Anda di halaman 1dari 12

1. Bagaimana Anda mengetahui dan memahami kebutuhan pendidikan anak tunadaksa?

Jawaban:
1) Melakukan identifikasi mengenai penyebab terjadinya ketunadaksaan menurut saat
terjadinyam baik sebab-sebab kelahiran (fase prenatal), sebab-sebab pada saat kelahiran (fase
natal), dan sebab-sebab setelah proses kelahiran (fase postnatal).
2) Melakukan identifikasi kebutuhan khusus bagi siswa anak tunadaksa dengan
mengetahui Klasifikasi anak tunadaksa yang ditinjau dari sistem kelainannya dapat
dibedakan atas kelainan pada sistem cerebral dan kelainan pada sistem otot dan
rangka. Kelainan pada sistem cerebral berupa cerebral palsy yang menunjukkan
kelainan gerak, sikap dan bentuk tubuh, gangguan koordinasi, dan kadang disertai
gangguan psikologis dan sensoris karena adanya kerusakan pada masa perkembangan
otak. Cerebral palsy diklasifikasikan menurut derajat kecacatannya, yaitu ringan,
sedang, dan berat. Klasifikasi berdasarkan fisiologi kelainan gerak adalah spastik,
dyskensia (atetoid, rigid, tremor), dan campuran. Kelainan pada sistem otot dan
rangka berupa poliomyelitis, muscle dystrophy, dan spina bifida. Poliomyelitis
merupakan suatu infeksi penyakit pada sumsum tulang belakang yang disebabkan
oleh virus polio yang mengakibatkan kelumpuhan yang bersifat menetap dan tidak
mengakibatkan gangguan kecerdasan atau alat-alat indra. Kelumpuhan dibedakan atas
tipe spinal, bulbair, bulbospinal, dan encephalitis. Muscle dystrophy adalah jenis
penyakit otot yang disebabkan oleh faktor keturunan dan mengakibatkan otot tidak
berkembang karena mengalami kelumpuhan yang sifatnya progresif dan simetris.
Spina bifida merupakan jenis kelainan pada tulang belakang yang ditandai dengan
terbukanya satu atau 3 ruas tulang belakang dan tidak tertutup lagi selama masa
perkembangan sehingga fungsi jaringan saraf terganggu dan terjadilah kelumpuhan.
3) Memahami karakteristik anak tunadaksa ditinjau dari beberapa segi, antara lain: (a) Karakteristik
akademis anak tunadaksa meliputi ciri khas kecerdasan, kemampuan kognisi, persepsi dan simbolisasi
mengalami kelainan karena terganggunya sistem cerebral sehingga mengalami hambatan dalam
belajar, dan mengurus diri. Anak tunadaksa karena kelainan pada sistem otot dan rangka tidak
terganggu sehingga dapat belajar, seperti anak normal, (b) Karakteristik sosial/emosional anak
tunadaksa menunjukkan bahwa konsep diri dan respons serta sikap masyarakat yang negatif terhadap
anak tunadaksa mengakibatkan anak tunadaksa merasa tidak mampu, tidak berguna, dan menjadi
rendah diri. Akibatnya, kepercayaan dirinya hilang dan akhirnya tidak dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosialnya. Mereka juga menunjukkan sikap mudah tersinggung, mudah marah, lekas putus
asa, rendah diri, kurang dapat bergaul, malu, dan suka menyendiri, serta frustrasi berat, dan (3)
Karakteristik fisik/kesehatan anak tunadaksa biasanya selain mengalami cacat tubuh, juga mengalami
gangguan lain, seperti sakit gigi, berkurangnya daya pendengaran, penglihatan, gangguan bicara, dan
gangguan motorik.
4) Mengetahui jenis kelainan fisik dan gangguan kesehatan bagi anak tunadaksa,
sehingga memudahkan jenis-jenis kebutuhan khusus bagi anak tunadaksa. Kebutuhan
khusus seperti, (1) kebutuhan akan keleluasaan gerak dan memosisikan diri, alat-alat
khusus yang diberikan seperti kursi roda, alat penopag, tongkat, (2) kebutuhan
komunikasi, seperti disediakan papan komunikasi sehingga siswa dapat menunjuk
gambar sesuai dengan kata yang disebutkan guru, (3) kebutuhan keterampilan
memelihara diri, (4) kebutuhan psikososial.
5) Memahami dengan baik profil pendidikan bagi anak tunadaksa terutama tujuan
pendidikan bagi anak tunadaksa yang mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1991
agar peserta didik mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai pribadi
maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,
budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti
pendidikan lanjutan.
6) Mengembangkan aspek-aspek dalam pendidikan bagi anak tunadaksa. Melitputi: 1. Pengembangan
Intelektual dan Akademik, 2. Membantu Perkembangan Fisik, 3 Meningkatkan Perkembangan
Emosi dan Penerimaan Diri Anak, 4. Mematangkan Aspek Sosial, 5. Mematangkan Moral dan
Spiritual, 6. Meningkatkan ekspresi diri, dan 7. Mempersiapkan Masa Depan Anak.
7) Menentukan tempat-tempat pendidikan bagi anak tunadaksa setelah mengetahui model
layanan pendidikan yang sesuai dengan jenis, derajat kelainan dan jumlah peserta didik diharapkan
akan memperlancar proses pendidikan. Tempat-tempat pendidikan bagi anak tunadaksa: 1. Sekolah
Khusus Berasrama (Full-Time Residential School) (Model ini diperuntukkan bagi anak tunadaksa yang
derajat kelainannya berat dan sangat berat), 2. Sekolah Khusus tanpa Asrama (Special Day School)
(Model ini dimaksudkan bagi anak tunadaksa yang memiliki kemampuan pulang pergi ke sekolah atau
tempat tinggal mereka yang tidak jauh dari sekolah), 3. Kelas Khusus Penuh (Full-Time Special Class)
(Anak tunadaksa yang memiliki tingkat kecacatan ringan dan kecerdasan homogen dilayani dalam
kelas khusus secara penuh), 4. Kelas Reguler dan Khusus (Part-Time Reguler Class and Part-Time
Special Class) (Model ini digunakan apabila menyatukan anak tunadaksa dengan anak normal, pada
mata pelajaran tertentu. Mereka belajar dengan anak normal dan apabila anak tunadaksa mengalami
kesulitan mereka belajar di kelas khusus), 5. Kelas reguler Dibantu oleh Guru Khusus (Reguler Class
with Supportive Instructional Service) (Anak tunadaksa bersekolah bersama-sama anak normal di
sekolah umum dengan bantuan guru khusus apabila anak mengalami kesulitan), 6. Kelas Biasa
dengan Layanan Konsultasi untuk Guru Umum (Reguler Class Placement with Consulting Service for
Reguler Teachers) Tanggung jawab pembelajaran model ini sepenuhnya dipegang oleh guru umum.
Anak tunadaksa belajar bersama dengan anak normal di sekolah umum, dan untuk membantu
kelancaran pembelajaran ada guru kunjung yang berfungsi sebagai konsultan guru reguler., 7. Kelas
Biasa (Reguler Class) (Model ini diperuntukkan bagi anak tunadaksa yang memiliki kecerdasan
normal, memiliki potensi dan kemampuan yang dapat belajar bersama-sama dengan anak normal).
8) Memahami sistem pendidikan bagi anak tunakdasa setelah menyesuaikan dengan
pengorganisasian tempat pendidikan 1) Pendidikan Integrasi, adaptasi anak tunadaksa
apabila ditempatkan disekolah umum yaitu berhak pada penempatan di kelas reguler;
dan penempatan di ruang sumber belajar dan kelas khusus. Adapun hal yang perlu
diperhatikan yaitu menyiapkan program khusus, lingkungan untuk mobilitasnya, ,
Peran aktif guru, dan tenaga ahli/medis tempat ATD diruju, 2) Sistem Segregasi, anak
tunadaksa ditempatkan secara khusus di SLB-D (Sekolah Luar Biasa bagian D),
meliputi: TKLB (Taman Kanak-kanak Luar Biasa); SDLB (Sekolah Dasar Luar
Biasa); SLTPLB (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa); SMLB (Sekolah
Menengah Luar Biasa), 3) Sistem Inklusif: Anak tunadaksa ringan lebih baik
mengikuti pendidikan bersama-sama dengan anak normal di kelas biasa. Namun,
perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan tingkat kemampuannya dan fasilitas yang
memadai, 4) Pelaksanaan Pembelajaran, hal-hal yang berkaitan dengan
pelaksanaannya yaitu perencanaan kegiatan belajar mengajar dan prinsip
pembelajaran, 5) Penataan lingkungan belajar & sarana khusus, dalam mengikuti
pendidikan ATD membutuhkan perlengkapan khusus seperti gedung sekolahnya
memiliki macam-macam ruangan khusus, seperti UKS, latihan bina gerak, bina
bicara, bina diriterapi okupasi, ruang bermain, dan lapangan; jalan masuk sebaiknya
dibuat keras dan rata; lantai dibuat miring, landai dan tidak licin; pintu ruangan lebih
lebar dan daun pintunya dibuat mengatup ke dalam; kamar mandi/kecil ditempatkan
didekat kelas dan disediakan wc duduk ; terdapat meja dan kursi yang dapat distel,
pegangan, sandaran kursi dimodifikasi dan dipasang belt, 6) Personel terdiri atas Guru
PLB, guru yang memiliki keahlian, guru sekolah biasa, dokter umum,doktet ahli
ortopedi, Neurolog,ahli terapi
9) Melakukan kegiatan evaluasi bagi anak tunadaksa dengan menyesuaikan jenis alat
evaluasi yang digunakan. Seperti: ATD ringan: Evaluasi mengikuti evaluasi yang
berlaku secara reguler dan bagi program khususnya harus dievaluasi secara khusus
dan ATD berat: Dievaluasi berdasarkan kebutuhan dan program yang diperuntukkan
padanya, dan berlangsung secara terus menerus dengan sistem penilaian yang khusus

2. Bagaimana Anda mengetahui dan memahami kebutuhan pendidikan anak tunalaras?


Jawab
1) Mengetahu klasifikasi bagi anak tunalaras. Seperti yang dikemukakan oleh
Rosembera, klasifikasi anak tunalaras yaitu: a. Yang berisiko tinggi adalah
hyperactive, agresif, pembangkang, dan lain-lain, b. Yang berisiko rendah adalah
autisme dan skizofrenia, anak bahagia melihat api, sering meninggalkan rumah, dan
lain-lain. Menurut Quay: a. Gangguan perilaku atau kekacauan tingkah laku, b.
Kecemasan-penarikan diri, c. Ketidakmatangan, d. Agresi sosialisasi
2) Memahami Penyebab Ketunalarasan: a. Faktor Keturunan, adanya garis keturunan
yang menderita depresi dapat menambah kemungkinan bagi seorang mempunyai
depresi, b. Faktor Fisik, yang menyebabkan gangguan emosional di antaranya yaitu
kelainan saraf, cidera, problem kimiawi tubuh dan metabolisme, genetika, dan
penyakit, c. Faktor lingkungan, adanya penyebab masalah seperti hubungan
keluarga yang tidak harmonis, tekanan-tekanan masyarakat, pengaruh interaksi di
sekolah, pengaruh komunitas anak dan remaja, dan d. Faktor lain, dipengaruhi
alkohol dan obat-obatan terlarang.
3) Memahami Dampak ketunalarasan: a. Akademik, ditandai dengan seringnya
mereka mengalami kegagalan karena adanya kesulitan dalam mengadakan
penyesuaian dengan aturan sekolah dan belajar, b. Sosio emosional, ditandai
dengan masalah penyesuaian sosial yang salah dan dapat menimbulkan
gangguan bagi orang lain dan ditandai dengan tindakan agresif dan kejahatan
Sedangkan dampak emosional anak tunalaras ditandai dengan hal-hal yang
menekan anak dan rasa gelisah atau perilaku sampingan, seperti malu, rasa
rendah diri, dan sangat agresif, dan c. Fisik/ Kesehatan, anak tunalaras ditandai
dengan gangguan makan, gangguan tidur, gangguan gerakan, gagap, buang air
(kencing dan berak) tidak terkendali, serta jorok.
4) Mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan anak
tunalaras yaitu : a. Penyesuaian lingkungan belajar dan norma-norma hidup
dimasyarakat, b. Mengembangkan kemampuan fisik, mengembangkan bakat,
dan kemampuan intelektualnya, c. Penguasaan keterampilan khusus untuk bekal
hidup, dan d. Suasana yang tidak menambah rasa rendah diri.
5) Memahami profil pendidikan bagi anak tunalaras dengan memperhatikan:
a. Tujuan layanan bagi anak tunalaras: Kondisi yang tidak menguntungkan agar
dihindari sehingga tidak terjadi perkembangan anak kearah penyimpangan
perilaku dan kegagalan akademiknya. Lingkungan sekolah yang ditata
dengan baik akan menyenangkan anak belajar dan terhindar dari perasaan
bosan, lelah, serta tingkah laku yang tidak wajar.
b. Menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi anak tunalaras yang bisa
diterapkan dalam kegiatan proses pembelajaran, meliputi: 1) Model layanan,
model-model pendekatannya yaitu model biogenetik, model behavioral,
model psikodinamika, dan model ekologis, 2) Teknik/pendekatan, yang
digunakan dalam mengatasi perilaku yaitu perawatan dengan obat, modifikasi
perilaku, strategi psikodinamika dan strategi ekologi
c. Menentukan tempat layanan bagi anak tunalaras dengan memperhatikan: 1)
Tempat khusus, yaitu sekolah luar biasa anak tunalaras (SLB-E), 2) Di
sekolah inklusi, ada 3 jenis anak tunalaras yaitu hyperactive (cara dalam
mengadakan layanan dengan medikasi, diet, modifikasi tingkah laku,
lingkungan yang terstruktur, modeling dan biofeddback); distratibilitas
(lingkungan yang terstruktur dan stimulus yang terkendali, modifikasi tingkah
laku); impulsitas (melatih verbalisasi aktivitasnya, modifikasi tingkah laku,
mengajarkan keterampilan, mendiskusikan perilaku anak antara guru dengan
anak itu sendiri, wawancara dan memikirkan solusi untuk mencegah
terjadinya masalah.
d. Menyesuaikan sarana yang dibutuhkan bagi anak tunalaras
Membutuhkan ruangan konsultasi psikologi/konseling, ruang pemeriksaan
kesehatan, ruang terapi fisik melalui olahraga, permainan, dll.
e. Menentukan personil yang bisa menangani kebutuhan belajar bagi anak
tunalaras, seperti: guru yang berpengalaman dan matang kepribadiannya,
tenaga ahli bidang keilmuan lain yakni psikolog, konseler, psikiater, neurolog,
dan pekerja sosial.
f. Melakukan evaluasi untuk mengukur kemampuan anak tunalaras, meliputi
evaluasi aspek kesehatan mentalnya, misalnya tingkat kegelisahan anak,
frekuensi agresivitasnya, kegelisahannya, dll dilakukan secara terus menerus
guna memperoleh landasan dalam program layanan yang sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan anak tunalaras.

PermalinkReply

 cara memenuhi kebutuhan pendidikan anak tunanetra jika terdapat di sekolah


1) melakukan identifikasi kebutuhan khusus bagi siswa tunanetra untuk
mengetahui karakteristik siswa tunanetra, hal ini dapat dilakukan melalui cara:
a. Pengembangan Konsep: (1) Konsep tubuh (Body Concepts), (2) Konsep
ruang (Spatial Concepts), dan (3) Konsep lingkungan (Environmental
Consepts); b. Teknik Alternatif dan Alat Bantu Belajar Khusus, seperti
penggunaan: Jam tangan Braille Jam tangan bicara, Komputer bicara, Printer
Braille, dan HP dengan sistem operasi Symbian (talks); c. Keterampilan Sosio-
Emosional: Kemampuan menafsirkan sinyal sosial, Keterampilan
menunjukkan ekspresi wajah, dan 3 ekpresi non-verbal: Jarak berkomunikasi,
sentuhan fisik, dan grooming; d. Keterampilan Orientasi & Mobilitas, seperti:
Di Indonesia – menggunakan tongkat dan Di USA – guide dog (Bergantung
kerangka acuan visual, antara orang awas, blind sejak lahir dan blind di masa
anak-anak); e. Keterampilan Menggunakan Sisa Penglihatan: Membaca dan
menulis dengan pengaturan dan mengetahui 3 aspek pengaruran: 1)
Pencahayaan; 2) Penggunaan Kaca Mata; 3) Magnifikasi (Pembesaran
tampilan tulisan).
2) Menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi anak tunanetra, dengan
memperhatikan prinsip-prinsip berikut: a. Prinsip Aktivitas Mandiri: Siswa
diberi kesempatan belajar mandiri dan Guru bertindak sebagai fasilitator; b.
Prinsip Individual: Guru harus memperhatikan perbedaan-perbedaan individu
– tingkat kemampuan penglihatan; c. Prinsip Totalitas: Siswa tunanetra perlu
memperoleh pengalaman objek dan situasi secara menyeluruh (total),
Misalnya: Pada saat makan ikan, maka siswa perlu tahu dengan menggunakan
4 panca inderanya; d. Prinsip Kekongretan: Tidak mungkin mengamati secara
visual pesawat yang terbang di langit, maka strategi pembelajarannya harus
terjadi akses langsung terhadap objek atau situasi.
3) Menentukan penggunaan media pembelajaran yang tepat bagi anak tunanetra,
seperti: a. Alat peraga: Objek dan sistuasi sebenarnya: hewan asli, situasi
pasar; Benda asli yang diawetkan: binatang yang diawetkan; Tiruan (model):
model tiga dimensi atau dua dimensi; b. Alat Bantu Pembelajaran: Alat bantu
baca-tulis: Papan huruf dan optacon, mesin ketik braille, stylus; Low vision:
kaca pembesar, OHP, CCTV, dan Slide Proyektor; dan Alat bantu audio atau
tape recorder.
4) Melakukan evaluasi pembelajaran bagi anak tunanetra dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a. Materi tes tidak mengandung unsur-unsur yang memerlukan persepsi
visual.
b. Kegiatan evaluasi dapat dilaksanakan melalui tes lisan, tertulis, dan
perbuatan
c. Soal bagi siswa blind : huruf Braille
d. Soal bagi siswa low vision : huruf biasa dengan ukuran besar
e. Jawaban soal dengan huruf Braile butuh diterjemahkan oleh GPK atau
menyewa reader ahli.
f. Guru harus bersikap objektif dalam mengevaluasi, dan mengesampingkan
rasa kasihan.
g. Waktu pelaksanaan tes, alokasi waktu lebih lama daripada anak normal.

1. Tuliskan definisi tunarungu dan gangguan komunikasi?; dan sebutkan penyebab


terjadinya ketunarunguan dan gangguan komunikasi?
Jawab:
 definisi tunarungu
merupakan satu istilah umum yang menunjukkan ketidakmampuan mendengar
dari yang ringan sampai yang berat sekali yang digolongkan kepada tuli (deaf) dan
kurang dengar (heard of hearing).
 Orang yang tuli (a deaf person) adalah seseorang yang mengalami
ketidakmampuan mendengar, sehingga mengalami hambatan di dalam
memproses informasi bahasa melalui pendengarnya dengan atau tanpa
mrnggunakan alat bantu dengar (hearing aid).
 Orang yang kurang dengar (a hard of hearing person) adalah seseorang yang
biasanya dengan menggunakan alat bantu dengar, sisa pendengarnya cukup
memungkinkan untuk keberhasilan memproses informasi bahasa melalui
pendengarannya, artinya apabila orang yang kurang dengar tersebut
menggunakan alat bantu dengar, ia masih dapat menangkap pembicaraan
melalui pendengarnya.

definisi gangguan komunikasi


gangguan komunikasi adalah gangguan gangguan dalam berkomunikasi dengan
orang lain, baik dalam posisi sebagai komunikator maupun komunikan.
 Gangguan komunikasi yang dialami komunikator antara lain kesalahan dalam
mengucapkan berbagai forem, sehingga pesan yang disampaikan sulit
dipahami dan ketidaklancaran dalam berbicara sehingga dapat mengganggu
kenyamanan dalam komunikasi.
 Gangguan komunikasi pada posisi komunikan, merupakan kesulitan/hambatan
dalam memahami pembicaraan komunikator, sehingga terjadi miskomunikasi.
 penyebab terjadinya tuna rungu
1) Penyebab Terjadinya Tunarungu Tipe konduktif
a. Kerusakan yang terjadi pada telinga luar dapat disebabkan oleh:
1) Tidak terbentuknya lubang telinga bagian luar (atresia meatus
akustikus esternus).
2) Terjadinya peradangan pada lubang telinga luar (otitis externa).
b. Kerusakan yang terjadi pada telinga tengah yang disebabkan oleh:
1) Ruda paksa, adanya tekanan yang keras pada telinga seperti karena
jatuh, tabrakan, tertusuk.
2) Terjadinya peradangan pada telinga tengah (otitis media).
3) Otosclerosis, yaitu terjadinya pertumbuhan tulang pada kaki tulang
stapes.
4) Tympanisclerosis, adanya lapisan kalsium pada gendang dengardan
tulang pendengaran.
5) Anomali congenital dari tulang pendengaran atau tidak terbentuknya
tulang pendengaranyang dibawa sejak lahir tetapi tidak bersifat
progresif.
6) Disfungsi tuba eustachii (saluran yang menghubungkan rongga teinga
tengah dengan rongga mulut), akibat alergi atau tumor pada
nasopharynx.
2) Penyebab terjadinya tunarungu Tipe Sensorineural
a. Ketunarunguan yang disebabkan oleh faktor genetic (keturunan),
disebabkan oleh gen ketunarunguan yang menurun dari orang tua kepada
anaknya.
b. Penyebab ketunarunguan faktor nongenetik antaralain:
1) Rubela Campak Jerman, disebabkan oleh virus yang sering
berbahaya dan sulit didiagnosa secara klinis.
2) Ketidaksesuaian antara darah ibu dan anak.
3) Meningitis, yaitu radang selaput otak yang disebabkan oleh bakteri
yang menyerang labyrinth (telinga dalam) melalui sistem sel-sel
udara pada telinga tengah.
4) Trauma akustik, yang disebabkan oleh adanya suara bising dalam
waktu yang lama (misalnya suara mesin di pabrik).
penyebab terjadinya gangguan komunikasi
a. Kehilangan pendengaran, terutama sejak lahir dapat menyebabkan
terjadinya hambatan dalam perkembangan bicara dan bahasa.
Kehilangan pendengaran mengakibatkan tidak terjadinya proses
peniruan bunyi bahasa melalui pendengarannya sehingga
perkembangan bicara dan bahasanya terhambat, yang pada akhirnya
mengalami gangguan/hambatan untuk berkomunikasi secara lisan/oral
dengan lingkungan sosialnya.
b. Kelainan organ bicara, seperti organ pernafasan, organ suara (pita
suara), serta organ artikulasi (bibir, lidah, gigi, langit-langit lembut dan
keras, anak tekak, dsb), adanya kelainan pada organ tersebut sehingga
mengakibatkan terganggunya proses bicara.
c. Gangguan emosi, beruapa gangguan emosi yang serius bagi anak
maupun orang tua, dapat mengakibatkan terhambatnya perkembangan
bahasa anak.
d. Keterlambatan perkembangan, dalam hal ini adalah keterlambatan
bicara fungsional atau keterlambatan dalam perkembangan bahasa
yang disebabkan karena keterlambatan maturitas (kematangan) dari
saraf pusat yang dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara
anak.
e. Mental retardasi, ditunjukkan ciri-ciri terdapat disfungsi otak akibat
adanya ketidaknormalan yang luas dan struktur otak, neuratransmitter
sehingga perkembangan mentalnya terhenti atau tidak lengkap, yang
dapat berpengaruh pada semua kemampuan kognitif, bahasa, motorik,
dan sosial.
f. Kerusakan otak, seperti kelainan neuramuscular yang mempengaruhi
kemampuan menghisap, menelan, dan mengunyah, yang pada akhirnya
timbul gangguan bicara (lebih khusus lagi gangguan artikulasi).
Kelainan sensorimotor yang mempengaruhi kemampuan menghisap
dan menelan sehingga menimbulkan gangguan artikulasi seperti
dispraksia. Cerebral Palsy, merupakan kelainan saraf motorik,
termasuk motorik bicara, sehingga mengalami gangguan dalam
memproduksi bicara. Gangguan perepsi yang menyebabkan kesulitan
dalam membedakan suara, mengerti bahasa, mengenal konsep, yang
akhirnya menimbulkan kesulitan belajar di sekolah.

2. Bagaimana dampak ketunarunguan jika ditinjau dari segi akademik, sosio-emosional,


dan fisik?; bagaimana cara Anda memenuhi kebutuhan pendidikan anak tunarungu
dan anak dengan gangguan komunikasi jika terdapat di sekolah Anda?
Jawab:
 dampak ketunarunguan jika ditinjau dari segi akademik
 keterabatasan dalam kemampuan berbicara dan berbahasa mengakibatkan
anak tunarungu cenderung memiliki prestasi yang rendah dalam mata
pelajaran yang bersifat verbal seperti Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PPKN,
Matematika (dalam soal cerita), dan seni suara dan cenderung sama dalam
mata pelajaran yang bersifat nonverbal seperti pelajaran olahraga dan
keterampilan, pada umumnya relatif sama dengan temannya yang mendengar.
dampak ketunarunguan jika ditinjau dari segi sosio-emosional
 Pergaulan yang terbatas dengan sesama tunarungu, sebagai akibat dari
keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi.
 Sifat ego-sentris yang melebihi anak normal, yang ditunjukkan dengan
sukarnya mereka menempatkan diri pada situasi berpikir dan perasaan orang
lain, sukarnya menyesuaikan dir, serta tindakannya lebih terpusat pada
“akau/ego”, sehingga kalau ada keinginan, harus selalu dipenuhi.
 Perasaan takut (khawatir) terhadap lingkungan sekitar, yang menyebabkan ia
tergantung pada orang lain serta kurang percaya diri.
 Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan, apabila ia sudah menyenangi suatu
benda atau pekerjaan tertentu.
 Memiliki sifat polos, serta perasaannya pada umumnya dalam keadaan
ekstrem tanpa banyak nuansa.
 Cepat marah dan mudah tersinggung, sebagai akaibat seringnya mengalami
kekecewaan karena sulitnya menyampaikan perasaan/keinginannya secara
lisan ataupun dalam memahami pembicaraan orang lain.
dampak ketunarunguan jika ditinjau dari segi fisik
 Jalannya kaku dan agak membungkuk (jika organ keseimbangan yang ada
pada telinga bagian dalam terganggu); gerak matanya lebih cepat; gerakan
tangannya cepat/lincah; dan pernafasannya pendek; sedangkan dalam aspek
kesehatan, pada umumnya sama dengan orang orang yang mendengar/normal
lainnya.
cara memenuhi kebutuhan pendidikan anak tunarungu jika terdapat di sekolah
1) mempersiapkan penentuan jenis layanan bagi anak tunarungu dengan cara:
melakukan pengidentifikasian terhadap anak tunarungu dengan cara
memperhatikan jenis karaktersitik anak tunarungu baik ditinjau dari segi
akademik, sosio-emosional, dan fisik/kesehatan.
2) memahami dengan baik profil pendidikan khusus baik anak tunarungu agar
memudahkan dalam pendampingan layanan pendidikan. Berikut uraian
mengenai profil pendidikan khusus baik anak tunarungu maupun gangguan
komunikasi.
Dalam memahami profil pendidikan khusus bagi anak tunarungu, yang perlu
diperhatikan:
a. Melakukan asesmen terlebih dahulu terhadap anak tunarungu, hal ini
bertujuan untuk mengetahui kebutuhan khusus mereka, serta merencakan
pembelajarannya.
b. Menenetukan jenis sistem pendidikan bagi anak tunarungu yang dapat
diselenggarakan. Baik di sekolah khusus atau melalui sistem segregasi,
maupun di sekolah reguler melalui sistem integrasi dan sistem inklusif atau
pendidikan inklusif.
3) menggunakan metode komunikasi yang dapat dimengerti anak tunarungu agar
layanan yang diberikan dapat memenuhi kebutuhannnya. Seperti metode
komunikasi, berupa metode oral (berkomunikasi melalui oral/bicara, membaca
ujaran, dan menangkap pembicaraan) ataupun metode manual (melalui bahasa
isyarat dan ejaan jari), serta komunikasi total.
4) menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran siswa tunarungu, misalnya prinsip
umum yang harus diperhatikan adalah prinsip motivasi, individualisasi,
hubungan sosial dan sebagainya, begitupun prinsip khusus seperti posisi
tempat duduk, penempat siswa di kelas reguler, kegiatan anak tunarungu di
dalam kelas saat berinteraksi dengan temannya.
5) merencankan strategi pembelajaran yang tepat bagi anak tunarungu, seperti
strategi individualisasi, kooperatif, dan modifikasi perilaku.
6) menggunakan media pembelajaran yang tepat seperti penggunaan media
visual bagi anak tunarungu berupa gambar, grafis (grafik, bagan, diagram, dan
sebagainya), realita atau objek nyata dari suatu benda (mata uang, tumbuhan,
dan sebagainya), model atau tiruan dari objek benda, slides.
7) melengkapi fasilitas pendukung pendidikan agar efektif dalam melaksanakan
kegiatan pendidikan seperti adanya ruang belajar yang dilengkapi dengan
berbagai media dan layanan mengembangkan kemampuan berkomunikasi
oral.
8) melakukan penilaian yang sistematis sebagai dasar dalam memperoleh
informasi tentang kemampuan dan hasil belajar peserta didik. Menerapkan
prinsip pembelajaran berkesinambungan, menyeluruh, dan objektif dan
adaptif.
cara memenuhi kebutuhan pendidikan anak dengan gangguan komunikasi jika
terdapat di sekolah
1) melakukan asesmen terlebih dahulu bagi anak gangguan komunikasi untuk
mengetahui kebutuhan khusus mereka, serta merencakan pembelajarannya.
2) mengetahui prinsip yang bisa diterapkan di kelas dalam membantu siswa yang
mengalami hambatan dalam berbahasa komunikasi, seperti: memberikan suatu
contoh berbicara yang baik, mengetahui tingkatan self-estem (harga diri)
siswa, dan menciptakan lingkungan berbicara yang baik, memberikan
perhatian yang penuh kepada siswa ketika berbicara.
3) melakukan sistem kolaboratif seperti mengadakan kerjasama dengan tenaga
ahli, orang tua, serta menciptakan kerja sama teman sebaya.
4) melakukan intervensi gangguan artikulasi, seperti melakukan asesmen,
menganalisis hasil asesmen, membuat program intervensi, melaksanakan
program intervensi, penilaian/asesmen ulang, serta tindak lanjut.

Anda mungkin juga menyukai