Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEBIJAKAN MONETER
Dibuat untuk memenuhi tugas ekonomi syariah
Dosen pengampu:
Warsiyah

Disusun oleh:
Ahmad furqon ramadhoni ( 2021020472 )
Irfan permana putra ( 2021020085 )

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


(SIYASAH SYAR’IYYAH)
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-NYA
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebijakan Moneter
Dalam Ekonomi syariah“. Sholawat serta salam tak lupa kami junjungkan kepada
pimpinan agung kita baginda Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafaatnya di akhirat nanti.
Selain itu kami juga berterima kasih kepada ibuk warsiyah selaku Dosen
mata kuliah Ekonomi syariah yang telah memberikan tugas ini kepada kami serta
membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

Bandar lampung,31 mei 2021

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebijakan Moneter.................................................................3
B. Prinsip-Prinsip Kebijakan Moneter Dalam Ekonomi Islam.....................6
C. Instrumen Moneter Islami.........................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................13
B. Saran.......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai
dampak kebijakan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakam laju pertumbuhan yang
dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung
menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi.1
Kuznets dan Sirojuzilam mendefinisikan pertumbuhan ekonomi
sebagai “Kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk
menyediakan semakin banyak barang kepada penduduknya, kemampuan
ini bertambah sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian
kelembagaan dan ideologis yang diperlukan”.2
Untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi
stabil tidaklah pekerjaan yang mudah untuk dilaksanakan, ini ibaratnya
mata uang 2 sisi, kadang dicapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tapi
tidak stabil. Untuk mencapai inilah diperlukan kebijakan moneter.
Kebijakan moneter bertujuan mengarahkan perekonomian makro
ke kondisi yang lebih baik dan atau diinginkan. Kondisi-kondisi tersebut
diukur dengan menggunakan indikator-indikator makro utama seperti
terpeliharanya pertumbuhan ekonomi yang baik, stabilitas harga umum
yang terkendali, dan menurunnya tingkat pengangguran.
Sesuai dengan kondisi perekonomian masyarakat Indonesia yang
kegiatannya bertumpu pada aset keuangan kredit perbankan, maka
pemerintah perlu melaksanakan kebijakan moneter melalui pengelolaan
atau pengaturan sistem perkreditan secara dinamis, sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi struktur potensi ekonomi masyarakat daerah
(resource base) yang akan digerakkan.
1
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi, (Jakarta: LPFE UI,
2008), hlm. 435.
2
M. Nur Rianto, Teori Makroekonomi Islam, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.131.

1
Kebijakan moneter tujuannya adalah untuk mencapai stabilisasi
ekonomi. Berhasil tidaknya tujuan dari kebijakan moneter tersebut
dipengaruhi oleh dua faktor, pertama: kuat tidaknya hubungan kebijakan
moneter dengan kegiatan ekonomi tersebut, kedua: jangka waktu
perubahan kebijakan moneter terhadap kegiatan ekonomi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini adalah:
1. Apa Pengertian Kebijakan Moneter?
2. Bagaimana Prinsip-prinsip Kebijakan Moneter dalam Ekonomi Islam?
3. Apa saja Instrumen Moneter Islam?
4. Bagaimana Kebijakan Moneter pada Masa Nabi, Sahabat atau
Khulafaurasyidin dan Abad Pertengahan?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Mendeskripsi Pengertian Kebijakan Moneter.
2. Mendeskripsi Prinsip-prinsip Kebijakan Moneter dalam Ekonomi
Islam.
3. Mendeskripsi Instrumen Moneter Islam.
4. Mendeskripsi Kebijakan Moneter pada Masa Nabi, Sahabat atau
Khulafaurasyidin dan Abad Pertengahan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Moneter


Jumlah uang beredar tidak boleh terlalu berlebihan atau kurang,
pengendalian jumlah uang beredar perlu dilakukan untuk menciptakan
iklim yang baik bagi stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi, serta
pengendalian terhadap kegiatan kredit. Kebijakan yang digunakan oleh
pemerintah untuk mengatur jumlah uang beredar inilah yang dinamakan
dengan kebijakan moneter. Kontribusi kebijakan moneter terhadap
stabilitas harga sangat penting artinya untuk menekan tingkat inflasi.
Pertumbuhan jumlah uang beredar sebaiknya mengikuti pertumbuhan
ekonomi, sehingga secara tidak langsung dapat menekan tingkat
pengangguran. Bank sentral selaku pelaksana kebijakan moneter dapat
menjalankan kebijakan baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
Kebijakan moneter dianggap lebih baik sebagai alat stabilitasi
kegiatan ekonomi oleh negara, karena:3
1. Tidak menimbulkan masalah crowding out;
2. Decision lag-nya tidak terlalu lama sehingga waktu pelaksanaan
kebijakan dapat disesuaikan dengan masalah ekonomi yang dihadapi;
3. Tidak menimbulkan beban kepada generasi yang akan datang dalam
bentuk keperluan untuk membayar bunga dan mencicil utang
pemerintah.
Dari paparan diatas definisi yang dimaksud dengan kebijakan
moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian
makro ke kondisi yang diinginkan dengan mengatur jumlah uang beredar.
Kondisi lebih baik disini adalah dengan meningkatnya output
keseimbangan dan atau terpeliharanya stabilitas harga. Melalui kebijakan
moneter pemerintah dapat mempertahankan, menambah, atau mengurangi
jumlah uang beredar dalam upaya mempertahankan kemampuan ekonomi
3
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi, (Jakarta: LPFE UI,
2008), hlm. 433.

3
untuk terus tumbuh sekaligus mengendalikan inflasi.4 Jika yang dilakukan
adalah menambah jumlah uang beredar, maka pemerintah dikatakan
menempuh kebijakan moneter ekspansif. Sebaliknya jika jumlah uang
beredar dikurangi, pemerintah menempuh kebijakan kontraktif atau biasa
pula dikenal sebagai kebijakan uang ketat.
Selain itu kebijakan moneter dapat pula berarti sebagai peraturan
dan ketentuan yang dikeluarkan dalam mengatur penawaran uang dan
tingkat bunga, kebijakan ini dilakukan oleh Bank Sentral. Agar ekonomi
tumbuh lebih cepat, bank sentral bisa memberikan lebih banyak kredit
kepada sistem perbankan melalui operasi pasar terbuka, atau bank sentral
menurunkan persyaratan cadangan dari bank-bank atau menurunkan
tingkat diskonto, yang harus dibayar oleh bank jika hendak meminjam dari
bank sentral. Akan tetapi, apabila ekonomi tumbuh terlalu cepat dan inflasi
menjadi masalah yang semakin besar, maka bank sentral dapat melakukan
operasi pasar terbuka (Open market operations), menarik uang dari sistem
perbankan, menaikkan persyaratan cadangan minimum (reserve
requirement), atau menaikkan tingkat diskonto (interest or discount rate),
sehingga dengan demikian akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Instrumen kebijakan moneter lain berkisar dari kebijakan kredit selektif
sampai moral suasion, suatu kebijakan yang sederhana, tetapi sering
sangat efektif. Kebijakan moeneter dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:5
1. Kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif, yaitu kebijakan umum
yang bertujuan untuk mempengaruhi jumlah penawaran uang dan
tingkat bunga dalam perekonomian.
a. Operasi pasar terbuka
b. Mengubah persyaratan cadangan minimum (reserve requirement)
c. Mengubah tingkat suku bunga (Discount rate)
2. Kebijakan moneter yang bersifat kualitatif:

4
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi, (Jakarta: LPFE
UI, 2008), hlm. 435.
5
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: IIIT, 2001),
hlm. 28

4
a. Pengawasan pinjaman secara selektif, yaitu menentukan jenis-
jenis pinjaman mana yang harus dikurangi atau digalakkan.
b. Pembujukan moral, yaitu bank sentral menghimbau serta
membujuk kepada bank-bank untuk melakukan suatu hal yang
diarahkan, misalnya pada saat terlalu banyak jumlah uang
beredar, bank sentral bisa membujuk kepada bank untuk
mengurangi penyaluran kreditnya.
Banyak faktor yang mempengaruhi pemerintah dan sistem bank
dalam menentukan jumlah penawaran uang pada suatu waktu tertentu.
Tingkat bunga tidak mempunyai peranan dalam menentukan jumlah uang
yang ditawarkan pada suatu waktu tertentu. Perubahan tingkat bunga
dalam analisis parsial saat ada pergeseran baik permintaan dan penawaran
uang.
Kebijakan moneter dijalankan dalam rangkaian perubahan dalam
perekonomian yang akhirnya menyebabkan perubahan pendapatan
nasional dan penggunaan tenaga kerja. Rangkaian perubahan ini disebut
dengan mekanisme transmisi, yaitu:

∆r  ∆I  ∆AE  ∆Y6

Dimana :

1. Kebijakan moneter mengubah tingkat bunga (∆r)


2. Tingkat bunga mengubah investasi (∆I)
3. Investasi mengubah pembelanjaan agregat (∆AE)
4. Perubahan pembelanjaan agregat dapat mengubah pendapatan
nasional dan penggunaan tenaga kerja dalam perekonomian (∆Y)
Adapun faktor-faktor yang menentukan efektivitas kebijakan
moneter yakni:7
1. Perbedaan tingkat elastisitas permintaan uang
2. Perbedaan elastisitas efisiensi modal marginal (MEI)

6
M. Nur Rianto, Teori Makroekonomi Islam, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.131.
7
M. Nur Rianto, Teori Makroekonomi Islam, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.131.

5
3. Perubahan dalam marginal Propensity to Consume (MPC)
B. Prinsip-Prinsip Kebijakan Moneter Dalam Ekonomi Islam
Secara khusus kebijakan moneter mempunyai pengertian sebagai
tindakan makro pemerintah melalui bank sentral dengan cara
mempengaruhi penciptaan uang. Dengan mempengaruhi proses penciptaan
uang, pemerintah bisa mempengaruhi jumlah uang beredar, yang
selanjutnya pemerintah bisa mempengaruhi pengeluaran investasi,
kemudian mempengaruhi permintaan agregat dan akhirnya tingkat harga
sehingga tercipta kondisi ekonomi sebagaimana yang dikehendaki.8
Kebijakan moneter dalam islam berpijak pada prinsip-prinsip dasar
ekonomi islam sebagai berikut :9
1. Kekuasaan tertinggi adalah milik Allah dan Allah lah pemilik yang
absolut.
2. Manusia merupakan pemimpin (kholifah) di bumi, tetapi bukan
pemilik yang sebenarnya.
3. Semua yang dimiliki dan didapatkan oleh manusia adalah karena
seizin Allah,dan oleh karena itu saudara-saudaranya yang kurang
beruntung memiliki hak atas sebagian kekayaan yang dimiliki
saudara-saudaranya yang lebih beruntung.
4. Kekayaan tidak boleh ditumpuk terus atau ditimbun.
5. Kekayaan harus diputar.
6. Menghilangkan jurang perbedaan antara individu dalam
perekonomian, dapat menghapus konflik antar golongan.
7. Menetapkan kewajiban yang sifatnya wajib dan sukarela bagi semua
individu, termasuk bagi anggota masyarakat yang miskin.

Dalam aspek teknis, kebijakan moneter islam harus bebas dari


unsur riba dan bunga bank. Dalam islam riba yang termasuk didalamnya
bunga bank diharamkan secara tegas. Dengan adanya pengharam ini maka

8
Budiono, Seri Sinopsis, Pengantar Ilmu Ekonomi, (Yogyakarta: BPFE, 2001), hlm. 96
9
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: IIIT, 2001),
hlm. 28

6
bunga bank yang dalam ekonomi kapitalis menjadi instrument utama
manajemen moneter menjadi tidak berlaku lagi. Manajemen moneter
dalam islam didasarkan pasa prinsip bagi hasil.

C. Instrumen Moneter Islami


1. Mazhab Pertama (Iqtishaduna)
Menurut mazhab iqtishaduna tidak diperlukan suatu kebijakan
moneter dikarenakan hampir tidak adanya sistem perbankan dan
minimnya penggunaan uang. Jadi tidak ada alasan yang memadai
untuk melakukan perubahan-perubahan dalam penawaran uang (Ms).
Selain itu kredit tidak mempunyai peran dalam penciptaan uang,
karena kredit hanya digunakan di antara para pedagang saja serta
peraturan pemerintah tentang surat peminjaman dan instrumen
negosiasi yang dirancang sedemikian rupa sehingga tidak
memungkinkan sistem kredit dapat menciptakan uang. Sistem yang
diterapkan oleh pemerintah yang berhubungan dengan konsumsi,
tabungan dan investasi telah menciptakan instrumen otomatis untuk
pelaksanaan kebijakan moneter.
2. Mazhab Kedua (Mainstream)
Instrumen yang digunakan mazhab kedua untuk
mempengaruhi Permintaan Agregat adalah dengan dikenakannya
biaya atau pajak atas dana atau aset produktif yang menganggur (dues
of idle fund). Peningkatan dues of idle fund akan mengalihkan
permintaan uang yang sedianya ditujukan untuk penimbunan
uang/aset yang produktif kepada tujuan uang yang akan meningkatkan
produktifitas uang tersebut di sektor riil sehingga investasi meningkat.
Peningkatan investasi berdampak pada peningkatan Permintaan
Agregat, sehingga keseimbangan umum yang baru akan berada pada
tingkat pendapatan nasional yang lebih tinggi. Masyarakat diarahkan
untuk mengalokasikan dananya kepada sektor produktif agar dapat
memacu pertumbuhan ekonomi semakin tinggi apabila dana/aset
produktif tersebut hanya dibiarkan menganggur.

7
3. Mazhab Ketiga (Alternatif)
Sistem kebijakan moneter yang dianjurkan oleh mazhab
alternatif adalah syuratiq process yaitu dimana suatu kebijakan yang
diambil oleh otoritas moneter berdasarkan musyawarah sebelumnya
dengan otoritas sektor riil. Jadi keputusan-keputusan kebijakan
moneter yang dituang daLam bentuk instrumen moneter biasanya
adalah harmonisasi dengan kebijakan-kebijakan di sektor riil.
Kebijakan di sektor moneter adalah derivasi dari sektor riil dan
harmonisasi dengan sektor riil. Secara umum manajemen moneter
Islam yang diajukan oleh mazhab ketiga adalah besarnya jumlah
penawaran uang mengikuti permintaan uang dari masyarakat. Hal ini
agar tidak ada kesenjangan antara sektor riil dan sektor moneter.
Harmonisasi antar sektor riil dan moneter akan menghasilkan
suatu kurva jangka panjang dari penawaran uang (Ms) dan permintaan
uang (Md) yang berbentuk seperti jalinan tambang yang harmonis
dengan pertumbuhan pendapatan nasional (Y). Jika terjadi
peningkatan Permintaan Agregat sebagai akibat dari peningkatan-
peningkatan pada konsumsi, atau ekspor bersih (net export), atu
tingkat investasi atau tingkat belanja pemerintah, maka akan terjadi
kenaikan permintaan uang (Md 1 ke Md 2) di pasar uang. Responnya
otoritas moneter akan meningkatkan penawaran uang dari Ms 1 ke Ms
2 (kebijakan yang harmonis dengan sektor riil). Jika kemudian terjadi
lagi peningkatan permintaan uang (Md), maka otoritas moneter akan
merespon hal yang sama yang meningkatkan lagi penawaran uang
(Ms).10
Dibawah ini terdapat beberapa aplikasi instrumen kebijakan
moneter diberbagai negara, diantaranya:11
1. Sudan

10
M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis,
(Bandung: Alfabet,2010), hlm. 145.
11
M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis,
(Bandung: Alfabet,2010), hlm. 146.

8
Pada masa sebelum dibelakukannya syariah Islam pada sistem
perbankan di Sudan, Bank Sentral Sudan sangat tergantung pada
instrumen-instrumen langsung seperti tingkat suku bunga, plafon
kredit (credit ceiling), ketentuan rasio likuiditas (statutory liquidity
ratio), dan tingkat diskonto. Pada tahun 1984, setelah diperkenalkan
syariah Islam di Sudan. Bank Sentral Sudan mengeluarkan arahan dan
perintah kepada seluruh bank-bank yang beroperasi di Sudan agar
menjalankan prinsip-prinsip perbankan yang sesuai dengan syariah
Islam dalam aktivitas kesehariannya. Akibatnya, Bank Sentral Sudan
dihadapkan pada permasalahan substitusi instrumen-instrumen
moneter konvensional dengan instrumen yang sesuai dengan syariah
Islam untuk dapat mempertahankan perannya sebagai pengawas dan
pemberi arahan bagi bank-bank, melakukan ekspansi atau kontraksi
penawaran uang atau kredit, dan mengimplementasikan kebijakan
moneter, serta sekaligus menjaga kepentingan publik.
Instrumen-instrumen moneter yang digunakan oleh Bank
Sentral Sudan dalam operasionalnya adalah sebagai berikut:12
a. Reserve Requirement. RR paling kurang disediakan 20% (10%
untuk simpanan mata uang asing).
b. Bank-bank komersial harus mencapai dan memelihara rasio
likuiditas sebesar 10% dari dana giro dan tabungan dalam bentuk
mata uang lokal.
c. Plafon kredit untuk sektor-sektor prioritas pada:
1) Pertanian
2) Ekspor
3) Perindustrian
4) Pertambangan dan Energi
5) Transportasi dan Pergudangan
6) Profesional, Pengrajin, dan Bisnis keluarga ukuran kecil

M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis,
12

(Bandung: Alfabet,2010), hlm. 146.

9
7) Perumahan Rakyat
8) Investasi pada pasar saham resmi Khartoum.
d. Marjin keuntungan minimum Murabahah 10%-15%.
e. Penyertaan minimum nasabah untuk perjanjian Musyarakah
sebagai alat untuk mengatur jumlah ketersediaan sumber daya
untuk kredit.
f. Aturan kredit kualitatif dan kuantitatif seperti:
1) Minimum 50% dari kredit diberikan kepada daerah rural.
2) Kredit tidak diberikan kepada orang atau institusi yang gagal
sebelumnya.
3) Seluruh kredit harus dipastikan memenuhi ketentuan syariah.
g. Foreign Exchange Operation sebagai alat Bank Sentral Sudan
untuk menjaga stabilitas nilai tukar uang (bukan untuk fungsi
kontrol likuiditas).
h. Open Market Operation dengan menggunakan instrumen:
1) Central Bank Musharaka Certifikat(CMC).
2) Goverment Musharaka Certifikat(GMC)
i. Ijara Certificate (Sukuk). Sukuk ini merepresentasikan tiga
perjanjian dasar:
1) Perjanjian pembelian aset.
2) Perjanjian sewa menyewa.
3) Perjanjian penjualan aset.
2. Iran
Iran adalah satu-satunya negara Islam yang menerapkan sistem
perekonomian dengan mengacu kepada pemikiran teori ekonomi
Islam Mazhab Iqtishaduna. Banyak modifikasi yang dilakukan oleh
otoritas moneter Iran terhadap sistem perbankannya agar tetap
kompetitif di era persaingan global ini. Berikut instrumen yang
dipakai:13

13
M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis,
(Bandung: Alfabet,2010), hlm. 147.

10
a. Reserve Requirement Ratio. Rasio cadangan dari 10% sampai
30%, biasanya digunakan untuk menarik dana yang dianggurkan
yang secara potensial dapat digunakan dalam peningkatan
likuiditas.
b. Adjusted Open Market Operations.
c. Discount Rates. Karena adanya pelarangan riba, maka instrumen
ini tidak digunakan seluas konvensional. Discounting ini terjadi
pada sekuritas yang berdasarkan pada transaksi riil.
d. Credit Ceiling.
e. Minimum Expected Profit Ratio of Bank dan Bank’s Share Of
Profit in Various Contract.
3. Indonesia
Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi bank sentralnya
mempunyai instrumen moneter syariah diantaranya:14
a. Giro Wajib Minimum. Dalam pelaksanaannya besara GWM
adalah 5% dari pihak ketiga yang berbentuk rupiah dan 3% yang
berbentuk mata uang asing.
b. Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah (Sertifikat
IMA). Sertifikat IMA adalah suatu instrumen yang digunakan
oleh bank-bank syariah yang kelebihan dana untuk mendapatkan
keuntungan dan di lain pihak sebagai sarana penyedia dan jangka
pendek bagi bank-bank syariah yang kekurangan dana.
c. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia – SWBI (sekarang menjadi
Sertifikat Bank Indonesia Syariah-SBIS). SWBI adalah instrumen
Bank Indonesia (BI) yang sesuai dengan syariah Islam yang
digunakan dalam OMO. Selain itu, SWBI ini juga dapat
digunakan oleh bank-bank syariah yang mempunyai kelebihan
likuiditas sebagai sarana penitipan dana jangka pendek.

14
M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis,
(Bandung: Alfabet,2010), hlm. 148.

11
d. Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS). Sebagai fasilitas bagi
bank syariah yang membutuhkan dana di pasar uang, sehingga
mereka dapat saling mengadakan perjanjian antar bank syariah.15

M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis,
15

(Bandung: Alfabet,2010), hlm. 144-148.

12
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap
mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank
Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara
persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkkendali,
tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dallam pasokan/distribusi
barang. Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun
tidak terbatas pda instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib
minimum, intervensi di pasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi
bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang
bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbnagan
eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan
makro, yakni menjaga stabilitas ekonomi yang dapat diukur dengan
kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran Internasional
yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian
terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan
(tindakan stabilisasi).
Saran
Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih
kepada para pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini. Tak
lupa, kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan.
Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan yang
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi siapa yang membacanya.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://ramustika.blogspot.co.id/2013//11/kebijakan-fiskal-dan-moneter-pada.html?
m=1 diakses pada tanggal 14 November 2017.
Muhammad. 2002. Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam. Jakarta:
PT. Salemba Emban Patria.
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi.
Jakarta: LPFE UI.
Rianto, M. Nur. 2010. Teori Makroekonomi Islam. Bandung: Alfabeta.
.

14

Anda mungkin juga menyukai