Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH KECEPATAN PENGADUKAN DAN MASSA ADSORBEN

TERHADAP EFEKTIVITAS PENURUNAN ZAT WARNA DAN LOGAM


BERAT (Cu & Ni) LIMBAH TEKSTIL DENGAN MENGGUNAKAN BOTTOM
ASH (ABU ENDAPAN)
Gustin Medina Permatasari*); Badrus Zaman, ST, MT**); Sri Sumiyati, ST, Msi**)

ABSTRAK
Bottom ash (abu endapan) merupakan sisa hasil dari pembakaran batubara pada
industri tekstil dan dapat dimanfaatkan sebagai adsorben pada penyerapan zat warna
dan logam berat yang terkandung dalam limbah cair industri tekstil. Berdasarkan hal
tersebut maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian menggunakan bottom
ash sebagai adsorben zat warna reaktif dan logam berat (Cu & Ni) dari limbah tekstil
dengan reaktor sistem kontinyu pada skala laboratorium. Hasil pengujian terhadap
bottom ash mendapatkan data kandungan karbon sebesar 67,50%; kandungan silika
dan alumina masing-masing 35,30%; dan 13,67%. Sementara itu kandungan logam
yang terdapat dalam karbon aktif berupa Cu (2,08 ppm) dan Ni (1,04 ppm) dan
konsentrasi iodine sebesar 1020,15 mg/gr. Adapun penurunan zat warna mencapai
efisiensi tertinggi pada kecepatan pengadukan 100 rpm dan 15% massa adsorben
(141,7 gram) yaitu 92,55% (470 Pt-Co menjadi 35 Pt-Co). Sedangkan penurunan
konsentrasi logam Cu mencapai efisiensi tertinggi pada kecepatan pengadukan 100
rpm dan 10% massa adsorben (94,5 gram) yaitu (0,02 mg/l menjadi 0,00 mg/l) dan
penurunan konsentrasi logam Ni mencapai efisiensi 100% pada kecepatan pengadukan
150 rpm dan 15% massa adsorben (141,7 gram) yaitu 100% (0,04 mg/l menjadi 0,00
mg/l).
Kata kunci : Kecepatan Pengadukan, Massa Adsorben, Zat Warna, Logam Berat,
Bottom Ash

A. PENDAHULUAN Menurut Metcalf & Eddy (2003),


Perkembangan industri tekstil di salah satu cara yang dikembangkan
Indonesia mengalami kemajuan yang untuk menurunkan kadar warna dalam
cukup pesat. Namun, seiring dengan air adalah metode adsorpsi. Dalam
berkembangnya industri tersebut maka metode adsorpsi penggunaan karbon
semakin banyak pula limbah yang aktif dapat mengurangi kandungan
dihasilkan, khususnya limbah cair. Pada warna yang berlebih. Salah satunya
umumnya polutan yang terkandung adalah dengan memanfaatkan bottom
dalam limbah industri tekstil dapat ash yang berasal dari residu
berupa logam berat, padatan pembakaran batubara.
tersuspensi, atau zat organik Batubara merupakan batuan
(Purwaningsih, 2008). Selain itu, sedimentasi berwarna hitam atau hitam
limbah industri tekstil memiliki kecoklat–coklatan yang mudah terbakar
kandungan warna yang cukup pekat. dan terbentuk dari endapan batuan
Menurut Sastrawirdana (2008), organik yang terdiri dari karbon,
karakteristik limbah tekstil mempunyai hidrogen, oksigen, dan unsur–unsur lain
intensitas warna sebesar 50–2500 skala (Saragih, 2008). Adapun pemanfaatan
Pt–Co. batubara sebagai sumber energi pada
pembangkit listrik maupun industri

*) Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang


**) Dosen Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
lainnya menghasilkan residu berupa fly
ash (abu terbang) dan bottom ash (abu
endapan). Menurut Kementerian B. METODOLOGI
Lingkungan Hidup (2006), limbah abu Penelitian ini terdiri dari
endapan yang dihasilkan mencapai 5,8 beberapa tahapan meliputi
ton/hari dan memiliki fixed carbon persiapan penelitian dan
dengan nilai kalori sebesar 3000 kkal/kg pelaksanaan metode kontinyu.
sehingga dapat dimanfaatkan kembali Langkah - langkah yang
sebagai karbon aktif. ditempuh dalam penelitian ini
Adsorpsi adalah peristiwa adalah sebagai berikut :
penyerapan suatu komponen dari a. Tahap persiapan meliputi:
larutan pada permukaan bahan Permohonan ijin penelitian (Jurusan,
penyerap. Adsorpsi juga PT APAC Inti Corpora)
merupakan proses transfer b. Tahap pelaksanaan meliputi: Uji
massa, dimana komponen dalam Karakteristik bottom ash, uji tekstur,
larutan akan berpindah ke fase aktivasi karbon, pelaksanaan
padat (Metcalf & Eddy, 2003). penelitian adsorpsi metode kontinyu,
Sedangkan proses adsorpsi pengecekan konsentrasi hasil proses
kontinyu merupakan proses adsorpsi metode kontinyu.
adsorpsi yang paling sering c. Tahap analisis dan pembahasan
digunakan dalam proses meliputi: menghitung efisiensi yang
pengolahan air limbah karena dicapai untuk adsorpsi menggunakan
kapasitas yang tinggi dalam metode kontinyu, analisis statistik
kesetimbangan dengan untuk tiap parameter yang dianalisis.
konsentrasi influen daripada Adapun alat-alat yang
konsentrasi effluen. digunakan dalam penelitian ini
Berdasarkan hal tersebut diatas adalah reaktor uji, timbangan
maka peneliti bermaksud untuk digital, botol plastik untuk
melakukan penelitian menggunakan menampung hasil pengolahan,
bottom ash sebagai adsorben zat warna oven, beaker glass, corong kaca,
reaktif dan logam berat dari limbah alat penggerus, ayakan elektrik,
testil dengan reaktor sistem kontinyu kertas saring, tabung mariotte,
pada skala laboratorium sehingga selang infus, SAA (Surface Area
diharapkan air limbah yang telah diolah Analysis) untuk uji porositas,
dapat berkurang konsentrasi zat warna AAS (Automatic Absorbsion
dan logam berat yang terkandung di Spectrofotometer) untuk
dalamnya. mengukur kandungan logam
Adapun tujuan dari penelitian ini berat, Jar Test, dan Furnace.
adalah untuk mengetahui seberapa besar Sedangkan bahan-bahan yang
kandungan parameter zat warna reaktif diperlukan adalah Bottom ash,
dan logam berat (Cu & Ni) yang effluent air limbah tekstil,
terdapat dalam limbah tekstil PT. Apac aquadest, larutan NaOH 0,3 N,
Inti Corpora dan menganalisis pengaruh dan larutan HCl 0,5 N.
kecepatan pengadukan dan massa
adsorben terhadap efektivitas penurunan Langkah-Langkah Penelitian
zat warna dan logam berat (Cu & Ni) 1. Pengambilan bahan baku bottom ash
dari limbah tekstil PT. Apac Inti dan limbah cair tekstil dari PT. Apac
Corpora. Inti Corpora yang berlokasi di
Bawen, Kabupaten Semarang.
2. Pengujian bottom ash. Adapun uji Kemudian hasil dari penelitian ini
yang dilakukan meliputi uji dapat ditarik kesimpulan dan saran.
kandungan karbon (mengetahui Kesimpulan merupakan ringkasan hasil
jumlah karbon dalam bottom ash), uji dari penelitian ini yang berkaitan
mineral (mengetahui kandungan dengan tujuan Tugas Akhir dan hal-hal
mineral yang terdapat dalam bottom baru yang diperoleh selama Tugas
ash) dan uji kandungan logam Akhir dilaksanakan. Saran diberikan
(mengetahui kandungan logam agar dapat memunculkan ide akan hal-
dalam bottom ash). hal baru yang sebaiknya diperhitungkan
3. Persiapan media adsorben yang dalam pengembangan obyek Tugas
meliputi pemisahan karbon dari Akhir di kemudian hari.
bottom ash dengan teknik floating
dan proses aktivasi media adsorben. C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah itu dilakukan pengujian C1. Karakteristik Zat Warna dan
terhadap adsorben yang telah Logam Berat dalam Limbah
diaktivasi yaitu uji iodium, uji Cair
saringan agegrat halus, dan uji Berdasarkan pengujian yang
porositas. dilakukan terhadap sampel limbah cair
4. Persiapan limbah tekstil industri tekstil maka diperoleh data
5. Persiapan penelitian dengan metode seperti berikut ini :
kontinyu dengan prinsip CMFR Tabel 1
(Continue Mixed Flow Reaktor). Karakteristik Zat Warna dan Logam
Pengujian dilakukan selama 3 jam Berat dalam Limbah Cair
(180 menit) dan sampel diambil N Karakteri Satu Kad
setiap 30 menit sekali untuk o. stik an ar
mengetahui pola penurunan 1. Pt- 1375
konsentrasinya. Pengujian dilakukan Zat Warna
Co 0
dengan variasi kecepatan 2. -
pengadukan yaitu 50 rpm, 100 rpm, Logam Pb Mg/l
6,33
dan 150 rpm serta variasi massa 3. Logam Cu Mg/l 2,04
adsorben yaitu 5%, 10%, dan 15%. 4. -
6. Analisis model isoterm adsorpsi pada Logam Cd Mg/l
1,22
percobaan kontinyu dengan 5. Logam Ni Mg/l 1,22
menggunakan persamaan adsorpsi 6. -
Thomas Bohart-Adams dimana data Logam Cr Mg/l
0,24
hasil perhitungan dimasukkan dalam Sumber : Data Primer, 2011
persamaan Thomas Bohart-Adams
kemudian dibuat grafik dengan hasil Dari data hasil pengukuran limbah
perhitungan ln((Co/Ce)-1) sebagai cair awal yang disajikan pada tabel 1
sumbu y dan volume sebagai sumbu diatas terlihat bahwa di dalam sampel
x. limbah cair industri tekstil memiliki
Setelah dilaksanakan kandungan zat warna yang sangat
langkah-langkah penelitian tinggi. Menurut Cahyaputri, dkk (2010)
tersebut maka selanjutnya limbah tekstil diketahui memiliki
dilakukan analisis data statistik padatan tersuspensi dalam jumlah yang
dengan melakukan perhitungan banyak serta kandungan warna yang
uji normalitas, uji korelasi, dan kuat. Polutan utama dalam limbah
uji regresi. tekstil berasal dari proses pewarnaan
dan finishing yang melibatkan pewarna
baik sintetis maupun alami agar juga dengan unburned carbon
menghasilkan warna yang permanen. daripada digunakan sebagai
Sementara itu, dari hasil bahan baku semen karena
pengukuran sampel logam berat dalam karbon ini dapat menurunkan
limbah cair industri tekstil diketahui kualitas semen yang dihasilkan.
bahwa pada sampel limbah cair Sementara itu hasil pengujian
mengandung logam berat Cu dan Ni kandungan karbon dan mineral
yang selanjutnya dapat dilakukan proses terhadap karbon aktif yang telah
adsorpsi dengan menggunakan bottom diaktivasi dapat dilihat pada
ash. tabel 3 berikut :

C2. Kandungan Karbon dan Mineral


Berdasarkan pengujian karbon dan
mineral yang telah dilakukan terhadap
limbah bottom ash maka didapatkan
data sebagai berikut : Tabel 3 Kadar Karbon dan Mineral
Tabel 2 Kadar Mineral Bottom Ash Karbon Aktif
No. Mineral Satuan Kadar No. Mineral Satuan Kadar
1. C % 67,50 1. C % 67,50
2. SiO2 % 35,30 2. SiO2 % 45,10
3. Al2O3 % 13,67 3. Al2O3 % 18,90
4. Fe2O3 % 13,40 4. Fe2O3 % 9,09
5. CaO % 8,29 5. CaO % 7,23
6. K2O % 1,30 6. K2O % 1,10
7. MgO % 5,90 7. MgO % 4,33
8. Na2O % 1,13 8. Na2O % 0,90
Sumber : Data Primer, 2011 Sumber : Data Primer, 2011

Berdasarkan tabel 2 C3. Kandungan Logam dan Iodine


tentang hasil pengujian dari Bottom Ash
kandungan karbon dan mineral Berdasarkan hasil uji kandungan
diatas terlihat bahwa bottom ash logam dan iodine yang terdapat di
yang akan digunakan sebagai dalam bottom ash, juga didapatkan hasil
adsorben memiliki kadar silika sebagai berikut :
dan karbon yang cukup besar. Tabel 4 Kadar Logam dan Iodine
Menurut Jumaeri (1995) dalam Bottom Ash
Astuti dan Mahatmanti (2010) No. Logam Satuan Konsentrasi
kandungan silika dan alumina 1. Cu ppm 2,08
yang cukup besar 2. Ni ppm 1,04
memungkinkan bottom ash 3. I2 mg/gr 2,359
digunakan sebagai adsorben 4. I2 mg/gr 10,20
yang potensial. Sedangkan Sumber : Data Primer, 2011
menurut Rismayani (2007)
dalam Perdana (2011) dengan Sedangkan untuk ukuran butiran
kadar karbon diatas 5% dari karbon aktif yang digunakan yaitu
memungkinkan bottom ash sebesar 8 Mesh (1 mm) karena menurut
dijadikan adsorben dengan Hendrasarie (2003) semakin kecil
memanfaatkan kandungan ukuran adsorben maka luas permukaan
karbonnya atau yang disebut
adsorben yang menyerap molekul 0 480 0 475 0 470 0
adsorbat semakin banyak. 30 400 16,67 390 17,89 350 25,53
60 325 32,29 310 34,74 245 47,87
90 260 45,83 245 48,42 185 60,64
C4. Porositas dari Karbon Aktif 120 180 62,50 160 66,32 100 78,72
Setelah dilakukan pengujian 150 120 75 90 81,05 65 86,17
terhadap porositas dari karbon aktif 180 60 87,50 45 90,53 35 92,55
yang akan digunakan sebagai adsorben, Sumber : Data Primer, 2011
maka hasilnya dapat dilihat pada tabel 5
berikut : Tabel 6 diatas merupakan
data hasil sampel penurunan
kadar zat warna reaktif yang
memiliki efisiensi terbaik
dibandingkan dengan variasi
kecepatan pengadukan dan
Tabel 5 Luas Penampang dan Nilai massa adsorben yang lain.
Porositas Karbon Aktif Sampel dengan variasi
Parameter Hasil Uji Satuan kecepatan pengadukan sebesar
Luas Muka 100 rpm merupakan kecepatan
34,158 m2/g pengadukan yang paling optimal
Spesifik
Volume Pori 27,395 x karena menghasilkan efisiensi
cc/g penurunan tertinggi
Total 10-3
Jari – Jari dibandingkan dengan variasi
16,04 Angstrom
Pori Rerata kecepatan pengadukan yang
Sumber : Data Primer, 2011 lain. Menurut Mufrodi, dkk
(2008) kecepatan pengadukan
Semakin besar ukuran pori-pori berguna untuk menentukan
adsorben maka semakin banyak kecepatan waktu kontak antara
adsorbat yang terserap ke dalam adsorben dengan adsorbat. Bila
adsorben bottom ash. Penggunaan HCl kecepatan pengadukan terlalu
dalam proses aktivasi karbon juga lambat, maka proses adsorpsi
berpengaruh dalam memperbesar berjalan lambat pula. Namun,
ukuran pori-pori dari bottom ash bila kecepatan pengadukan
(Mufrodi dkk, 2008). terlalu cepat, kemungkinan
terjadi struktur adsorben cepat
C5. Kadar Zat Warna Reaktif rusak sehingga proses adsorpsi
Data hasil penelitian kadar zat berlangsung kurang optimal.
warna reaktif dapat dilihat pada tabel 6 Sementara itu, untuk variasi massa
berikut ini : adsorben terbesar yaitu 15% atau setara
Tabel 6 Data Konsentrasi Penurunan dengan 141,7 gram menghasilkan
Zat Warna Reaktif Dengan Bottom efisiensi tertinggi dibandingkan dengan
Ash variasi massa adsorben yang lain karena
Kec. Pengadukan 100 rpm semakin besar massa adsorben yang
Massa Adsorben digunakan maka semakin banyak
Waktu Tinggal

47,3 gr 94,5 gr 141,7 gr adsorbat yang terserap. Semakin banyak


massa adsorben yang digunakan
(menit)

Konsentrasi

Konsentrasi

Konsentrasi

menunjukkan semakin banyak luas


Efisiensi

Efisiensi

Efisiensi
(Pt-Co)

(Pt-Co)

(Pt-Co)

permukaan adsorben yang dapat


(%)

(%)

(%)

menyerap adsorbat dan semakin banyak


pula pori-pori adsorben yang menyerap
adsorbat limbah tekstil. Jumlah dan luas Data hasil penelitian kandungan
permukaan dari adsorben yang logam berat (Cu & Ni) yang teradsorpsi
menyerap molekul zat warna reaktif oleh adsorben dapat dilihat pada tabel 7
yang lebih banyak memungkinkan dan 8 berikut ini :
untuk molekul-molekul zat warna
reaktif terpisah dan mengikat pada
permukaan media adsorben
(Hendrasarie, 2003).
Tabel 7 Data Konsentrasi Penurunan
Logam Cu Dengan Bottom Ash
Penurunan Kadar Zat Warna Reaktif dengan Kec. Pengadukan 100 rpm
Kecepatan Pengadukan 100 rpm Massa Adsorben

Waktu Tinggal
47,3 gr 94,5 gr 141,7 gr
600

(menit)
47,3
Konsentrasi (Pt-Co)

500 gram

Konsentrasi

Konsentrasi

Konsentrasi
Efisiensi

Efisiensi

Efisiensi
400 94,5

(mg/l)

(mg/l)

(mg/l)
(%)

(%)

(%)
300 gram
200 141,7
100 gram
0
0' 30' 60' 90' 120' 150' 180' 0 0,00 0 0,02 0 0,04 0
30 0,02 -100 0,00 100 0,02 50
Waktu Tinggal (menit)
60 0,02 -100 0,04 -100 0,06 -50
90 0,00 0 0,04 -100 0,06 -50
Gambar 1 120 0,02 -100 0,00 100 0,04 0
Grafik Penurunan Kadar Zat Warna 150 0,04 -100 0,00 100 0,06 -50
Reaktif Oleh Bottom Ash 180 0,02 -100 0,00 100 0,04 0
(Sumber : Data Primer, 2011) Sumber : Data Primer, 2011

Untuk parameter zat warna reaktif Tabel 8 Data Konsentrasi Penurunan


dengan kecepatan pengadukan 100 rpm Logam Ni Dengan Bottom Ash
dan variasi massa adsorben sebesar 47,3 Kec. Pengadukan 150 rpm
gram; 94,5 gram; dan 141,7 gram Massa Adsorben
Waktu Tinggal

efisiensi yang dicapai adalah berturut- 47,3 gr 94,5 gr 141,7 gr


turut 87,50% (dari 480 Pt-Co menjadi
(menit)

60 Pt-Co); 90,53% (dari 475 Pt-Co


Konsentrasi

Konsentrasi

Konsentrasi
Efisiensi

Efisiensi

Efisiensi
(mg/l)

(mg/l)

(mg/l)

menjadi 45 Pt-Co); dan 92,55% (dari


(%)

(%)

(%)

470 Pt-Co menjadi 35 Pt-Co)


merupakan hasil penurunan kadar zat
warna reaktif tertinggi yang dapat 0 0,00 0 0,04 0 0,04 0
dicapai pada penelitian ini. Hal ini 30 0,02 -100 0,02 50 0,04 0
sesuai dengan apa yang dikemukaan 60 0,02 -100 0,02 50 0,02 50
oleh Mufti (2009), dalam penelitiannya 90 0,02 -100 0,02 50 0,02 50
mengenai penurunan zat warna reaktif 120 0,00 0 0,04 0 0,02 50
dengan menggunakan zeolit yang 150 0,00 0 0,04 0 0,00 100
180 0,00 0 0,04 0 0,00 100
berasal dari lumpur Sidoarjo dan
metode kontinyu menghasilkan efisiensi Sumber : Data Primer, 2011
tertinggi sebesar 95,54%.
Berdasarkan tabel 7 dan tabel 8
C6. Kandungan Logam Berat (Cu & untuk proses adsorpsi logam berat (Cu
Ni) & Ni) menghasilkan data yang tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor 3. Molekul adsorbat menempel pada
misalnya karena konsentrasi logam permukaan adsorben (Rosiawari,
berat yang terkandung di dalam sampel 2008).
limbah terlalu kecil sehingga ketika
dilakukan pembacaan dengan
menggunakan alat AAS maka alat C8. Model Adsorpsi Kontinyu
tersebut sulit mengidentifikasi hasilnya. Data hasil perhitungan dengan
Selain itu, konsentrasi awal sampel isoterm Thomas dapat dilihat pada tabel
logam berat telah memenuhi standar 9 berikut ini :
baku mutu sehingga apabila hasil Tabel 9 Hasil Analisis Konsentrasi
sampel mengalami kenaikan maka Zat Warna Reaktif
kemungkinan terjadi percampuran

Ln((C0/Ce)-1)
kandungan logam bottom ash dengan

Efisiensi
(menit)
Waktu

Ce/C0

C0/Ce
kandungan logam berat sampel.

(%)
Ce
Untuk parameter kandungan logam
berat Cu dengan kecepatan pengadukan
100 rpm dan variasi massa adsorben 0 470 1,000 0 1,000
sebesar 47,3 gram; 94,5 gram; dan 30 350 0,745 25,53 1,343 -1,070
141,7 gram efisiensi yang dicapai 60 245 0,521 47,87 1,918 -0,085
adalah -200% (dari 0,00 mg/l menjadi 90 185 0,394 60,64 2,541 0,432
0,02 mg/l); 100% (dari 0,02 mg/l 120 100 0,213 78,72 4,700 1,308
150 65 0,138 86,17 7,321 1,829
menjadi 0,00 mg/l); dan 0% (dari 0,04 180 35 0,074 92,55 13,429 2,520
mg/l menjadi 0,04 mg/l) merupakan Sumber : Data Primer, 2011
hasil penurunan konsentrasi terbaik
yang dapat dicapai pada penelitian ini. Tabel 9 diatas merupakan hasil
Sementara itu hasil perhitungan perhitungan isoterm Thomas pada
untuk parameter kandungan logam berat efisiensi tertinggi yang dapat dicapai
Ni dengan kecepatan pengadukan 150 yaitu 92,55% pada variasi massa
rpm dan variasi massa adsorben sebesar adsorben sebesar 141,7 gram dan
47,3 gram; 94,5 gram; dan 141,7 gram kecepatan pengadukan 100 rpm.
efisiensi yang dicapai adalah 0% (dari Adapun hasil perhitungan isoterm
0,00 mg/l menjadi 0,00 mg/l); 0% (dari Thomas yang lain dapat dilihat pada
0,04 mg/l menjadi 0,04 mg/l); dan lampiran.
100% (dari 0,04 mg/l menjadi 0,00 Sebelum membuat grafik
mg/l). persamaan Thomas perlu dilakukan
perhitungan volume untuk sumbu x
C7. Mekanisme Adsorpsi dengan perhitungannya adalah sebagai
Proses penyerapan logam berat dan berikut :
zat warna pada adsorben melalui tiga Volume (liter) = debit (l/menit) x
tahapan yaitu : waktu (menit)
1. Molekul-molekul adsorbat berpindah Pada saat t = 30 menit dengan debit =
dari fase cairan ke permukaan luar 10 ml/menit atau 0,01 l/menit, maka
adsorben (eksterior) dan untuk itu perhitungan volume adalah
harus melalui lapisan film yang V = 0,01 liter/menit x 30 menit
mengelilingi lapisan adsorben. = 0,3 liter.
Proses ini disebut sebagai difusi film. Sehingga grafik persamaan Thomas
2. Molekul adsorbat terserap ke dalam untuk parameter analisis zat warna
permukaan dalam (interior) atau reaktif adalah sebagai berikut :
permukaan pori dari adsorbat.
normal maka dapat dilakukan analisis
Grafik Persamaan Thomas Zat Warna
statistik parametrik (Suliyanto, 2005).
3.000
2.500
f(x) = 2.34 x − 1.63 D. KESIMPULAN & SARAN
2.000 R² = 0.99 D1. Kesimpulan
ln ((C0/Ce)-1)

1.500
Dari hasil penelitian dan
1.000
0.500 pembahasan yang telah dilakukan, maka
0.000 dapat ditarik kesimpulan sebagai
-0.500 0.20.40.60.8 1 1.21.41.61.8 2 berikut:
-1.000 1. Kandungan zat warna reaktif dan
-1.500 logam berat (Cu & Ni) dalam
Volume (liter) limbah cair industri tekstil
mencapai 830 Pt-Co untuk zat
Gambar 2 Grafik Persamaan Thomas warna reaktif dan 0,08 mg/l untuk
Zat Warna Reaktif logam berat (Cu & Ni).
(Sumber : Data Primer, 2011) 2. Kecepatan pengadukan dan massa
adsorben berpengaruh terhadap
Pada gambar 2 terjadi korelasi atau efektivitas penurunan zat warna dan
hubungan antara hasil perhitungan ln logam berat (Cu & Ni) limbah
((C0/Ce)-1) dengan volume limbah tekstil yaitu sebesar :
tekstil. Hal ini dapat dilihat pada a. 92,55% untuk kandungan zat
persamaan yang dihasilkan yaitu y = warna reaktif limbah tekstil
2,340x - 1,634 dan menghasilkan nilai b. 100% untuk kandungan logam
R² = 0,992. Dari persamaan y tersebut berat (Cu & Ni).
dapat dicari model adsorpsinya. Adapun
model adsorpsi dari grafik tersebut D2. Saran
Ce 1 Adapun saran-sarannya adalah
adalah C0 = 0,0008314
( 2,317 M −C V ) . 0 dilakukan penelitian lanjutan dengan
1+e Q
metode kontinyu dan parameter yang
Untuk perhitungan isoterm Thomas
lain. Selain itu lebih baik digunakan
pada parameter logam berat tidak
limbah artifisial agar hasil yang didapat
didapatkan perhitungan seperti pada zat
sesuai dengan apa yang diinginkan.
warna reaktif. Selain itu, parameter
kandungan logam berat (Cu & Ni) tidak
DAFTAR PUSTAKA
dapat dibuat grafik isoterm Thomas
Alaerts, G. dan Santika, S. S. 1987.
karena hasil perhitungan yang tidak
Metode Penelitian Air. Surabaya.
memenuhi kriteria yaitu hasil C0/Ce ≤
Penerbit Usaha Nasional.
1.
Andrews, J.F. 1971. Biological Waste
Water Treatment. R.P.Canale
C9. Analisis Statistik
Editor. New York. John Wiley and
Setelah dilakukan perhitungan
Sons Inc.
dengan model adsorpsi kontinyu maka
Astuti, Widi. dan Mahatmanti, F.
langkah selanjutnya adalah perhitungan
Widhi. 2010. Aktivasi Abu Layang
dengan analisis statistik. Analisis
Batubara dan Aplikasinya Sebagai
statistik yang dilakukan meliputi uji
Adsorben Timbal Dalam
normalitas, uji korelasi, dan uji regresi.
Pengolahan Limbah Elektroplating.
Berdasarkan hasil pengujian didapatkan
Laporan Tugas Akhir Universitas
hasil yang terdistribusi normal.
Negeri Semarang.
Selanjutnya data yang terdistribusi
Christian, Handy. 2007. Penggunaan Palar, Heryando. 2008. Pencemaran
Jamur Lapuk Putih dalam dan Toksikologi Logam Berat.
Penghilangan Warna Limbah Jakarta. Rineka Cipta.
Tekstil. http://majarimagazine.com/ Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
akses 29 Oktober 2009. 2001 Tentang Pengolahan Air dan
Dwioktavia. 2011. Pengolahan Limbah Pengendalian Pencemaran Air.
Industri Tekstil. Jurusan Kimia Perdana, M. Putra. 2010. Pemanfaatan
Fakultas MIPA Universitas Haluoleo Karbon Aktif dari Bottom Ash
Kendari. Sebagai Adsorben Zat Warna Reaktif
Eckenfelder, Jr and Wesley, W. dan COD dari Limbah Tekstil
2000.Industrial Water Pollution Dengan Metode Batch. Laporan
Control. Singapore. Mc Graw Hill Tugas Akhir Jurusan Teknik
Third Edition. Lingkungan Fakultas Teknik
Hendrasarie, Novirina. 2003. Abu Universitas Diponegoro Semarang.
Batubara Sebagai Alternatif Potter, Clifton, dkk. 1994. Limbah Cair
Adsorben Penurunan Warna Pada Berbagai Industri di Indonesia,
Limbah Tekstil. Jurnal Aksial Sumber Pengendalian dan Baku
Majalah Ilmiah Teknik Sipil Vol. 5 Mutu. Jakarta. BAPPEDAL.
No. 3 Desember 2003. PT. Sucofindo (Persero). 1999.
Joko, Tri. 2010. Unit Produksi Dalam Penyusunan Database Dampak
Sistem Penyediaan Air Minum. Lingkungan dari Kegiatan Industri.
Yogyakarta. Graha Ilmu. Bandung. Lembaga Pengabdian
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kepada Masyarakat Institut
No. 51/MENLH/10/1995 tentang Teknologi Bandung
Baku Mutu Limbah Cair bagi Purwaningsih, Indah. 2008. Pengolahan
Kegiatan Industri. Kementrian Limbah Cair Industri Batik CV.
Lingkungan hidup. Batik Indah Raradjonggrang
Metcalf & Eddy. 2003. Waste Water Yogyakarta Dengan Metode
Engineering. New York. Mc Graw Elektrokoagulasi Ditinjau Dari
Hill International. Parameter Chemical Oxygen
Mufrodi, dkk. 2008. Adsorpsi Zat Demand (COD) Dan Warna.
Warna Tekstil dengan Menggunakan Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik
Abu Terbang (Fly Ash) untuk Variasi Lingkungan Fakultas Teknik Sipil
Massa Adsorben dan Suhu Operasi. dan Perencanaan Universitas Islam
Laporan Tugas Akhir Program Studi Indonesia Yogyakarta.
Teknik Kimia Fakultas Teknologi Qasim, Syed R. 1985. Waste Water
Industri Universitas Ahmad Dahlan. Treatment Plants Planing, Design,
Mufti, Ariya. 2009. Pemanfaatan and Operation. New York. CBS
Lumpur Sidoarjo sebagai Adsorben College Publishing.
Zat Warna Tekstil Jenis Reaktif dan Reynolds, Tom D. 1982. Unit
Ion-Ion Logam (Cr6+ & Cd2+). Operations and Processes in
Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Environmental Engineering.
Lingkungan Fakultas Teknik Belmont, California. Wadsworth,
Universitas Diponegoro. Inc.
Oktiawan, Wiharyanto dan Junaedi. Rosiawari, Firra. 2008. Penurunan
2006. Bahan Ajar: Perencaaan Konsentrasi Limbah Detergen
Bangunan Pengolahan Air Buangan. Menggunakan Furnace Bottom Ash
Semarang. Universitas Diponegoro. (FBA). Jurnal Rekayasa Perencanaan
Vol. 4 No. 3 Juni 2008.
Samadhi, Dkk. 2008. Pembakaran
Ulang Abu Bawah Batubara. Jurnal
Teknik Kimia Indonesia Volume 7
No. 3 Halaman 810-816.
Saragih, Sehat Abdi. 2008. Pembuatan
dan Karakterisasi Karbon Aktif dari
Batubara Riau Sebagai Adsorben.
Laporan Tesis Program Studi Teknik
Mesin Program Pasca Sarjana
Bidang Ilmu Teknik Fakultas Teknik
Universitas Indonesia Jakarta.
Sasmojo. 1994. Proses-proses
Penangkalan, Pencegahan dan
Pengendalian Pencemaran
Berdasarkan Adsorbsi. Seminar
Pengolahan Industri di KLH.
Setiaka, Juniawan. 2010. Adsorpsi
Logam Cu (II) dalam Larutan Pada
Abu Dasar Batubara Menggunakan
Metode Kolom. Skripsi Jurusan
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Teknologi
Sepuluh November Surabaya.
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar
Pengelolaan Air Limbah. Universitas
Indonesia. Jakarta. UI Press.
Tchobanoglous, George and Franklin L.
Burton. 1991. Wastewater
Engineering Treatment Disposal
Reuse. Singapore. 3th ed. McGraw-
Hill Book Co.
www.chem-ist-try.org

Anda mungkin juga menyukai