Anda di halaman 1dari 6

Nama : Teguh Pernanda

Nim : A21116311

SIX SIGMA

Secara etimologi six sigma tersusun dari 2 kata yaitu : six yang berarti enam


dan sigma yang merupakan simbol dari standard deviasi atau dapat pula diartikan sebagai
ukuran satuan statistik yang menggambarkan kemampuan suatu proses dan ukuran nilai
sigma dinyatakan dalam DPU (Defect Per Unit) atau PPM (Part Per Million). Dapat
dikatakan bahwa proses dengan nilai sigma yang lebih tinggi (pada suatu proses) akan
mempunyai defect yang lebih sedikit (baik jumlah defect maupun jenisdefect). Semakin
bertambah nilai sigma maka semakin berkurang Quality Cost dan Cycle time.

Secara epistimologi six sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk


memperbaiki suatu proses dengan memfokuskan pada usaha-usaha untuk memperkecil
variasi yang terjadi (process variance) sekaligus mengurangi cacat ataupun produk atau jasa
yang keluar dari spesifikasi dengan menggunakan metode statistik dan tools quality lainnya
secara insentif.

Umumnya six sigma dituliskan dalam simbol 6 sigma dan secara sederhana six


sigma (6 sigma) dapat diterjemahkan sebagai suatu proses yang mempunyai kemungkinan
cacat (defect opportunity) sebanyak 3,4 buah dalam satu juta produk (jasa). Mengenai
penurunan nilai 3,4 sebenarnya banyak sekali kontroversi, tapi yang terpenting adalah kita
memahami six sigma sebagai sebuah referensi tool untuk mengurangi jumlah cacat. 
Defect ialah Kegagalan dalam menghasilkan suatu produk sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditetapkan sedang yang dimaksud dengan opportunity (Kesempatan) antara lain :
Kualitas produk; Kualitas komponen; Process Yield; Tes Destructive; Rejects –
Repair; Visual Check (Appraisal); EHS – OSHA/LTA (Accidents); Ketidakhadiran;
Perbedaan Material; Forecasting; Schedule Achievement; Kapasitas; CTQ – Critical to
Quality; Scrap dan Rework; Organizational Development; Training; Inventory; Overtime;
On-Time-Delivery; Order yang akurat; Transportasi; Down time; dll.
Dan dalam perkembangannya six sigma juga data diaplikasikan seluruh sistem bisnis, design,
manufacturing, sales, service, dll.

2.2  SEJARAH SIX SIGMA


Six sigma dimulai oleh Motorola di era tahun 1980-an oleh salah seorang engineer
bernama Bill Smith atas dukungan penuh dari CEO Bob galvin. Hal ini dilatarbelakangi oleh
hilangnya market Motorola karena perbedaan kualitas dibandingkan dengan perusahaan
Jepang.
Pada tahun 1981 Motorola menghadapi tantangan tersebut dengan mengevaluasi
kualitasnya hingga 5 kali dalam 5 tahun namun tetap saja tidak berhasil. Kemudian Motorola
menggunakan statistical toolsyang dipadukan dengan ilmu manajemen financial metrics
yaitu Return on Investment (ROI) sebagai salah satu alat ukur (metrics) dari quality
improvement process. Konsep ini kemudian dikembangkan oleh Dr. Mikel Harry dan
Richard Schroeder secara lebih mendalam sehingga metode ini mendapat sambutan luas dari
jajaran manajement Motorola dan perusahaan-perusahaan lain.
Perusahaan selain Motorola yang juga mengembangkan six sigma salah satunya yakni
General electric (GE). Pada tahun 1995, GE menggulirkan six sigma disegala aspek bisnisnya
guna menghadapi tantangan kualitas sebagai perusahaan kelas dunia. GE memperbaharui
prosesnya seperti produktivitas,Inventory Return namun improvement tersebut tertunda
karena adanya defect diprosesnya. Kemudian dikalangan GE muncul suatu pemikiran
bahwa World Class Quality adalah suatu hal yang menantang sehingga di GE six sigma
menjadi sebuah trend terlebih setelah mendapat dukungan penuh dari CEO Jack Welch. Hal
inilah yang membuat perusahaan-perusahaan lain ingin mengetahui lebih jauh tentang six
sigma dan mencoba mengimplementasikan metode ini ditempat kerjanya masing-masing.

Kemudian akan muncul sebuah opini, siapakah penemu ataupun penggagas sig sigma
pertama kali? Apakah Motorola? Hal inilah yang menarik untuk dibicarakan. Perlu diketahui
bahwa konsep dasar six sigma sebenarnya diambil dari Total Quality Management (TQM)
dan Statistical Process Control (SPC). Kedua konsep ini sudah lama dikembangkan oleh para
ahli quality seperti Dr. Kaoru Ishikawa, Shewhart, Crossby, dll. Jadi ditinjau dari segi waktu
dapat dikatakan bahwa six sigma merupakan hasil pengembangan dariquality
improvement semenjak tahun 1940-an. Tapi yang jelas, bagi kita adalah seperti apapun
metode yang terpenting adalah menerapkannya secara disiplin, berkesinambungan dan
konsisten sehingga dapat menghasilkan suatu perbaikan (improvement).

2.3  KONSEP DASAR SIX SIGMA

Secara umum ada 2 buah konsep dasar dari six sigma, yaitu :

1.      Six sigma sebagai suatu aktivitas

Six sigma   dapat diartikan sebagai suatu proses yang mempunyai defect opportunity atau
kemungkinan cacat sebanyak 3,4 buah dalam satu juta produk atau jasa (DPPM). Untuk
mencapai “target” angka tersebut maka ada beberapa rangkain aktivitas six sigma yang perlu
dilakukan, misalnya :
a.       Memahami dan mendefinsikan suatu proses design, manufacturing dan servicesecara jelas.
b.      Aplikasi untuk six sigma statistic tools dan proses.
c.       Mengidentifikasikan faktor penyebab defect.
d.      Analisa dan improvement (perbaikan).
e.        Melalui penurunan defect ratio akan meningkatkan yield dan total kepuasan pelanggan.
f.       Management innovation tool memberikan kontribusi terhadap management out put.

2.      Six sigma sebagai suatu strategi bisnis

Secara umum ada ada enam komponen utama konsep six sigma sebagai strategi bisnis (Peter
S. Pande, 2002: 8), yaitu :
a.       Customer service oriented (mengutamakan pelayanan kepada pelanggan).
Definisi customer (pelanggan) bukan hanya terbatas pada pembeli saja tetapi juga berarti
rekan kerja kita, orang/ pihak yang akan menerima hasil kerja kita, masyarakat umum sebagai
pengguna jasa, pemerintah, dll. Six sigma mampu memberikan informasi kepada kita
mengenai seberapa bagus produk, service kita dan proses didalamnya serta membantu kita
untuk menentukan langkah-langkah demi kepuasan customer secara total.
b.      Manajemen yang bedasarkan data dan fakta.
c.       Fokus pada proses, manajemen dan perbaikan.
Perlu diketahui bahwa six sigma sangat dipengaruhi dan bergantung pada seberapa jauh kita
memahai suatu proses. Dan hal ini belum cukup apabila tidak didukung dengan appresiasi
manajemen yang bagus dalam melakukan perbaikan.
d.      Manajemen yang proaktif
e.       Kerjasama tim yang bagus
f.       Selalu mengejar kesempurnaan.
Sig sixma merupakan suatu tool yang lengkap yang dapat dipergunakan dan diaplikasikan
pada bidang design, manufaktur, Sales, Service, dll. Six sigma dapat membantu kita dalam
meraih keuntungan pada suatu persaingan. Bila kita dapat memperbaiki sigma level pada
proses kita, berarti kualitas produk akan lebih baik dan biaya-biaya yang tidak perlu akan
berkurang sehingga kita dapat memenuhi kepuasan customer.

2.4  KEUNGGULAN SIX SIGMA

Six Sigma sebagai program kualitas juga sebagai tool untuk pemecahan masalah. Six


sigmamenekankan aplikasi tool ini secara metodis dan sistematis yang akan dapat
menghasilkan terobosan dalam peningkatan kualitas. Metodologi yang sistematis ini bersifat
generik sehingga dapat diterapkan baik dalam industri manufaktur maupun jasa.

Six Sigma juga dikatakan sebagai metode yang berfokus pada proses dan pencegahan cacat
(defect) (Snee, 1999). Pencegahan cacat dilakukan dengan cara mengurangi variasi yang ada
di dalam setiap proses dengan menggunakan teknik-teknik statistik yang sudah dikenal secara
umum.

Keuntungan dari penerapan Six Sigma berbeda untuk tiap perusahaan yang bersangkutan,


tergantung pada usaha yang dijalankannya. Biasanya Six Sigma membawa perbaikan pada
hal-hal berikut ini (Pande, Peter. 2000):
1. Pengurangan biaya
2. Perbaikan produktivitas
3. Pertumbuhan pangsa pasar
4. Retensi pelanggan
5. Pengurangan waktu siklus
6. Pengurangan cacat
7. Pengembangan produk / jasa
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki Six Sigma dibanding metode lain adalah:
1. Six Sigma jauh lebih rinci daripada metode analisis berdasarkan statistik. Six Sigma
dapat diterapkan di bidang usaha apa saja mulai dari perencanaan strategi sampai
operasional hingga pelayanan pelanggan dan maksimalisasi motivasi atas usaha.
2. Six Sigma sangat berpotensi diterapkan pada bidang jasa atau non manufaktur
disamping lingkungan teknikal, misalnya seperti bidang manajemen, keuangan,
pelayanan pelanggan, pemasaran, logistik, teknologi informasi dan sebagainya.
3. Dengan Six Sigma dapat dipahami sistem dan variabel mana yang dapat dimonitor
dan direspon balik dengan cepat.
4. Six Sigma sifatnya tidak statis. Bila kebutuhan pelanggan berubah, kinerja sigma akan
berubah.

2.5  METODE DAN ALAT (TOOLS) PENTING DALAM SIX SIGMA

Ditinjau dari alat yang digunakan, Six Sigma cukup luas. Gambar berikut menunjukkan
metode-metode yang biasa digunakan dalam Six Sigma.

Salah satu kunci keberhasilan Six Sigma adalah kerja tim dan khususnya Black Belt yang
dilatih,juga alat-alat yang digunakan dapat memberikan kekuatan pada proses usaha
perbaikan dan usaha pembelajaran. Metode atau alat-alat tersebut antara lain:
1. SPC (Statistical Process Control) atau pengendalian proses secara statistik, berguna
untuk mengidentifikasi permasalahan.
2. Pengujian tingkat signifikan statistik (Chi-Square, T-Test dan ANOVA), untuk
mendefinisikan masalah dan analisa akar penyebab permasalahan,
3. Korelasi dan Regresi, berguna untuk menganalisa akar penyebab masalah dan
memprediksi hasilnya.
4. Desain Eksperimen, untuk menganalisa solusi optimal dan validasi hasil.
5. FMEA (Failure Modes and Effect Analysis), berguna untuk mencari prioritas masalah
dan pencegahannya.
6. Mistake – Proofing, berguna untuk pencegahan cacat dan perbaikan proses.
7. QFD (Quality Function Deployment), untuk mendesain produk, proses dan jasa.

Terminologi yang menjadi kunci utama konsep six sigma adalah sebagai berikut:


 CTQ (Critical to Quality) = atribut utama dari kebutuhan konsumen. CTQ dapat
diartikan sebagai elemen dari proses/ kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap
pencapaian kualitas yang diinginkan
 Defect = kegagalan untuk memuaskan pelanggan
 Process Capability = kemampuan proses untuk bekerja dan menghasilkan produk
yang berkualitas
 Variation = sesuatu yang dirasakan dan dilihat oleh pelanggan. Six sigma berfoku
untuk mengetahui apa penyebab variasi dan mencegah terjadinya variasi itu, sehingga dapat
meningkatkan kapabilitas dari proses.
 Stable Operation = menjaga konsistensi dari proses yang telah diprediksi sehingga
dapat meningkatkan kapabilitas proses.
 Design For Six Sigma (DFSS) = suatu desain untuk memenuhi kebutuhan pelanggan
dan kemampuan proses.
 DPMO (Defect Per Million Opportunity) = ukuran kegagalan dalam six sigma yang
menunjukkan kegagalan persejuta kesempatan.
 DMAIC = merupakan proses untuk peningkatan terus menerus menuju six sigma.

2.6  PIHAK-PIHAK PELAKSANA

Brue (2002) mencatat pihak-pihak yang harus bertanggung jawab terhadap pelaksanaan six
sigma di dalam perusahaan. Pihak-pihak tersebut meliputi:

a.       Executive Leaders
Pimpinan puncak perusahaan yang komit untuk mewujudkan six sigma, memulai dan
memasyarakatkannya di seluruh bagian, divisi, departemen dan cabang-cabang perusahaan.

b.      Champions
Yaitu orang-orang yang sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan proyek six sigma.
Mereka merupakan pendukung utama yang berjuang demi terbentuknya black belts  dan
berupaya meniadakan berbagai rintangan/hambatan baik yang bersifat fungsional, finansial,
ataupun pribadi agar black beltsberfungsi sebagaimana mestinya. Bisa
dikatakan Champions menyatu dengan proses pelaksanaan proyek, para anggotanya berasal
dari kalangan direktur dan manajer, bertanggung jawab terhadap aktivitas proyek sehari-hari,
wajib melaporkan perkembangan hasil kepada executive leaders sembari mendukung tim
pelaksana. Sedangkan tugas-tugas lainnya meliputi memilih calon-calon anggota black belt,
mengidentifikasi wilayah kerja proyek, menegaskan sasaran yang dikehendaki, menjamin
terlaksananya proyek sesuai dengan jadwal, dan memastikan bahwa tim pelaksana telah
memahami maksud/tujuan proyek.

c.       Master Black Belt


Orang-orang yang bertindak sebagai pelatih, penasehat (mentor) dan pemandu. Master
black  belt adalah orang-orang yang sangat menguasai alat-alat dan taktik six sigma, dan
merupakan sumber daya yang secara teknis sangat berharga. Mereka memusatkan seluruh
perhatian dan kemampuannya pada penyempurnaan proses. Aspek-aspek kunci dari
peranan master black belt  terletak pada kepiawaiannya untuk memfasilitasi penyelesaian
masalah tanpa mengambil alih proyek/tugas/pekerjaan.

d.      Black Belts
Dipandang sebagai tulang punggung budaya dan pusat keberhasilan six sigma, mengingat
mereka adalah orang-orang yang: memimpin proyek perbaikan kinerja perusahaan; dilatih
untuk menemukan masalah, penyebab beserta penyelesaiannya; bertugas mengubah teori ke
dalam tindakan; wajib memilah-milah data, opini dengan fakta, dan secara kuantitatif
menunjukkan faktor-faktor potensial yang menimbulkan masalah produktivitas serta
profitabilitas; bertanggung jawab mewujudnyatakan six sigma.
Para calon anggota black belts wajib memenuhi syarat-syarat seperti: memiliki disiplin
pribadi; cakap memimpin; menguasai ketrampilan teknis tertentu; mengenal prinsip-prinsip
statistika; mampu berkomunikasi dengan jelas; mempunyai motivasi kerja yang memadai.

e.       Green Belts
Adalah orang-orang yang membantu black belts di wilayah fungsionalnya. Pada
umumnya green beltsbertugas: secara paruh waktu di bidang yang terbatas; mengaplikasikan
alat-alat six sigma  untuk menguji dan menyelesaikan problema-problema kronis;
mengumpulkan/ menganalisis data, dan melaksanakan percobaan-percobaan; menanamkan
budaya six sigma dari atas ke bawah.

2.7  TAHAPAN-TAHAPAN SIX SIGMA

Sebagaimana telah dikemukakan dimuka bahwa six sigma merupakan suatu metode


terstruktur. Terstruktur disini dapat diartikan karena six sigma mempunyai sedikitnya ada
lima tahapan, yakni :

1.      Define
Pada tahapan ini tim pelaksana akan mengidentifikasi masalah, menentukan target waktu,
mendefinisikan specifikasi customer (critical to quality), mendefinisikan dan
menggambarkan QC flow chart serta menentukan tujuan yang ingin dicapai (misal :
pengurangan cacat, biaya, dll).
2.      Measure
Pada tahapan ini bertujuan untuk memvalidasi permasalahan, mengukur atau menganalisa
permasalahan dari data-data yang ada.

3.      Analyze
Pada tahapan ini akan ditentukan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh pada proses. Hal
ini berarti bahwa jika ada empat faktor pokok yang apabila diperbaiki maka akan
memperbaiki proses secara signifikan.

4.      Improve
Pada tahapan ini kita akan mendiskusikan dan membicarakan tentang ide-ide untuk
melakukan suatu improvement berdasarkana hasil analisa yang telah dilakukan. Selain itu
juga dilakukan percobaan untuk melihat hasilnya apakah sudah efektif ataukah belum. Jika
hasilnya efektif maka dapat dibakukan dalam suatu Standard Operasional Procedure (SOP).

5.      Control
Setelah keempat tahapan diatas sudah dilakukan maka langkah selanjutnya adalah membuat
suatu rencana dan merancang pengukuran atas hasil improvement yang sudah dilakukan agar
dapat dikontrol dan diawasi secara berkesinambungan. Sebenarnya kunci pokok agar tetap
bertahan dalam sebuah persaingan bisnis yang semakin ketat ini adalah berusaha untuk lebih
cepat, lebih baik (berkualitas) dan lebih murah. Kita ambil contoh misalnya membandingkan
service pada jasa pengiriman paket barang dari Wonosobo (Jawa Tengah) ke Batam antara
melalui Kantor Pos (BUMN) dan TIKI (swasta).

Pengiriman paket barang melalui Kantor Pos dipilih dengan beberapa pertimbangan misalnya
murah dan hampir menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Tetapi kadang-kadang Estimation
Time Arrival (ETA) melebihi dari perkiraan semula, misalnya terlambat 1 minggu dan
bahkan tidak jarang kondisi barang yang diterima sudah rusak. Pengiriman paket barang
dengan jasa TIKI akan dipilih jika kita akan mengirim barang dengan jaminan tidak rusak
(aman) dan tepat waktu. Namun, kadang-kadang barang yang dipaketkan terlambat 1 hingga
2 hari saja dari ETA. Meskipun demikian biaya pengiriman melalui jasa TIKI jauh lebih
mahal bila dibandingkan dengan jasa POS. Intinya bahwa kedua biro jasa pengiriman
tersebut mempunyai “variasi” dari proses dan service mereka. Saya tidak tahu apakah
keduanya menerapkan six sigma ataukah tidak, tapi yang jelas manajemen keduanya pasti
selalu memperbaiki proses dan service dengan metode yang sangat terstruktur dan rapi.

Anda mungkin juga menyukai