Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM KIMIA

TITRASI

oleh

Farel Ulil Albab

1718.10.013

SMA NEGERI 2 CIREBON

JALAN DR.CIPTO MANGUNKUSUMO NO.1

CIREBON

2019
I. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar NaOH.

II. Dasar Teori

Pada prinsipnya asidimetri adalah analisa titrimetri yang menggunakan asam kuat
sebagai titrannya dan sebagai analitnya adalah basa atau senyawa yang bersifat basa,
ataupun pengukuran dengan asam (yang diukur jumlah basa atau garamnya).

Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi akan melibatkan pengukuran yang
seksama volume-volumenya suatu asam dan suatu basa yang tepat akan saling
menetra1kan. Reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari
empat golongan utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri. Asidi
alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis
garam yang berasal dari asam lemah, dengan suatu standar (asidimetri). Reaksi-reaksi ini
melibatkan senyawa ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air (Bassett,
1994).

Analisis volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, di mana zat dibiarkan bereaksi
dengan zat yang lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk
larutan. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui (analit) kemudian dihitung. Syaratnya
adalah reaksi harus berlangsung secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada
reaksi samping (Khopkar, 1990).

Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan penting : asam, basa
dan garam. Asam didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami
disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya ion positif. Asam kuat
berdisosiasi hampir sempurna dengan pengenceran yang sedang, karena itu ia merupakan
elektrolit kuat. Asam lemah berdisosiasi hanya sedikit pada konsentrasi sedang bahkan
pada konsentrasi rendah (Svehla, 1990).

Kuat relatif asam dan basa dalam larutan bergantung pada afinitas mereka terhadap
proton yang berlainan. Makin kuat asam, makin lemah basa konjugatnya. Dari kumpulan
reaksi kimia yang dikenal relatif sedikit yang dapat digunakan sebagai dasar untuk titrasi,
suatu reaksi memenuhi persyaratan berikut sebelum digunakan:

1. Reaksi harus berjalan sesuai dengan suatu persamaan reaksi tertentu. Tidak boleh ada
reaksi samping.
2. Reaksi harus berjalan sampai boleh dikatakan lengkap pada titik ekivalensi. Dengan
kata lain, tetapan keseimbangan reaksi harus sangat besar.
3. Beberapa metode harus tersedia untuk menetapkan kapan titik ekivalensi tercapai.
Suatu inidikator haruslah tersedia atau beberapa metode secara instrumen dapat
digunakan untuk memberitahu analisis kapan penambahan titran dihentikan.
4. Reaksi berjalan cepat (dalam beberapa menit saja)
(Day dan Underwood, 1999).

Larutan standard adalah larutan yang mengandung reagensia dengan bobot di


ketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan. Terdapat dua macam larutan
standar yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar dalam
titrasi memegang peranan yang amat penting, hal ini disebabkan larutan ini telah diketahui
konsentrasi secara pasti (artinya konsentrasi larutan standar adalah tepat dan akurat).
Larutan standar merupakan istilah kimia yang menunjukkan bahwa suatu larutan telah
diketahui konsentrasinya. Terdapat dua macam larutan standar yaitu larutan standar primer
dan larutan standar sekunder.
Larutan standar primer adalah larutan standar yang konsentrasinya diperoleh dengan
cara menimbang.
Syarat senyawa yang dapat dijadikan standar primer:
1. Memiliki kemurnian 100%.
2. Bersifat stabil pada suhu kamar dan stabil pada suhu pemanasan (pengeringan)
disebabkan standar primer biasanya dipanaskan dahulu sebelum ditimbang.
3. Mudah didapatkan (tersedia dimana-mana).
4. Memiliki berat molekul yang tinggi (MR), hal ini untuk menghindari kesalahan
relative pada saat menimbang. Menimbang dengan berat yang besar akan lebih mudah
dan memiliki kesalahan yang kecil dibandingkan dengan menimbang sejumlah kecil
zat tertentu.

Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara
mentitrasi dengan larutan standar primer. NaOH tidak dapat dipakai untuk standar primer
disebabkan NaOH bersifat higroskopis oleh sebab itu maka NaOH harus dititrasi dahulu
dengan KHP agar dapat dipakai sebagai standar primer. Begitu juga dengan H2SO4 dan
HCl tidak bisa dipakai sebagai standar primer, supaya menjadi standar sekunder maka
larutan ini dapat dititrasi dengan larutan standar primer NaCO3.
Mempelajari titrasi amatlah penting bagi mahasiswa yang mengambil jurusan kimia
dan bidang-bidang yang berhubungan dengannya. Titrasi sampai sekarang masih banyak
dipakai di laboratorium industri disebabkan teknik ini cepat dan tidak membutuhkan banyak
reagen.

Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan
untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya menggunakan
suatu larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume
dalam titrasi memegang peranan yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini
banyak orang yang menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri.

Larutan yang dipergunakan untuk penentuan larutan yang tidak diketahui


konsentrasinya diletakkan di dalam buret dan larutan ini disebut sebagai larutan standar atau
titran atau titrator, sedangkan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya diletakkan di
Erlenmeyer dan larutan ini disebut sebagai analit.

Titran ditambahkan sedikit demi sedikit pada analit sampai diperoleh keadaan
dimana titran bereaksi secara equivalen dengan analit, artinya semua titran habis bereaksi
dengan analit keadaan ini disebut sebagai titik equivalen. Mungkin kamu bertanya apabila
kita menggunakan dua buah larutan yang tidak bewarna seperti H2SO4 dan NaOH dalam
titrasi, bagaimana kita bisa menentukan titik equivalent?. Titik equivalent dapat ditentukan
dengan berbagai macam cara, cara yang umum adalah dengan menggunakan indicator.
Indikator akan berubah warna dengan adanya penambahan sedikit mungkin titran, dengan
cara ini maka kita dapat langsung menghentikan proses titrasi.

Sebagai contoh titrasi H2SO4 dengan NaOH digunakan indicator fenolpthalein (pp).
Bila semua larutan H2SO4 telah habis bereaksi dengan NaOH maka adanya penambahan
sedikit mungkin NaOH larutan akan berubah warna menjadi merah mudah. Bila telah terjadi
hal yang demikian maka titrasi pun kita hentikan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan
adanya berubahan warna indicator disebut sebagai titik akhit titrasi. Titrasi yang bagus
memiliki titik equivalent yang berdekatan dengan titik akhir titrasi dan kalau bisa sama.
Perhitungan titrasi didasarkan pada rumus:

V.N titran = V.N analit

Dimana V adalah volume dan N adalah normalitas. Kita tidak menggunakan


molaritas (M) disebabkan dalam keadaan reaksi yang telah berjalan sempurna (reagen sama-
sama habis bereaksi) yang sama adalah mol-equivalen bukan mol. Mol-equivalen dihasilkan
dari perkalian normalitas dengan volume. Tidak semua zat bisa ditentukan dengan cara
titrasi akan tetapi kita harus memperhatikan syaratsyarat titrasi untuk mengetahui zat apa
saja yang dapat ditentukan dengan metode titrasi untuk berbagai jenis titrasi yang ada.
Mengenal berbagai macam peralatan yang dipergunakan dalam titrasipun sangat berguna
agar kita mahir melakukan teknik titrasi. Cara Melakukan Titrasi Asam Basa:

1. Zat penitrasi (titran) yang merupakan larutan baku dimasukkan ke dalam buret.
2. Zat yang dititrasi (titrat) ditempatkan pada wadah (gelas kimia atau
erlenmeyer).Ditempatkan tepat dibawah buret berisi titran.
3. Tambahkan indikator yang sesuai pada titrat, misalnya, indikator fenoftalien.
4. Rangkai alat titrasi dengan baik. Buret harus berdiri tegak, wadah titrat tepat dibawah
ujung buret, dan tempatkan sehelai kertas putih atau tissu putih di bawah wadah titrat.
5. Atur titran yang keluar dari buret (titran dikeluarkan sedikit demi sedikit) sampai
larutan di dalam gelas kimia menunjukkan perubahan warna dan diperoleh titik akhir
titrasi. Hentikan titrasi!!
Agar diketahui kapan harus berhenti menambahkan titran, maka dapat menggunakan
bahan kimia, yaitu indikator, yang bereaksi terhadap kehadiran titran yang berlebih dengan
melakukan perubahan warna. Perubahan warna ini bisa saja terjadi persis pada titik
ekivalen , tetapi bisa juga tidak. Titik dalam titrasi dimana indikator berubah warnanya
disebut titik akhir ( Day dan Underwood).
Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri
antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu
dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi.Ketelitian dalam penentuan titik akhir
titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa.Untuk menggetahui
kesempurnaan berlansungnya reaksi maka digunakan suatu zat yang disebut indikator.
Indikator adalah zat warna larut yang perubahan warnanya tampak jelas dalam
rentang pH yang sempit. Jenis indikator yang khas adalah asam organik yang lemah yang
mempunyai warna berbeda dari basa konjugatnya. Indikator yang baik mempunyai
intensitas warna yang sedemikian rupa sehingga hanya beberapa tetes larutan indikator
encer yang harus ditambahkan ke dalam larutan yang sedang diuji. Konsentrasi molekul
indikator yang sangat rendah ini hampir tidak berpengaruh terhadap pH larutan. Perubahan
warna indikator mencerminkan pengaruh asam dan basa lainnya yang terdapat dalam
larutan (Oxtoby, 2001).
III. Alat dan Bahan
1. Gelas Arloji
2. Neraca
3. Gelas Ukur
4. Labu Takar
5. Labu Erlenmeyer
6. Corong
7. Buret
8. Larutan Asam Asetat (CH3COOH)
9. NaOH Padat
10. Phenolphthalein (PP)
11. Aquades
IV. Prosedur
a. Untuk membuat larutan standar NaOH 1 N

1.Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


2.Menimbang 1 gram NaOH, dan memasukkan ke dalam gelas ukur dan
melarutkannya dengan 250 ml aquades.
3.Aduk hingga homogen.
b. Untuk membuat standarisasi larutan asam asetat (CH3COOH)

1.Mengambil 10 mL larutan asam asetat.


2.Menambahkan 90 mL Aquades ke dalam larutan tersebut, lalu hitung kelarutan
setelahnya
3.Memasukkannya ke dalam 3 labu Erlenmeyer, dengan masing-masing bervoume
10 mL dan memasukkan juga 3 tetes (0,05 mL) indikator pp.
4.Mentitrasi larutan ini dengan menggunakan larutan NaOH dalam buret sampai
warna larutan berubah menjadi berwarna ungu muda. Mencatat volume NaOH
yang diperlukan untuk titrasi.
V. Data Pengamatan

1.) Data Percobaan pertama


Volume CH3COOH 10mL
Volume NaOH 69mL (Untuk menetralkan larutan)
Volume
3 tetes (0,15 mL)
Phenolphthalein

2.) Data Percobaan pertama


Volume CH3COOH 10mL
Volume NaOH 69,7mL (Untuk menetralkan larutan)
Volume
3 tetes (0,15 mL)
Phenolphthalein

*Percobaan Gagal dilakukan karena kesalahan pada buret

VI. Pengolahan Data

Pengenceran Cuka: M1V1=M2V2


Diketahui: M1= % x ρ x 10 / Mr
%Cuka=25% M1= 25 x 1,05 x 10 / 60
V1 Cuka=10 mL M1= 4,375 M (Hasil Teoritis)
V2 Cuka=100 mL
ρ Cuka= 1,05 M2= M1V1 / V2
M2= 4,375x 10 / 100
Ditanyakan: M2= 0,4375 M (Sesudah Pengenceran)
M2 Cuka= ?

Konsentrasi Awal Cuka Berdasarkan Konsentrasi Basa Secara Teoritis


Praktikum MNaOH=gr/Mr x 1000/v
MNaOH=1/40 x 1000/250
M1V1=M2V2 MNaOH= 0,1 M
M1.10=0,4.100
M1= 4 M Volume NaOH Secara Teoritis
vAsamMAsam=vbasaMBasa
10.0,4375=Vbasa.0.1
Kemurnian= 4/ 4,375 x 100%= 91,428% vbasa= 43,75 mL
 Percobaan Titrasi Pertama

 Percobaan Titrasi Pertama


vCH3COOH= 10 mL
vPhenolphthalein= 3 tetes (0,15mL)
vNaOH= 69 mL

Jika vNaOH=69 mL, maka:


vAsamMAsam=vbasaMBasa
10.0,4375=69.MBasa
MBasa= 0,06340 M (Konsentrasi NaOH seharusnya yang berdasarkan teoritis)

 Percobaan Titrasi Kedua


vCH3COOH= 10 mL
vPhenolphthalein= 3 tetes (0,15mL)
vNaOH= 69,7 mL

Jika vNaOH=69,7 mL, maka:


vAsamMAsam=vbasaMBasa
10.0,4375=69,7.MBasa
MBasa= 0,06276 M (Konsentrasi NaOH seharusnya yang berdasarkan teoritis)

VII. Kesimpulan
Berdasarkan kedua data percobaan, tidak ada data yang valid dengan hasil pengolahan
data teoritis. Larutan CH3COOH yang merupakan larutan standar memiliki konsentrasi
0,4375 setelah diencerkan dengan aquades. Setiap percobaan titrasi digunakan 10 mL
CH3COOH yang sudah diencerkan tadi ditambah dengan phenolphthalein (PP) sebagai
indicator. Pada percobaan pertama, vNaOH yang digunakan untuk menetralkan campuran
tersebut adalah 69 mL. Secara teoritis jika vNaOH sebesar 69 mL, maka konsentrasi NaOH
yang seharusnya adalah 0,06340 M. Dan pada percobaan pertama, vNaOH yang digunakan
untuk menetralkan campuran tersebut adalah 69,7 mL. Secara teoritis jika vNaOH sebesar
69,7mL, maka konsentrasi NaOH yang seharusnya adalah 0,06340 M. Dapat disimpulkan
berdasarkan data percobaan dan hasil pengolahan data teoritis yang tidak valid, terdapat
kesalahan dalam pembuatan larutan baku standar atau kesalahan dalam pembuatan larutan
yang ingin diketahui kadarnya.

VII. Daftar Pusaka


o http://dwitaariyanti.blogspot.com/2010/07/asidimetri-dan-alkalimetri.html
o Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI – Press: Jakarta
o Keenan, Charles W., 1980, Ilmu Kimia untuk Universitas, Edisi VI, 422, Erlangga,
Jakarta
o Khopkar.1984. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press
o http://kimiaanalisa.web.id/apa-itu-titrasi/
o http://hikaride.blogspot.com/2013/12/laporan-titrasi-asidimetri.html

Anda mungkin juga menyukai