Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

UPAYA MENGATASI COVID-19 MENGGUNAKAN


VAKSIN

DISUSUN OLEH :
LINTANG GURAT JINGGA (XI IPA B / 16)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory syndrome coronavirus
2 (SARS-CoV-2). COVID-19 dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan, mulai dari gejala yang
ringan seperti flu, hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia. Pandemi COVID-19 yang telah
merenggut jutaan jiwa di dunia, merupakan suatu kewajiban bagi kita untuk menjaga kesehatan
baik untuk diri maupun untuk lingkungan sekitar. Hal ini termaktub dalam sabda Rasulullah “Jika
kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya.
Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kelian meninggalkan
tempat itu,” (HR Bukhari dan Muslim) yang ditunjukkan dengan upaya isolasi mandiri maupun
dengan berbagai protokol kesehatan yang perlu kita jalankan selama pandemi ini berlangsung.
Tentu pandemi ini kemudian semakin menyulitkan kita ketika hingga saat ini masih belum
ditemukan obat yang dianggap mampu secara efektif mengobatinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan untuk menghentikan penyebaran pandemi COVID-
19 ini perlu ditemukan nya cara membentuk herd immunity sehingga orang orang tidak lagi
terjangkit COVID-19 .
BAB II
PEMECAHAN MASALAH
A. Pengertian Vaksin
Vaksin atau yang sering kali dikenal dengan nama imunisasi telah lama beredar dalam kehidupan
kita sehari-hari. Dimulai dari vaksin hepatitis B yang diberikan kepada bayi yang baru lahir untuk
memberikan kekebalan imunitas kepada bayi tersebut, sehingga peluang hidup sehat lebih besar,
serta diikuti oleh berbagai jenis vaksin lain guna memberikan kekebalan imunitas bagi bayi agar
mampu tumbuh sehat dan memberikan peluang hidup yang lebih panjang (Kementerian Kesehatan
RI, 2016). Vaksin sendiri berasal dari bagian bakteri atau virus yang menyerang manusia, yang
mana bagian tersebut dilemahkan dan disuntikkan ke dalam tubuh manusia dengan harapan tubuh
akan membentuk antibodi terhadap bentuk bakteri atau virus serupa untuk kemudian mampu
menciptakan imunitas terhadap paparan bakteri atau virus yang asli. Oleh karena itu, vaksin
merupakan bagian penting dalam peradaban manusia dalam menghadapi penyakit mematikan dan
menghindari penyebaran wabah penyakit mematikan (WHO, 2019).
B. Vaksin Bagi COVID-19
Di sini, vaksin merupakan salah satu cara yang dianggap mampu mempercepat normalisasi kondisi
sehingga kita mampu menjalani kehidupan kembali seperti sedia kala. Meski begitu, bukan berarti
tidak ada solusi lain. Vaksinasi merupakan salah satu upaya lain yang dapat dijalankan, yaitu
dengan memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit, termasuk COVID-19. Dengan semakin
banyak orang yang kebal terhadap virus tersebut, diharapkan ke depannya akan tercipta herd
immunity, atau imunitas kelompok yang mana semua orang sudah memiliki kekebalan dan tidak
lagi mentransmisikan virus tersebut kepada orang lain.

Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Indonesia dimulai pada 13 Januari 2021 dengan vaksinasi
pertama dilakukan pada Presiden RI Joko Widodo, serta sejumlah perwakilan dari berbagai latar
belakang seperti tenaga kesehatan, pemuka agama, guru, dan lain-lain. Program vaksinasi ini
terlaksana setelah pada tanggal 11 Januari 2021, Badan POM mengeluarkan persetujuan
penggunaan darurat (EUA) untuk vaksin dan dikeluarkannya fatwa halal oleh Majelis Ulama
Indonesia.
C. Jenis – Jenis Vaksin COVID-19 di Indonesia

1. Vaksin Sinovac

• Nama vaksin: CoronaVac


• Negara asal: China
• Bahan dasar: virus Corona (SARS-CoV-2) yang telah dimatikan (inactivated virus)
• Uji Klinis: fase III (selesai)
o Lokasi: China, Indonesia, Brazil, Turki, Chile
o Usia peserta: 18–59 tahun
o Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 14 hari
o Efikasi vaksin: 65,3% (di Indonesia), 91,25% (di Turki)

Vaksin Sinovac telah melampaui standar minimal 50% yang ditetapkan oleh WHO dan FDA.
Vaksin ini juga sudah mendapatkan izin penggunaan darurat atau emergency use of
authorization (EUA) dari BPOM, serta sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Setelah disuntikkan, virus yang tidak aktif pada vaksin ini akan memicu sistem kekebalan tubuh
untuk menghasilkan antibodi yang dapat melawan virus Corona secara spesifik. Dengan begitu,
jika sewaktu-waktu tubuh terserang virus Corona, sudah ada antibodi yang bisa melawannya dan
mencegah terjadinya penyakit.
Kemungkinan terjadinya infeksi atau penyakit COVID-19 yang bergejala pada orang yang sudah
divaksinasi dengan vaksin Sinovac bisa turun sebesar 65%.
Sebagai ilustrasi, jika tadinya ada 9 juta orang yang bisa terinfeksi dan masuk rumah sakit karena
COVID-19, setelah pemberian vaksin ini jumlahnya bisa berkurang menjadi hanya 3 juta orang.
Sementara pada skala individu, risiko orang yang sudah divaksin akan menjadi 3 kali lebih
rendah untuk mengalami sakit karena COVID-19.
Vaksin ini juga dinilai aman, sebab efek samping yang bisa muncul hanya bersifat ringan dan
sementara, misalnya nyeri di lokasi penyuntikan, nyeri otot, dan sakit kepala. Efek samping yang
paling banyak terjadi adalah nyeri di lokasi penyuntikan dan rata-rata hilang dalam 3 hari.

2. Vaksin Oxford-AstraZeneca

• Nama vaksin: AZD1222


• Negara asal: Inggris
• Bahan dasar: virus hasil rekayasa genetika (viral vector)
• Uji klinis: fase III (hampir selesai)
o Lokasi: Inggris, Amerika, Afrika Selatan, Colombia, Peru, Argentina
o Usia peserta: >18 tahun hingga >55 tahun
o Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 4–12 minggu
o Efikasi vaksin: 70,4% (sementara)
Efikasi vaksin dari Oxford-AstraZeneca tidak jauh berbeda dengan vaksin Sinovac. Vaksin ini
terbukti aman dan efektif dalam mengurangi risiko terinfeksi Corona dan risiko terjadinya
penyakit yang berat atau perlu dirawat di rumah sakit.
Vaksin ini mengandung virus yang tidak berbahaya. Setelah disuntikkan, virus ini akan masuk ke
dalam sel tubuh, kemudian memicu sistem imun tubuh untuk menghasilkan antibodi dan
mengaktifkan sel imun yang dapat melawan virus Corona.
Dalam uji klinisnya, sebagian besar efek samping vaksin hanya bersifat ringan hingga sedang
dan bisa sembuh dalam beberapa hari. Gejala yang banyak dialami, yaitu >10%, antara lain nyeri
otot, kemerahan, gatal, bengkak atau benjol di tempat suntikan, demam, lelah, menggigil, sakit
kepala, mual, muntah, radang tenggorokan, flu, dan batuk.
Sementara itu, gejala yang lebih jarang terjadi, yaitu hanya ≤1%, adalah pusing, nafsu makan
turun, sakit perut, pembesaran kelenjar getah bening, keringat berlebihan, kulit gatal, dan muncul
ruam

3. Vaksin Sinopharm

• Nama Vaksin: BBIBP-CorV


• Negara asal: China
• Bahan dasar: virus Corona yang dimatikan (inactivated virus)
• Uji klinis: fase III (selesai)
o Lokasi: China, Uni Emirat Arab, Maroko, Mesir, Bahrain, Jordan, Pakistan, Peru,
Argentina
o Usia peserta: 18–85 tahun
o Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 21 hari
o Efikasi vaksin: 79,34% (di Uni Emirat Arab)

Cara kerja vaksin Sinopharm sama dengan vaksin Sinovac, yaitu memicu sistem kekebalan
tubuh untuk menghasilkan antibodi terhadap virus Corona menggunakan virus yang telah
dimatikan.
Vaksin ini juga telah melewati uji klinis fase 3 dan mendapatkan izin penggunaan darurat dari
otoritas kesehatan di China dan Arab. Sejauh ini, pemberian vaksin Sinopharm aman dan tidak
menimbulkan efek samping yang serius.

4. Vaksin Moderna

• Nama Vaksin: mRNA-1273


• Negara asal: Amerika Serikat
• Bahan dasar: messenger RNA (mRNA)
• Uji klinis: fase III (selesai)
o Lokasi: Amerika Serikat
o Usia peserta: >18 tahun hingga >55 tahun
o Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 28 hari
o Efikasi vaksin: 94,1%
Vaksin Moderna telah mendapatkan izin penggunaan darurat dari Amerika Serikat. Yang
membedakan vaksin ini dengan ketiga vaksin di atas adalah bahan dasar yang digunakan. Vaksin
Moderna menggunakan salah satu bahan genetik virus (mRNA).
Vaksin mRNA bekerja dengan cara mengarahkan sel tubuh untuk memproduksi protein yang
berbentuk sama seperti protein pada virus Corona. Selanjutnya, sel-sel tubuh akan menghasilkan
antibodi untuk melawan protein tersebut. Antibodi inilah yang kemudian akan melindungi tubuh
dari virus Corona.
Pada uji klinis, efek samping yang terjadi pada 50% peserta berupa kelelahan, sakit kepala, nyeri
otot dan sendi. Namun, efek samping ini hilang paling lama setelah 2 hari. Selain itu, nyeri di
tempat suntikan, bengkak, kemerahan juga terjadi, tapi derajatnya ringan hingga sedang.

5. Vaksin Pfizer-BioNTech

• Nama vaksin: BNT162b2


• Negara asal: Amerika Serikat
• Bahan dasar: messenger RNA (mRNA)
• Uji klinis: fase III (selesai)
o Lokasi: Amerika Serikat, Jerman, Turki, Afrika Selatan, Brazil, Argentina
o Usia peserta: >16 tahun hingga >55 tahun
o Dosis: 2 dosis (0,3 ml per dosis) dengan jarak 3 minggu
o Efikasi vaksin: 95%

Meski menggunakan bahan dasar yang sama, hasil uji klinis fase 3 vaksin Pfizer sedikit lebih
tinggi daripada vaksin Moderna. Namun, terlepas dari perbedaan efikasi vaksin Moderna dan
vaksin Pfizer, kedua vaksin COVID-19 ini secara umum memiliki tingkat keamanan dan efek
samping yang hampir sama.

6. Vaksin Novavax

• Nama vaksin: NVX-CoV2372


• Negara asal: Amerika Serikat
• Bahan dasar: protein subunit
• Uji klinis: fase III (belum selesai)
o Lokasi: Inggris, India, Afrika Selatan, Meksiko
o Usia peserta: 18–59 tahun
o Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 21 hari
o Efikasi vaksin: belum diketahui

Protein subunit yang digunakan pada vaksin Novavax adalah protein yang dibuat khusus untuk
meniru protein alami pada virus Corona. Setelah masuk ke dalam tubuh, protein tersebut akan
memicu reaksi antibodi untuk melawan virus Corona dan mencegah infeksi.
Hasil uji klinis awal yang diterbitkan oleh Novavax menunjukkan reaksi antibodi yang kuat pada
manusia tanpa efek samping yang serius. Uji klinis fase 3 untuk memastikan keamanan dan
keefektifan vaksin Novavax diperkirakan akan selesai dalam waktu dekat.

7. Vaksin Merah Putih – BioFarma


Bekerja sama dengan Lembaga Biomolekuler Eijkman, PT BioFarma masih terus melakukan
pengembangan dan penelitian terhadap vaksin COVID-19. Uji klinis terhadap vaksin ini
rencananya baru akan dimulai sekitar bulan Juni 2021.
Itulah berbagai perbedaan vaksin-vaksin COVID-19 yang perlu Anda pahami. Vaksin tersebut
diharapkan dapat menjadi solusi untuk menghentikan pandemi COVID-19. Namun, diperlukan
kerja sama seluruh masyarakat Indonesia untuk bisa menyukseskan upaya ini.
Tidak hanya itu, upaya ini juga harus disertai penerapan protokol kesehatan secara disiplin. Baik
sudah divaksin maupun belum, setiap orang harus tetap menjalani protokol tersebut untuk
mencegah penularan virus Corona.
Jika Anda masih memiliki pertanyaan seputar macam-macam vaksin COVID-19 dan
perbedaannya, bertanyalah kepada dokter. Ingat, jangan termakan hoaks tentang vaksin, apalagi
sampai ikut menyebarkannya, karena hal ini bisa merugikan diri Anda sendiri dan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai