2.2.5 Komplikasi
Komplikasi pada ibu meliputi :
1. Eklamsia
2. HELLP Syndrome (20%)
3. solusio placenta (4%)
4. kelainan pembekuan darah (10%)
5. ablasio retina, oedema paru (5%)
6. gagal jantung hingga kematian.
Sedangkan komplikasi untuk janin meliputi :
1. IUGR (10%-25%)
2. Kelahiran premature (15%-60%)
3. Oligohidramnion, kematian perinatal (1%-2%) (POGI, 2016; Daliman, 2019)
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer artinya menghindari terjadinya penyakit dengan mengontrol factor
resiko pre eklamsia. Pencegahan primer merupakan yang terbaik namun hanya dapat
dilakukan bila penyebabnya telah diketahui dengan jelas sehingga memungkinkan
untuk menghindari atau mengkontrol penyebab-penyebab tersebut.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder merupakan usaha untuk memutus proses terjadinya penyakit
yang sedang berlangsung sebelum timbul gejala atau kegawatdaruratan. Hal-hal yang
perlu dilakukan adalah skrining Pre Eklamsia dengan pendekatan pada ibu hamil usia
kehamilan 16-24 minggu dan terdapat ≥ 2 pada keadaan berikut:
a. Umur ≤ 20 tahun / ≥ 35 tahun, riwayat penyakit lama (PE, HT kronis, DM,
penyakit ginjal, penyakit jantung)
b. BMI > 30 (obesitas)
c. MAP( {Sistolik + 2 diastolik} / 3 ) > 90
d. ROT(perbandingan diastolik posisi telentang (supine) dengan miring kiri (left
lateral reccumbent) > 15 mmHg
1. Manajemen aktif
Manajemen aktif / agresif dilakukan jika usia kehamilan >37 minggu, kehamilan
diakhiri setelah mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu.
2. Manajemen ekspektatif
Manajemen ekspektatif / konservatif dilakukan jika usia kehamilan <37 minggu,
maka kehamilan selama mungkin dipertahankan dengan memberikan terapi
medikamentosa dengan syarat kondisi ibu dan janin yang stabil. Manajemen
ekspektatif tidak meningkatkan kejadian morbiditas maternal seperti gagal ginjal,
sindrom HELLP, angka seksio sesar, atau solusio plasenta. Sebaliknya dapat
memperpanjang usia kehamilan, serta mengurangi morbiditas perinatal seperti
penyakit membran hialin, necrotizing enterocolitis, kebutuhan perawatan intensif dan
ventilator serta lama perawatan. Berat lahir bayi rata – rata lebih besar pada
manajemen ekspektatif, namun insiden pertumbuhan janin terhambat juga lebih
banyak.
Bagan 1. Manajemen ekspektatif Pre-eklamsia tanpa gejala berat
Bagan 2. Manajemen ekspektatif Pre-eklamsia Berat
Manajemen Farmakologi
1. Informed consent yang berisi penjelasan tentang prosedur, tujuan, efek samping
tindakan yang akan diberikan pada pasien dan keluarga serta meminta persetujuan
2. Memeriksa syarat pemberian MgSO4:
a. Harus tersedia antidotum kalsium glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc)
b. Refleks patella + kuat
c. Frekuensi napas ≥ 16x/menit
d. Produksi urin > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya atau > 30 ml/jam
3. Menyiapkan alat dan obat
4. Mencuci tangan
5. Memasang infus dan dower cateter
6. Memberikan dosis awal dan maintenance
a. Alternative 1 (untuk layanan primer, sekunder, tersier)
- Loading dose
Injeksi MgSO4 20% 4g (20cc) iv selama 5 – 10 menit
Injeksi MgSO4 40% 10g (25cc) im pelan (5 menit), masing – masing pada
bokong kanan dan kiri berikan 5g (12,5cc). Dapat ditambahkan 1mL
(Lidokain 2%) untuk mengurangi ketidaknyamanan
- Maintenance Dose
Injeksi MgSO4 40% 5g (12,5cc) im pelan (5 menit), pada bokong bergantian
setiap 6 jam hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang terakhir
Berikan MgSO4 20% 2g (10cc) iv selama 10 menit, dapat diulang 2 kali. Jika
masih kejang kembali beri diazepam