PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dizaman modern saat ini ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan dalam kemajuan suatu
bangsa, serta ilmu tersebut akan berpengaruh terhadap taraf ekonomi, sosial dan intelektual
seseorang. Dari tahun ke tahun IPTEK sudah berkembang dengan pesat. Bahkan untuk
oknum-oknum tertentu IPTEK merupakan suatu kebutuhan primer.
Islam sangat memperhatikan pentingnya kesehatan, psikologi, ilmu pengetahuan dan
teknologi serta bidang ekonomi islam. Martabat manusia di samping ditentukan oleh
peribadahannya kepada Allah, juga ditentukan oleh kemampuan mengembangkan ilmu
pengetahuannya. Bahkan di dalam Al-qur’an sendiri Allah menyatakan bahwa hanya orang
yang berilmulah yang benar takut kepada Allah.
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan memiliki manfaat yang sangat besar
bagi kehidupan masyarakat untuk mempermudah pekerjaan dalam kehidupan sehari hari,
sebagai manusia yang beragama tentunya mempunyai aturan - aturan dalam kesehatan,
psikologi, ilmu pengetahuan dan teknologi serta bidang ekonomi sesuai syariat agama islam,
jangan sampai kemajuan ilmu – ilmu tersebut digunakan untuk hal – hal yang di larang dalam
agama, karena didalam agama islam sangat memperhatikan segala aspek kehidupan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Konsep islam tentang kesehatan
2. Konsep islam tentang psikologi
3. Konsep islam tentang ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Konsep tentang ekonomi islam
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui konsep islam tentang kesehatan
2. Mengetahui konsep islam tentang psikologi
3. Mengetahui konsep islam tentang ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Mengetahui konsep tentang ekonomi islam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Islam Tentang Kesehatan
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi
meliputi seluruh aspek kebutuhan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, social, dan
spiritual. Sehat menurut batasan World Health Organization adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa, dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
social dan ekonomis. Dalam pengertian yang paling luas. Sehat merupakan suatu
keadaan yang dinamis di mana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal
(lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.
Tujuan Islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah menciptakan
individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rohani dan sosial sehingga umat manusia
mampu menjadi umat yang pilihan. Dalam Islam dikatakan sehat apabila memenuhi tiga
unsur, yaitu kesehatan jasmani, kesehatan rohani dan kesehatan sosial. Islam yang sangat
mementingkan kesehatan jasmani dan fisik yang dilakukan dengan cara menjaga
kebersihan, olahraga, menjaga asupan makanan. Dan semuanya terintegrasi dalam setiap
aktivitas ibadah. Hal ini agar menjadi kebiasaan yang tidak disadari untuk umat Islam
dan merupakan bentuk pendidikan dari Allah.
1. Kesehatan jasmani
Manusia adalah makhluk yang selalu ingin memenuhi seluruh kebutuhannya, keinginan manusia yang
tidak terbatas kadang membuat manusia menjadi rakus. Makan berlebih, pola hidup yang tidak baik,
penggundulan hutan untuk bahan bangunan, eksploitasi laut yang tidak bertanggung jawab, semuanya
itu akan membuat keseimbangan alam terganggu. Di sadari maupun tidak, manusia merupakan bagian
dari alam. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa kesehatan jasmani berhubungan dengan
alam. Nabi pernah bersabda “sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu”. Kesehatan fisik
merupakan keadaan yang sangat penting dalam mendukung aktivitas lainnya. Hal ini disebabkan
karena dalam perintah Allah pada manusia banyak yang berupa aktivitas fisik yang memerlukan kondisi
yang prima, seperti shalat, puasa, ibadah haji dan ibadah lainnya. Ajaran Islam untuk menjaga
kesehatan fisik terlihat dalam beberapa perintah Allah, seperti shalat yang mampu meregangkan otot.
Karena setiap gerakan shalat seperti mempunyai kunci tubuh, sehingga sendi-sendi bisa lentur dan
menyehatkan. Wudhu yang menurut penelitian bisa merangsang saraf-saraf pada daerah yang terusap
air wudhu, puasa yang menyehatkan, ibadah haji yang merupakan puncak dari ibadah yang membuat
tubuh kuat, karena rukun-rukunnya yang melatih kondisi stamina tubuh. Islam yang sangat
mementingkan kesehatan jasmani dan fisik yang dilakukan dengan cara menjaga kebersihan, olahraga,
menjaga asupan makanan. Dan semuanya terintegrasi dalam setiap aktivitas ibadah. Hal ini agar
menjadi kebiasaan yang tidak disadari untuk umat Islam dan merupakan bentuk pendidikan dari Allah
2. Kesehatan rohani
Seperti yang dijelaskan dalam Firman Allah yang tertuang dalam Al – Qur’an surat
Al- Ra’d : 28 yang berbunyi : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah
lah hati menjadi tentram. (Q.S. Al-Ra’d: 28) Menurut Prof Dr. Nasaruddin Umar
M.A, Guru besar UIN Syarif hidayatullah Jakarta mengatakan didalam manusia ada
unsur jasad (jasadiyyah), unsur nyawa, dan unsur ruh yang dalam Al-Qur’an di sebut
KHALQAN AKHAR. Seseorang baru disebut manusia jika memiliki ke 3 unsur ini.
Hubungan antara makhluk dengan Tuhannya akan berjalan baik bila sang makhluk
menaati apa yang di perintahkan Allah, ciri-ciri jiwa yang sehat yang dalam Al-
Qur’an di sebut Qalbun Salim, seperti hati yang selalu bertobat (at-taqwa), hati yang
selalu menjaga dari hal-hal keduniaan (al-zuhd), hati yang selalu ada manfaatnya (al-
shumi), hati yang selalu butuh pertolongan Allah (al-faqir).
3. Kesehatan sosial
Hidup bermasyarakat dalam arti yang seluas-luasnya adalah salah satu naluri
manusia. Menurut Aristoteles menyebutkan manusia adalah Zone Polition, yaitu
manusia yang selalu membutuhkan kehadiran orang lain. Oleh karena itulah dalam
Islam di kenal istilah Ukhuwah (persaudaraan) yang akan mendatangkan muamalah
(saling menguntungkan), hal ini memungkinkan rasa persaudaraan lebih tinggi. Hal
ini sesuai dengan Q.S. Al – Hujurat ayat 13 yang menyatakan : “hai manusia ,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah maha
mengetahui lagi maha mengenal. (Q.S. Al-Hujarat: 13)
Psikologi secara etimologi mengandung arti ilmu tentang jiwa. Dalam Islam kata jiwa di samakan
dengan “an-Nafsu” namun ada juga yang menyamakan dengan istilah “ar-Ruh” seperti psikolog
Zuardin Azzainu, tetapi istilah an-Nafsu lebih populer dari istilah ar-Ruh, karena “Psikologi” dalam
bahasa Arab lebih populer diterjemahkan dengan ilmu ”an-Nafsu” daripada ilmu ar-Ruh bahkan
Sukanto Mulyo Martono lebih khusus menyebutnya dengan istilah Nafsiologi. Penggunaan isilah an-
Nafsu di sebabkan karena obyek kajian psikologi adalah an-Nafsu sebagai aspek psikofisik dari
manusia. Perlu dipahami bahwa istilah an-Nafsu berbeda dengan term soul dan psyche dalam
psikolgi kontemporer barat. an-Nafsu adalah gabungan antara substansi jasmani dan rohani,
sedangkan soul dan psychi hanya berkaitan dengan aspek psikis
a. Menurut Jamaluddin Ancok, “psikologi Islam adalah ilmu yang berbicara tentang manusia,
terutama masalah kepribadian manusia, yang bersifat filsafat, teori, metodologi dan pendekatan
problem dengan didasari sumber-sumber formal Islam (Al-Qur’an dan Al-hadits) dan akal, indra dan
intuisi.
b. Menurut Hanna Djumhanna Bastaman, Psikologi Islam ialah corak psikologi berlandaskan citra
manusia menurut ajaran Islam, yang mempelajari keunikan dan pola prilaku manusia sebagai
ungkapan pengalaman interaksi dengan diri sendiri, lingkungan sekitar dan alam kerohanian, dengan
tujuan meningkatkan kesehatan mental dan kualitas keberagamaan.
c. Menurut Jamaluddin Ancok dan Fuad Nasori, Psikologi Islam sebenarnya merupakan
pandangan Islam tentang “manusia” yang tidak harus dikait-kaitkan dengan pandangan psiklogi
barat. Dasar pendidikan psikologi barat adalah spekulatif philoshopis tentang manusia, sedangkan
psikologi Islam didasarkan atas sumber otentik yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Dapat disimpulkan bahwa psikologi Islam adalah kajian Islam yang berhubungan dengan aspek-aspek
dan prilaku kejiwaan manusia, yang berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah, agar secara sadar ia
dapat membentuk kualitas diri yang lebih sempurna dan mendapatkan kebahagiaan hidup didunia
dan di akhirat.
Secara umum, sumber pengetahuan yang paling dapat dipercaya adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis.
Karenanya pengembangan teori Psikologi Islam dapat pula dirumuskan dengan menjadikan Al-
Qur’an dan Al-Hadis sebagai sumber pokoknya. Secara ringkas, dapat dikatakan Al-Qur’an dan Al-
Hadis adalah rujukan utama psikologi Islam. Psikologi islam memfokuskan perhatiannya pada
masalah-masalah aspek dalam manusia.
Dalam Al-Qur’an secara tegas menyatakan bahwa kehidupan manusia tergantung pada wujud ruh
dalam badannya. Tentang bagaimana wujudnya, bagaimana bentuknya, dilarang untuk
mempersoalkannya (QS 17:85). Tetapi bagaimana ruh itu bersatu dengan badan yang kemudian
membentuk manusia yang menjadi khalifah itu, dalam alqur’an Q.S. al-Hijr Ayat 29 dinyatakan
Artinya: “Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya
ruh (ciptaan)-Ku, Mak tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud (QS. Al-Hijr: 29)
Tingkah laku manusia adalah akibat dari interaksi antara ruh dan badan. Walaupun manusia
mempunyai ruh dan badan, tetapi ia dipandang sebagai pribadi yang terpadu.
ْت بِ َربِّ ُك ْم ۖ قَالُوا بَلَ ٰى ۛ َش ِه ْدنَا ۛ أَ ْن تَقُولُوا يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة إِنَّا ُكنَّا ع َْن
ُ ُور ِه ْم ُذ ِّريَّتَهُ ْم َوأَ ْشهَ َدهُ ْم َعلَ ٰى أَ ْنفُ ِس ِه ْم أَلَس
ِ َوإِ ْذ أَخَ َذ َربُّكَ ِم ْن بَنِي آ َد َم ِم ْن ظُه
َٰهَ َذا غَافِلِين
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?"
mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian
itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-
orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Allah telah mengeluarkan dari sulbi Adam dan keturunannya, generasi demi generasi sebelum
mereka diturunkan ke dunia, dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka dengan firman-
Nya “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Jawab mereka: “Betul (Engkau Tuhan kami) kami menjadi saksi.”
Dan Allah menyatakan bahwa Ia mengambil kesaksian terhadap mereka akan kedudukan-Nya
sebagai Tuhan agar mereka pada hari kiamat, tidak menyatakan bahwa mereka tidak tahu akan hal
itu. Dari sini tampak jelas bahwa dalam diri manusia terdapat kesiapan alamiah untuk mengenal
Allah dan mengesakan-Nya. Jadi, pengakuan terhadap kedudukan Allah sebagai Tuhan tertanam
kuat dalam fitrahnya dan telah ada dalam relung jiwanya sejak zaman azali.
ث ِم ْنهُ َما ِر َجااًل َكثِيرًا َونِ َسا ًء ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ الَّ ِذي تَ َسا َءلُونَ بِ ِه
َّ َق ِم ْنهَا زَ وْ َجهَا َوب
َ َاح َد ٍة َوخَ ل ٍ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي خَ لَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف
ِ س َو
ُ َ هَّللا
َوا رْ َحا َم ۚ إِ َّن َ َكانَ َعل ْيك ْم َرقِيبًا َ أْل
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya. Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang
dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Q.S. An-Nisa’:1)
Selain ayat-ayat di atas, Allah juga berfirman dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 185 yaitu:
Artinya : “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga,
Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan”.(Q.S. Ali Imran:185 )
Contonya yaitu badan Fir’aun, dengan hikmah (kebijaksanaan)-Nya, telah ditetapkan untuk tetap
terpelihara sejak 3000 tahun yang lampau dan masih ada sampai saat kita sekarang ini. Tujuannya
adalah agar menjadi pelajaran serta bukti yang dapat dirasakan secara pasti oleh generasi yang
datang setelah Fir’aun kebenaran Al-Qur’an. Oleh karena itu, badan atau mumi Fir’aun yang pernah
mengejar Nabi Musa AS. Masih ada sampai sekarang ini di Museum Kairo, Mesir.
Ada dua alasan mendasar mengapa kita perlu menghadirkan psikologi islam. Alasan yang paling
utama adalah karena islam mempunyai pandangan-pandangan sendiri tentang manusia. Psikologi
islam itu merupakan konsep manusia menurut Al-Qur’an. Al-Quran sebagai sumber utama agama
islam. Al-Qur’an adalah kitab petunjuk, didalamnya banyak terdapat rahasia mengenai manusia.
Allah sebagai pencipta manusia, tentu tahu secara nyata dan pasti tentang siapa manusia. Lewat al-
quran, allah memberitahukan rahasia-rahasia tentang manusia. Oleh karena itu Psikologi Islam
disusun dengan memakai Al-Qur’an sebagai acuan utamanya. Sementara Al-Qur’an sendiri
diturunkan bukan semata-mata untuk kebaikan umat islam, tetapi untuk kebaikan umat manusia
seluruhnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, Psikologi Islam dibangun dengan arahan
untuk kesejahteraan umat manusia.
Kajian dalam diri manusia banyak disebut-sebut Allah dalam Al-qur’an. Manusia menempati posisi
penting dalam Al-qur’an. Surah pertama yang diturunkan kepada Rasulullah sudah berbicara tentang
manusia. Khalaqal insaana min ‘alaq. Salah satu istilah yang berkenaan dengan manusia, yaitu Nafs
disebut ratusan kali. Belum lagi istilah al-naas, al-basyar, dan al-insaan. Istilah-istilah tersebut
menunjukkan betapa Al-qur’an begitu peduli berbicara tentang manusia. Istilah Nafs termasuk kata
yang paling sering disebut-sebut oleh Al-qur’an, yaitu sebanyak lebih dari 300 kali. istilah Nafs bisa
berarti “aku”, “pribadi”, “diri”, “makna derivatif ( nafsu )”, “sesama jenis”. Jiwa atau nafsu bukanlah
hal yang berdiri sendiri. Ia merupakan satu kesatuan dengan badan. Antara jiwa dan badan muncul
suatu kesinambungan yang mencerminkan adanya totalitas dan unitas.
Psikologi islam akan mengkaji jiwa dengan memperhatikan badan. Keadaan tubuh manusia bisa jadi
merupakan cerminan jiwanya. Ekspresi badan hanyalah salah satu fenomena kejiwaan. Dalam
merumuskan siapa manusia itu, psikologi islam melihat manusia tidak semata-mata dari perilaku
yang diperlihatkan badannya. Bukan pula berdasarkan spekulasi tentang apa dan siapa manusia.
Psikologi islam bermaksud menjelaskan manusia dengan merumuskan apa kata Allah tentang
manusia.
Oleh karena itu, psikologi islam sangat memperhatikan apa yang Allah katakan tentang manusia.
Artinya, dalam menerangkan siapa manusia itu, kita tidak semata-mata mendasarkan diri pada
perilaku nyata manusia, akan tetapi bisa kita pahami dari dalil-dalil tentang perilaku manusia yang
ditarik dari ungkapan Allah.
Artinya: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala
wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah
benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (Q.S.
Fushshilat:53)
Ayat ini hendak mengungkapkan bahwa dialam semesta maupun dalam diri manusia terdapat
sesuatu yang menunjukkan tanda-tanda kekuasaan Allah. Yang dimaksud dengan sesuatu itu adalah
rahasia-rahasia tentang keadaan alam dan keadaan manusia. Apabila rahasia-rahasia tersebut
disingkap manusia, maka jadilah manusia sebagai makhluk yang berpengetahuan dan berilmu.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa dalam diri manusia ada kompleksitas yang bisa dijadikan
lahan kajian. Dalam berbagai ayat banyak disebutkan istilah-istilah yang berbicara tentang keadaan
diri manusia, seperti nafs, aql, ruh, qalb, fitrah, dan sebagainya. Menurut Djamaludin Ancok dan
Fuad Nashaori ada beberapa hal yang harus menjadi catatan, yang pertama bahwa kajiaan mengenai
manusia bukanlah kajiaan yang berdiri sendiri tetapi digunakan untuk menuju Allah, yang kedua
adalah untuk mengenal siapa manusia kita tidak semata-mata menggunakan teks Al-Qur’an, tapi
juga menggunakan, memikirkan dan merekflesikan kejadian-kejadiaan di alam semesta dengan akal
pikiran, indra dan intuisi.
PENUTUP
1. Dalam Islam seseorang dikatakan sehat jika memenuhi tiga unsur yaitu sehat jasmani, sehat rohani dan
sehat sosial
2. Beberapa tokoh muslim dalam ilmu kesehatan adalah Hunain Ibnu Ishaq, Abu Bakar Muhammad ibnu
Zakaria Ar Razi, Ibnu Sina, Abu Mawar Abdul Malik ibnu Abil ‘Ala Ibnu Zuhur
3. Menjaga Kesehatan fisik dengan pola hidup sehat dan olah raga yang teratur, Menjaga kesehatan
rohani dengan senantiasa mengingat Allah, menjalankan perintah dan menjauhi segala laranganya
sehingga kita mempunyai jiwa yang sehat ( Qolbun Salim ). Menjaga kesehatan sosial dengan selalu
menjaga hubungan baik dengan masyarakat dan lingkungan sekitar sehingga mendatangkan
muamalah (saling menguntungkan )
Stres adalah salah satu jenis gangguan jiwa ringan yang bisa dialami oleh siapa saja. Mulai dari
anak-anak, remaja, orang tua sampai lansia, dengan kadar gangguan yang berbeda-beda.
Faktor penyebabnya pun bisa beragam. Seorang remaja bisa stress karena kesulitan belajar
atau putus cinta. Orang tua bisa stres karena memikirkan tingkah pola anak- anaknya yang
susah diatur dan suka memberontak. Berat ringannya stressor ( pemicu stress ) relatif pada
setiap orang. Munculnya stress seringkali diakibatkan oleh beratnya beban hidup yang kita pikul.
Allah SWT tidak akan pernah memberi suatu masalah atau beban diluar kemampu