Anda di halaman 1dari 7

INTERNATIONAL NUTRITION

Disusun oleh:
Joan Angelia – 112018158
Kevin Aldriano Syahputra – 112018165
Torda Febriantika - 112018075

Pembimbing:
dr. Ernawaty Tamba, MKM

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


PERIODE 23 NOVEMBER 2020 - 30 JANURARI 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA, DESEMBER 2020
BAB I
PENDAHULUAN

Nutrisi adalah suatu hal yang penting dalam kesehatan dan pertumbuhan seseorang.
Asupan nutrisi yang baik akan membuat bayi, anak, dan ibu hamil lebih sehat dan memiliki
imunitas yang lebih kuat. Untuk ibu hamil, hal ini khususnya akan membuat kehamilan dan
proses persalinan lebih aman, serta mengurangi risiko penyakit tidak menular seperti diabetes,
penyakit jantung, dan penyakit lainnya. Seseorang yang menerima asupan nutrisi yang adekuat
akan lebih produktif dan memiliki kemampuan belajar yang lebih baik. Selain itu, hal tersebut
diharapkan dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan kelaparan.1

Saat ini, dunia sedang menghadapi berbagai masalah kesehatan yang bersangkutan
dengan masalah nutrisi. Salah satu yang menjadi sorotan global adalah malnutrisi, yang nantinya
dapat menimbulkan masalah kesehatan lainnya. Satu dari tiga orang di dunia mengalami
diantaranya underweight, defisiensi vitamin dan mineral, overweight maupun obesitas. Pada
tahun 2015, lebih dari 1,9 juta orang dewasa di seluruh dunia yang menderita overweight dan
obesitas, sedangkan 462 juta orang yang mengalami underweight. 2 Wanita lebih rentan untuk
mengalami malnutrisi daripada laki-laki. Sepertiga dari seluruh wanita dengan usia reproduktif
mengalami anemia dan wanita memiliki prevalensi obesitas lebih tinggi daripadi laki-laki,
walaupun masih ada juga jutaan wanita yang menderita underweight. Anak-anak usia dibawah 5
tahun mengalami beberapa masalah seperti 150 juta anak yang mengalami stunting, 50,5 juta
anak yang mengalami wasting, dan 38 juta anak yang mengalami overweight. Seiring dengan hal
tersebut, sektiar 20 juta bayi dilahirkan dengan berat badan rendah (low birth weight) setiap
tahunnya.3

Dengan adanya masalah-masalah kesehatan tersebut, WHO dan pemerintah di berbagai


negara membuat suatu program untuk menangani hal tersebut, serta membuat suatu global target
nutrition, yang terdiri dari indikator-indikator untuk melihat apakah program yang sudah
terlaksana efektif untuk menanggulangi masalah kesehatan tersebut. Pada makalah ini, penulis
akan lebih fokus membahas tentang masalah malnutrisi, terutama yang nanti dapat menyebabkan
stunting pada anak, yang juga akan berpengaruh kepada ibu dan bayi, sehingga lahirnya bayi
dengan berat badan rendah (low birth weight), serta program dan target yang dibuat untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ilmu nutrisi didefinisikan sebagai ilmu mengenai makanan, nutrisi dan segala kandungan
yang berada di makanan, interaksi dan keseimbangan antara kesehatan dan penyakit, serta proses
manusia mengolah, menyerap, menyalurkan, menggunakan dan mengeluarkan zat-zat makanan. 4
Porsi nutrisi yang adekuat, terutama dalam tahap awal kehidupan adalah sesuatu hal yang
mendasar bagi tumbuh kembang optimal. Nutrisi yang baik pada 1000 hari, mulai dari bayi
masih dalam kandungan ibu sampai usia 2 tahun, akan memberikan kesempatan anak untuk
bertumbuh dan belajar lebih baik, berpartisipasi dan berkontribusi di masyarakat, serta lebih kuat
dalam menghadapi penyakit. Mereka akan memiliki kehidupan yang lebih baik dan sehat di masa
depan.5,6

Hingga saat ini, jutaan anak-anak masih menderita malnutrisi. Setiap tahunnya, sekitar 3
juta anak-anak meninggal dikarenakan kurang gizi, dan jutaan lainnya mengalami malnutrisi
kronis yang menyebabkan stunting, yaitu keadaan yang bersifat irreversible dimana seorang anak
mengalami hambatan pertumbuhan sehingga memiliki perawakan yang pendek dan kognitif yang
tidak berkembang. Selain itu, masalah malnutrisi ini harus diperhatikan khususnya pada remaja
puteri dan wanita yang bersiap untuk memiliki anak, karena jika para calon ibu tersebut tidak
mendapatkan asupan nutrisi yang adekuat, maka risiko ia akan melahirkan bayi dengan berat
badan rendah (low birth weight) akan lebih tinggi, dan diketahui bahwa hal ini menjadi salah satu
faktor penyebab stunting pada anak.6

Stunting

Sekitar 149 juta anak di bawah usia 5 tahun di dunia mengalami stunting. Oleh karena
itu, stunting digolongkan sebagai salah satu hambatan pertumbuhan manusia yang cukup
signifikan. Stunting merupakan keadaan dimana seseorang memiliki perawakan pendek untuk
usianya. Untuk seseorang dapat dikatakan mengalami stunting adalah jika anak usia 0-59 bulan
memiliki tinggi badan lebih dari 2 SD di bawah median berat badan pada tinggi badan pada
kurva pertumbuhan anak menurut WHO. Stunting adalah kondisi yang irreversible disebabkan
oleh karena asupan nutrisi yang tidak adekuat dan karena sering mengalami infeksi berulang
pada 1000 hari pertama kehidupan.7

Ada beberapa faktor yang menyebabkan stunting, misalnya seperti kurangnya kesehatan
dan asupan nutrisi ibu, praktik pemberian makan pada anak dan remaja yang tidak adekuat, dan
infeksi. Kesehatan dan nutrisi ibu ini dilihat dari sebelum, saat dan setelah masa kehamilan, yang
akan mempengaruhi tumbuh kembang anak sejak anak tersebut di dalam kandungan. Jika adanya
kekurangan nutrisi saat anak di dalam kandungan, dapat menyebabkan intrauterine growth
restriction yang nantinya akan lahir dengan berat badan yang kurang dan berkontribusi dalam
20% penyebab stunting pada anak. Selain itu, stunting yang disebabkan oleh faktor ibu dapat
juga berupa ibu dengan perawakan pendek, jarak antar kelahiran yang pendek, dan kehamilan
pada usia remaja (hal ini mengganggu kecukupan nutrisi pada bayi karena bersaing dengan
pertumbuh si ibu).8,9

Faktor lainnya dapat berupa praktik pemberian makan pada bayi anak anak misalnya
tidak optimalnya pemberian ASI (ASI tidak eksklusif), dan terbatasnya jumlah, kualitas, dan
variasi pada makanan pendamping ASI. Adanya infeksi subklinis yang disebabkan akibat
terpaparnya dengan lingkungan yang terkontaminasi dan higene yang buruk dikaitan juga dengan
kejadian stunting karena menyebabkan malabsorpsi dan berkurangnya kemampuan fungsi usus
sebagai barrier untuk menangkal organisme penyebab penyakit.10 Selain itu, dari beberapa data,
didapatkan data bahwa adanya gap yang cukup jelas pada sosiodemografik, yang terbanyak
adalah kemampuan ekonomi dan tingkat edukasi. Tingkat anak yang mengalami stunting pada
anak dengan keluarga yang memiliki kemampuan ekonomi rendah (43,6%) dua kali lebih tinggi
dibandingkan dengan anak yang berada pada keluarga yang kemampuan ekonominya baik
(18,6%). Stunting juga lebih tinggi pada anak yang tingkat edukasi lebih rendah (39,2%)
dibandingkan dengan yang yang tingkat edukasi lebih tinggi (24%). Data pada 82 negara juga
mengatakan bahwa tingkat edukasi ibu berpengaruh, stunting akan lebih tinggi pada anak yang
ibunya memiliki tingkat edukasi lebih rendah. Berdasarkan data dari 110 negara, anak yang
tingkat di daerah pedesaan (35,6%) mengalami tingkat stunting lebih banyak dari anak yang
tinggal pada daerah perkotaan (25,6%).11

Stunting memiliki efek jangka panjang terhadap individu dan masyarakat, seperti
penurunan perkembangan kognitif dan fisik, kurangnya kapasitas produktifitas dan kesehatan
yang buruk, serta meningkatnya risiko penyakit degeneratif seperti diabetes. Menurut studi di
Guatemala, orang dewasa yang mengalami stunting semasa kanak-kanak yang bersekolah lebih
sedikit, prestasi ujian yang lebih rendah, penghasilan per kapita yang lebih rendah, dan
kemungkinan hidup dalam kemungkinan lebih tinggi. Stunting sangat menguras produktivitas
dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Para ekonom memperkirakan stunting dapat
mengurangi Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara hingga 3%. World Bank juga
memperkiraakan bahwa kehilangan 1% orang dewasa yang mengalami stunting pada masa
kanak-kanak sama dengan kehilangan 1,4% produktivitas ekonomi, yang berarti seseorang yang
pernah mengalami stunting akan menghasilkan 20% lebih rendah dibandingkan dengan individu
yang tidak mengalami stunting.7,12

Oleh karena itu, mengatasi masalah tersebut, WHO membuat program dan target untuk
mengatasi dan mengurangi angka stunting pada anak. Sejak tahun 2014, Global Nutrition Report
memberikan data yang komprehensif dan kredibel pada proses tracking, aksi, komitmen dan
mobilisasi dana untuk mengakhiri segala bentuk malnutrisi. Untuk jenis-jenis malnutrisi yang
menjadi masalah kesehatan global, WHO membuat 2025 global nutrition targets bagi negara-
negara, dan untuk stunting diharapakan angka dapat turun dari 149 juta anak pada tahun 2020,
menjadi di 100 juta anak pada tahun 2025.11

Tindakan-tindakan yang berfokus untuk mencegah terjadinya stunting harus dilakukan


secara komprehensif dan multisektoral. Pemerintah harus mempertimbangkan untuk
memprioritaskan tindakan yang akan diambil untuk mencapai 40% pengurangan dari jumlah
anak usia 5 tahun yang mengalami stunting. Upaya yang harus diperhatikan seperti
meningkatkan identifikasi, pengukuran dan pemahan tentang stunting, serta meningkatkan
cakupan kegiatan pencegahan stunting, meningkatkan nutrisi dan kesehatan ibu hamil (dapat
dimulai dari semasa remaja), meningkatkan pemberian ASI eksklusif (hingga usia 6 bulan) dan
makanan pendamping ASI (mulai usia 6-23 bulan), serta memperkuat intervensi berbasis
komunitas yaitu meningkatkan pemberian air bersih, sanitasi dan higene (WASH) untuk
melindungi anak dari penyakit diare, malaria, cacing, dan penyakit infeksi lainnya.3,7,11

Salah satu contoh program yang dikembangkan di India yang berhasil menurunkan angka
stunting dengan cukup signifikan. Rajmata Jijau Mother-Child Health and Nutrition Mission
merupakan suatu program yang dibuat untuk menangani masalah nutrisi pada anak di
Maharashtra, India. Pemerintah India bekerjasama dengan bagian women and child development
dan public health membuat suatu projek yang bernama village child development centre (VCDC)
yang merupakan suatu layanan yang berada di Anganwadi Health Centre (AWC). Tidak hanya
untuk menangani anak-anak dengan malnutrisi akut, tapi para tenaga keseahatan juga
mengedukasi para ibu bagaimana untuk mencegah malnutrisi. Setelah berjalan beberapa lama,
program ini terus dievaluasi, dan salah satu studi di Gadchiroli mendapatkan bahwa 76% anak
dengan malnutrisi akut yang sedang-berat mengalami peningkatan setelah adanya VCDC.
Laporan juga menunjukkan melalui program ini, Maharashtra sukses untuk menurunkan tingkat
stunting pada anak usia di bawah 2 tahun dari 44% pada tahun 2005 menjadi 22,8% pada tahun
2012.

Dengan adanya program-program dan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah-


pemerintah pada setiap negara, dilaporkan bahwa secara global adanya progress terhadap
menurunan tingkat stunting di dunia, namun progressnya cenderung lambat untuk mencapai
target pada tahun 2025, terutama di daerah Asia, yang merupakan tempat dimana setengah dari
anak-anak dengan stunting di dunia berada, yaitu 81,7 juta anak (54,8%).

Daftar Pustaka
1) World Health Organization. Nutrition. Diunduh dari: https://www.who.int/health-
topics/nutrition. Pada tanggal: 3 Desember 2020.
2) Cadman H, editor. Global nutrition policy review 2016-2017: country progress in
creating enabling policy environment for promoting healthy diets and nutrition.
Switzerland: World Health Organization; 2018. p. 2, 8, 13-23.
3) Independent Expert Group of the Global Nutrition Report. 2018 global nutrition report:
shining a light to spur action on nutrition. Bristol: Development Initiatives; 2018. p. 11-
16, 20-26.
4) U.S. National Library of Medicine. Joint collection development policy: human nutrition
and food. Diunduh dari: https://wayback.archive-it.org/org-
350/20190227225406/https://www.nlm.nih.gov/pubs/cd_hum.nut.html. Pada tanggal: 4
Desember 2020.
5) World Health Organization. Nutrition in Western Pasific. Diunduh dari:
https://www.who.int/westernpacific/health-topics/nutrition. Pada tanggal: 4 Desember
2020.
6) UNICEF. Nutrition’s life long impact. Diunduh dari:
https://www.unicef.org/nutrition/index_lifelong-impact.html. Pada tanggal: 4 Desember
2020.
STUNTING
7) World Health Organization. Global nutrition targets 2025 stunting policy brief.
Switzerland: World Health Organization; 2014. p. 1-9.
8) Özaltin E, Hill K, Subramanian SV. Association of maternal stature with offspring
mortality, underweight, and stunting in low- to middle-income countries. JAMA. 2010;
303(15):1507–16.
9) Black RE, Victora CG, Walker SP, Bhutta ZA, Christian P, de Onis M, et al.; the
Maternal and Child Nutrition Study Group. Maternal and child undernutrition and
overweight in low-income and middle-income countries. Lancet 2013; 371:243–60.
10) Prendergast AJ, Rukobo S, Chasekwa B, Mutasa K, Ntozini R, Mbuya MNN et al.
Stunting is characterized by chronic inflammation in Zimbabwean infants. PLoS One.
2014; 9(2):e86928.
11) Independent Expert Group of the Global Nutrition Report. 2020 global nutrition report:
action on equity to end malnutrition. Bristol: Development Initiatives; 2020. h. 34-45, 50,
124.
12) Shekar M, Kakietek J, D’Alimonte M, Rogers HE, Eberwein JD, etc. Reaching the global
target to reduce stunting: an investment framework. Health and Policy Planning. 2017;
32(5):657-68.

Anda mungkin juga menyukai