teknologi, aspek manajemen dan sumber daya manusia, aspek

hukum dan legalitas, dan aspek keuangan. Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah

untuk mengetahui kelayakan bisnis Bamba’s Cold & Creamery ditinjau dari aspek-aspek

yang telah disebutkan sebelumnya.

Dalam penelitian ini akan digunakan analisis studi kasus untuk melakukan

analisis mendalam terhadap situasi yang dialami pada saat dilaksanakannya penelitian.

Penelitian menggunakan analisis studi kasus memerlukan penggunaan data yang

diantaranya diperoleh dengan menggunakan media pengamatan. Penggunaan media

wawancara untuk memperoleh studi kasus yang otentik terkadang sulit tercapai karena

banyak perusahaan yang memilih untuk tidak menjawab dan melindunginya sebagai data

rahasia milik perusahaan. Oleh karena itu, penggunaan media pengamatan perlu

dilakukan untuk memperoleh data yang tidak dapat diperoleh melalui media wawancara.

Data yang digunakan di dalam penelitian ini diperoleh dalam kurun waktu bulan

Juni-Juli 2010 melalui pengamatan di wilayah Jakarta. Seluruh data yang dibutuhkan

dikumpulkan sekaligus dalam satu waktu, sehingga peneliti menggunakan metode cross-

sectional dalam pengumpulan data.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


3.2. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan di dalam penelitian ini menggunakan jenis data primer dan

data sekunder. Data primer, menurut Sekaran34, mengacu kepada informasi yang

diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk

tujuan spesifik studi. Sedangkan data sekunder mengacu pada informasi yang

dikumpulkan dari sumber yang telah ada.

Data primer diperoleh melalui kegiatan pengamatan secara langsung di lapangan.

Pengamatan dilakukan oleh peneliti selama kurun waktu periode Juni-Juli 2010.

Sedangkan data sekunder diperoleh melalui beberapa sumber, seperti buku literatur

maupun internet.

Tingkat intervensi peneliti di dalam penelitian bersifat minimal. Peneliti

memperoleh data primer dengan cara observasi atau pengamatan sehingga tidak akan

mengganggu kegiatan operasi. Penelitian yang dilakukan dilaksanakan dalam situasi

studi lapangan di mana seluruh pekerjaan berjalan secara normal tanpa ada intervensi

dari peneliti, sehingga situasi yang terjadi pada saat dilakukan penelitian cenderung

bersifat tidak teratur.

3.3. Metode Analisis Data

Peneliti mengumpulkan berbagai macam data sesuai dengan kebutuhan analisis

terhadap masing-masing aspek. Peneliti, kemudian melakukan serangkaian analisis dan

pembahasan menggunakan data primer dan sekunder yang telah diperoleh, sesuai dengan

aspek-aspek kelayakan bisnis yang digunakan.

34
Sekaran, Uma. 1992. Research Methods for Business (Terj.). Jakarta: Salemba Empat.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


3.4. Kajian Kelayakan Investasi

Pelaksanaan kegiatan studi untuk menentukan kelayakan bisnis akan

menghasilkan suatu kesimpulan tentang kelayakan sebuah gagasan bisnis untuk

dilaksanakan. Menentukan kelayakan suatu gagasan bisnis dilakukan dengan cara

melakukan analisis terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan kegiatan bisnis,

terutama analisis terhadap aspek keuangan. Analisis terhadap aspek keuangan

memberikan kriteria untuk menentukan kelayakan gagasan bisnis yang diinginkan.

Analisis terhadap aspek keuangan melibatkan analisis terhadap Net Present Value,

Internal Rate of Return, Discounted Payback Period, dan Profitability Index. Analisis

yang dilaksanakan memberikan nilai-nilai justifikasi kelayakan untuk melihat kelayakan

suatu bisnis. Ketika hasil dari analisis tidak memenuhi syarat atau justifikasi kelayakan,

maka hendaknya gagasan tersebut tidak dijalankan atau dijalankan dengan beberapa

perubahan dan penyesuaian. Tabel 3.1 memberikan kriteria dan justifikasi untuk

menentukan kelayakan gagasan bisnis yang diajukan

Tabel 3.1
Kriteria Kelayakan Bamba’s Cold & Creamery

No Kriteria Justifikasi Kelayakan

1 Net Present Value > Rp 0,00

2 Internal Rate of Return > 10%

3 Discounted Payback Period < 5 tahun

4 Profitability Index ≥ 1,0

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


BAB 4

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Singkat Bamba’s Cold & Creamery

Munculnya sebuah ide atau gagasan untuk membentuk sebuah usaha yang

memproduksi produk es krim berawal dari kesukaan dari pendiri usaha terhadap

makanan es krim semenjak kecil. Es krim sebagai makanan dingin dirasa sangat sesuai

dengan kondisi iklim panas di Indonesia, sehingga menjadi salah satu makanan favorit

bagi sang pendiri usaha. Kecintaan kepada es krim menjadi lebih besar ketika beberapa

tahun belakangan mulai banyak bermunculan dan berkembang produk-produk es krim

yang lebih variatif di berbagai pusat perbelanjaan. Berbagai merek baru yang

sebelumnya belum pernah terdengar, mulai banya bermunculan. Merek-merek tersebut

menawarkan es krim dengan kelas premium yang memiliki kualitas sangat baik dan lebih

tinggi dibandingkan dengan es krim yang telah lama dikenal di masyarakat.

Selama beberapa tahun mengonsumsi produk-produk es krim dari berbagai

merek tersebut, memberikan sebuah gagasan untuk mendirikan Bamba’s Cold &

Creamery. Gagasan yang muncul berupa merek es krim dengan kualitas baik, namun

diproduksi secara lokal baik lokasi maupun bahan baku sehingga mampu menekan harga

jual es krim. Berbagai merek es krim yang bermunculan dan berkembang di pusat-pusat

perbelanjaan beberapa tahun terakhir adalah merek-merek usaha impor. Oleh karena itu,

gagasan yang muncul kemudian coba dilaksanakan dengan mendirikan Bamba’s Cold &

Creamery.

Gambar 4.1 menggambarkan struktur organisasi yang diaplikasikan oleh

Bamba’s Cold & Creamery, yaitu terdiri dari seorang manajer dan dua orang pegawai.

Bentuk organisasi dibentuk berdasarkan fungsi yang dijalankan oleh masing-masing

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


personel. Pembahasan lebih mendalam mengenai bentuk organisasi akan dibahas pada

sub bab Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia.

Manajer

Produksi Pemasaran

Gambar 4.1
Struktur Organisasi

Produk awal yang ditawarkan oleh Bamba’s Cold & Creamery adalah es krim,

sesuai dengan gagasan awal. Pada awal pendiriannya, Bamba’s Cold & Creamery hanya

akan menawarkan sebuah varian rasa, yaitu vanila. Pemilihan rasa vanila karena

dianggap variasi rasa yang paling dasar dan mampu dengan mudah diterima oleh

masyarakat. Di masa yang akan datang, berbagai macam variasi rasa akan terus

dikembangkan menyesuaikan dengan selera konsumen.

Dalam periode jangka panjang, Bamba’s Cold & Creamery juga akan

menyediakan berbagai macam makanan beku. Selain produk es krim, juga akan

menyediakan produk frozen yoghurt atau yogurt beku dan sorbet. Produk-produk

makanan beku ini cocok dikonsumsi di wilayah tropis seperti Indonesia dan diharapkan

akan mampu diterima oleh masyarakat sebagai salah satu makanan favorit.

Konsep bisnis yang akan diterapkan oleh Bamba’s Cold & Creamery adalah one

stop products. Maksud dari konsep ini adalah Bamba’s Cold & Creamery akan

menawarkan berbagai macam jenis makanan beku di dalam satu gerai. Konsep yang

selama ini ada di pasar adalah setiap gerai hanya menawarkan satu jenis produk makanan

beku, yaitu hanya es krim atau yogurt beku saja. Dengan konsep one stop products,

diharapkan konsumen akan mendapatkan berbagai macam makanan beku dan berbagai

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


macam variasi rasa sekaligus di dalam satu gerai sehingga konsumen dapat dengan

mudah memperoleh produk makanan beku yang mereka sukai dan mereka inginkan.

Jaringan pemasaran yang akan digunakan oleh Bamba’s Cold & Creamery adalah

dengan cara melakukan penjualan langsung melalui pendirian kedai tersendiri. Sebuah

kedai akan didirikan pada awal beroperasinya kegiatan bisnis. Dalam perkembangannya

di masa depan, Bamba’s Cold & Creamery juga akan memperluas jaringan dengan

memanfaatkan jaringan waralaba atau franchise. Ekspansi dengan jaringan waralaba

dilakukan dengan asumsi ketika Bamba’s Cold & Creamery telah memiliki beberapa

cabang yang dikendalikan langsung oleh pemilik.

4.2. Aspek Pasar dan Pemasaran

Peluang pengembangan usaha es krim di Indonesia masih sangat luas. Es krim

tidak hanya disukai oleh anak-anak tetapi juga kaum dewasa. Letak geografis Indonesia

yang berada di wilayah tropis, membuat produk-produk makanan dan minuman beku

seperti es krim memiliki potensi pasar yang luas. Iklim tropis yang cenderung panas

dapat meningkatkan tingkat permintaan es krim oleh masyarakat.

Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia sekaligus sebagai pusat kegiatan

perekonomian di Indonesia, memiliki potensi luas untuk pasar es krim. Hal ini bisa

dilihat dari besarnya nilai konsumsi terhadap makanan dan minuman jadi yang selalu

mengalami kenaikan sejak tahun 2001 hingga tahun 2008. Tahun 2001, menurut data

pada tabel 4.1 yang diperoleh peneliti melalui Biro Pusat Statistik Jakarta, rata-rata

pengeluaran rumah tangga per bulan terhadap makanan dan minuman jadi sebesar Rp

31.522. Nilai konsumsi ini relatif selalu naik hingga tahun 2008, kecuali pada periode

2002-2003 dan periode 2005-2006 yang mengalami penurunan masing-masing sebesar -

15,27% dan -2,85%. Dari nilai-nilai konsumsi ini dapat terlihat bahwa masyarakat di

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Jakarta dari tahun ke tahun bersedia untuk meningkatkan konsumsinya untuk jenis

makanan dan minuman jadi, selain dari konsumsi terhadap makanan pokok.

Tingkat permintaan masyarakat terhadap produk es krim per harinya juga tidak

sedikit. Melalui pengamatan yang peneliti lakukan terhadap beberapa outlet es krim di

beberapa pusat perbelanjaan di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat saja, pada hari

kerja bisa terjadi penjualan hingga mencapai 50 cup es krim. Sedangkan pada periode

akhir minggu, bisa terjadi penjualan hingga 100 cup es krim. Satu cup es krim setara

dengan satu porsi es krim, sehingga per hari bisa terjadi permintaan hingga 50 porsi pada

hari kerja dan 100 sendok es krim pada akhir minggu. Jumlah ini menunjukkan bahwa

masyarakat cenderung bersedia mengeluarkan uang untuk konsumsi makanan dan

minuman di luar dari kebutuhan makanan pokoknya. Berdasarkan kepada analisis pasar,

Bamba’s Cold & Creamery menargetkan jumlah penjualan sebanyak 16 cup es krim per

hari atau 480 cup es krim per bulan.

Jakarta memiliki pasar potensial bagi produk es krim mengingat masih belum

maraknya perusahaan es krim buatan dalam negeri. Menurut Swa Majalah35, per tahun

2008 industri es krim dirasakan masih mengalami penetrasi yang begitu lambat. Jumlah

perusahaan yang secara nasional berjalan di industri es krim hanya terdapat beberapa

saja, yaitu PT Campina Ice Cream Industry dengan merek Campina, PT Unilever

Indonesia Tbk. dengan merek Wall’s, PT Indomeiji Dairy Food dengan produk

Indoeskrim Meiji, dan PT Sukanda Jaya dengan produk Diamond. Sedangkan sisanya

dipercaya merupakan produsen tingkat rumah tangga yang bersifat lokal dan tidak

terjangkau oleh riset.

35
Taufik Hidayat. “Adu Strategi di Pasar Es Krim,” http://202.59.162.82/swamajalah,
29 Mei 2008.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Tabel 4.1
Rata-Rata Pengeluaran Rumahtangga Perkapita Sebulan 2001-2008
Rupiah
Jenis 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Makanan 137,586 195,169 209,007 200,044 239,268 248,270 266,191 380,349
Padi-padian 17,392 21,139 32,422 27,033 21,236 30,037 31,068 37,249
Umbi-umbian 1,754 1,856 2,525 1,926 1,956 1,670 1,505 2,104
Ikan 10,015 14,351 15,179 13,077 17,314 17,229 17,416 19,902
Daging 9,971 14,005 14,992 13,030 15,573 15,288 15,028 17,751
Telur dan Susu 11,562 13,679 14,482 15,629 19,455 20,857 23,797 29,499
Sayur-sayuran 8,834 13,758 12,515 10,868 13,847 12,632 14,520 19,039
Kacang-kacangan 5,306 4,894 6,718 5,689 6,000 7,054 7,540 8,876
Buah-buahan 7,400 11,339 12,612 10,810 11,469 11,702 10,970 14,903
Minyak
4,780 5,969 7,109 6,701 6,754 6,977 8,102 10,664
Dan Lemak
Bahan Minuman 5,605 6,945 7,837 7,441 8,210 7,965 8,329 9,707
Bumbu-bumbuan 2,874 4,742 4,634 4,426 4,763 4,284 4,411 5,335
Konsumsi
3,431 5,164 4,667 4,502 7,998 8,459 8,328 11,281
Lainnya
Mamin Jadi 31,522 57,643 48,843 56,612 80,629 78,334 84,780 160,738
Minuman
267 402 416 377 692 336 396 150
Alkohol
Tembakau &
16,873 19,283 24,056 21,923 23,372 25,446 30,001 33,151
Sirih
Bukan Makanan 139,696 286,416 244,640 299,940 380,961 433,505 403,454 684,461
Perumahan 76,670 150,762 133,711 177,973 235,422 267,646 236,429 388,994
Barang & Jasa 40,096 90,760 72,569 81,836 86,523 83,513 86,375 93,366
Pendidikan 0 0 0 0 31,744 28,278 24,345 37,431
Kesehatan 0 0 0 0 11,351 12,506 13,452 35,245
Pakaian 10,736 19,941 17,887 17,450 1,191 16,812 17,242 30,452
Barang Tahan
4,706 14,111 9,604 9,487 1,285 10,006 8,584 57,985
Lama
Pajak dan
3,317 6,455 4,865 7,371 13,099 10,894 12,837 21,704
Asuransi
Pesta dan Upacara 4,171 4,387 6,004 5,823 346 3,850 4,189 19,284
Total
277,282 481,585 453,647 499,984 620,229 681,775 669,645 1,064,810
Konsumsi

Sumber: http://jakarta.bps.go.id/

Selain berbagai produk es krim tersebut, masih terdapat beberapa merek es krim

yang beroperasi di pusat-pusat perbelanjaan. Mereka umumnya mengambil segmen es

krim super premium dengan harga yang lebih mahal. Beberapa merek tersebut adalah

Cold Stone, Haagen Dazs, New Zealand, dan Cream and Fudge. Seluruh merek tersebut

adalah produk waralaba dari luar negeri.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Tingkat persaingan yang dihadapi oleh Bamba’s Cold & Creamery ketika masuk

ke pasar adalah ketat. Di segmen es krim menengah atau premium telah diisi oleh

Campina, Wall’s, Indoeskrim, dan Diamond. Merek-merek tersebut sudah sangat dikenal

masyarakat dan telah memiliki posisi yang kuat di pasar. Sedangkan untuk segmen es

krim super premium, banyaknya merek es krim waralaba dari luar negeri juga akan

mempersulit kemampuan Bamba’s Cold & Creamery untuk masuk ke pasar. Bamba’s

Cold & Creamery harus mampu membuat produk yang lebih variatif, inovatif, dan

berharga lebih murah, untuk dapat bersaing dengan segmen premium. Merek-merek

waralaba memiliki kelemahan harganya yang mahal karena bahan baku yang masih

harus dipasok dari luar negeri demi menjaga kualitasnya. Sedangkan Bamba’s Cold &

Creamery memanfaatkan bahan baku lokal, sehingga dapat menekan biaya.

Selain dari pasar es krim, persaingan juga datang dari produk makanan dan

minuman beku lainnya, yaitu yogurt beku atau frozen yoghurt. Sebagaimana es krim

premium, yogurt beku juga beroperasi di pusat-pusat perbelanjaan. Produk yogurt beku

ini digemari oleh konsumen karena rasanya yang relatif lebih manis dan menawarkan

jenis taburan yang bervariasi. Beberapa merek yogurt beku yang terdapat di pasar adalah

Sour Sally, Red Mango, Tutti Frutti, dan J.Cool.

Produk dari Bamba’s Cold & Creamery mulai dipasarkan di wilayah Jakarta.

Jakarta memiliki jumlah penduduk yang besar, yaitu mencapai hingga 9,1 juta jiwa per

tahun 2008. Dengan jumlah penduduk yang hampir menyentuh 10 juta jiwa, kesempatan

Bamba’s Cold & Creamery dalam melakukan penjualan akan semakin luas. Jakarta

sendiri memiliki iklim tropis dengan udara yang cenderung panas. Kondisi geografis

Jakarta yang cenderung panas memberikan potensi luas bagi Bamba’s Cold & Creamery

dalam menawarkan produk-produk makanan beku.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Produk es krim terbagi atas tiga kelas, yaitu super premium, premium, dan

standar.36 Ketiga kelas tersebut dibagi berdasarkan atas kandungan lemak pada bahan

susu yang digunakan. Kelas super premium mengandung kadar lemak paling tinggi,

yaitu sekitar 17%. Sedangkan untuk kelas premium dan standar mengandung kadar

lemak sekitar 15% dan 11%. Untuk setiap produk yang diproduksi oleh Bamba’s Cold &

Creamery menggunakan susu dengan kadar lemak hingga 14%, maka produk es krim

Bamba’s Cold & Creamery termasuk ke dalam kelas premium.

4.2.1. Strategi Pengembangan Produk

Satu hal penting dalam memproduksi es krim adalah kualitas tekstur dari produk

es krim yang diproduksi. Kualitas es krim terbaik adalah ketika es krim memiliki tekstur

yang lembut. Semakin kecil tingkat pembentukan kristal es di dalamnya akan

memberikan kualitas produk yang semakin baik. Bamba’s Cold & Creamery

menawarkan produk dengan tingkat kelembutan setinggi mungkin. Kualitas terbaik

dengan meminimalisasi pembentukan kristal es menjadi keutamaan dalam setiap proses

produksi es krim Bamba’s Cold & Creamery.

Selain kualitas tekstur dari tiap produk es krim yang ditawarkan, Bamba’s Cold

& Creamery juga akan menawarkan variasi rasa baru di setiap periode tertentu. Selera

konsumen yang berbeda antara satu dengan yang lainnya menuntut Bamba’s Cold &

Creamery untuk selalu mengembangkan berbagai variasi rasa. Menciptakan variasi rasa

yang lebih beragam perlu dilakukan untuk menghindari rasa bosan para konsumen.

1) Penentuan merek produk (Branding)

Dalam menciptakan suatu produk, perusahaan harus mampu menciptakan sebuah

merek yang dapat diingat dan dapat dengan mudah diterima oleh konsumen. Merek yang

36
“Es Krim nan Lembut dan Menggoda,” http://koran.republika.co.id/, 27 November 2008.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


diciptakan juga harus mampu merepresentasikan produk yang ditawarkan. Nama

Bamba’s Cold & Creamery digunakan sebagai merek karena merepresentasikan kegiatan

bisnis yang dijalankan serta memberikan gambaran tentang produk yang ditawarkan.

Kata Bamba’s berasal dari sebuah nama, yaitu Bambang yang kemudian disingkat

menjadi Bamba. Pemilihan nama Bambang karena nama tersebut sangat akrab di telinga

masyarakat. Nama Bambang sendiri sangat identik dengan nama Indonesia. Untuk

selanjutnya, nama Bambang disingkat menjadi bamba untuk mempermudah penyebutan

merek, terutama karena mendapatkan imbuhan bahasa asing. Sedangkan untuk kata Cold

& Creamery mengacu kepada produk yang ditawarkan oleh Bamba’s Cold & Creamery.

Kata imbuhan Cold menggambarkan bahwa produk yang dijual oleh Bamba’s Cold &

Creamery berupa makanan dingin, terutama beku. Cold juga menggambarkan bahwa di

masa depan, Bamba’s tidak hanya menawarkan produk es krim, tetapi juga berbagai

produk makanan beku lainnya, seperti frozen yoghurt dan sorbet. Kata imbuhan

Creamery mengacu kepada suatu istilah yang sering digunakan untuk para produsen es

krim. Kata tersebut menggambarkan bahwa Bamba’s memproduksi produk makanan

beku yang mengandung krim di dalamnya, yaitu es krim.

2) Kemasan produk (Packaging)

Bamba’s Cold & Creamery memasarkan produk es krim dengan membuka kedai

sendiri sehingga tidak memerlukan kemasan produk khusus. Kemasan yang dibutuhkan

harus bersifat fleksibel, berbiaya rendah, dan ramah lingkungan atau mudah untuk di

daur ulang. Kemasan dalam bentuk cup kertas atau karton, mampu memberikan

fleksibilitas bagi para konsumen, baik ketika mereka ingin mengonsumsi produk di kedai

atau untuk langsung dibawa pulang. Cup kertas atau karton yang digunakan sebagai

kemasan es krim, yogurt beku, dan sorbet biasanya tahan terhadap cairan sehingga tidak

merusak kemasan walaupun ketika produk telah menjadi cair. Penggunaan cup kertas

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


atau karton biasanya langsung menyertakan label serta merek pada kemasan dalam

bentuk digital printing. Penggunaan kemasan cup kertas atau karton biasanya digunakan

bersama dengan sendok es krim yang terbuat dari kayu.

3) Penentuan label produk (Labeling)

Untuk kebutuhan label produk, tidak terdapat kebutuhan khusus dalam

penentuannya. Label yang digunakan harus mencantumkan merek produk dan logo dari

produsen. Penentuan label ditentukan dengan mempertimbangkan segi estetika karena

secara tidak langsung dapat memberi daya tarik kepada konsumen. Label yang telah

ditentukan kemudian dicetak secara langsung pada bagian dinding luar kemasan produk.

4.2.2. Strategi Penentuan Harga

Sebagai produsen es krim yang baru berdiri, Bamba’s Cold & Creamery lebih

sesuai untuk menerapkan pendekatan penetrasi terhadap harga. Pendekatan penetrasi

pasar terhadap harga cocok untuk diadopsi oleh perusahaan yang baru berdiri. Sebagai

produsen yang baru berdiri dan masuk ke dalam pasar, Bamba’s Cold & Creamery dapat

melakukan pengamatan dan penyesuaian harga terhadap produk kompetitor yang telah

lebih dulu masuk. Bamba’s Cold & Creamery harus bisa lebih rendah dibandingkan

dengan produk milik competitor untuk dapat bertahan di dalam persaingan.

Untuk menentukan harga produk, Bamba’s Cold & Creamery dapat

menggunakan alternatif pendekatan lain, yaitu pendekatan harga pasar. Pendekatan ini

akan memberikan alternatif apabila biaya produksi sebagai pembentuk harga produk

Bamba’s Cold & Creamery lebih mahal dibandingkan dengan produk kompetitor. Harga

yang terbentuk melalui pendekatan harga pasar ditentukan dengan menambahkan seluruh

biaya-biaya yang terjadi selama proses produksi kemudian ditambahkan dengan mark

up. Target mark up laba untuk menentukan harga jual adalah 10% dari total biaya

produk.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


4.2.3. Strategi Bahan Baku

Mayoritas bahan baku yang dibutuhkan oleh Bamba’s Cold & Creamery dapat

diperoleh dari produk lokal. Penggunaan bahan baku dari produk lokal dapat menekan

biaya yang timbul dalam kegiatan proses produksi. Untuk memenuhi kebutuhan bahan

baku, Bamba’s Cold & Creamery perlu bekerja sama dengan berbagai perusahaan

distributor bahan baku. Dengan melakukan kerja sama langsung dari perusahaan

distributor, Bamba’s Cold & Creamery dapat memperoleh bahan baku dengan harga

lebih murah dibandingkan dengan melakukan pembelian melalui toko.

4.2.4. Strategi Penentuan Lokasi/Distribusi

Mendirikan sebuah kedai es krim membutuhkan beberapa hal yang perlu

diperhatikan. Lokasi yang menjadi tempat pusat keramaian adalah tempat yang sesuai

untuk mendirikan sebuah kedai es krim. Kedai es krim biasanya bukanlah sebuah

destinasi utama dalam beraktivitas. Oleh karena itu, kedai es krim yang didirikan di

tempat-tempat yang menjadi pusat keramaian adalah penting.

Pertimbangan lain yang dapat digunakan adalah sesuai dengan pendapat Subagyo

(2008) bahwa terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keputusan

menentukan lokasi, yaitu:

1. Tenaga Kerja

Jakarta sebagai pusat kegiatan ekonomi Indonesia menjadi daya tarik bagi

masyarakat untuk tempat bekerja. Banyaknya jumlah penduduk di Jakarta dapat

memberikan manfaat bagi Bamba’s Cold & Creamery untuk memenuhi

kebutuhan tenaga kerja. Selain jumlah penduduk yang banyak, Jakarta juga

memiliki kualitas pendidikan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan

daerah lain di Indonesia, sehingga Bamba’s Cold & Creamery akan lebih mudah

dalam memperoleh tenaga kerja dengan kualitas pendidikan yang baik.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


2. Pendapatan per Kapita

Tidak ada data resmi mengenai besaran pendapatan per kapita untuk wilayah

Jakarta. Namun, tingkat upah minimum regional/provinsi dapat digunakan

sebagai patokan. Besarnya tingkat upah minimum provinsi DKI Jakarta sebesar

Rp 1.118.009,00.

3. Kebijakan Pemerintah

Pemerintah provinsi DKI Jakarta tidak memberikan batasan khusus terhadap

bisnis es krim, sehingga Bamba’s Cold & Creamery dapat menjalankan

usahanya. Setiap usaha yang berdiri diwajibkan memiliki berbagai izin yang

diperlukan untuk memperoleh kepastian hukum.

4. Tingkat Suku Bunga

Sebagai usaha kecil perseorangan, Bamba’s Cold & Creamery tidak

memanfaatkan pinjaman dana dari pihak perbankan sebagai modal usaha,

sehingga tingkat suku bunga bank tidak berpengaruh terhadap keberlangsungan

usahanya.

4.2.5. Strategi Promosi

Dalam melakukan promosi terhadap produk yang ditawarkan, Bamba’s Cold &

Creamery dapat memanfaatkan empat komponen di dalam strateginya, yaitu siapa, apa,

kapan, dan di mana.

1) Siapa

Sepanjang proses pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, konsumen

yang membeli produk es krim tidak terbatas hanya kepada segmen tertentu. Dari

seluruh pembelian yang terjadi selama proses pengamatan, baik dari usia remaja

hingga dewasa melakukan konsumsi es krim. Walaupun begitu, konsumen yang

paling dominan dalam melakukan konsumsi adalah usia remaja hingga usia muda

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


berkisar antara usia 15-25 tahun. Luasnya segmen konsumen pembeli es krim

akan mempermudah Bamba’s Cold & Creamery dalam kegiatan promosi.

Namun, karena segmen yang luas ini pula, Bamba’s Cold & Creamery akan

kesulitan dalam memfokuskan kegiatan promosinya. Maka, Bamba’s Cold &

Creamery lebih baik melakukan kegiatan promosi terfokus kepada segmen

mayoritas yaitu pada rentang usia 15-25 tahun.

2) Apa

Konsumen membutuhkan informasi tentang sebuah merek produk tertentu

sebelum dikonsumsi, terutama bagi sebuah merek baru. Konsumen

membutuhkan informasi tentang produk-produk yang ditawarkan oleh produsen,

antara lain yaitu variasi yang dimiliki oleh merek bersangkutan, dan harga yang

mereka bayarkan untuk memperoleh produk tersebut.

Dalam jangka panjang, Bamba’s Cold & Creamery tidak hanya

menawarkan produk es krim, tetapi juga berbagai macam makanan beku lainnya,

seperti yogurt beku dan sorbet. Bamba’s Cold & Creamery perlu menjelaskan

masing-masing produk untuk memberikan pemahaman kepada konsumen

mengenai karakteristik tiap produk. Penjelasan produk perlu dilakukan untuk

menghindari timbulnya kesalahpahaman atau salah persepsi oleh konsumen

terhadap produk yang ditawarkan.

Beragamnya produk sejenis yang ditawarkan oleh kompetitor membuat

konsumen sulit memilih merek produk mana yang akan mereka pilih. Rasa dan

penampilan antara merek produk yang satu dengan merek produk yang lain

seringkali tidak memiliki perbedaan yang signifikan sehingga membuat

konsumen kesulitan dalam memilih produk yang diinginkan. Oleh karena itu,

Bamba’s Cold & Creamery harus menciptakan produk yang berbeda dari para

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


kompetitor dan menjelaskan perbedaan yang mereka miliki dibandingkan dengan

produk milik kompetitor.

3) Kapan

Promosi adalah kegiatan yang penting dilakukan untuk memperkenalkan

dan menarik perhatian konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Promosi

tersebut membutuhkan biaya yang tidak kecil. Oleh karena itu, kegiatan promosi

sebaiknya dilakukan pada saat yang tepat, seperti melakukan promosi ketika

musim liburan di saat masyarakat cenderung lebih bersifat konsumtif atau ketika

musim kemarau di saat masyarakat berupaya mencari cara untuk mengurangi rasa

panas yang mereka rasakan.

4) Dimana

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan promosi

membutuhkan biaya yang tidak kecil, maka kegiatan promosi harus dilakukan

dengan memanfaatkan media yang mampu mempengaruhi pilihan konsumen

dengan biaya serendah mungkin. Memanfaatkan internet sebagai media untuk

berpromosi mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan pengakses yang

mencapai jumlah jutaan orang dan tanpa biaya, internet dapat membantu kegiatan

promosi Bamba’s Cold & Creamery. Selain media internet, promosi juga dapat

dilakukan di tempat-tempat yang menjadi pusat rekreasi atau pusat keramaian

pada waktu liburan.

4.3. Aspek Teknis Produksi dan Teknologi

4.3.1. Proses Produksi

Proses produksi es krim dilakukan dengan melalui lima tahapan dan

diawali dengan tahap pertama, yaitu tahap pemasakan susu dan krim. Adonan

susu dan krim yang telah dimasak kemudian dicampurkan dengan kuning telur.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Setelah dicampur dengan kuning telur, adonan kembali dimasak hingga berubah

menjadi kental. Adonan yang telah mengental kemudian didinginkan di lemari

pendingin hingga mencapai 24 jam. Setelah 24 jam, adonan dikeluarkan dari

lemari pendingin dan dimasukkan ke dalam lemari pembeku untuk proses

pembekuan. Alur proses produksi dapat dilihat pada gambar 4.2. Maka, melalui

penjelasan proses produksi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Bamba’s Cold &

Creamery membutuhkan bahan baku berupa susu, krim, gula pasir, telur, dan

garam. Selain itu, dalam proses produksinya, Bamba’s Cold & Creamery juga

akan membutuhkan berbagai macam bahan pembantu.

Pemasakan Susu dan Krim

Susu + Krim + Telur

Pengentalan

Pendinginan dan Pembekuan

Pengolahan Akhir

Gambar 4.2
Alur Proses Produksi
4.3.2. Penentuan Lokasi

Bagi sebuah usaha yang baru berdiri, terutama dengan modal yang terbatas

seperti Bamba’s Cold & Creamery, akan menghadapi kesulitan untuk menentukan

sebuah tempat sebagai lokasi bisnisnya. Memilih lokasi strategis untuk kebutuhan bisnis

membutuhkan biaya yang tidak sedikit, karena semakin strategis letak suatu lokasi bisnis

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


maka akan semakin mahal harga sewanya. Selain itu, untuk menentukan lokasi usaha

dapat menyesuaikan dengan strategi distribusi yang digunakan.

Produk es krim yang dipasarkan dengan cara membuka kedai sendiri memerlukan

tempat strategis yang mudah dijangkau konsumen atau setidaknya sering dilintasi oleh

banyak orang sehingga keberadaannya dapat diketahui. Tempat yang mudah dijangkau

dan sehari-harinya dilalui oleh banyak orang memberikan kemungkinan yang lebih besar

untuk menarik minat konsumen. Namun, tempat yang strategis membutuhkan biaya sewa

yang tinggi. Memasarkan dengan cara membuka kedai tersendiri bisa dengan

memanfaatkan ruang sewa pada pusat-pusat perbelanjaan atau dengan menyewa ruko

yang berada dekat dengan wilayah pemukiman, pusat keramaian, atau sekolah.

4.3.3. Bahan Baku

Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan es krim meliputi bahan

baku dan bahan pembantu. Tabel 4.2 mencantumkan daftar bahan baku berikut harga per

satuan yang digunakan dalam memproduksi es krim. Bahan baku yang dibutuhkan dalam

pembuatan es krim adalah:

Tabel 4.2
Daftar Harga Bahan Baku

Bahan Satuan Harga


Susu 250 ml Rp 3.400,00
Krim 200 ml Rp 17.000,00
Gula pasir 1 kg Rp 12.000,00
Telur 10 butir Rp 18.000,00
Garam 500 gram Rp 3.400,00

Sumber: Bamba’s Cold & Creamery

Sedangkan untuk bahan pembantu dalam proses pembuatan es krim biasanya

untuk kebutuhan perasa dan aroma bagi es krim. Penggunaan bahan pembantu dapat

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumen. Pada tabel 4.3 berisi beberapa

bahan pembantu yang dimaksud, yaitu berupa:

Tabel 4.3
Daftar Harga Bahan Pembantu

Bahan Satuan Ukuran/Isi Satuan Produksi Harga


Vanila (esktrak) 1 botol 60 ml 30 cup Rp 5.400,00
Sirup coklat 1 botol 350 gram 30 cup Rp 16.000,00
Sirup strawberry 1 botol 350 gram 30 cup Rp 16.000,00
Sirup blueberry 1 botol 350 gram 30 cup Rp 18.200,00
Biskuit 1 bungkus 12 keping 12 cup Rp 6.100,00

Sumber: Bamba’s Cold & Creamery

4.3.4. Teknologi

Dalam proses pembuatan es krim tidak memerlukan infrastruktur teknologi yang

canggih dan kompleks. Untuk pembuatan secara manual, pembuatan es krim hanya

memerlukan fasilitas teknologi berupa kompor gas dan lemari es pendingin yang

memiliki fasilitas pembeku. Selain dengan cara manual, saat ini juga terdapat mesin

pembuat es krim untuk skala rumah tangga yang memiliki kapasitas produksi beragam,

mulai dari kapasitas 1,5 liter hingga 3,8 liter. Mesin pembuat es krim memberikan

efisiensi waktu dan kualitas produk yang jauh lebih baik dibandingkan dengan produksi

es krim secara manual.

Es krim yang dipasarkan dengan cara membuka kedai tersendiri, tidak

membutuhkan Ice Cream Maker dengan kapasitas yang terlalu besar. Bahkan, dengan

jumlah target penjualan hingga 16 cup, es krim masih dapat diproduksi secara manual

tanpa membutuhkan Ice Cream Maker. Peralatan lain yang dibutuhkan secara mutlak

adalah freezer dan kompor gas. Daftar peralatan yang dibutuhkan dalam melakukan

proses produksi tercantum pada tabel 4.4.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Tabel 4.4
Kebutuhan Teknologi/Peralatan

Alat Keterangan Harga

Kompor gas Quantum Kompor portabel 1 tungku. Rp 150.000,00


Freezer Toshiba GF-H179 Kapasitas 6 rak. Rp 2.200.000,00
Ice Cream Maker Kris Kapasitas 1,5 liter/produksi. Rp 400.000,00
Peralatan masak Panci alumunium dan sodet. Rp 45.000,00
Wadah es krim Kotak plastik. Rp 35.000,00

Total Kebutuhan Teknologi/Peralatan Rp 2.830.000,00

Sumber: Bamba’s Cold & Creamery

4.4. Aspek Manajemen

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan membantu perusahaan untuk menentukan apa yang ingin dicapai

dan bagaimana cara untuk mencapainya. Melalui perencanaan, perusahaan menyatakan

segala sasaran yang ingin dicapai di masa depan serta langkah-langkah apa saja yang

harus dilakukan untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut.

Manajemen Bamba’s Cold & Creamery harus terlebih dahulu menentukan

sasaran yang ingin dicapai. Sasaran dibentuk berdasarkan kepada tujuan perusahaan pada

masa depan. Dengan mengaplikasikan sasaran berdasarkan kepada tujuan, maka

perkembangan usaha ke depan akan lebih terkendali. Adapun sasaran Bamba’s Cold &

Creamery adalah sebagai berikut:

1. Mampu bersaing dan bertahan dalam persaingan dengan kompetitor.

2. Menciptakan produk dengan biaya yang lebih rendah dari kompetitor.

3. Menciptakan reputasi baik di mata konsumen.

4. Menciptakan kualitas layanan pelanggan yang tinggi.

5. Menciptakan produk dengan kualitas yang mampu memuaskan pelanggan.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan di atas, maka manajemen

Bamba’s Cold & Creamery perlu melakukan hal-hal berikut:

1. Memanfaatkan bahan baku terbaik dengan biaya termurah.

2. Memberikan pengetahuan dasar mengenai pelayanan kepada pegawai yang

berhubungan langsung dengan konsumen.

3. Melakukan pengendalian mutu untuk tiap hasil produksi.

4. Menetapkan harga produk yang lebih rendah dibanding kompetitor.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Kegiatan pengorganisasian membantu perusahaan untuk menciptakan struktur

organisasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Struktur organisasi yang dibentuk harus

memastikan setiap orang di dalam perusahaan melaksanakan apa yang menjadi

kewajiban sesuai dengan kewenangannya. Penyusunan struktur organisasi harus mampu

membuat operasional perusahaan menjadi lebih efektif dan efisien.

Sebagai perusahaan yang baru saja berdiri, Bamba’s Cold & Creamery belum

memiliki jumlah karyawan dalam jumlah besar. Dengan pertimbangan fleksibilitas

terhadap keterampilan tiap individu karyawan, spesialisasi kerja masing-masing individu

tidak terlalu dalam. Setiap karyawan yang bekerja di Bamba’s Cold & Creamery paling

tidak, mengetahui proses pembuatan es krim. Hal ini untuk meminimalkan

ketergantungan proses produksi hanya kepada satu orang karyawan. Selain mengetahui

proses produksi, seluruh karyawan Bamba’s Cold & Creamery juga harus menguasai

cara melayani pengunjung.

Kegiatan operasional di dalam perusahaan es krim berjalan berdasarkan beberapa

fungsi. Fungsi paling sederhana adalah fungsi produksi dan fungsi pemasaran. Oleh

karena itu, jenis departementalisasi yang sesuai untuk diaplikasikan oleh Bamba’s Cold

& Creamery adalah jenis departementalisasi fungsional.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Konsep rantai komando yang diaplikasikan di dalam struktur organisasi Bamba’s

Cold & Creamery tergolong sederhana karena jumlah karyawan yang terbatas. Struktur

organisasi yang hanya terdiri dari dua lapisan, membuat seluruh rantai komando masing-

masing fungsi bertanggung jawab secara langsung kepada manajer.

Sebagai perusahaan yang baru berdiri dan beroperasi, Bamba’s Cold & Creamery

memiliki keterbatasan atas sumber daya manusia yang berkualitas. Selain itu, bentuk

operasi dan kegiatan bisnis juga masih terbatas dan sederhana. Kedua hal tersebut

membuat Bamba’s Cold & Creamery membutuhkan pola pengambilan keputusan

tersentralisasi. Seluruh keputusan diambil langsung oleh manajer, kecuali untuk hal-hal

yang bersifat rutin dan mampu diputuskan langsung oleh karyawan.

Tingkat penerapan formalisasi di dalam Bamba’s Cold & Creamery

menyesuaikan dengan fungsionalnya. Tingkat penerapan formalisasi bagi fungsi

produksi adalah tinggi. Fungsi produksi memiliki standar yang harus diikuti untuk

menjamin kualitas akhir produk, sehingga tingkat formalisasi yang diterapkan tinggi.

Sedangkan untuk fungsi pemasaran, tidak terdapat suatu standar yang harus diterapkan

secara mendalam sebagaimana pada fungsi produksi.

c. Pengarahan/Kepemimpinan (Directing)

Sebagai perusahaan yang baru berdiri, Bamba’s Cold & Creamery hanya

memiliki seorang manajer dan jumlah karyawan yang terbatas. Manajer Bamba’s Cold &

Creamery harus mampu menjalankan fungsi pemimpin dengan baik, yaitu

mempengaruhi orang lain, dalam hal ini para karyawan, untuk memastikan tercapainya

tujuan perusahaan.

Dalam memimpin perusahaan Bamba’s Cold & Creamery, ada beberapa teori

perilaku kepemimpinan yang sesuai dan layak untuk diaplikasikan, yaitu:

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


• Gaya kepemimpinan demokratis layak untuk diaplikasikan di perusahaan

Bamba’s Cold & Creamery. Gaya kepemimpinan demokratis selalu

melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan, melakukan

pendelegasian wewenang kepada bawahan, dan mendorong munculnya

partisipasi dari para bawahan.

• Menerapkan gaya kepemimpinan pertimbangan berorientasi kepada

karyawan. Dengan gaya kepemimpinan ini, manajer menjadi sosok pemimpin

yang mampu menaruh rasa percaya kepada bawahannya. Manajer harus

menjadi mitra bagi para bawahannya, yang peduli dan perhatian dengan

keadaan bawahannya.

d. Pengendalian (Controlling)

Pengendalian dilakukan untuk memastikan bahwa setiap kegiatan yang

dilaksanakan, berjalan sesuai dengan rencana dan mengoreksi atas segala penyimpangan

yang terjadi. Pada perusahaan yang baru berdiri seperti Bamba’s Cold & Creamery, jenis

pengendalian yang sesuai untuk diterapkan adalah pengendalian sejalan (concurrent

control) dan pengendalian umpan balik (feedback control).

Pengendalian sejalan diterapkan untuk melakukan pengendalian pada saat

kegiatan operasi berlangsung. Setiap permasalahan yang terjadi dikoreksi saat kegiatan

masih berlangsung untuk mencegah terjadinya kerugian yang lebih mahal. Sedangkan

pengendalian umpan balik dilaksanakan di akhir kegiatan operasional atas permasalahan

yang muncul pada saat kegiatan operasi berjalan sebelumnya. Pengendalian umpan balik

dapat memberikan evaluasi atas kegiatan operasi yang telah berlangsung.

4.5. Aspek Sumber Daya Manusia

Dalam mendirikan usahanya, Bamba’s Cold & Creamery membutuhkan sejumlah

karyawan untuk beroperasi. Kebutuhan jumlah karyawan ditentukan mengikuti

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


pertimbangan strategi pemasaran yang akan digunakan oleh Bamba’s Cold & Creamery.

Jumlah karyawan yang dibutuhkan untuk membuka sebuah kedai, setidaknya

membutuhkan sejumlah dua orang selain manajer. Masing-masing karyawan memegang

fungsi sebagai bagian pemasaran dan bagian produksi.

Melakukan rekrutmen tenaga kerja dilakukan menggunakan jejaring sosial

dengan lingkungan keluarga maupun pertemanan. Rekrutmen lebih diutamakan kepada

hubungan keluarga karena lebih mudahnya pengendalian terhadap mitra kerja. Selain itu,

memiliki mitra kerja dengan hubungan keluarga dapat memberikan fleksibilitas yang

lebih baik untuk beberapa keputusan yang perlu diambil secara bersama-sama. Untuk

pemanfaatan hubungan pertemanan sebagai mitra kerja dapat memberikan hubungan

personal yang baik sebagaimana pada mitra kerja dengan hubungan keluarga. Tetapi

belum mampu memberikan tingkat fleksibilitas yang sama dengan hubungan keluarga.

Alternatif lain rekrutmen dapat dilakukan melalui iklan berbasis internet. Pemanfaatan

internet sebagai wahana pencari mitra kerja memberikan keuntungan berupa biaya yang

relatif rendah bahkan tanpa biaya.

Melakukan analisis terhadap aspek sumber daya manusia juga mencakup

penetapan besaran upah pegawai. Sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah

Khusus Ibukota Jakarta No. 167 Tahun 2009 tentang Upah Minimum Provinsi Tahun

2010, besaran upah minimum adalah sebesar Rp 1.118.009,00. Berdasarkan peraturan

tersebut, pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari nominal yang telah

ditetapkan sebagaimana di atas.

Setiap fungsi yang berada di dalam struktur organisasi Bamba’s Cold &

Creamery memiliki deskripsi pekerjaannya masing-masing. Penentuan deskripsi jabatan

ini berkaitan dengan apa yang harus dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan, dan

mengapa pekerjaan itu dikerjakan oleh setiap fungsi di dalam struktur organisasi

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Bamba’s Cold & Creamery. Oleh karena itu, fungsi manajer, fungsi produksi, dan fungsi

pemasaran, memiliki deskripsi pekerjaan sebagai berikut:

• Manajer:

1. Mengambil keputusan untuk hal-hal yang sifatnya tidak rutin dan tidak

dapat diambil langsung oleh karyawan di tingkat bawah.

2. Bertanggung jawab atas keputusan yang telah diambil, terutama

keputusan-keputusan yang telah diambil secara musyawarah bersama

dengan para karyawan dengan tujuan untuk memberikan kenyamanan

karyawan dalam bekerja.

3. Melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap kegiatan usaha untuk

mencegah terjadinya penyimpangan serta hal-hal yang berjalan tidak

sesuai dengan rencana. Sedangkan atas penyimpangan dan hal-hal yang

berjalan tidak sesuai rencana maka dilakukan koreksi dan dijadikan

sebagai bahan evaluasi atas kegiatan yang telah berjalan untuk kegiatan

operasi yang selanjutnya.

4. Memegang kendali dan tanggung jawab atas keuangan usaha untuk

mencegah terjadinya penyimpangan yang mungkin terjadi. Sehingga,

seluruh penerimaan dan pengeluaran keuangan akan melalui manajer dan

menjadi tanggung jawabnya.

5. Memberikan motivasi dan perhatian kepada karyawan atas masalah yang

terjadi di dalam kegiatan operasional maupun atas kondisi pribadi mereka.

• Produksi:

1. Menjalankan proses produksi sesuai dengan standar produksi yang telah

ditentukan dan bertanggung jawab atas kualitas produk.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


2. Bertanggung jawab atas bahan baku dan bahan pembantu produksi.

Mereka bertanggung jawab untuk melakukan pemesanan ulang atas bahan

baku dan bahan pembantu apabila dibutuhkan.

• Pemasaran:

1. Melaksanakan kegiatan pemasaran dengan biaya rendah, memanfaatkan

setiap media pemasaran berbiaya rendah.

2. Memperluas jaringan sosial melalui dunia maya dan nyata untuk

memperkenalkan merek Bamba’s Cold & Creamery.

3. Menguasai seluruh spesifikasi produk yang dimiliki Bamba’s Cold &

Creamery dan mampu menjelaskannya kepada konsumen.

Tabel 4.5
Kebutuhan Biaya Sumber Daya Manusia per Bulan

Posisi Jumlah Gaji

Manajer 1 orang Rp 2.000.000,00


Pemasaran 1 orang Rp 1.118.009,00
Produksi 1 orang Rp 1.118.009,00

Total Kebutuhan Sumber Daya Manusia per Bulan Rp 4.236.018,00


Sumber: Bamba’s Cold & Creamery

Pada tabel 4.5 berisi daftar kebutuhan sumber daya manusia berikut dengan

posisi yang dibutuhkan dan besaran gaji per bulan.

4.6. Aspek Hukum dan Legalitas

4.6.1. Legalitas Usaha

Legalitas suatu usaha akan turut membantu suatu perusahaan dalam menjalankan

kegiatan operasionalnya. Perusahaan akan memperoleh sebuah kepastian hukum atas

kegiatan usahanya apabila usahanya telah dinyatakan legal atau tidak melanggar hukum

oleh instansi terkait.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Bamba’s Cold & Creamery didirikan dengan seorang manajer yang dibantu oleh

dua orang pekerja. Dengan kepemilikan secara perorangan, Bamba’s Cold & Creamery

berbentuk Perusahaan Perseorangan. Karena Bamba’s Cold & Creamery berbentuk

Perusahaan Perseorangan, maka pemiliknya berhak atas segala keuntungan yang

diperoleh dari kegiatan usahanya sekaligus bertanggung jawab atas seluruh resiko dan

kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan usahanya.

Tabel 4.6
Kebutuhan Biaya Legalitas Usaha

Jenis Keterangan Biaya

Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Usaha Perorangan Rp 100.000,00


Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Perusahaan kecil Rp 0
Izin Undang-Undang Gangguan 0 – 50 m2 Rp 50.000,00
Surat Keterangan Domisili Usaha RT, RW, Lurah, Camat Rp 300.000,00

Total Kebutuhan Biaya Legalitas Usaha Rp 450.000,00


Sumber: Bamba’s Cold & Creamery

Beberapa perizinan yang perlu dimiliki oleh Bamba’s Cold & Creamery adalah

sebagai berikut:

1) Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

2) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

3) Izin Undang-Undang Gangguan

4) Surat Keterangan Domisili Usaha

Daftar kebutuhan legalitas usaha yang diperlukan oleh Bamba’s Cold &

Creamery beserta dengan biayanya tercantum pada tabel 4.6.

4.6.2. Legalitas Produk

Bamba’s Cold & Creamery adalah sebuah usaha yang menawarkan produk yang

masuk ke dalam kategori makanan dan minuman. Memastikan legalitas sebuah produk

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


makanan dan minuman dapat dilakukan dengan cara melakukan sertifikasi oleh Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terhadap produk bersangkutan. Sertifikasi perlu

dilakukan untuk memastikan keamanan dan kesehatan produk yang akan berpengaruh

terhadap kesehatan konsumen. Dengan melakukan sertifikasi BPOM, maka kesehatan

masyarakat dan keamanan produk pangan yang bersangkutan akan lebih terjamin.

Penilaian keamanan pangan yang dilaksanakan oleh BPOM meliputi:

• Penilaian persyaratan teknis:

a. Komposisi

b. Spesifikasi bahan

c. Cara produksi

d. Hasil analisa lab

• .Penilaian label:

a. Nama dagang, nama jenis, isi/berat bersih

b. Nama dan alamat perusahaan

c. Komposisi, kode produksi

d. Kadaluarsa, nomor BPOM RI MD/ML

e. Gambar/logo

Selain melakukan sertifikasi terhadap keamanan dan kesehatan produk, Bamba’s

Cold & Creamery juga dapat melakukan sertifikasi halal oleh Majelis Ulama Indonesia

(MUI). Melakukan sertifikasi halal terhadap produk akan memberikan kepastian dan

jaminan bagi para konsumen yang mengonsumsi produk bersangkutan bahwa seluruh

bahan baku dan proses produksi berlangsung secara halal dan telah mengikuti syariat

Islam. Menyertakan sertifikasi halal pada produk Bamba’s Cold & Creamery akan

memberikan keuntungan karena mayoritas dari jumlah penduduk di Indonesia menganut

agama Islam yang harus mengonsumsi makanan dan minuman halal.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


4.6.3. Legalitas Merek

Merek sebagai tanda pembeda antara produk perusahaan yang satu dengan

perusahaan yang lain dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa, memerlukan

pengaturan agar tidak terjadi sengketa. Perusahaan yang telah mendaftarkan mereknya

secara resmi dan legal akan memiliki kepastian hukum dari kemungkinan munculnya

pihak-pihak yang tidak memiliki hak dalam penggunaan merek yang telah perusahaan

daftarkan.

Untuk memiliki kepastian hukum atas merek produk yang digunakan, Bamba’s

Cold & Creamery harus mendaftarkannya melalui Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual. Dengan mendaftarkan merek produknya, Bamba’s Cold & Creamery

mendapat kepastian dan perlindungan hukum dari pihak-pihak yang berusaha

menggunakan dan menyalah-gunakan nama merek Bamba’s Cold & Creamery tanpa izin

dan hak. Menurut Undang-Undang No. 15 tahun 2001 tentang Merek, merek yang

didaftarkan akan mendapatkan perlindungan hukum selama 10 tahun. Tabel 4.7

mencantumkan kebutuhan biaya yang perlu dikeluarkan untuk kebutuhan pendaftaran

merek.

Tabel 4.7
Kebutuhan Biaya Legalitas Merek
Jenis Biaya
Permohonan pendaftaran merek Rp 600.000,00
Sumber: Bamba’s Cold & Creamery

4.7. Aspek Keuangan

4.7.1. Kebutuhan Investasi

Tabel 4.8 mencantumkan daftar perhitungan kebutuhan investasi Bamba’s Cold

& Creamery beserta perhitungan biaya depresiasinya. Pada tabel tersebut merinci semua

aktiva tetap yang dibutuhkan oleh Bamba’s Cold & Creamery dalam kegiatan

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


operasionalnya. Sedangkan, kebutuhan terhadap ruko berada pada tabel kebutuhan

investasi yang berbeda dengan kebutuhan aktiva tetap lainnya karena sifat kontraknya

per tahun, sehingga Bamba’s Cold & Creamery harus mengeluarkan biaya investasi rutin

setiap tahun.

Tabel 4.8
Kebutuhan Investasi dan Biaya Overhead

Alat Keterangan Harga Usia Depr/thn


Ruko Kontrak 5 tahun Rp 90.000.000,00 5 Rp 18.000.000,00
Kompor gas Kompor 1 tungku. Rp 150.000,00 5 Rp 30.000,00
Freezer Kapasitas 6 rak. Rp 2.200.000,00 5 Rp 440.000,00
Ice Cream Maker 1,5 liter/produksi. Rp 400.000,00 5 Rp 80.000,00
Furniture 4 set. Rp 2.000.000,00 5 Rp 400.000,00
Peralatan masak Panci dan sodet. Rp 45.000,00 5 Rp 9.000,00
Kotak plastik Wadah pembeku. Rp 35.000,00 5 Rp 7.000,00
1. TDP Rp 450.000,00 5 Rp 90.000,00
2. SIUP Rp 0,00 5 Rp 0,00
Biaya perizinan 3. UUG Rp 50.000,00 5 Rp 10.000,00
4. SKDU Rp 300.000,00 5 Rp 60.000,00
5. Izin merek Rp 600.000,00 10 Rp 60.000,00
Total kebutuhan investasi Rp 96.230.000,00 Depr Rp 19.186.000,00
Sumber: Bamba’s Cold & Creamery Overhead per Bulan (/12) Rp 1.598.833,33
4.7.2. Kebutuhan Modal Kerja

Pada tabel 4.9 menunjukkan perhitungan kebutuhan modal kerja yang dibutuhkan

oleh Bamba’s Cold & Creamery dalam sebulan. Seluruh komponen biaya yang masuk ke

dalam modal kerja dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan operasional setiap hari

dalam periode satu tahun.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Tabel 4.9
Kebutuhan Modal Kerja

Jenis Biaya

Bahan Baku Rp 1.588.200,00


Bahan Pembantu Rp 1.151.800,00
Cup Rp 217.600,00
Gas Rp 14.000,00
Tenaga Kerja Rp 4.236.018,00
Maintenance Ruko Rp 300.000,00
Listrik & Air Rp 1.000.000,00
Total Modal Kerja per Bulan Rp 8.507.618,00
Total Modal Kerja per Tahun Rp 102.091.416,00
Sumber: Bamba’s Cold & Creamery

4.7.3. Kebutuhan Bahan Baku dan Pembantu

Dengan menggunakan hasil pengamatan di lapangan bahwa tingkat permintaan

es krim bisa mencapai hingga 50 cup per hari, maka Bamba’s Cold & Creamery akan

menargetkan penjualan hingga 16 cup per hari. Bamba’s Cold & Creamery

membutuhkan bahan baku berupa susu, krim, gula pasir, telur, dan garam dalam setiap

kegiatan produksinya. Tabel 4.10 menunjukkan nilai total kebutuhan bahan baku yang

dibutuhkan Bamba’s Cold & Creamery dalam kegiatan produksinya setiap bulan yaitu

sebesar Rp 1.588.200,00.

Bamba’s Cold & Creamery membutuhkan bahan pembantu dalam setiap kegiatan

produksinya, yaitu berupa ekstrak vanila, sirup coklat, sirup strawberry, sirup blueberry,

dan biskuit. Tabel 4.11 menunjukkan nilai total kebutuhan bahan pembantu yang

dibutuhkan Bamba’s Cold & Creamery dalam kegiatan produksinya setiap bulan atau

untuk kebutuhan 480 cup adalah sebesar Rp 1.151.800,00.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Tabel 4.10
Kebutuhan Bahan Baku per Bulan
Kebutuhan es krim per bulan: 8 cup x 2 kali produksi/hari x 30 hari = 480 cup es krim.
Bahan Satuan Harga Per Bulan Biaya

Susu 1 box 250 ml Rp 3.400,00 60 box Rp 204.000,00


Krim 1 box 200 ml Rp 17.000,00 60 box Rp 1.020.000,00
Telur 3 butir Rp 5.100,00 X 60 180 butir Rp 306.000,00
Gula 75 gram Rp 900,00 4.500 gram Rp 54.000,00
Garam 10 gram Rp 70,00 600 gram Rp 4.200,00
Total = 8 cup es krim Rp 26.470,00 Total = 480 cup es krim Rp 1.588.200,00

Sumber: Bamba’s Cold & Creamery


Tabel 4.11
Kebutuhan Bahan Pembantu per Bulan
Bahan Satuan Harga Satuan Per Bulan Biaya
Vanila
60 ml Rp 3.400,00 X 16 960 ml Rp 54.400,00
(esktrak)
Sirup
350 gram Rp 16.000,00 X 17 5.760 gram Rp 272.000,00
coklat
Sirup
350 gram Rp 16.000,00 5.760 gram Rp 272.000,00
strawberry
Sirup
350 gram Rp 18.200,00 5.760 gram Rp 309.400,00
blueberry
Biskuit 12 keping Rp 6.100,00 X 40 40 keping Rp 244.000,00
Total Kebutuhan Bahan Pembantu per Bulan Rp 1.151.800,00
Sumber: Bamba’s Cold & Creamery

4.7.4. Biaya Produksi

Tabel 4.12 menunjukkan perhitungan biaya produksi es krim Bamba’s Cold &

Creamery tiap bulan. Di dalam tabel tersebut, setiap biaya yang timbul digolongkan ke

dalam biaya variabel dan biaya tetap. Masing-masing biaya variabel kemudian

dijumlahkan untuk memperoleh nilai total biaya variabel dan masing-masing biaya tetap

kemudian dijumlahkan untuk memperoleh nilai total biaya tetap.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Tabel 4.12
Biaya Produksi per Bulan
Biaya Variabel
Bahan baku Rp 1.588.200,00
Bahan pembantu Rp 1.151.800,00
Cup karton Rp 217.600,00
Gas Rp 14.000,00
Total Variabel Rp 2.971.600,00
Biaya Tetap
Overhead Rp 98.833,00
Tenaga kerja Rp 4.236.018,00
Maintenance ruko Rp 300.000,00
Listrik dan air Rp 1.000.000,00
Total Biaya Tetap Rp 5.634.851,00
Biaya Total per Bulan Rp 8.606.451,00
Biaya Total per Cup (/480) Rp 17.930,00
Harga per Cup Rp 19.800,00
Sumber: Bamba’s Cold & Creamery

Nilai total biaya per cup diperoleh dengan menjumlahkan antara nilai total biaya

variabel dengan nilai total biaya tetap. Maka, nilai biaya total yang diperoleh adalah

sebesar Rp 17.930,00 per cup. Untuk menentukan harga es krim per cup, nilai biaya total

ditambahkan dengan laba sebesar 10% dari nilai total biaya, sehingga harga jual per cup

yaitu sebesar Rp 19.800,00.

4.7.5. Penilaian Kelayakan Bisnis

4.7.5.1. Asumsi

Tabel 4.13 menunjukkan asumsi jumlah penjualan dan harga produk Bamba’s

Cold & Creamery setiap tahun dalam periode 5 tahun ke depan. Perkiraan jumlah

penjualan dan harga jual diasumsikan mengalami kenaikan sebesar 5% per tahun.

Angka-angka yang diperoleh pada tabel 4.13 kemudian menjadi dasar perhitungan

proyeksi arus kas selama 5 tahun ke depan pada pembahasan selanjutnya.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Tabel 4.13
Tabel Asumsi

Asumsi
Kenaikan Harga
5%
Jual/Thn
Kenaikan
5%
Penjualan/Thn
Kenaikan Biaya
Tetap dan 5%
Variabel/Thn

Harga
Keterangan Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
Dasar
Jumlah
- 5,760 6,048 6,350 6,668 7,001
penjualan
Harga jual Rp Rp Rp Rp Rp Rp
es krim/cup 19.800 19.800 20.790 21.830 22.921 24.067
Sumber: Bamba’s Cold & Creamery

4.7.5.2. Proyeksi Arus Kas

Pada tabel 4.14 menunjukkan perhitungan proyeksi terhadap arus kas Bamba’s

Cold & Creamery selama periode 5 tahun. Perhitungan proyeksi arus kas menggunakan

dasar nilai-nilai yang telah diperoleh pada berbagai perhitungan sebelumnya.

Arus kas diproyeksi dengan cara mengurangi antara arus kas yang masuk dengan

arus kas yang keluar. Nilai arus kas yang masuk diperoleh dari perkalian antara target

jumlah penjualan es krim per tahun dengan harga jual es krim per cup. Sedangkan arus

kas keluar diperoleh dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran yang dilakukan selama

periode satu tahun tersebut, yaitu investasi, biaya tetap, dan biaya variabel. Pengurangan

antara arus kas masuk dengan arus kas keluar menghasilkan operating income before

tax. Untuk memperoleh operating cash flow, nilai operating income before tax dikurangi

dengan nilai pajak yang dihitung dengan menggunakan PPh pasal 21 wajib pajak orang

pribadi karena Bamba’s Cold & Creamery berbentuk usaha perseorangan.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Tabel 4.14
Proyeksi Arus Kas
Keterangan Th 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
Penjualan Cup 5,760 6,048 6,350 6,668 7,001
Rp Rp Rp Rp Rp
Harga Rp -
19,800 20,790 21,830 22,921 24,067
Rp Rp Rp Rp Rp
VC/Cup Rp -
6,191 6,501 6,826 7,167 7,525
Rp Rp Rp Rp Rp
FC/Bulan Rp -
5,634,851 5,916,594 6,212,423 6,523,044 6,849,197
Rp Rp Rp Rp Rp
FC/Thn Rp -
67,618,212 70,999,123 74,549,079 78,276,533 82,190,359
Rp Rp Rp Rp Rp
Penjualan Rp -
114,048,000 125,737,920 138,626,057 152,835,228 168,500,838
Rp
(-) Investasi Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
96,230,000
(-) Biaya Rp Rp Rp Rp Rp
Rp -
Tetap 67,618,212 70,999,123 74,549,079 78,276,533 82,190,359
(-) Biaya Rp Rp Rp Rp Rp
Rp -
Variabel 35,659,200 37,442,160 39,314,268 41,279,981 43,343,980
Op. Income Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Before Tax (96,230,000) 10,770,588 17,296,637 24,762,710 33,278,714 42,966,499
Rp Rp Rp Rp
Pajak Rp - Rp -
864,832 1,238,136 1,663,936 2,148,325
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
NOPAT
(96,230,000) 10,770,588 16,431,806 23,524,575 31,614,778 40,818,174
Add Back Rp Rp Rp Rp Rp
Rp -
Depreciation 19,186,000 19,186,000 19,186,000 19,186,000 19,186,000
Operating Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Cash Flow (96,230,000) 29,956,588 35,617,806 42,710,575 50,800,778 60,004,174
Sumber: Bamba’s Cold & Creamery

Rincian nilai kebutuhan investasi terdapat di tabel 4.8. Sedangkan, rincian biaya

tetap dan biaya variabel terdapat di tabel 4.12. Biaya tetap dan biaya variabel

menggunakan asumsi, yaitu terdapat kenaikan 5% per tahun.

Tabel 4.15 memberikan gambaran perhitungan pajak terhutang dengan

berdasarkan kepada proyeksi arus kas. Pada tahun ke-1 tidak dilakukan perhitungan

pajak karena termasuk pada Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), yaitu sebesar Rp

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


15.840.000,00. Perhitungan pajak dilakukan dengan mengalikan berbagai tarif yang

berlaku dengan nilai operating income before tax.

Tabel 4.15
Pajak Terhutang
Pajak Penghasilan Bamba's Cold & Creamery

Tarif Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5


5% x Rp 0 - Rp Rp Rp Rp Rp
Rp -
50,000,000 864,832 1,238,136 1,663,936 2,148,325
15% x Rp 50,000,001 - Rp
Rp - Rp - Rp - Rp -
Rp 250,000,000 204,151
25% x Rp 250,000,001 -
Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Rp 500,000,000
35% x ≥
Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Rp 500,000,001
Rp Rp Rp Rp
Pajak Terhutang Rp -
864,832 1,238,136 1,663,936 2,148,325
Sumber: Bamba’s Cold & Creamery

4.7.5.3. Sumber Pembiayaan

Pada tabel 4.16 memberikan gambaran sumber pembiayaan bagi Bamba’s Cold

& Creamery. Pembiayaan terbagi melalui dua sumber, yaitu melalui penerbitan saham

dengan porsi kepemilikan sebesar 45% dan melalui modal pribadi.

Tabel 4.16
Sumber Pembiayaan
After-Tax
Sumber Modal Cost of %x
% Investasi Jumlah
Pembiayaan Kerja Capital ATCC
(ATCC)
Rp Rp Rp
Saham 45% 15% 6,75%
45.941.137 43.303.500 89.244.637
Rp Rp Rp
Pribadi 55% 15% 8,25%
56.150.279 52.926.500 109.076.779
Rp Rp Rp WACC
Total 100% 15%
102.091.416 96.230.000 198.321.416 (RRR)
Sumber: Bamba’s Cold & Creamery

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Hasil perhitungan menghasilkan nilai weighted average cost of capital (WACC)

sebesar 15%. Nilai WACC berfungsi sebagai nilai RRR pada perhitungan proses

penilaian arus kas menggunakan NPV.

4.7.5.4. Penilaian Net Present Value

Pada tabel 4.17 menunjukkan perhitungan Net Present Value dari gagasan bisnis

Bamba’s Cold & Creamery. Perhitungan NPV menggunakan tingkat RRR sebesar 15%

yang diperoleh melalui perhitungan pada tabel 4.16 tentang sumber pembiayaan.

Hasil yang diperoleh melalui perhitungan pada tabel 4.17 adalah nilai Net Present

Value sebesar Rp 43.712.470,00. Berdasarkan kriteria NPV yang telah ditentukan

manajemen, usulan investasi bisnis Bamba’s Cold & Creamery dapat diterima karena

memiliki NPV bernilai positif. Artinya dana sebesar Rp 96.230.000,00 yang

diinvestasikan ke dalam bisnis tersebut dapat menghasilkan present value cash flow

sebesar Rp 43.712.470,00.

Tabel 4.17
Penilaian Net Present Value

Net Present Value Bamba's Cold & Creamery


Net Initial Investment Rp 96,230,000.00
Useful life 5 years
Required Rate of Return 15%
PV of Rp 1
Present Value of Cash Flow Each
Discounted @ Year
Cash Flow Year
10%
Investment Rp (96,230,000) 1.000 Rp (96,230,000) 0
Rp 26,049,207 0.870 Rp 29,956,588 1
Rp 26,932,178 0.756 Rp 35,617,806 2
Annual Cash
Rp 28,082,896 0.658 Rp 42,710,575 3
Inflow
Rp 29,045,510 0.572 Rp 50,800,778 4
Rp 29,832,679 0.497 Rp 60,004,174 5
NPV Rp 43,712,470 >0
Sumber: Bamba’s Cold & Creamery

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


4.7.5.5. Penilaian Internal Rate of Return

Pada tabel 4.18 menunjukkan perhitungan Internal Rate of Return dari gagasan

bisnis Bamba’s Cold & Creamery. Perhitungan IRR pada tabel 4.18 menunjukkan nilai

sebesar 31%. Dengan menggunakan discount rate sebesar 31%, maka nilai NPV yang

diperoleh adalah sebesar Rp 0.

Melalui perhitungan pada tabel 4.18, diperoleh nilai IRR sama dengan 31%.

Maka berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, gagasan bisnis Bamba’s

Cold & Creamery dapat diterima karena tingkat IRR yang diperoleh lebih besar dari

tingkat RRR, yaitu 31% > 15%.

Tabel 4.18
Penilaian Internal Rate of Return

Internal Rate of Return Bamba's Cold & Creamery


Net Initial Investment Rp 96,230,000.00
Useful life 5 years
Annual Rate of Return 31% > RRR 10%
PV of Rp 1
Present Value of Cash Flow Each
Discounted Year
Cash Flow Year
@ 31%
Initial Rp (96,230,000) 1.00000 Rp (96,230,000) 0
Investment
Rp 22,936,058 0.76564 Rp 29,956,588 1
Rp 20,879,497 0.58621 Rp 35,617,806 2
Annual Cash Rp 19,169,674 0.44883 Rp 42,710,575 3
Inflow
Rp 17,457,261 0.34364 Rp 50,800,778 4
Rp 15,787,510 0.26311 Rp 60,004,174 5
NPV Rp (0)
Sumber: Bamba’s Cold & Creamery

4.7.5.6. Penilaian Discounted Payback Period

Pada tabel 4.19 menunjukkan perhitungan Discounted Payback Period untuk

menentukan periode pengembalian atas uang yang telah diinvestasikan dengan

mempertimbangkan adanya konsep Time Value of Money. Perhitungan Discounted

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Payback Period membantu manajemen untuk mengetahui perkiraan kapan uang, yang

telah diinvestasikan sebelumnya, akan kembali.

Pada tabel 4.19 diketahui bahwa Bamba’s Cold & Creamery akan memperoleh

pengembalian atas uang yang diinvestasikan, pada tahun ke-4. Perhitungan tersebut

belum memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai perkiraan periode bulan

pengembalian.

Tabel 4.19
Penilaian Discounted Payback Period
Year Cash Flows PV Discounted FCF Running Total
0 Rp (96,230,000) 1.000 Rp (96,230,000) Rp (96,230,000)
1 Rp 29,956,588 0.870 26,049,207 Rp (70,180,793)
2 Rp 35,617,806 0.756 26,932,178 Rp (43,248,615)
3 Rp 42,710,575 0.658 28,082,896 Rp (15,165,719)
4 Rp 50,800,778 0.572 29,045,510 Rp 13,879,791
5 Rp 60,004,174 0.497 29,832,679 Rp 43,712,470
Sumber: Bamba’s Cold & Creamery
Untuk mengetahui perkiraan yang lebih spesifik dapat dihitung dengan formula

sebagai berikut:

When the break even =

When the break even =

When the break even = 0,52 x 12

= 6 bulan

Berdasarkan hasil perhitungan pada formula di atas, waktu pengembalian atas

investasi terjadi pada bulan ke-6. Maka, berdasarkan kepada tabel 4.19 dan formula di

atas, manajemen Bamba’s Cold & Creamery akan memperoleh pengembalian pada tahun

ke-4 di bulan ke-6.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


4.7.5.7. Penilaian Profitability Index

Kriteria penerimaan kelayakan yang digunakan dengan metode profitability index

adalah apabila nilai yang dihasilkan sama dengan atau lebih dari 1 ( ≥1). Dari hasil

perhitungan profitability index berikut, diperoleh nilai sebesar 1,454 yang berarti

memenuhi kriteria dan berarti pula gagasan bisnis Bamba’s Cold & Creamery dapat

diterima. Dari nilai tersebut, kesimpulan yang dapat diambil bahwa setiap Rp 1 yang

diinvestasikan dalam usaha Bamba’s Cold & Creamery akan memperoleh pengembalian

sebesar Rp 1,454.

PI = 1+

PI = 1 +

PI = 1,454 ≥ 1

4.7.5.8. Analisis Sensitivitas

Pada tabel 4.20 menunjukkan perhitungan analisis sensitivitas atas berbagai

variabel yang mempengaruhi nilai net present value Bambas’ Cold & Creamery. Analisis

sensitivitas dilakukan dengan menggunakan empat buah variabel, yaitu jumlah

penjualan, harga per cup, biaya variabel, dan biaya tetap.

Tabel 4.20
Penilaian Sensitivitas NPV
NPV 20% Normal -20% Selisih
Qty Rp 187,393,746 Rp (121,441,507) Rp 308,835,253
Price Rp 187,393,746 Rp Rp (121,441,507) Rp 308,835,253
VC Rp 4,912,718 43,712,470 Rp 88,748,371 Rp 83,835,653
FC Rp (5,171,757) Rp 112,974,370 Rp 107,802,613

Sumber: Bamba’s Cold & Creamery

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Dari tabel 4.20 menunjukkan bahwa nilai selisih NPV paling tinggi adalah

komponen jumlah penjualan dan harga yaitu bernilai Rp 308.835.253,00. Nilai ini

menunjukkan bahwa net present value Bamba’s Cold & Creamery sensitif terhadap perubahan

pada jumlah penjualan dan harga, sehingga akan membutuhkan perhatian dari manajemen.

Pada tabel 4.21 menunjukkan perhitungan analisis sensitivitas yang

mempengaruhi nilai internal rate of return Bambas’ Cold & Creamery. Dari tabel

tersebut menunjukkan bahwa nilai selisih IRR paling tinggi adalah pada komponen biaya

tetap yaitu sebesar 36%. Nilai ini menunjukkan bahwa internal rate of return Bamba’s

Cold & Creamery sensitif terhadap perubahan pada komponen biaya tetap, sehingga

akan membutuhkan perhatian khusus dari manajemen.

Tabel 4.21
Penilaian Sensitivitas IRR
IRR 20% Normal -20% Selisih
Qty 60% - -
Price 60% - -
31%
VC 17% 43% 26%
FC 13% 49% 36%
Sumber: Bamba’s Cold & Creamery

Pada tabel 4.22 menunjukkan perhitungan analisis sensitivitas yang

mempengaruhi nilai profitability index Bambas’ Cold & Creamery. Dari tabel tersebut

menunjukkan bahwa nilai selisih P/I paling tinggi adalah pada komponen jumlah

penjualan dan harga yaitu sebesar 3,21. Nilai ini menunjukkan bahwa profitability index

Bamba’s Cold & Creamery sensitif terhadap perubahan pada komponen jumlah

penjualan dan harga, sehingga akan membutuhkan perhatian khusus dari manajemen.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Tabel 4.22
Penilaian Sensitivitas Profitability Index

P/I 20% Normal -20% Selisih


Qty 2,95 -0,26 3,21
Price 2,95 -0,26 3,21
1,454
VC 1,05 1,92 2,97
FC 0,95 2,17 3,12
Sumber: Bamba’s Cold & Creamery

Berdasarkan kepada hasil dari ketiga tabel analisis sensitivitas di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa perubahan pada komponen jumlah penjualan dan harga dapat

memberikan pengaruh terhadap penilaian kelayakan usaha Bamba’s Cold & Creamery.

Oleh karena itu, manajemen perlu memberikan perhatian kepada dua komponen tersebut.

4.7.5.9. Keputusan Bisnis

Pada tabel 4.23 menyajikan ringkasan dari berbagai analisis aspek keuangan yang

telah dilakukan sebelumnya. Keputusan bisnis diambil berdasarkan kepada kelayakan

bisnis Bamba’s Cold & Creamery sesuai dengan kriteria dan justifikasi kelayakan yang

telah ditentukan.

Tabel 4.23
Penilaian Kelayakan

Justifikasi
No Kriteria Nilai Layak/Tidak
Kelayakan
1 Net Present Value Rp 43.712.470,00 > Rp 0,00 Layak
2 Internal Rate of Return 31% > 15% Layak
3 Discounted Payback Period 4 Tahun 6 Bulan < 5 tahun Layak
4 Profitability Index 1,454 ≥ 1,0 Layak
Sumber: Bamba’s Cold & Creamery
Berdasarkan kepada hasil perhitungan Net Present Value, Internal Rate of

Return, Discounted Payback Period, dan Profitability Index, nilai yang diperoleh telah

memenuhi kriteria dan justifikasi kelayakan yang ditentukan oleh manajemen. Oleh

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


karena itu, dapat disimpulkan bahwa gagasan bisnis Bamba’s Cold & Creamery layak

untuk diterima dan dilaksanakan.

4.7.5.10. Implikasi Manajerial

Bamba’s Cold & Creamery akan memasuki pasar yang ketat yang di dalamnya

terdapat sejumlah kompetitor yang telah dikenal oleh konsumen. Untuk dapat bertahan,

manajemen Bamba’s Cold & Creamery hendaknya mampu menciptakan inovasi agar

produk yang ditawarkan mampu memiliki diferensiasi atau keunikan terhadap produk

kompetitor. Keunikan yang dimiliki oleh sebuah produk akan mampu menjadi daya tarik

bagi konsumen untuk memilih produk yang ditawarkan oleh Bamba’s Cold & Creamery.

Pada analisis aspek keuangan, peneliti telah melaksanakan analisis sensitivitas

beberapa variabel, antara lain jumlah penjualan, harga, biaya variabel, dan biaya tetap,

terhadap perhitungan NPV, IRR, dan P/I. Hasil yang diperoleh adalah Net Present Value

dan Profitability Index sensitif terhadap perubahan pada variabel jumlah penjualan dan

harga. Sedangkan untuk Internal Rate of Return, lebih sensitif terhadap perubahan pada

variabel biaya tetap. Berdasarkan kepada hasil analisis sensitivitas tersebut, manajemen

Bamba’s Cold & Creamery hendaknya memberikan perhatian yang lebih tinggi kepada

variabel-variabel jumlah penjualan, harga, dan biaya tetap. Perubahan yang terjadi pada

ketiga variabel tersebut, baik kenaikan maupun penurunan, akan memberikan perubahan

kepada perhitungan NPV, IRR, dan P/I.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Sebagaimana yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dapat dibuatkan

kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebuah gagasan bisnis tidak dapat diaplikasikan secara langsung tanpa

dilaksanakan studi yang mendalam terlebih dahulu. Kebutuhan modal yang perlu

disediakan dan juga keterbatasan dana yang diperlukan untuk kebutuhan modal,

membuat studi terhadap kelayakan gagasan bisnis penting untuk dilaksanakan.

Adanya resiko kegagalan dan kehilangan atas dana yang digunakan sebagai

modal, membuat studi kelayakan bisnis sebagai satu hal penting yang harus

dilakukan.

2. Pelaksanaan studi terhadap kelayakan suatu gagasan bisnis menilai seluruh aspek

yang berkaitan dengan kegiatan bisnis. Studi kelayakan di dalam penelitian ini

melibatkan beberapa aspek, antara lain aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis

produksi dan teknologi, aspek manajemen dan sumber daya manusia, aspek

hukum dan legalitas, dan aspek keuangan. Hasil studi terhadap berbagai aspek

tersebut memberikan informasi mengenai kelayakan gagasan bisnis yang akan

dilaksanakan.

3. Berdasarkan kepada perhitungan Net Present Value diperoleh hasil positif yang

mampu memenuhi kriteria kelayakan yang telah ditentukan. Oleh karena itu,

gagasan Bamba’s Cold & Creamery layak untuk diterima.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


4. Berdasarkan kepada perhitungan Internal Rate of Return diperoleh hasil return

yang mampu memenuhi kriteria kelayakan yang telah ditentukan. Oleh karena

itu, gagasan Bamba’s Cold & Creamery layak untuk diterima.

5. Berdasarkan kepada perhitungan Discounted Payback Period diperoleh hasil

yang mampu memenuhi kriteria kelayakan yang telah ditentukan. Oleh karena

itu, gagasan Bamba’s Cold & Creamery layak untuk diterima.

6. Berdasarkan kepada perhitungan Profitability Index diperoleh hasil yang mampu

memenuhi kriteria kelayakan yang telah ditentukan. Oleh karena itu, gagasan

Bamba’s Cold & Creamery layak untuk diterima.

7. Berdasarkan nilai-nilai yang diperoleh dari perhitungan semua metode

menunjukkan semua nilai memenuhi kriteria dan justifikasi kelayakan sehingga

gagasan bisnis Bamba’s Cold & Creamery layak untuk diterima dan

dilaksanakan. Namun, dengan memperhatikan analisis sensitivitas, manajemen

harus memperhatikan dan mengendalikan dengan ketat komponen jumlah

penjualan, harga, dan biaya tetap.

5.2. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini,

maka dapat disarankan hal sebagai berikut:

• Berdasarkan kepada analisis sensitivitas yang telah dilakukan sebelumnya,

hendaknya manajemen Bamba’s Cold & Creamery memberi perhatian kepada

komponen jumlah penjualan, harga, dan biaya tetap. Ketiga komponen tersebut

dapat memberikan pengaruh kepada perhitungan NPV, IRR, dan P/I.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 2008. Pola Pembiayaan Usaha Kecil Industri Pakaian Jadi Muslim.
Jakarta: Bank Indonesia.

Finoza, Lamuddin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan


Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Griffin, Ricky W., dan Ronald J. Ebert. 2004. Business Seventh Edition. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc.

Hadi, Rio Imanoto. 2001. Studi Kelayakan Bisnis Powerline Communications (PLC) di
Indonesia. Depok: Universitas Indonesia.

Horngren, Charles T., Srikant M. Datar, dan George Foster. 2006. Cost Accounting 12th
Edition.

Ibrahim, Yacob. 2009. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Indonesia Banking School. 2007. Pedoman dan Tehnik Penyusunan Skripsi Edisi 1.
Jakarta

Keown, Arthur J., et al. 2005. Financial Management Principles and Applications 10th
Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Mankiw, N. Gregory. 2004. Principles of Economics Third Edition. Ohio: Thomson


South-Western.

Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. 2002. Management 7th Edition. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc.

Sekaran, Uma. 1992. Research Methods for Business (Terj.). Jakarta: Salemba Empat.

Sofyan, Iban. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Subagyo, Ahmad. 2008. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.

Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

Undang-Undang No. 20 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


Yurniwati. 1994. Pengaruh Penggunaan Teknik-Teknik Capital Budgeting Terhadap
Prestasi Ekonomis Perusahaan Go Public. Yogyakarta.

Salusinus, L., Andi Arif Simping, H. Liong Misi, dan Soedibjo Edy Santoso. 2008. Studi
Kelayakan Industri Pakan Ternak Unggas Berbasis Jagung. Sulawesi Selatan:
BPPMD.

www.dgip.go.id/

www.investopedia.com/terms/w/wacc.asp

www.jakarta.bps.go.id/

www.pajak.go.id/

www.teachmefinance.com/capitalbudgeting.html

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi:

Nama : Avian Dwiputra

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 13 November 1988

Alamat : Kompleks Siaga Baru III No. 17

Pejaten Barat – Pasar Minggu

Jakarta

Jenis Kelamin : Pria

E-Mail : aviandwiputra@yahoo.com

Telepon : 085811260006

Pendidikan:

• (2006 – 2010) STIE Indonesia Banking School, Jakarta


• (2003 – 2006) SMAN 6 Mahakam, Jakarta
• (2000 – 2003) SMPI Al Azhar 2 Pejaten, Jakarta
• (1998 – 2000) SDI Al Azhar Kemang, Jakarta
• (1994 – 1998) SDN Pucang Jajar, Surabaya

Kursus dan Seminar:

• (2010) Sertifikasi Trade Finance, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

• (2009) Sertifikasi Basic Treasury, PT Matair Terra Solution

• (2008) Orientasi Kantor Bank Indonesia Bandung

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010


• (2008) Sertifikasi Selling Skill Customer Service, PT e-DEPRO
Management Consultant

• (2008) Sertifikasi Smart Investment for Mega Profit, PT Mega Options


Investama

• (2007) Sertifikasi Orientasi di KBPR Babadan Ponorogo

• (2007) Sertifikasi Service Excellence, First Asia Consultant

Pengalaman Organisasi:

• (2008) Indonesia Economic Debate, STIE IBS

• (2007) Indonesia Banking Solution, STIE IBS

• (2006) Big Even Point, STIE IBS

• (2006) Klassix 2006, SMA 6

• (2005) Klassix 2005, SMA 6

Jakarta, 11 Oktober 2010

( Avian Dwiputra )

STUDI KELAYAKAN..., AVIAN DWIPUTRA, Ak.-IBS, 2010

Anda mungkin juga menyukai