Nim : A21116311
SIX SIGMA
Kemudian akan muncul sebuah opini, siapakah penemu ataupun penggagas sig sigma
pertama kali? Apakah Motorola? Hal inilah yang menarik untuk dibicarakan. Perlu diketahui
bahwa konsep dasar six sigma sebenarnya diambil dari Total Quality Management (TQM)
dan Statistical Process Control (SPC). Kedua konsep ini sudah lama dikembangkan oleh para
ahli quality seperti Dr. Kaoru Ishikawa, Shewhart, Crossby, dll. Jadi ditinjau dari segi waktu
dapat dikatakan bahwa six sigma merupakan hasil pengembangan dariquality
improvement semenjak tahun 1940-an. Tapi yang jelas, bagi kita adalah seperti apapun
metode yang terpenting adalah menerapkannya secara disiplin, berkesinambungan dan
konsisten sehingga dapat menghasilkan suatu perbaikan (improvement).
Six sigma dapat diartikan sebagai suatu proses yang mempunyai defect opportunity atau
kemungkinan cacat sebanyak 3,4 buah dalam satu juta produk atau jasa (DPPM). Untuk
mencapai “target” angka tersebut maka ada beberapa rangkain aktivitas six sigma yang perlu
dilakukan, misalnya :
a. Memahami dan mendefinsikan suatu proses design, manufacturing dan servicesecara jelas.
b. Aplikasi untuk six sigma statistic tools dan proses.
c. Mengidentifikasikan faktor penyebab defect.
d. Analisa dan improvement (perbaikan).
e. Melalui penurunan defect ratio akan meningkatkan yield dan total kepuasan pelanggan.
f. Management innovation tool memberikan kontribusi terhadap management out put.
Secara umum ada ada enam komponen utama konsep six sigma sebagai strategi bisnis (Peter
S. Pande, 2002: 8), yaitu :
a. Customer service oriented (mengutamakan pelayanan kepada pelanggan).
Definisi customer (pelanggan) bukan hanya terbatas pada pembeli saja tetapi juga berarti
rekan kerja kita, orang/ pihak yang akan menerima hasil kerja kita, masyarakat umum sebagai
pengguna jasa, pemerintah, dll. Six sigma mampu memberikan informasi kepada kita
mengenai seberapa bagus produk, service kita dan proses didalamnya serta membantu kita
untuk menentukan langkah-langkah demi kepuasan customer secara total.
b. Manajemen yang bedasarkan data dan fakta.
c. Fokus pada proses, manajemen dan perbaikan.
Perlu diketahui bahwa six sigma sangat dipengaruhi dan bergantung pada seberapa jauh kita
memahai suatu proses. Dan hal ini belum cukup apabila tidak didukung dengan appresiasi
manajemen yang bagus dalam melakukan perbaikan.
d. Manajemen yang proaktif
e. Kerjasama tim yang bagus
f. Selalu mengejar kesempurnaan.
Sig sixma merupakan suatu tool yang lengkap yang dapat dipergunakan dan diaplikasikan
pada bidang design, manufaktur, Sales, Service, dll. Six sigma dapat membantu kita dalam
meraih keuntungan pada suatu persaingan. Bila kita dapat memperbaiki sigma level pada
proses kita, berarti kualitas produk akan lebih baik dan biaya-biaya yang tidak perlu akan
berkurang sehingga kita dapat memenuhi kepuasan customer.
Six Sigma juga dikatakan sebagai metode yang berfokus pada proses dan pencegahan cacat
(defect) (Snee, 1999). Pencegahan cacat dilakukan dengan cara mengurangi variasi yang ada
di dalam setiap proses dengan menggunakan teknik-teknik statistik yang sudah dikenal secara
umum.
Ditinjau dari alat yang digunakan, Six Sigma cukup luas. Gambar berikut menunjukkan
metode-metode yang biasa digunakan dalam Six Sigma.
Salah satu kunci keberhasilan Six Sigma adalah kerja tim dan khususnya Black Belt yang
dilatih,juga alat-alat yang digunakan dapat memberikan kekuatan pada proses usaha
perbaikan dan usaha pembelajaran. Metode atau alat-alat tersebut antara lain:
1. SPC (Statistical Process Control) atau pengendalian proses secara statistik, berguna
untuk mengidentifikasi permasalahan.
2. Pengujian tingkat signifikan statistik (Chi-Square, T-Test dan ANOVA), untuk
mendefinisikan masalah dan analisa akar penyebab permasalahan,
3. Korelasi dan Regresi, berguna untuk menganalisa akar penyebab masalah dan
memprediksi hasilnya.
4. Desain Eksperimen, untuk menganalisa solusi optimal dan validasi hasil.
5. FMEA (Failure Modes and Effect Analysis), berguna untuk mencari prioritas masalah
dan pencegahannya.
6. Mistake – Proofing, berguna untuk pencegahan cacat dan perbaikan proses.
7. QFD (Quality Function Deployment), untuk mendesain produk, proses dan jasa.
2.6 PIHAK-PIHAK PELAKSANA
Brue (2002) mencatat pihak-pihak yang harus bertanggung jawab terhadap pelaksanaan six
sigma di dalam perusahaan. Pihak-pihak tersebut meliputi:
a. Executive Leaders
Pimpinan puncak perusahaan yang komit untuk mewujudkan six sigma, memulai dan
memasyarakatkannya di seluruh bagian, divisi, departemen dan cabang-cabang perusahaan.
b. Champions
Yaitu orang-orang yang sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan proyek six sigma.
Mereka merupakan pendukung utama yang berjuang demi terbentuknya black belts dan
berupaya meniadakan berbagai rintangan/hambatan baik yang bersifat fungsional, finansial,
ataupun pribadi agar black beltsberfungsi sebagaimana mestinya. Bisa
dikatakan Champions menyatu dengan proses pelaksanaan proyek, para anggotanya berasal
dari kalangan direktur dan manajer, bertanggung jawab terhadap aktivitas proyek sehari-hari,
wajib melaporkan perkembangan hasil kepada executive leaders sembari mendukung tim
pelaksana. Sedangkan tugas-tugas lainnya meliputi memilih calon-calon anggota black belt,
mengidentifikasi wilayah kerja proyek, menegaskan sasaran yang dikehendaki, menjamin
terlaksananya proyek sesuai dengan jadwal, dan memastikan bahwa tim pelaksana telah
memahami maksud/tujuan proyek.
d. Black Belts
Dipandang sebagai tulang punggung budaya dan pusat keberhasilan six sigma, mengingat
mereka adalah orang-orang yang: memimpin proyek perbaikan kinerja perusahaan; dilatih
untuk menemukan masalah, penyebab beserta penyelesaiannya; bertugas mengubah teori ke
dalam tindakan; wajib memilah-milah data, opini dengan fakta, dan secara kuantitatif
menunjukkan faktor-faktor potensial yang menimbulkan masalah produktivitas serta
profitabilitas; bertanggung jawab mewujudnyatakan six sigma.
Para calon anggota black belts wajib memenuhi syarat-syarat seperti: memiliki disiplin
pribadi; cakap memimpin; menguasai ketrampilan teknis tertentu; mengenal prinsip-prinsip
statistika; mampu berkomunikasi dengan jelas; mempunyai motivasi kerja yang memadai.
e. Green Belts
Adalah orang-orang yang membantu black belts di wilayah fungsionalnya. Pada
umumnya green beltsbertugas: secara paruh waktu di bidang yang terbatas; mengaplikasikan
alat-alat six sigma untuk menguji dan menyelesaikan problema-problema kronis;
mengumpulkan/ menganalisis data, dan melaksanakan percobaan-percobaan; menanamkan
budaya six sigma dari atas ke bawah.
2.7 TAHAPAN-TAHAPAN SIX SIGMA
1. Define
Pada tahapan ini tim pelaksana akan mengidentifikasi masalah, menentukan target waktu,
mendefinisikan specifikasi customer (critical to quality), mendefinisikan dan
menggambarkan QC flow chart serta menentukan tujuan yang ingin dicapai (misal :
pengurangan cacat, biaya, dll).
2. Measure
Pada tahapan ini bertujuan untuk memvalidasi permasalahan, mengukur atau menganalisa
permasalahan dari data-data yang ada.
3. Analyze
Pada tahapan ini akan ditentukan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh pada proses. Hal
ini berarti bahwa jika ada empat faktor pokok yang apabila diperbaiki maka akan
memperbaiki proses secara signifikan.
4. Improve
Pada tahapan ini kita akan mendiskusikan dan membicarakan tentang ide-ide untuk
melakukan suatu improvement berdasarkana hasil analisa yang telah dilakukan. Selain itu
juga dilakukan percobaan untuk melihat hasilnya apakah sudah efektif ataukah belum. Jika
hasilnya efektif maka dapat dibakukan dalam suatu Standard Operasional Procedure (SOP).
5. Control
Setelah keempat tahapan diatas sudah dilakukan maka langkah selanjutnya adalah membuat
suatu rencana dan merancang pengukuran atas hasil improvement yang sudah dilakukan agar
dapat dikontrol dan diawasi secara berkesinambungan. Sebenarnya kunci pokok agar tetap
bertahan dalam sebuah persaingan bisnis yang semakin ketat ini adalah berusaha untuk lebih
cepat, lebih baik (berkualitas) dan lebih murah. Kita ambil contoh misalnya membandingkan
service pada jasa pengiriman paket barang dari Wonosobo (Jawa Tengah) ke Batam antara
melalui Kantor Pos (BUMN) dan TIKI (swasta).
Pengiriman paket barang melalui Kantor Pos dipilih dengan beberapa pertimbangan misalnya
murah dan hampir menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Tetapi kadang-kadang Estimation
Time Arrival (ETA) melebihi dari perkiraan semula, misalnya terlambat 1 minggu dan
bahkan tidak jarang kondisi barang yang diterima sudah rusak. Pengiriman paket barang
dengan jasa TIKI akan dipilih jika kita akan mengirim barang dengan jaminan tidak rusak
(aman) dan tepat waktu. Namun, kadang-kadang barang yang dipaketkan terlambat 1 hingga
2 hari saja dari ETA. Meskipun demikian biaya pengiriman melalui jasa TIKI jauh lebih
mahal bila dibandingkan dengan jasa POS. Intinya bahwa kedua biro jasa pengiriman
tersebut mempunyai “variasi” dari proses dan service mereka. Saya tidak tahu apakah
keduanya menerapkan six sigma ataukah tidak, tapi yang jelas manajemen keduanya pasti
selalu memperbaiki proses dan service dengan metode yang sangat terstruktur dan rapi.