Pendahuluan
Limbah atau sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang
terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia, maupun hasil
proses-proses alam. Limbah dan penanganannya kini menjadi suatu masalah
yang kian mendesak. Sumber limbah yang mencemari perairan dapat
dikelompokan menjadi tiga, yaitu; (a) yang berasal dari darat (land-based
pollution); (b) dari kegiatan di laut (marine-based pollution); dan (c) sumber
limbah yang berasal dari udara (atmospheric deposition). Sumber limbah yang
berasal dari darat merupakan sumber limbah yang berasal dari kegiatan yang
dilakukan di darat seperti kegiatan rumah tangga (domestik), kegiatan industri,
dan kegiatan pertanian. Sumber limbah yang berasal dari darat ini masuk
kedalam perairan melalui tiga cara yaitu (1) melalui aliran air sungai; (2) melalui
aliran air permukaan (run-off); (3) melalui aliran air tanah (ground water).
Permasalahan limbah atau sampah pada dasarnya bukan hanya masalah
lingkungan yang kotor, seperti badan air yang tercemar atau bau busuk dari
sampah yang tertumpuk akibat tidak terkelola selama berhari-hari, namun
permasalahan juga harus dilihat dengan pendekatan keterkaitan ekologis antar
ekosistem pesisir dan daerah aliran atas dalam penataan ruang wilayah.
Keberhasilan penanggulangan limbah kawasan pesisir dan laut sangat
ditentukan oleh keberhasilan upaya pengelolaan limbah di daratan (lahan atas,
upland areas).
Gambar 1. Skema aliran limbah pasar
Saluran
Cair
pembuangan
Limbah
pasar Swasta Daur ulang
Dikumpulkan
Pemerintah TPA
Padat
1
Sampah pasar mempunyai jenis dan karakteristik seperti sampah rumah
tangga hanya bervariasi dan jumlahnya lebih banyak, serta kebanyakan bahan
organiknnya lebih besar. Adapun batasan limbah pasar dalam kajian ini berupa
sisa kegiatan aktivitas pasar yang terdiri dari limbah organik (sisa makanan,
daun),dan an organik (kertas, plastik, kayu, gelas kaca dan lain-lain).
Tujuan
Tujuan dilakukannya kajian ini adalah untuk membuat program
perencanaan pengelolaan limbah pasar secara terpadu.
2
Kapasitas tempat pembuangan sampah yang ada di pasar tersebut tidak
cukup untuk menampung sampah yang dihasilkan setiap harinya. Hal ini
merupakan salah satu penyebab penanganan sampah di pasar tidak
maksimal karena fasilitas TPS yang tersedia tidak representatif. Dalam hal
ini TPS yang ada tidak mampu menampung seluruh limbah yang diproduksi
sehingga meskipun semua limbah padat itu diarahkan ke TPS, tetap ada
yang tidak terangkut sehingga menimbulkan pencemaran di sekitar TPS.
Lebih lanjut sampah yang tidak terangkut ini kemungkinan terbuang keluar
TPS kemudian bisa masuk ke badan sungai. Selain itu, lokasi TPS tersebut
terkadang tidak strategis sehingga tidak mudah dicapai oleh keseluruhan
pengguna pasar.
3
Oleh karena itu kebijakan pengelolaan limbah berbasis DAS perlu dibuat
dan dilaksanakan, antara lain untuk mendorong semua aktor yang terlibat dalam
aktivitas pada skala DAS saling menyadari dampak yang ditimbulkan oleh
pembuangan limbah di daerah aliran sungai . Dengan demikian dapat dilakukan
evaluasi dini terhadap gejala-gejala terjadinya degradasi lingkungan dan
tindakan perbaikan yang diperlukan dapat segera dilaksanakan.
Berdasarkan isu permasalahan yang diperoleh selama melakukan
observasi diperlukan suatu upaya pengelolaan limbah pasar yang berbasis DAS.
Pengelolaan limbah pasar harus mencakup dimensi ekonomi, sosial dan ekologi.
Dimensi ekonomi menekankan pada peningkatan pendapatan dari pola
pengelolaan yang dilakukan. Dimensi sosial mencakup aspek proses
pengelolaan yang partisipatif dan pemberdayaan masyarakat. Sedangkan
dimensi ekologi menekankan pada pentingnya pengelolaan limbah yang
mendukung fungsi dasar ekosistem sehingga tidak mengganggu fungsi ekologi.
Pengelolaan limbah pasar ini melalui pendekatan ekosistem DAS dapat
dilakukan dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Arahan Teknis
a. Pendekatan ekosistem DAS
Pentingnya posisi DAS sebagai unit pengelolaan yang utuh merupakan
konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pemanfaatan bagian hulu
sampai ke hilir. DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, DAS
bagian hilir merupakan daerah pemanfaatan. DAS bagian hulu mempunyai arti
penting terutama dari segi perlindungan fungsi tata air, karena itu setiap
terjadinya kegiatan di daerah hulu akan menimbulkan dampak di daerah hilir
dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan transport sedimen serta material
terlarut dalam sistem aliran airnya. Dengan perkataan lain ekosistem DAS,
bagian hulu mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan DAS.
Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air, dan oleh karenanya
pengelolaan DAS hulu seringkali menjadi fokus perhatian mengingat dalam suatu
DAS, bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi.
Terkait dengan masalah limbah pasar, maka dalam pengelolaannya
diperlukan koordinasi dinas kebersihan bagian hulu dan hilir. Pasar di bagian
hulu umumnya merupakan pasar tradisional, yang sebagian besar sampah yang
dihasilkan adalah organik. Demikian halnya dengan pasar yang berada di
daerah hilir yang umumnya adalah pasar modern dimana limbah anorganik lebih
4
dominan. Adanya perbedaan semacam ini menyebabkan kegiatan pengelolaan
yang akan dilakukan sebaiknya mengikuti trend tersebut. Untuk daerah hulu,
pola pengelolaan limbahnya diarahkan untuk mengelola limbah organik seperti
kegiatan komposting. Untuk pasar di bagian hilir yang lebih banyak
menghasilkan limbah organik, kegiatan daur ulang merupakan solusi yang
pantas untuk diajukan, dengan demikian fokus pengelolaan di bagian hulu dan
hilir akan berbeda. Dengan demikian jumlah limbah pasar yang masuk ke DAS
dapat diminimalisasi. Penerapan proses produksi bersih yang menekankan pada
daur ulang (recycle) dan penggunaan kembali (reuse), serta pengurangan
(reduction) limbah yang dihasilkan seharusnya lebih digalakkan.
Pengelolaan sampah dengan mengacu pada fungsi DAS dapat dibuat
beberapa rekomendasi teknis antara lain :
Tabel 1. Rekomendasi Teknis Pengelolaan Limbah Pasar
No. DAS Kegiatan Teknis Keterangan
1. Hulu 1. Membuat sumur resapan di dekat
pasar
2. Kegiatan penghijauan dekat
lingkungan pasar dapat dilakukan
3. Optimalisasi kegiatan komposting
4. Kebijakan zero waste management
5
b. Pengaturan tata ruang wilayah
6
di perhatikan. Pengaturan tata ruang yang baik dapat menutup peluang
stakeholder yang ada di pasar untuk berinteraksi lanngsung dengan sungai.
Idealnya, posisi pasar tidak berada di sempadan sungai. Tujuannya selain untuk
memperkecil akses ke sungai, juga mencegah kemungkinan pasar tersebut
terkena banjir jika air di sungai meluap. Penataan ruang ini perlu
mempertimbangkan kebutuhan masyarakat dalam jangka panjang, sehingga
aspek ini termasuk pola pengelolaan yang bersifat jangka panjang.
7
Mendaur ulang sampah (R3-recyling) ; daur ulang sampah adalah
merupakan proses tiga tahap yang meliputi :(1) pengumpulan material bekas
pakai (sampah pasar) yang dapat didaur ulang (re-usable), (2) pembuatan
kembali (re-manufacturing) menjadi produk baru yang sejenis atau berbeda,
(3) pembelian produk hasil daur ulang.
Sampah
Pasar
Organik Anorganik
TPS TPS
Tepung protein
Instalasi Pembakaran
Gas Composting Daur
Limbah
Kompos
Tidak dapat
Sisa Dapat dibakar Sisa Gas
dibakar
Atmosfer
Bahan baku
Sanitary Reklamasi Energi
industri
8
pemilihan sampah mulai dari sumbernya (pewadahan terpisah untuk
sampah basah dan kering) dan pengumpul dan pengangkutan yang juga
terpisah
promosi penggunaan kompos yang lebih menguntungkan
penyebarluasan pertimbangan sosial dan ekonomi :
Subsidi produsen kompos sebagai kompensasi pengurangan sampah
yang dibuang di TPA
Menampung kelebihan produksi kompos di TPA
Membantu pemasaran kompos
C. Membeli produk yang mempunyai produk daur ulang.
Agar stretegi R ke tiga (recyling)/daur ulang berhasil, maka :
Membuat kebijakan bersama dimana pebinis dan konsumen harus
membeli produk yang dibuat dari material yang mempunyai kandungan
bahan daur ulang (recyled-content)
Komitment bersama untuk membeli produk yang mempunyai kandungan
bahan daur ulang, sehingga akan menyakinkan pabrik untuk
menggunakan bahan baku recyled-content pada pembuatan produk baru.
D. Kebijakan yang membuat polusi , harus membayar (making the polluter
pay)
Kebijakan ini bertujuan agar seluruh stakeholder di lingkungan pasar tidak
menghasilkan sampah yang banyak. Penerapan pola ini harus disosialisasikan
secara menyeluruh, mengingat aturan semacam ini dapat menimbulkan antipati
dari para pengguna pasar sehingga dapat menimbulkan konflik.
9
Jual atau berikan sampah yanng telah terpilah
kepada yang memerlukannnya
R-2 (Reuse) Gunakan kembali sampah yang masih dapat
dimanfaatkan untuk produk lain, seperti pakan
ternak
Berikan insentif bagi yang membawa wadah sendiri,
atau wadah belanjaan yang diproduksi oleh
swalayan yang bersangkuatn sabagai bukti
pelanggan setia
Menyediakan perlengkapan untuk pengisian
kembali produk umum isi ulang (minyak, minuman
ringan)
10
Perencanaan partisipatif dengan penyusunan rencana kegiatan, penentuan
bentuk dan tingkat keterlibatan masyarakat
Mendorong warga untuk bekerjasama dengan pemulung yang terintegrasi
dimulai dari warga masyarakat, pemulung, petugas sampah dan Pengelola
Kebersihan
Latihan Pengembangan Kemampuan Kewirausahaan dan Pengelolaan
Kelompok Usaha bagi para pemulung atau sektor usaha kecil menengah di
bidang daur ulang.
Latihan Peningkatan Teknis untuk mengikuti produk yang layak pasar
untuk pengembangan kemampuan menangkap kebutuhan pasar.
Bantuan Teknis pendampingan terhadap masyarakat sampah dalam
perencanaan pasar dan bantuan mendapatkan akses pinjaman modal
kredit
3. Arahan kebijakan
Latar belakang arahan kebijakan adalah karena adanya berbagai kemungkinan
hambatan yang terjadi dalam pengelolaan limbah ini yang harus dicermati.
Penanganan secara parsial tidak akan berhasil, karena DAS melewati berbagai
wilayah administrasi yang berbeda kebijakan. Dengan demikian diperlukan
suatu komitmen yang kuat dari pemerintah untuk melakukan penanganan limbah
ini dengan melakukan penanganan secara terpadu. Kawasan DAS merupakan
satu kawasan yang sebenarnya tidak boleh terpisah pengelolaannya. Dalam
arahan kebijakan ada dua hal penting yang dilaksanakan, yaitu :
11
Pengelolaan limbah pasar yang terpadu memerlukan suatu koordinasi yang
baik antara beberapa instansi pemerintah, antara lain pihak pengelola pasar,
Dinas Kebersihan dan Dinas Tata Ruang. Kerjasama antar instansi ini
diperlukan sehingga tidak terjadi hambatan dalam aliran sampah hingga sampai
di tempat penampungan akhir.
Selain itu, mengingat DAS melewati berbagai wilayah administrasi, maka
keterpaduan antara pemerintah daerah harus terjalin. Dengan demikian
diharapkan tidak terjadi kebijakan di satu daerah akan memberi dampak negatif
di daerah lain.
Keterpaduan yang diharapkan berupa kerjasama di bidang teknis berupa
pola pengangkutan, pengolahan sampah, penataan TPA. Selain itu kerjasama
dalam menetapkan pemanfaatan ruang di kawasan terkait.
12